Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Yuk om. Dipercepat updatenya boleh lah untuk hari ini. Hehehe
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 55
(my mom's first love)
------------------------------

110.jpg

“Mereka mau bercerai?” tanya Hiroshi dengan bingungnya ke Kyoko. Kyoko mengangguk sambil duduk bersimpuh di karpet kamar apartemen Hiroshi.

Kyoko baru saja menjelaskan soal Abe-Sensei ke pacarnya. Tentunya semua informasi tentang kondisi Abe-Sensei dia dapatkan langsung dari Kana. Tadi siang, sebelum mereka semua berpisah, Kana bercerita banyak kepada Marie dan Kyoko. Walaupun informasi soal Abe-Sensei baru ia dapatkan sepotong-sepotong karena Kana dan dosen itu tidak bisa mengobrol dengan bebas, tapi tetap saja, informasi ini mengagetkan untuk Hiroshi.

“Kasihan sekali anak mereka” Kyoko memeluk kakinya sendiri. Dirinya telanjang bulat. Tubuhnya dilindungi oleh selimut tipis. Dia dan Hiroshi baru saja bermesraan secara tidak sengaja. Niatnya hanya mendengarkan sebentar CD baru yang dibeli oleh Hiroshi, tapi karena mereka berdua tampaknya sudah agak lama tidak melakukannya, semuanya terjadi secara otomatis dan lembut.

“Aku tidak pernah membayangkan, ada di dalam situasi seperti itu” balas Hiroshi. Dia hanya memakai celana pendek, sambil duduk di sebelah Kyoko. Televisi menyala tapi tidak ada yang menonton.

“Aku juga”
“Aku bersyukur keluargaku baik-baik saja” dengus Hiroshi dalam satu tarikan napas yang panjang.
“Iya. Keluarga kita berdua baik-baik saja…. Aku harap aku tidak akan pernah bertemu dengan situasi seperti itu”

“Kasihan anak mereka. Bagaimanapun dari ceritamu, anak tersebut sepertinya tinggal dengan ibunya sementara ini, dan dia pasti kangen sekali dengan ayahnya” lanjut Hiroshi.

“Pasti. Tapi, untuk anak di bawah umur, mereka seringkali ikut ibunya kan?”
“Tergantung pengadilan sebenarnya. Tapi biasanya begitu” jawab sang lelaki.

Kyoko mengangguk. Dia tidak tahu, siapa pemicu perceraian ini. Dia ingin tahu, tapi tampaknya Kana pun tidak dapat memberitahu lebih banyak lagi. Sebenarnya dia pun tidak tahu banyak.

“Kasihan” Kyoko merengut di depan Hiroshi. Dia menyandarkan kepalanya di bahu pacarnya. Hiroshi mengelus-ngelus rambut Kyoko sambil melihat ke arah wajahnya. Perlahan, dia mendekat ke Kyoko dan mencium lembut pipinya.

Kyoko kaget.

“Aku tidak akan pernah membuatmu dalam situasi seperti itu”
“Hehe”
“Kamu percaya kan padaku?” tanya Hiroshi, retoris.
“Aku mau sekali percaya pada Hiroshi” senyum Kyoko manis, menatap wajah pacarnya.

“Aku tidak tahu masa depan kita akan seperti apa nantinya. Tapi aku ingin bersamamu terus” Hiroshi memegang kalung yang dipakai Kyoko, hadiah ulang tahun Kyoko yang ke-19 dari dirinya. Kyoko hanya tersenyum, sambil merasakan kenyamanan luar biasa yang ada di bahu Hiroshi.

Kalau bisa, mereka ingin menghentikan waktu detik itu, agar Kyoko tidak segera pulang ke rumah nanti malam. Sudah setahun mereka berpacaran dan mereka, sampai sekarang, masih dimabuk cinta.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

3002_010.jpg

Meiji Jingu.

Lagi-lagi di sini. Kana memang sering ke sini untuk berdoa. Meiji Jingu membangkitkan kenangan indahnya. Terakhir ke sini, adalah ketika dia dan ayahnya berdoa di malam tahun baru, di sebuah ritual yang biasa disebut Hatsumode.

Sewaktu kecil, dia dan kedua orangtuanya sering ke Meiji Jingu. Hanya sekadar untuk piknik, hanya sekadar untuk bermain, ataupun untuk occasion-occasion penting seperti hari-hari besar, terutama tahun baru. Tapi semua itu hilang, ketika ayahnya sudah mulai terlalu sibuk di kantor, dan kemesraan kepada ibunya menipis. Semua itu diperparah dengan ibunya yang sepertinya ada tambatan hati lain di luar ayahnya yang mendingin.

Teringat di kepala Kana, semua pertengkaran orang tuanya, dan dalam hatinya dia tidak ingin Aoi mengalami hal yang sama. Tapi sudah telat, mungkin.

Kana beranjak dari dalam area kuil, untuk segera pulang. Dia melihat ke jam tangannya. Sudah sore. Sudah waktunya untuk kembali ke rumahnya yang sepi itu. Andai dia masih punya pacar, mungkin dia akan menghabiskan waktu dengan pacarnya. Tapi, pacar yang dimaksud adalah Okubo, pria brengsek yang sudah menikah itu. Itu juga suatu kenangan buruk yang ingin cepat-cepat Kana lupakan.

Sambil berjalan, dia memperhatikan sekelilingnya. Dia memperhatikan pohon-pohon besar dan semua hal yang ada di dalam hutan kota yang mengelilingi kuil Meiji Jingu itu.

Dan mendadak, Kana tercekat. Abe Sensei ada di jembatan yang sama, sambil menelepon dan di tangannya ada kaleng kopi. Muka sang dosen terlihat mengkerut. Dia tampak berbicara dengan nada emosi, dan tak lama kemudian, dia menutup handphone itu. Sejenak, dia seperti ingin melemparkannya ke sungai. Tapi dia menarik napas panjang, dan menghabiskan kopi kalengan itu.

“Sensei…”
“Ah!” Abe-Sensei tampak kaget melihat Kana mendadak muncul di hadapannya.
“Ahaha… Maaf, aku tampaknya lewat di saat yang tidak tepat” senyum Kana awkward, karena dia baru saja melihat Abe Sensei marah.

“Ah, tidak ada saat yang tepat dan tidak tepat…” jawab dosen tersebut sambil memaksakan senyum. Dan kalimat yang tadi juga dipaksakan.

“Pasti saat-saat sekarang sulit ya untuk Sensei” secara tidak sadar, mulut Kana bicara seperti itu. Dalam hati ia ragu. Rasanya seperti akan mencampuri urusan pribadi dosennya tersebut. Tapi bagaimanapun, perasaan terdalam Kana berkata, bahwa dia harus menjadi telinga untuk masalahnya Abe-Sensei.

“Sulit, sulit sekali…. Semua terasa lebih sulit, ketika kamu bangun pagi sendiri…. Setelah sekian lama terbiasa dibangunkan oleh anak itu” Abe-Sensei merujuk ke Aoi, anaknya yang lucu dan menggemaskan.

“Ah, Aoi, bagaimana kabarnya, Sensei?”
“Andai aku tahu”
“Eh?”

“Ibunya melarang anak itu bicara kepadaku, entah mengapa. Padahal Aoi tidak pernah rewel kalau bersamaku…. Dan ibunya sama sekali tidak memberitahu kabar Aoi. Dia selalu menutup aksesku ke Aoi” kesal Abe-Sensei.

“Ano…. Turut sedih mendengarnya, Sensei”
“Terima kasih” jawab Abe-Sensei dengan mukanya yang masih terlihat stress.
“Aoi-Chan juga pasti rindu pada Sensei, aku pernah merasakannya kok…” senyum Kana, mengingat pengalamannya ditinggal oleh ibunya. Sampai sekarang, dia tidak pernah lagi bertemu dengan ibunya setelah perceraian itu terjadi.

“Maaf kalau bertanya, tapi waktu itu, perceraian orang tuamu terjadi pada saat umur Mitsugi-San berapa tahun?”
“Waktu aku SMP” Kana menelan ludahnya sendiri, sambil tetap berusaha tersenyum.
“Dan kamu ikut…”
“Otosan..” jawab Kana.

“Hmmm….” Abe-Sensei menarik napasnya panjang. “Akan sulit untuk memenangkan hak asuh….. Tapi…”

“Nn?”
“Tapi… ibunya Aoi juga bekerja, jadi dia sama sibuknya seperti aku….”

Kana hanya bisa tersenyum, kalau bisa, dia ingin memeluk Abe-Sensei dan mengatakan kalau semuanya baik-baik saja. Tapi dia tidak bisa melakukannya sama sekali. Dia hanya bisa tersenyum, dan menghibur Abe-Sensei lewat kalimat-kalimatnya. Tidak bisa lebih dari itu.

Dan di dalam kepala Kana, dia sedang menebak-nebak, apakah penyebab perceraian Abe-Sensei dan istrinya? Selingkuh? Kekerasan dalam rumah tangga? Ketidakcocokan? Entah apa. Dia ingin tahu, ingin bertanya, tapi itu adalah hal yang sangat tidak sopan.

“Entahlah, mungkin aku lagi-lagi bicara terlalu banyak di depan Mitsugi-San” Abe-Sensei menatap Kana dengan muka lelah. Kana masih tetap mengatur senyumnya. Dia benar-benar ingin membantu Abe-Sensei.

“Sensei pasti bisa melewati badai ini. Ayahku juga bisa. Aku juga bisa, Sensei dan Aoi juga pasti bisa” ucapan itu keluar dari mulut Kana, untuk menghibur Abe-Sensei.

“Iya, aku harus segera menyelesaikan badai ini…. Tapi tentunya, aku ingin sekali hak asuh Aoi ada padaku…. Aku tidak akan berhenti sebelum itu terjadi, apapun risikonya”

“Aku percaya sensei pasti bisa”
“Terima kasih semangatnya, Mitsugi-San”
“Sama-sama Sensei”

Kana menunduk ke arah dosennya itu, dan dalam hatinya, ia berharap masalah Abe-Sensei segera hilang. Dia mungkin penasaran, tapi dia tidak peduli lagi apa penyebab perceraian sang dosen. Yang dia inginkan, adalah kebahagiaan untuk Abe-Sensei, sebagaimana dulu, Abe-Sensei sudah menunjukkan jalan yang cocok untuk Kana, dan menjadi kebahagiaannya dalam meniti karier.

Dalam hati, Kana ingin mengulang terus-terusan pertemuan seperti ini, agar dia bisa menyemangati Abe-Sensei secara tulus.

Sekarang, Kana punya banyak alasan untuk banyak-banyak berdoa ke Meiji Jingu. Yakni menjadi telinga untuk Abe-Sensei.

------------------------------
------------------------------

haruko10.jpg

“Udah nolaknya?” tanya Jonathan lewat media sosial padaku. Tanpa sadar aku mengangguk, sambil mengetik pesan padanya.

“Udah”
“Kapan sih si kampret itu nembak elo?”
“Namanya Reyhan, bukan si kampret. Minggu lalu doi nembaknya”
“Bagus-bagus, buruan ke sini, ntar gue anyep sendirian”

Aku menarik napas, sambil menunggu ojek online datang ke Radio Dalam. Masih ingat sewaktu Jonathan mabuk tak karuan dan menyelinap ke rumahnya sendiri? Waktu itu dia berjanji, untuk mentraktirku ke Red Comet, setelah serangkaian bantuan yang aku kasih ke anak itu. Dan hari ini gak ada yang bisa nganter ke Red Comet. Papa lagi ngawasin suatu band rekaman di studio. Okasan ada di Mitaka. Dan aku gak ngikut ke Mitaka, karena berangkatnya tadi pagi-pagi banget. Sedangkan janjiku sama Jonathan itu jam makan siang.

Dan gilanya, Jonathan udah sampe duluan di Red Comet. Kayaknya dia sengaja, biar bisa lebih lama liat Tante Tara di sana.

Aku ngaca sebentar di handphone. Sejak dididik sama Shirley dalam soal berdandan, kenapa aku jadi suka tampil maksimal ya? Minimal maksimal menurutku. Rasanya nyaman malah, gak seperti bayanganku soal berdandan dan mix and match pakaian. Lucu emang dunia. Aku bisa dibawa jadi ke arah sini gara-gara Shirley, haha.

Mendadak handphoneku berbunyi.

“Halo?” aku mengangkat telepon dari nomer asing itu.
“Siang Kak, dengan Haruko?”
“Iya betul”
“Ini saya udah di depan rumah”
“Oh oke, saya keluar ya?”

“Sip, ditunggu Kak”

Oke, ojek onlinenya udah dateng. Sekarang saatnya untuk ke Red Comet, menyusul Jonathan gila yang udah ada di sana.

------------------------------

home9311.jpg

“Makasih ya Mas” aku senyum ke arah tukang ojek itu sambil ngasihin helm yang dari tadi kupake. Akhirnya sampe juga ke Red Comet. Interior restorannya asik banget dan aku gak sabar untuk di traktir cheese burger yang rasanya tiga kali lebih enak daripada burger lain itu.

Setelah disenyumin sama si tukang ojek, aku berjalan dengan riang, membayangkan keju yang meleleh di mulut itu. Hmm… Untung Jonathan mabok dan butuh dibantuin waktu itu, jadi deh makan gratis.

“Oi!” Jonathan melambai kepadaku, ketika aku masuk ke dalam Red Comet. Dia duduk di pojok, sambil merokok. Duh, rokok ya. Aku sampe lupa kalo dia ngerokok. Pasti pulang-pulang aku bau rokok. “Tumben” sambungnya.

“Apaan yang tumben”
“Elo” Dia menunjukku dengan rokok. “Elo kan biasanya cuman kaos ama jeans doang, ini sekarang kok jadi begini?”

“Kenapa emang?”
“Sejak lo jadi muridnya Shirley, beda banget ya dandanan elo” tawanya.
“Apa sih” aku duduk di depannya dan langsung mengambil menu yang nganggur di atas meja, dan aku langsung tertuju pada signature menunya.

Iya, aku hari ini pake kemeja lengan panjang berwarba putih tanpa kerah, dengan celana hitam yang panjangnya sebetis, juga sneakers keren yang jarang kupakai, oleh-oleh dari Kyou Ji-San, waktu dia ke Jakarta dulu. Handbag polos tanpa motif apapun ini juga menghiasi penampilanku. Beda banget emang kalo dibanding ama Haruko yang dulu. Apalagi aku pake make up tipis hari ini. Haha.

“Mas” Jonathan memanggil salah satu pegawainya Tante Tara, dan dia menghampiri kami. Setelah kami menentukan menu makan siang kami, kami kembali mengobrol, dan aku udah tahu, dia mau ngarahin obrolan ini ke mana.

“Sial, Tante Taranya lagi gak ada di sini” bisik Jonathan, lihat-lihat ke sana ke mari.
“Ya yang punya gak mesti selalu di sini kan, nyokap gue sama om Zul juga gitu, apalagi Red Comet kan bercabang-cabang”
“Yang ada malah lakinya, sumpah, beruntung banget tuh orang jadi lakinya Tante Tara” kesal Jonathan.
“Beruntung kenapa”
“Coba lo bayangin, lo dari nikah, sampe sekarang, berbelas tahun, istri lo tampangnya gak berubah, muda terus…. Gila gak tuh”

“Gila apanya”
“Gila lah pokoknya” Jonathan geleng-geleng kepala sambil kesal, membayangkan idolanya, Tante Tara.
“Sakit lo” aku dengan sinis berharap, kegilaan Jonathan terhadap Tante Tara suatu saat bisa berhenti.

“Ini minumnya ya…” mendadak seorang pegawai memberikan kami minuman yang sudah dipesan, dan aku berterima kasih sambil tersenyum. Jonathan hanya cemberut dengan muka malasnya, memperhatikan sudut-sudut ruangan Red Comet, sambil berharap keajaiban membawa Tante Tara masuk dari pintu depan, dengan pesona awet mudanya yang dikagumi Jonathan.

“Bosen jadinya kan?” keluh Jonathan.
“Plis deh” kesalku, atas obsesinya.
“Gak ada eye candy”

“Ngomong-ngomong, elo gimana tuh yang waktu itu, kan ketauan sama Tante Anggia” aku merujuk ke kejadian mabuk diam-diamnya itu.

“Haha…”
“Hukumannya apa?”
“Liat motor gue gak di depan?”
“Engga”
“Nah, itu salah satu hukumannya. Ga bole bawa motor” Dia menarik napasnya dan mematikan rokoknya. “Setidaknya sampe bulan depan”

“Itu doang? Keringanan” balasku.
“Kan tadi gue bilang, salah satu doang… Yang laennya ada kok…”
“Apa lagi? Pengen tau gue” tawaku.

“Nyuci piring tiap malem, tidur harus jam 9 pas selama sebulan, terus….”
“Banyak ya”
“Banget… Dan salah satunya juga habis kita makan sekarang, gue harus nganterin elu balik” jawab Jonathan.

“Makanya jangan mabok, kita belom cukup umur lagian…..”
“Ahaha” tawa Jonathan dengan malasnya, mungkin dia malas dinasihati olehku, atau dia malas karena hari ini Tante Tara gak ada di Red Comet.

“Sekarang mending kita makan, gue udah gak sabar lho…. Makasih tapi waktu itu minta tolongnya sama gue, jadi gue bisa ditraktir” aku menjulurkan lidah ke arah Jonathan. Dia cuma nyengir malas aja, dan mungkin, kepalanya sedang tidak ada di sini.

Bodo ah, yang penting makan enak.

------------------------------

Ah, burgernya Red Comet memang enak. Rasa makan malamku tadi pun gak bisa ngalahin rasanya Cheese Burger tadi siang. Maaf ya, Okasan, tapi bener kata orang, Red Comet itu tiga kali lebih enak daripada burger biasa.

Sekarang, aku lagi tiduran di kamar, bersiap-siap untuk tidur, dan juga bersiap untuk hari Minggu besok, ada rapat kerjaan seksi dekor buat pensi sore-sore. Dan sebelumnya, pagi-pagi ada latihan badminton. Sunday bakal jadi padat banget buatku.

Sambil mencoba istirahat, aku buka handphone, ngeliat-liat dan memeriksa notifikasi dari media sosial. Ribet memang medsos, banyak banget sih jenisnya. Ada fesbuk, terus ig, terus wassap, terus…. Eh?

Aku berkerut melihat pesan yang masuk dari wassap. Ada beberapa pesan masuk dari Tania. Tapi kok kayaknya pesannya banyak banget, gak kayak Tania biasanya kalo ngajak ngobrol di sosmed. Aneh. Ada apa ya kira-kira? Aku langsung membuka tabnya dan mendadak aku kaget.

Ada puluhan pesan darinya. Beberapa di antaranya screenshot percakapannya dengan orang lain.

Dan di screenshot itu, ada foto yang bikin aku kaget. Ada foto aku dan Jonathan lagi nunggu taksi online di pinggir jalan. Udah gitu, ada foto aku meletin lidah ke arah dia. Sekilas, foto-foto itu ngebuat aku dan dia keliatan kayak couple.

Sumpah. Dan screenshot percakapannya bikin aku panas.

Seorang cowok yang aku tahu sekelas denganku dan kenal dengan Reyhan juga, ngomong gini.

“Pantesan Reyhan ditolak. Ngakunya gak pengen pacaran dulu. Temen lu munafik banget” Dan di bawahnya, banyak sekali pembelaan Tania untuk aku. Tapi cowok itu gak ngegubris. Di dalam kepalanya, aku dan Jonathan adalah sepasang kekasih. Dan kalimat terakhir dari cowok itu, bener-bener bikin aku stress.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Reyhan tadinya biasa aja abis ditolak sama Haruko. Tapi setelah liat foto-foto ini, dia ancur seancur ancurnya. Mungkin temen lo perlu tau”

Aduh. Kenapa sih? Kenapa sih susah banget jadi anak SMA yang biasa aja, yang pengen berteman sama semua orang dan berkegiatan tanpa mikirin pacaran dulu?

Haduh… Pusing!

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 55

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Jonathan Andika Akbar (16) anak sulung Rendy dan Anggia

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Kazuo Abe (36) dosen di Senmon Gakkou

Glossary :


Sensei : Sebutan untuk orang yang ahli dalam satu bidang tertentu (Chef, Guru, Mangaka)
Otosan : Ayah
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Pertamini oi

Edit :
  1. Emang tuh couple (Kyoko & Hiroshi) buat cemburu skaligus buat penasaran kenapa bisa bubaran padahal hubungannya sdh klik gitu.
  2. Mgkn si Jonathan akan makin manas2in fans2 nya Haruko dgn ngejemput tiap pulang sekolah x ya. Semoga aja kejadian biar tu anak yg nyebarin foto2 Haruko dgn Jonathan di bantai.
  3. Makasih atas karya& apdetnya yg selalu cetar membahenol :D.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd