ONE PUSH BUTTON
by Tuxedoman
menampilkan
Elvira Devinamira (Putri Indonesia 2014)
There is a button, one push button to change everything
by Tuxedoman
menampilkan
Elvira Devinamira (Putri Indonesia 2014)
There is a button, one push button to change everything
Tahun 5049. Tahun ini adalah tahun-tahun kematian. Bumi sudah dipenuhi oleh polusi, radiasi dan juga banyak makhluk hidup bermutasi. Bumi menjadi kering, sumber air menipis, banyak terjadi perang hanya gara-gara memperebutkan sebuah sumur. Namun sebagaimana pepatah kuno mengatakan bahwa dunia ini hancur karena wanita maka dunia juga akan berjaya karena wanita. Peperangan yang lebih mengerikan adalah memperebutkan seorang wanita.
Lebih dari milyaran wanita telah terkena polusi dan kromosom mereka rusak sehingga ovum mereka tidak bisa dibuahi. Ini adalah awal dari kepunahan manusia. Awalnya adalah ditemukannya sebuah bakteri yang bermutasi akibat kadar polusi udara dan air yang sangat tinggi. Bakteri ini merusak tubuh manusia khususnya pada organ reproduksi. Namun para laki-laki tidak terpengaruh oleh bakteri ini, berbeda dengan wanita. Mereka yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan rusak jaringan sel telurnya. Maka dari itulah sekalipun ada wanita, tapi mereka tak bisa dibuahi. Mereka tidak mandul, tapi sel telurnya menolak sperma bahkan membunuh sperma para laki-laki. Kelainan genetik ini terus berlanjut dan membuat wanita menjadi makhluk yang paling langka.
Wanita-wanita yang memiliki ketahanan terhadap bakteri dan steril dijadikan sebuah harta yang tak ternilai. Namun, seiring perkembangan jaman negara-negara adidaya mulai memperebutkan wanita-wanita yang sehat yang bisa bereproduksi. Seiring peperangan itu, jumlah manusia makin sedikit, ditambah lagi dengan berbagai bencana alam maka manusia diambang kepunahan.
Aku adalah salah satu saksi yang ada di akhir zaman ini. Namaku Farid, seorang ilmuwan. Boleh dibilang seorang ilmuwan karena memang pekerjaanku meneliti. Banyak alat-alat yang telah kuciptakan. Aku adalah salah satu korban dari buruknya kondisi bumi saat ini. Sejak berumur tujuh belas tahun aku meneliti dan meneliti. Aku bekerja di sebuah pabrik elektronika terbesar di dunia bernama Syntethic. Pabrik ini sekarang sudah ditinggal pemiliknya, semuanya di PHK. Hanya aku satu-satunya yang tersisa dan satu orang asistenku. Tak bisa disebut orang sebenarnya.
Aku membuatnya lima tahun yang lalu. Teknologi sudah berkembang pesat sekarang ini. Prototype robot dijual dengan bebas. Tinggal kita yang memodifikasinya lalu mengisinya dengan AI yang lebih cerdas. Asistenku ini bernama Elvi-001. Dia generasi pertama yang aku kembangkan sendiri. Dan aku tak pernah punya pikiran untuk membuat yang berikutnya karena fungsinya sudah lebih dari cukup.
Elvi-001 aku menyebutnya demikian. Aku iseng melihat sejarah pada tahun 2014 di mana ada sebuah kompetensi yang memperebutkan gelar sebagai seorang Putri Indonesia. Aku tertarik dengan wajah dan body dari Elvira Davinamira, sehingga wujud dari Elvi-001 adalah dirinya. Aku tak tahu persis bagaimana bentuk body dari Elvira pasti sangat seksi, robotku? Kalau dibilang dia adalah robot seksi tidak juga karena sekalipun bentuk tubuhnya proporsional dan sangat entotable (darimana juga kata-kata ini aku dapatkan) dia tetaplah sebuah mesin. Dia mengurus segala kebutuhanku, memasak, nyuci baju, membantuku dalam penelitian, hingga untuk teman tidur. Bicara mengenai teman tidur, dia aku tanamkan AI seorang pelacur. Sebut saja demikian. Tubuhnya kubuat sebagus mungkin seperti sex doll, dan dia akan merespon seluruh rangsangan yang aku berikan. Bagaimana caranya? Terlalu kompleks dan rumit. Manusia saja butuh satu dekade untuk menemukan sex doll. Dan manusia butuh berabad-abad untuk melakukan penelitian tentang how to make a realistic android for sex. Tentu saja, android sebagai asisten, sebagai maid dan juga sebagai partner sex, itu ide yang cemerlang bagi seorang jomblo sepertiku. Mereka mendengarkan, mereka menurut dan tentu saja memberikan kepuasan dalam masalah sex. Secara teknis, aku masih perjaka.
Elvi?! panggilku.
Ya, aku di sini, jawabnya segera setelah aku panggil.
Tolong bantu aku untuk merapikan mejaku! perintahku.
Segera robot yang hanya memakai celemek ini membantuku membereskan mejaku yang berantakan. Sebentar lagi aku menyelesaikan formula mesin waktuku. Aku jadi satu-satunya harapan manusia, mungkin. Mesin waktu bisa kutemukan.
Sudah doktor, jawab Elvi.
Aku melihat mejaku udah tertata rapi. Hmmm.. tak kusangka dia bisa melakukannya dengan cepat. Kalau dilihat-lihat tubuh Elvi ini benar-benar seperti manusia pada umumnya. Tidak tampak seperti robot. Aku membuat kulitnya dari bahan kulit sintetis. Dan di dalam kulitnya mengalir jaringan air hangat yang suhunya stabil antara 36 sampai 37 derajat Celcius. Hal ini akan membuatnya seperti suhu manusia normal pada umumnya. Dia punya lidah, rongga mulutnya memang tidak seperti rongga mulut manusia, tetapi merupakan lubang silikon yang bisa mengeluarkan ludah. Ludahnya sendiri sebenarnya adalah sebuah cairan pelumas yang biasa digunakan untuk bersenggama. Hal ini sama juga yang terjadi pada artificial vaginanya. Tahu sendiri bagaimana bentuk sex doll itu. Di dalamnya ya tidak ada apa-apa, cuma sebuah rongga yang bisa memijat penis dan mengeluarkan cairan pelumas.
Elvi bisa horni, tapi ia perlu dipancing. Karena dia setengah maid, setengah asisten dan setengah robot sex tentunya dia akan terangsang ketika aku yang memulainya. Misalnya seperti yang aku lakukan sebentar lagi.
Aku meminum air dari hasil air suling. Air sekarang sulit didapat. Curah hujan berkurang drastis. Air ini adalah air yang diolah dari menangkap embun, mengambil air laut, air sungai kemudian disuling sehingga bersih dan bisa diminum. Aku melihat Elvi yang berdiri menunggu perintahku. Sialan, sekalipun dia robot, tapi bentuknya benar-benar mirip manusia sehingga sangat realistis. Aku menghampirinya dari belakang kemudian kulepas semua bajuku. Penisku sudah tegang sekali aku pun memeluknya dari belakang sambil menelusupkan kedua tanganku meremas payudaranya. Sebagai sex doll ia akan merespon.
Ahhh...dookk! rintihnya sambil kepalanya menghadap ke belakang.
Aku mencium bibirnya. Benar-benar mirip manusia. Tapi dia tak bisa memagutku, hanya aku yang aktif menciumi bibirnya yang hangat. Dengan sedikit tarikan di tali celemeknya, ia pun langsung telanjang seutuhnya. Elvi mengerang ketika putting susunya aku tekan-tekan. Aku terus melakukannya sambil melakukan remasan-remasan kuat di kedua buah dadanya. Penisku mulai menegang menempel di pantatnya. Bahan sintetis yang paling baik ini membuat kulit Elvi benar-benar seperti kulit manusia. Aku pun menciumi lehernya.
Ouuhhhh...., erang Elvi.
Aku pun kemudian membalikkan tubuhnya. Melihat payudaranya membuatku ingin sekali mengenyotnya. Bagian tubuh berbentuk bola dengan sebuah pentilan kecil berwarna pink itu pun aku hisap. Memang rasanya seperti karet, tak ada enaknya menurutku, tapi hal itu cukup membuatku senang dan nyaman. Aku pernah memberikan rasa tertentu di putting susunya, namun hal itu malah membuat kulit sintetisnya cepat rusak. Dengan kulit sintetis hasil buatan Syntethic corp tentu saja akan terlihat seperti kulit sungguhan.
Aku sangat terangsang walaupun Elvi adalah sebuah robot. Namun dia yang bentuknya benar-benar seperti manusia juga tingkahnya membuatku membayangkan bahwa dia adalah seorang manusia. Aku kemudian menaikkan kaki kirinya, lalu penisku yang sudah menegang ku masukkan ke dalam celah lubang vaginanya.
SLEB!
Sungguh suatu rasa yang tak bisa kulukiskan. Sekalipun ini hanya vagina buatan, tapi rasanya sungguh nikmat berkedut-kedut meremas penisku. Aku menggendong tubuh Elvi sekarang sambil menanamkan penisku di sarangnya. Aku gendong Elvi hingga ke kamarku. Setelah sampai di kamar aku menjatuhkannya di atas tempat tidurku. Elvi menatapku dengan mata sayu. Ya, itu salah satu program yang sudah aku tanamkan di chipnya. Dia sekarang merintih-rintih seperti manusia sungguhan.
Ohh.... Dook... aahhh! rintihnya.
Memek kamu sempit banget, kataku.
Aku adalah lonte kamu, terus....ahh.. terusss.... ehhmm...., lenguhnya. Aku tak perlu menjelaskannya lagi bukan kalau ini juga salah satu program yang sudah aku tanamkan ke dalam chipnya.
Aku menggenjot vaginanya, tubuh Elvi bergoyang-goyang karena sodokanku, terlebih payudaranya yang kenyal dan lembut naik turun seperti kami menaiki seekor kuda yang melaju kencang. Aku kemudian memeluknya, tubuhnya hangat memberiku kenyamanan yang tidak pernah aku rasakan. Tentu saja, wanita adalah barang langka di zaman ini.
Aku terus menggenjot tubuh Elvi. Kedua tangannya dikalungkan ke leherku. Penisku nyaman banget berada di dalam artificial vaginanya. Hingga kemudian aku pun benar-benar nggak tahan untuk muncrat. Spermaku terbuang percuma di dalam sana.
Aahh...aahhh...aahh..., lega sekali rasanya.
Setelah melakukan hal itu aku mencabut penisku. Nafasku masih ngos-ngosan, memang sensasinya beda daripada ngocok. Terus terang untuk urusan mesum aku memang tidak jago. Terutama berhubungan badan. Ya mau cari wanita kemana lagi? Di dunia ini wanita langka. Aku hanya membaca-baca dan melihat data lama tentang wanita-wanita terutama gambar-gambar porno yang ada di internet pada jaman dulu.
KRING! KRIIING! KRIING!
Aku mendengar Intercom berbunyi. Ada yang menghubungiku. Buru-buru aku memakai bajuku karena tentu saja aku tak mau orang yang menghubungiku ini melihatku telanjang. Kulihat di layar intercom seseorang yang aku kenal. Namanya Isaac. Mau apa dia menghubungiku? Kuterima intercomnya. Di tembok kamarku ada sebuah monitor besar yang memunculkan wajah seorang laki-laki dengan rambut acak-acakan.
Hei buddy!? sapanya.
What's up bro? tanyaku.
Aku ada kabar nih. Kamu ingin kabar baik apa kabar buruk? tanyanya.
Kabar buruk aja lebih dulu, jawabku.
Kamu ini sama sekali tak ada asyiknya, kenapa mesti kabar buruk lebih dulu? Berpikir positif dong! Isaac menasehatiku.
Kasih saja nasehat itu untuk dirimu, kataku. Di saat manusia mau punah kamu bilang kabar baik, kabar baik dari mana?
Baiklah, kabar buruknya Kita dapat kabar satu-satunya wanita yang ada di bumi baru saja tewas, katanya.
What? Lho, koq bisa? tanyaku.
Julian nama wanita terakhir itu ada di Roma, ketika terjadi perebutan sang wanita menembak kepalanya sendiri. Ia mungkin dalam kondisi tertekan. Sekarang tak ada lagi yang bisa mengembang biakkan manusia, kata Isaac. Dan aku menarik diri dari perkataanku yang dulu, engkau benar. Satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan kita sekarang adalah kembali ke akarnya, kembali ke masa di mana semua ini belum terjadi.
Damn, aku salah perhitungan. Kenapa sudah terjadi? tanyaku.
Isaac mengangkat bahunya. Sekarang bagaimana?
Entahlah, kamu tanya aku, aku tanya siapa? Project mesin waktuku belum selesai, kataku.
Para lelaki sekarang jadi makhluk yang lebih menyedihkan. Mereka sekarang lebih tertarik kepada sesama jenisnya, lanjut Isaac. Kamu tahu, kalau saja aku tak membentengi diriku dengan senjata di pinggangku, mereka akan menyekapku dan menjadikan santapan para tusboler itu.
Oke Isaac, kabar baiknya!? tanyaku.
Oh, iya. Kabar baiknya.... aku masih selamat, jawabnya.
Sialan, kukira kabar baiknya apa, aku tak menganggap gurauannya itu lucu.
Kami diam sejenak. Merenungi nasib dari umat manusia sekarang ini. Tampaknya aku harus percepat proyek mesin waktuku sebelum terlambat.
Aku tinggal dulu, kataku.
Apa yang akan kau lakukan sekarang? Bagaimana dengan proyekmu? tanya Isaac.
Aku tak tahu, jawabku.
Kamu tahu sendiri proyek kloning tidak ada yang berhasil. Kalau toh berhasil selalu menghasilkan manusia cacat. Terlebih gen yang dihasilkan tidak baik, akhirnya banyak yang meninggalkan cara kloning. Lalu kamu punya solusi untuk pergi ke masa lalu. Tapi semua orang menganggapmu gila, kamu terlalu banyak berfantasi. Dan sekarang kamu bilang tidak tahu? kata Isaac. Ia sepertinya tidak sabar sekarang.
Ketahuilah, aku sudah bekerja sebaik-baiknya, kataku.
Elvi kemudian berdiri, Isaac melihatnya.
Kamu masih bercinta dengan robotmu itu? tanya Isaac.
Kenapa? tanyaku dengan nada getir.
Ya ya ya, boleh aku main ke tempatmu aku mau pakai dia, katanya.
Terserah, kataku.
Ia kemudian memutuskan hubungan. Aku kemudian ambruk di atas ranjang lalu bersembunyi di balik selimut. Hari ini lelah, aku ingin tidur terlebih dulu mengumpulkan tenaga untuk esok. Kulihat Elvi sedang membersihkan rumah, dia memang robot yang baik dan rajin. Aku sudah mensetel agar dia bisa mengisi dayanya sendiri.
Elvi, kalau nanti Isaac datang suruh masuk saja dan layani dia! perintahku.
Siap dok, jawabnya.
Isaac sudah sering main ke tempatku, bahkan dia bisa seharian bermain bersama Elvi sampai ia benar-benar kelelahan. Ia rela membayarku dengan uang hanya untuk bisa menikmati tubuh Elvi. Mungkin kalau keadaan berubah aku bisa kaya mendapatkan uang dengan cara seperti ini. Tapi itu tak kulakukan. Harga diriku sebagai seorang ilmuwan akan hancur kalau aku melakukannya.
Aku sudah terlelap. Di dalam mimpi aku melihat Elvira. Di dalam mimpiku dia terlihat seperti nyata. Gaunnya berwarna coklat berkibar tertiup angin. Aku dan Elvira berada di pantai, aku tak pernah tahu pantai apa ini. Dia tersenyum kepadaku kemudian menggandengku. Kami berlari di sepanjang pantai. Suara debur ombak, desiran angin, semuanya seperti nyata. Elvira terus menggandengku sambil berlari hingga kami berhenti ketika di depan kami ada sebuah pemandangan yang sangat kontras.
Pasir pantai berwarna merah, tiba-tiba air laut surut, awan hitam bergulung-gulung datang. Tak berapa lama kemudian angin bertiup semakin kencang. Kemudian datanglah angin yang sangat kencang. Elvira memegang tanganku erat-erat.
Farid! Farid! Kamu harus menolong kami! Fariiiidd!? Elvira menjerit.
Aku tersentak dan bangun dari tidurku. Mimpi buruk. Kulihat jam beker di meja dekat tempat tidurku menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku tak melihat Elvi. Kemana dia?
Dengan bertelanjang kaki, aku turun dari tempat tidur. Begitu sampai di luar kamar aku melihat Isaac sedang menggenjot tubuh Elvi. Buah dada Elvi bergoyang-goyang karena perlakuan Isaac. Aku hanya menggeleng-geleng saja.
Ohh... ohh... ahhh... ahh... Hei Farid, pagi?! sapanya.
Aku tak menjawabnya dan segera menuju ke ruang laboratoriumku. Kulihat Elvi meringis nikmat. Dia kemudian dipagut oleh Isaac. Tubuh mereka bergoyang-goyang di atas sofaku yang empuk. Kulihat ruanganku sudah rapi, tak ada masalah asalkan ruanganku rapi. Entah sudah berapa lama Isaac ngentot dengan Elvi, kalau dari mulai aku tidur berarti sudah cukup lama. Kuhabiskan waktuku di laboratorium untuk menyelesaikan mesin waktu yang aku ciptakan.
Hari demi hari berlalu. Manusia sudah mulai putus asa. Peperangan telah berhenti. Mereka tak tahu berperang demi apa sekarang. Dalam keputus-asaan itu mungkin hanya aku saja yang masih memiliki harapan. Isaac mulai stress tingkat tinggi. Dia tiap hari hanya bercinta dan bercinta saja dengan Elvi. Hampir tiap hari aku melihat dia tidur di kamar dengan Elvi yang menemaninya. Dan sudah sebulan ini aku tak bercinta dengan Elvi. Rasanya juga aku sudah tidak bernafsu lagi bercinta dengan robot. Tapi sekalipun melayani Isaac, Elvi juga mengurusi rumah sehingga semuanya tampak bersih.
Di akhir zaman, uang sudah tak ada gunanya lagi. Stasiun tv mulai tutup, alat komunikasi digratiskan, semuanya digunakan untuk keperluan akhir zaman. Tak ada lagi bayi menangis, tak ada lagi anak kecil bermain. Semuanya telah musnah. Bayi terakhir lahir sepuluh tahun yang lalu. Setelah itu tak ada lagi bayi yang lahir di bumi ini. Manusia benar-benar telah menuai apa yang mereka tanam. Peperangan, polusi, eksploitasi besar-besaran hingga mereka sekarang hanya bisa mengigit jari mereka. Populasi penduduk Eropa menurun drastis sepuluh tahun terakhir. China yang dulunya berpenduduk paling banyak pun sekarang sudah punah. Orang-orang mulai gila semuanya, mereka bahkan rela bercinta dengan hewan hanya ingin mendapatkan keturunan yang mana semua itu tak akan ada hasilnya.
Proyekku sudah selesai. Tidak, belum selesai kalau aku tidak mencobanya. Mesin waktu yang aku buat ini berbentuk seperti kapsul. Di dalamnya ada kumparan besar, sebuah batteray penyimpan energi yang cukup besar ada di dalamnya. Hal ini memungkinkanku untuk menempuh perjalanan yang cukup panjang. Padahal aku sendiri tidak yakin apakah aku bisa. Secara rasional manusia tidak akan bisa melawan waktu. Namun secara teori manusia butuh sebuah vessel untuk bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya. Teori mesin waktu ini adalah aku hanya membutuhkan sebuah persamaan untuk bisa mengubah kapsul ini menjadi partikel yang lebih ringan daripada cahaya. Setelah itu aku tinggal masuk ke dalam ruang wrap. Di sana nanti aku bisa berjalan menjelajah waktu. Tapi aku ragu satu hal. Soal energi.
Tentu saja aku sekarang ragu. Bagaimana caranya agar aku tahu mesin ini berjalan dengan sempurna? Tak ada cara lain, aku harus mencobanya.
Hari itu aku untuk pertama kalinya mandi yang bersih. Aku bahkan meminta Elvi untuk mencukur rambutku yang sudah mulai gondrong. Setelah itu aku memakai baju yang paling tidak cocok untuk jaman di mana aku akan datang. Jaman itu ada di tahun 2015. Tujuanku tentu saja mencari Elvira Devinamira. Kenapa harus dia? Karena aku suka dia. Dan aku ingin dia menyelamatkan bumi ini dari kepunahan. Atau mungkin tidak.
Kamu mau berangkat? tanya Isaac.
Yeah, jawabku.
Kamu yakin akan berhasil? tanyanya.
Aku tak tahu. Aku gambling. Aku bisa mati di dalam mesin itu, bisa juga aku hidup. Tak ada yang mencobanya. Aku juga tak yakin energinya akan cukup untuk perjalanan kembali ke sini. Di jaman itu belum ada batteray seperti yang aku punyai, jelasku.
Oh, bro. Ini namanya misi bunuh diri! katanya.
Aku tak punya cara lain, jawabku.
Isaac menghela nafas. Aku berjalan menuju ke pintu mesin berbentuk kapsul itu. Aku kemudian masuk. Aku memakai jaket warna coklat, kemeja, celana jeans dan sepatu kets. Kukira di jaman itu model ini masih wajar. Elvi membantuku menutup pintu mesin. Aku berusaha duduk dengan nyaman di dalam mesin ini, sejatinya aku tak pernah merasa nyaman. Perasaan galau pun melandaku, apakah aku akan sanggup untuk bisa melewati ini semua? Aku mengantongi foto Elvira, kuambil foto itu sejenak, kutatap wajahnya. Aku harus sanggup. Kemudian aku simpan kembali.
Semuanya, do'akan aku! kataku.
Bro, aku ingin kamu lakukan satu hal, kata Isaac.
Apa? tanyaku.
Kalau kamu kembali, jangan di tahun ini, katanya.
Kenapa? tanyaku.
Pergilah 200 tahun dari tahun ini. Pastikan semua manusia sudah punah, jawabnya.
Maksudmu? tanyaku lagi.
Kalau kamu kembali di tahun ini sambil membawa Elvira, aku yakin banyak orang yang akan mengincarnya. Kamu tak mau itu semua terjadi bukan?
Aku mengerti, aku mengangguk. Itu artinya aku tak akan melihatmu lagi.
Isaac hanya tersenyum. Senyuman penuh makna. Ia tahu hal ini. Aku ada Elvi, semuanya tak akan masalah.
Elvi, jaga dia baik-baik! perintahku.
Tak masalah, dok, jawab Elvi robot setiaku.
Aku kemudian menyalakan mesin ini. Aku belum menamai mesin ini. Ah, tak masalah. Kunamai saja Prototype One. Tidak, tidak, tidak. Aku namai OPB saja. Apa itu OPB? One Push Button. Karena hanya dengan satu tombol saja mesin ini bisa aktif. Ya, aku baru saja menekan tombolnya. There is a button, one push button to change everything
Silakan sebutkan tujuan Anda! kata mesin ini. OPB maksudku.
OPB, aku menamaimu OPB. Itu tak masalah? tanyaku.
Tak masalah, dok, jawabnya.
Antarkan aku ke tahun 2015, bulan dan tanggalnya sama seperti bulan dan tanggal sekarang. Bisa? tanyaku.
Perjalanan kita hanya bisa untuk pulang dan pergi. Energinya hanya cukup untuk itu, jelas OPB.
Lakukan! kataku.
Ready to Engage. Three..... Two.... One! Engage! OPB memberikan warning. Seketika itu seluruh mesin bergetar hebat. Tiba-tiba aku seperti dihempaskan hingga seluruh punggungku menempel di kursi.
Isaac dan Elvi sudah tidak kelihatan. Kini OPB berada di ruangan gelap dan di depanku ada semacam lorong seperti lubang cacing. Ini wrap room. Aku melihat indikator tahunnya menurun. Dari tahun 5.000-an menjad 4.000-an, 3.000-an, dan kemudian sampai di tahun 2015. Tiba-tiba semuanya serba terang benderang. OPB terjun bebas. Kami ada di udara!
OPB, kamu bisa tahu keberadaan Elvira? tanyaku. Di jaman ini ada internet. Pasti kamu bisa melacaknya. Antarkan aku ke sana!
Diterima! katanya.
Mesin OPB pun melesat seperti pesawat menuju ke sebuah tempat. Kecepatannya sangat luar biasa. Mungkin orang-orang yang melihatnya akan menganggap ini adalah UFO. OPB pun mendarat di sebuah pulau. OPB mendarat dengan tidak mulus. Mesin ini menghantam pasir kemudian terseret sampai ke daratan. Sedangkan aku? Sangat pusing. Karena hantaman tadi akhirnya aku pun pingsan.
* * *
Terakhir diubah: