metalgearzeke
Guru Semprot
- Daftar
- 3 Feb 2016
- Post
- 501
- Like diterima
- 1.408
Jinan, A Tool
Happy reading
"Hoammm sekarang jam berapa sih...." dengan malas aku mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari tempat tidurku. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan juga aku baru sadar kalau sekarang hari minggu. Hufftt, akhirnya bisa beristirahat seharian di kosan setelah menghadapi perkuliahan yang begitu padat.
Namaku Jinan, mahasiswi tingkat akhir berusia 23 tahun. Meski sebenarnya aku belum mengambil skripsi karena ada salah satu mata kuliah yang aku harus mengulang, yah karena kemalasanku sendiri yang mengakibatkan mata kuliah itu mendapat nilai yang tidak sesuai harapan sehingga mau tidak mau aku harus mengulang dari awal. Ah, aku pikir tidak begitu buruk juga mengingat banyak juga teman-temanku yang mengalami hal ini.
Perawakanku bisa dibilang cantik kalau kata teman-temanku dan aku sendiri juga menyadarinya. Aku bangga dengan diriku sendiri, wajahku yang katanya mirip dengan artis papan atas di negeri ini dengan kedua mata yang tajam mempesona. Tubuhku selalu aku rawat dengan rajin berolahraga dua kali setiap minggu di gym dan sesekali jogging keliling area kampus, ditambah dengan pola makan yang selalu kujaga membuat tubuhku terlihat seksi dan indah. Buah dadaku terbentuk sempurna meski tidak terlalu besar namun bulat dan kencang, yang aku cukup sebal adalah kedua pahaku yang gemuk meski aku sudah berusaha untuk merampingkannya namun tidak sesuai harapan.
Untuk urusan asmara sih.... hehehe sebenarnya aku sudah sering punya cowok sejak SMA. Yah, sebagian besar menyenangkan meski juga ada sedihnya. Tetapi hal tersebut bukan masalah besar buatku. Prinsipku adalah "dekati cowok, buat mereka merasa nyaman, jadi pacar, nikmati yang ada, lalu tinggalkan", sudah cukup banyak cowok yang jadi korban "kenakalanku" meski jujur saja ada sedikit yang bisa hampir mendapat hatiku namun prinsip yang kupegang kuat ini mampu melawan mereka.
Karena aku mempunyai banyak cowok pastinya kalian pikir aku sudah pernah melakukan hubungan badan. Dan jawabannya adalah benar, aku sudah menjadi wanita "dewasa" sejak SMP bersama kekasih pertamaku dengan tidak baik. Yep, saat itu aku dijebak olehnya bersama teman-temannya dan diperkosa beramai-ramai di sebuah villa. Aku masih ingat betul betapa tak berdayanya aku saat itu, digilir oleh teman-temannya termasuk kekasihku sendiri. Bahkan mereka merekam semua adegan itu sebagai jaminan agar aku tidak melaporkan ke pihak berwajib dan bodohnya aku mengiyakan saja, meskipun pada saat itu juga sebenarnya aku memang menikmatinya.
Karena kejadian tersebut, tumbuh rasa benci pada laki-laki dalam diriku namun bukan berarti aku langsung tidak suka sama mereka. Seperti yang kujelaskan diatas, prinsip yang kupegang itu bertujuan untuk "membalas" dendamku kepada lelaki yang mendekatiku, tak peduli mereka sok baik atau sejatinya memang baik orangnya. Terlihat jahat memang tapi aku menikmatinya hehe.
Baiklah sekian pengenalan singkat tentang diriku.
Kuambil handuk kering yang menggantung di dekat pintu kamar mandi dan bersiap untuk mandi meski aku masih merasa malas, sepertinya mandi adalah solusi untuk menyegarkan badan dan pikiran.
Kucuran air yang keluar dari shower membasahi seluruh tubuhku yang sebelumnya sudah aku lumuri dengan busa sabun. Kegiatan mandi adalah salah satu kesukaanku bahkan bisa dikatakan sudah seperti hobi. Disamping untuk membersihkan diri dari kotoran dan keringat yang mengganggu, aku juga dapat melihat tubuh telanjangku secara langsung melalui kaca cermin di kamar mandi ini, sekarang aku bisa melihat seluruh tubuhku yang mengkilap setelah sabun yang melumuri tubuhku telah hilang oleh air. Buah dadaku tampak bulat dan kencang dengan puting susu yang berwarna pink, aku tersenyum melihat keindahan tubuh ini berkat olahraga yang teratur, dan juga sebagai "senjata" untuk menaklukan hati lelaki yang berani mendekatiku. Hihi.
Tapi bukan berarti aku selalu mengenakan pakaian yang menggoda dalam kehidupan sehari-hari. Tidak, tidak. Itu bukan gaya hidupku, aku justru lebih suka mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman. Saat waktu kuliah aku sering mengenakan kemeja dengan variasi dan corak yang berbeda setiap harinya, tak lupa aku sengaja untuk melepaskan kancing atas kemeja memperlihatkan kaos oblong yang memiliki kerah yang lebih turun dari kaos biasa sehingga kulit dada atasku terlihat jelas. Aku selalu mengamati mata-mata cowok yang kutahu selalu melihat bagian itu meski tak tampak belahan buah dada disana. Aku anggap sebagai bonus saja untuk mata cowok yang nakal hehe. Terkadang aku mengenakan rok flanel panjang dalam satu kesempatan, tapi aku lebih sering mengenakan celana jeans ketat. Namun..... ugh, sepertinya untuk beberapa minggu kedepan aku pakai celana longgar saja mengingat ukuran pahaku yang mulai membesar.
Kembali aku membasuh tubuhku dengan air sambil melihat cermin di depanku, berulang kali aku terkagum-kagum dengan kemolekan tubuhku sendiri. Buah dada yang menantang, perut rata dan pinggul yang terbentuk indah dan bongkahan pantat yang sekal, mungkin karena pahaku yang gemuk mempengaruhi bentuk pantatku juga hihihi. Oh iya selain buah dada, bagian tubuhku ini juga sering dilirik sama cowok-cowok yang aku dekati. Sebagian dari mereka cukup beruntung bisa melihat dengan langsung pantatku tanpa ditutupi celana. Yep, mereka yang sudah menyetubuhi diriku sebagai pemuas nafsu bejat mereka. Disatu sisi aku sangat membencinya namun di sisi lain aku menikmatinya.
Setelah puas melihat-lihat, kedua bola mataku sedikit turun menuju bawah pusar, tampak gundukan kemaluanku yang sedikit gemuk dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang cukup rimbun. Ugh, aku jadi merasa tak enak melihat rambut kemaluan itu, sepertinya aku harus mencukurnya sedikit supaya rapi.
Setelah dirasa cukup membasuh badan, kuambil pisau cukur, gunting kecil dan sabun cair. Kusenderkan tubuhku pada dinding kamar mandi dan melebarkan sedikit kedua kakiku sehingga gundukan memekku mulai tampak. Kemudian rambut kemaluan tersebut kulumuri dengan sabun cair yang sudah dicampur sedikit air hingga terbentuk banyak busa. Nah sekarang tinggal gunakan pisau cukur ini untuk merapikan rambut kemaluanku.
Dengan hati-hati aku menggerakan sedikit pisau cukur ini sehingga beberapa helai rambut itu terpotong dengan rapi, kulakukan berulang kali hingga tak sadar kalau rambut tersebut telah habis. Ugh, kemaluanku sekarang terekspos dengan jelas tanpa rambut yang membandel. Setelah beres kubasuh bagian itu dengan air hingga bersih dari sisa-sisa sabun. Ah, sekarang aku justru terpana dengan bagian kemaluanku ini, kulitnya lebih putih dari kulit tubuhku sendiri, karena penasaran kulebarkan sedikit kedua kakiku menghadap ke cermin, kuarahkan jemari tanganku ke arah bibir kemaluanku yang sudah tidak rapat. Yep, bahkan aku sudah lupa berapa banyak cowok yang telah menyetubuhiku dan menikmati enaknya kemaluanku namun dilihat dari bentuk bibir yang merekah merah sepertinya cukup banyak. Ah, betapa memalukannya diriku namun aku menyukainya
"Ughhh.... kok geli sih....."
Aku sedikit mendesah saat jemariku menyentuh bibir memek, rasanya sangat geli dan tentu saja nafsuku mulai naik. Ah masak aku harus masturbasi disini lagian juga baru selesai mandi?
Ah, aku sudah tak tahan.
"Gak apalah mumpung gak ada kegiatan juga" ucapku sendiri.
Lalu dengan hawa nafsu yang mulai naik, kuambil sebuah botol shampo yang kebetulan bentuknya agak bulat, sebenarnya aku punya sebuah dildo di kamar namun sudah kepalang tanggung hehe, kulihat sejenak botol shampo itu sambil mulai membayangkan kalau yang kupegang sekarang adalah penis laki-laki yang besar dan kekar. Ugh, membayangkan itu saja sudah membuat memekku basah hihihi.
Akibat kejadian-kejadian "nakal" yang aku perbuat itulah aku lumayan susah untuk mengontrol birahi. Melihat fisik lelaki ganteng saja bisa bikin memekku basah dan aku sering melampiaskannya dengan dildo atau benda-benda tumpul. Yep, ironis juga meskipun aku membenci yang namanya laki-laki aku tetap bisa terangsang olehnya.
Dengan perlahan aku mulai memasukkan kepala botol shampo itu ke dalam mulut memekku yang telah merekah merah dan basah. Aku melenguh pelan saat botol shampo itu menyeruak masuk ke dalam, rasanya dingin tidak seperti kontol pada umumnya yang terasa hangat. Tubuhku mulai meliak-liuk sembari botol shampo itu kudorong semakin dalam. Kepalaku terdongak keatas merasakan nikmat birahi yang semakin naik menguasai diriku.
"Ahhhhh.... Shhhhh....."
Rasanya unik dan aneh, karena ukuran botol shampo yang sedikit lebih besar dari kontol pada umumnya sehingga memekku terasa agak nyeri namun seiring aku keluar masukkan benda itu rasanya semakin enak. Kurasakan memekku berkedut kencang meremas-remas botol shampo, dalam hati aku tertawa dikiranya itu kontol cowok wkwk.
"Ughhh.... Ssshhh.... enak banget sih.... Ahhhhh.... jadi pengen kontol kan gini..... Sshhhhh....."
Keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhku sembari tangan kananku mengocok-ngocok memekku, dengan sadar tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada dan juga tak lupa memainkan puting susuku yang mulai menegang. Kulihat diriku sendiri pada cermin, ekspresi wajahku sudah sangat berbeda dari yang sebelumnya cantik, manis dan kalem berubah menjadi wajah penuh birahi. Lidahku menjulur secara tak sadar karena amukan birahi yang sudah menguasai seluruh diriku. Dalam hati aku justru tertawa melihatnya, inilah diriku yang sebenarnya yang telah bertransformasi menjadi monster feminim yang siap ditusuk kontol lelaki.
Tak lama kemudian aku mulai merasakan gejolak orgasme yang semakin dekat. Aku terus mengocok dengan cepat memekku hingga terdengar suara becek disana, remasan-remasan buah dadaku semakin kukencangkan bahkan sampai puting susuku kucubit dengan keras. Aku mendesah-desah dan suaranya terdengar cukup keras tetapi tak perlu khawatir karena tembok kamar mandi ini cukup dapat meredam suara nakalku.
"Aahhhhh.... iyaahhhh..... iyaahhh.... Sssshhh keluarrr..... Aaahhhhh keluarr......."
Satu hentakan keras pada botol shampo mengantarkanku ke puncak kenikmatan. Tubuhku mengejang hebat dan terangkat sedikit dengan kedua kakiku yang masih terbuka lebar. Botol shampo itu terlepas dari memekku dan sembari tubuhku terus mengejang, semburan pipis enak keluar dengan deras sekali disana, cairan itu muncrat membasahi kaca cermin di depan.
"Aahhhh iyaaahhhh aku muncrat yangg....." desahku dengan kencang masih membayangkan aku disetubuhi lelaki.
Kemudian setelah orgasme mereda, tubuhku seketika lemas dan aku bersender di dinding kamar mandi. Napasku terengah engah dengan keringat yang terus keluar membasahi seluruh tubuhku. Memekku masih terasa berdenyut kencang dan terasa mengeluarkan banyak lendir, sepertinya ini tidak cukup mengingat nafsuku masih naik dengan kuat. Ah, sepertinya aku benar-benar kalah dengan nafsuku sendiri. Dengan malas kubasuh kembali tubuhku hingga bersih dan mengeringkannya dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi dengan posisi telanjang dan mengambil dildo yang tersimpan di lemari. Sebelumnya kututup jendela dan mengunci pintu supaya tak ada yang mengganggu. Kemudian aku berbaring di kasur dan mulai kembali melakukan masturbasi dengan dildo yang besar dan panjang ini. Awalnya aku mengocok memekku dengan gerakan yang biasa namun lama-lama aku mulai melakukan hal yang agak aneh seperti menempelkan dildo pada dinding kemudian mengentotinya dan duduk di kursi dengan dildo yang terpasang disana. Entah sudah berapa kali aku orgasme hingga muncrat-muncrat namun sialnya nafsu birahi ini susah dilenyapkan hingga pada akhirnya aku kelelahan dan tertidur dengan kondisi telanjang bulat.
Ah, aku benci pada diriku sendiri.... tapi ini enak
"Jinan, kapan kamu ngambil skripsi?"
"Jinan..... hei....."
"Eh, gimana-gimana?"
"Kamu ngelamun tadi....."
Aku terkejut saat dia menyenggol tanganku. Yap, dia benar. Aku dari tadi sedang melamun.
"Kamu tadi ngomong apa?" tanyaku sambil mengibas rambut.
"Kapan kamu ngambil skripsi?"
Sontak aku kaget mendengarnya. Aku belum pernah terpikirkan sedikitpun tentang skripsi meski aku belum selesai menyelesaikan salah satu mata kuliah yang harus aku ulang. Kesibukanku yang cukup padat sedikit menganggu kehidupan perkuliahanku sekarang.
Tunggu dulu, emang kesibukan apa? Hihi aku jelaskan di bawah:
Karena pengalaman dari teman online, aku iseng-iseng mencoba untuk "main" di sebuah aplikasi mobile yang tujuannya kayak live streaming. Jadi contohnya aku akan mengeset sebuah live streaming yang nantinya akan dilihat oleh banyak penonton mayoritas adalah cowok. Kemudian aku melakukan aksi bermacam-macam mulai dari membacakan komen-komen nakal dari penonton, menggoda mereka bahkan memamerkan beberapa anggota tubuh. Ya, ini adalah aplikasi yang "nakal".
Saat aku menggunakan pakaian minim dan memamerkannya kepada penonton, banyak sekali komentar-komentar yang nakal dan mesum sesuai dengan dugaanku. Bahkan pernah suatu ketika dengan beraninya aku melakukan pose yang sangat vulgar di mata mereka; memamerkan bagian memek dan pantatku bahkan juga aku masturbasi secara live disana, memang diperbolehkan kok dan aku pernah menonton beberapa streaming yang secara gamblang mereka ngentot dengan kekasih atau memang sama gigolo entahlah.
Oh iya, tak perlu khawatir dengan identitasku karena wajahku tertutup topeng sehingga mereka tak mengenaliku siapa tahu ada temanku yang menonton pertunjukan mesum ini hihihi.....
Kembali ke perpustakaan, masih sedikit memikirkan jawaban atas pertanyaan teman kelasku itu.
"Aku sibuk....." jawabku karena memang tak ada pilihan lain.
"Sibuk apaan dah?" dia kembali bertanya padaku yang membuatku sedikit sebal.
"Kamu gak perlu tahu dah....." balasku lagi.
"Jangan-jangan sibuk main aplikasi yang sekarang lagi ngetrend itu? yang bisa lihat cewek-cewek joget....."
"Ihhh Jakaa..... gak bakal aku main gituan. Itu bodoh banget...." sontak aku berdiri dan berkata sedikit keras. Namun aku langsung cepat sadar kami berada di perpustakaan dan tentu saja si penjaga langsung mendatangi dan menegur kami. Setelah basa basi sedikit, si penjaga akhirnya meninggalkan kami.
Yep, aku jelas berbohong tadi. Semua yang dikatakan olehnya benar, aku terlalu sibuk mendalami dunia bejat itu hingga aku tak memikirkan perkuliahanku termasuk skripsi.
Tetapi kalian pasti bertanya-tanya meski aku memang benci sama cowok tapi kenapa sekarang aku ditemani olehnya? Seperti yang aku bilang sebelumnya, memang aku benci sama mereka namun tak lantas aku terang-terangan untuk tidak suka sama mereka. Aku tetap berteman baik dengan beberapa cowok meski pada akhirnya mereka juga masuk ke dalam "perangkap" yang sudah kubuat.
Cowok yang sekarang ada di depanku namanya Jaka. Dia adalah teman satu kelas selama masa kuliah ini mulai dari semester awal hingga sekarang. Wajahnya jujur saja dia lumayan ganteng namun aku cukup menyayangkan cara berpakaiannya yang terkesan sangat biasa bahkan bisa dibilang "culun". Padahal kalau dia mau mengganti fashion nya aku yakin dia bakal didekatin banyak cewek. Ia mengenakan kacamata frame yang cukup besar yang semakin menguatkan kesan "culun"-nya, selain itu dia memiliki sifat yang dingin bahkan sampai wajahnya jarang sekali menampilkan ekspresi.
Meskipun begitu, hubunganku dengan Jaka bisa dikatakan baik dan dekat. Ia termasuk mahasiswa yang cerdas dan selalu tepat sasaran dalam mengambil keputusan. Kami cukup sering satu kelompok saat tugas dan dia selalu menyelesaikannya dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Aku termasuk beruntung sering satu kelompok dengannya hehe.
Dan sekarang, aku memang sengaja untuk meminta mememaniku di perpustakaan ini untuk mengerjakan tugas.
"Nah Jaka, kalau kamu sendiri skripsimu gimana?" tanyaku basa-basi. Kulihat ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.
"Lumayan progressnya, tapi minggu ini memang aku sedang malas ngetik"
"Nah kamunya sendiri juga malas....."
"Itu masih lebih baik daripada mengulang mata kuliah sampai ditinggal temen-temen skripsi....." sanggahnya dengan nada yang datar dan tentu saja aku langsung tertunduk malu. Suasana perpustakaan yang awalnya terasa tenang lama-lama menjadi membosankan. Kututup buku catatan dan memasukkannya ke dalam tas.
"Udah kelar emang tugasnya?" tanya Jaka dengan dingin.
"Gue mau cari angin Jaka, makasih ya udah temenin....." ucapku meninggalkan ruang perpus, aku merasa bosan dengannya karena sikapnya yang dingin. Ah, lebih baik aku pulang aja ke kosan.
"Eh tunggu, Jinan....." tiba-tiba Jaka memanggilku.
"Iya kenapa Jak?" tanyaku, ia berjalan mendekatiku tetap dengan wajah dingin namun dari nada suaranya sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.
"Minggu ini kamu sibuk gak?" tanya Jaka.
"Emmm.... kayaknya enggak deh. Emang kenapa Jak?" tanyaku lagi karena heran.
"Gimana kalau kamu berlibur dah? sepertinya kamu butuh banget yang namanya healing"
"Healing?" kataku heran.
"Yap, akhir-akhir ini aku perhatikan kamu seperti tertekan dalam menjalani perkuliahan. Berlibur membuatmu bisa kembali semangat lagi....." jelas Jaka.
"Eh, kok tumben banget kamu nawarin ke aku? kamu kan jarang banget ngobrol sama orang kecuali kalau nugas...." ucapku semakin heran dengan sikapnya yang sedikit berubah namun ekspresi wajahnya masih tampak dingin.
"Sebelum kamu datang ke perpus aku lihat-lihat tempat wisata di internet dan aku nemu tempat yang sepertinya cocok banget buat kamu Jinan....." Jaka mengambil ponsel dari saku kemejanya dan menunjukkannya padaku. Tampak di layar ponselnya sebuah pemandangan yang sangat bagus. Ah, entah mengapa aku menjadi tertarik dengan ajakannya.
"Tak perlu khawatir sama biaya karena aku dapet sedikit rejeki dari main trading. Mayan banyak sampai aku bingung gimana memanfaatinnya...." tambahnya.
Aku berpikir sejenak. Dari gambar yang diperlihatkan Jaka sepertinya itu adalah tempat wisata yang bagus dan kebetulan aku belum pernah kesana. Tapi di sisi lain timbul rasa tak enak karena Jaka secara sukarela menanggung biaya.
Eh tunggu dulu, "membiayaiku"? kok terdengar nakal ya? Ah, gak mungkin......
"Yaa kalau kamu gak mau ya gak apa-apa Nan, aku cuma menawari aja kok...."
"Emmm.... ini beneran kan? kamu gak ada niatan untuk menjahiliku kan?" tanyaku memastikan.
"Kita kan teman Jinan, mana mungkin aku mau mencelakaimu...." jawab Jaka dingin namun penuh arti. Entah mengapa dalam hatiku timbul rasa curiga, aku tahu Jaka bukan pria yang nakal namun tetap saja dia mengajak berlibur itu sudah bikin aku terheran-heran.
Otakku berpikir dengan cepat memproses segala kemungkinan yang terjadi jika aku ikut dengannya. Jika aku mengiyakan ajakannya, apakah liburanku nanti menjadi membosankan mengingat sifat Jaka yang begitu dingin bahkan sama teman dekatnya. Namun di sisi lain dia benar, aku butuh healing. Aku ingin menyegarkan pikiranku yang bingung akibat perkuliahan yang kacau.
Tetapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku. Dia kan cowok, apakah Jaka akan melakukan hal aneh padaku? mengingat banyak cowok yang terpikat oleh pesonaku bahkan tak sedikit juga yang berakhir di ranjang. Hmmmm, terpikirkan sebuah "rencana" untuk menguji Jaka sekaligus..... Yah, mengerjai dia.
"Hmmmm.... kalau kamu serius baiklah aku mau, aku juga sebenarnya pengen banget berlibur hehe" balasku. Jaka hanya mengangguk tanpa tersenyum sama sekali namun aku yakin dalam hatinya dia pasti senang.
"Oke, nanti aku kabarin detailnya. Kamu siap-siap aja....."
Singkatnya aku kembali ke kosan dan menaruh tas di atas meja. Aku tiduran di atas kasur sambil tak lupa menyetel playlist lagu kesukaanku. Ah, lantunan nada yang keluar dari speaker lumayan nyaman didengar siang hari ini.
"Ah, aku malah penasaran kenapa Jaka mengajakku berlibur ya?" ucapku sendiri sambil melihat langit-langit kamar. Sekilas wajah Jaka terngiang pada pikiranku, memang dia cukup ganteng dari cowok-cowok di kampus, meskipun sikapnya dingin dan tanpa ekspresi dia orangnya baik dan suka membantu teman-temannya termasuk aku. Tetapi aku jadi penasaran cowok seperti Jaka apa dia tak tertarik dengan cewek gitu? tak pernah ada kabar kalau dia pernah dekat dengan cewek bahkan punya pacar.....
Lho, kok aku malah kepikiran sama dia? Jinan, dia cowok. Sudah pasti sifatnya itu cuma buat nutupin sifat dia yang sebenarnya. Siapa tahu Jaka itu orangnya mesum, suka ngumpulin foto-foto cewek, nonton film porno bahkan mungkin aja dia suka coliin foto cewek yang ia suka. Jangan-jangan termasuk aku juga.....
Kurasakan raut wajahku berubah setelah sekilas memikirkan hal itu. Masak sih? apakah Jaka aslinya memang cowok mesum seperti yang kutemui biasanya? Lagian aku sudah memikirkan hal yang agak janggal dari ajakannya untuk berlibur. Dua orang kan aku dan dia, nanti waktu menginap di hotel apakah dia akan pesan dua kamar atau satu kamar doang? kalau satu kamar aku sudah menduga apa yang terjadi....
"Aghhh..... apa aku terjebak sama dia? tapi beneran dah gak mungkin, Jaka orangnya baik kok...." kembali aku ngomong sendiri.
Setelah cukup lama melamun tiba-tiba terbit sebuah akal dalam otakku. Baiklah, sepertinya aku akan membuat rencana kecil saat berlibur nanti yang tujuannya untuk menguji dia apa memang dia cowok mesum atau bukan. Hihihi, apa dia akan terpesona bahkan terangsang dengan "diriku" yang sebenarnya aku jadi tidak sabar.
"Ahhh kenapa tiba-tiba memekku jadi basah...." ya, seperti biasa saat aku membayangkan seorang laki-laki apalagi memikirkan hal mesum. Ugh, masih siang tapi aku ingin masturbasi.
"Ah bangsat dah, harus dituntasin kalau kayak gini" ucapku sendiri sambil melepas semua pakaianku termasuk celana dalam yang sudah basah oleh cairan cintaku. Kusetel lagu yang mellow dengan volume yang agak keras supaya suara mesumku tak terdengar nanti. Kemudian aku mengambil dildo yang sudah berjasa dalam menuntaskan nafsu birahiku saat tak ada lelaki yang bisa kulampiaskan, setelah itu kuambil ponselku dan memilih sembarangan video-video porno yang tersimpan disana. Ah, tema BDSM sepertinya ini menarik.
Kurebahkan tubuhku di kasur sambil tak lupa menaruh handuk pada seprei supaya saat aku muncrat-muncrat nanti seprei ini tidak basah hihihi. Wajahku sudah mulai memerah saat video itu sudah setengah jalan, tampak wanita yang cantik dan tubuhnya yang seksi sedang diikat oleh cowok pemeran, cowok itu langsung menampar-nampar pantat cewek itu dengan kasar sekali hingga terbentuk bekas merah, kemudian cowok itu mulai mengocok kontolnya yang... Ugh... gila besar sekali dan kekar, lalu seperti video porno pada umumnya mereka mulai ngentot dengan kasar sekali hingga cewek itu terisak-isak.
Ughhh.... gila.... video ini bikin aku terangsang hebat. Langsung kutaruh ponsel yang videonya masih jalan. Kumasukkan langsung dildo gede itu ke dalam memekku yang sudah berlendir dan berkedut pelan. Aku mendesah saat dildo itu menyeruak masuk ke dalam dan semakin dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Terdengar sedikit suara-suara desahan pada ponselku yang semakin membuatku juga ikutan terangsang.
"Ahhhh ahhhhhh oghhhhhh..... memekku enak banget....." begitulah kiranya ucapan mesum yang keluar sembari terus mengocok-ngocok memekku dengan dildo. Tempo yang kukerahkan semakin cepat dan semakin cepat. Tubuhku mulai bergetar hebat tak kuasa mengekspresikan kenikmatan single player ini.
"Ughhhh iyahhhh.... entotin Jinan terus yanggg.... kamu suka kann...." ucapku sendiri sambil terus mendesah. Kurasakan dildo ini semakin lancar menusuk-nusuk liang memekku. Aku terus tenggelam dalam nafsu dan tak mungkin aku kembali berenang ke permukaan. Kumaju-mundurkan benda ini dengan tanganku terus menerus, membuatku semakin tak karuan. Aku mengejang, mengerang, mendesah-desah serta mendesis nikmat. Begitulah berulang kali selama beberapa menit hingga akhirnya aku mendapatkan klimaks hebat, dildo itu sengaja kulepas dan tanpa sadar selangkanganku terangkat, kepalaku terangkat sedikit sambil melihat kucuran squirt yang menyembur deras membasahi handuk di bawah kasur, beberapa saat kemudian tubuhku melemas setelah orgasme itu mereda namun nafsu birahiku masih berada dalam posisi puncak. Aku belum puas! Aku ingin lebih dari ini!
Setelah cukup lama beristirahat mengumpulkan tenaga yang tersisa, aku beranjak menuju ke kursi dengan napas yang tersengal-sengal penuh nafsu. Kuletakkan dildonya diatas kursi, lalu aku mengangkang diatas dildo tersebut. Aku menurunkan pinggul perlahan, memasukkan dildo perlahan-lahan memasuki kemaluanku lagi. Terus turun, sampai seluruh batangnya tertelan masuk. Duh, kepalanya mencium mulut rahimku lagi...
"Oh yeah, ahhhh.... aahhhhhhh.... ssshhhhh..... i'm bitch.... Ssshhhhh nyaaahhhh.... fuckkkk..... "
Aku terus menggoyang dildonya dengan kecepatan yang perlahan naik. Pinggulku bergerak berputar, kadang naik-turun atau kombinasi keduanya. Semua kulakukan agar seluruh dinding memekku tersentuh jadi aku bisa merasa amat nikmat. Aku juga memejamkan mata, membayangkan sedang menggoyang kontol cowok. Hal ini membuatku merasa semakin tenggelam dalam birahi.
Sampai pada ketika tubuhku meliuk kemudian mengejang, aku mencapai klimaks lagi. Squirt yang sama gilanya seperti yang pertama, cairan bening itu membasahi kursi dan lantai kamarku. Namun sekali lagi, aku belum puas! aku akan kocok terus memek mesumku ini sampai tenagaku benar-benar habis! maka dari itu aku kembali melakukan kegiatan mesum dan tak sehat ini dengan lebih gila lagi. Bahkan sekarang ini aku berada di posisi menungging dengan dildo yang tertancap dalam memekku dan kukocok-kocok lagi seakan-akan aku sedang di-doggy cowok. Ugh, aku membayangkan saat cowok-cowok yang "kujebak" itu sedang mengontoli memekku dengan buas dan penuh nafsu yang tentu saja membuat nafsuku sendiri menjadi tak terkendali. Mungkin aku sudah berada dalam kondisi ecstasy sekarang.
"Ssshhhh ahhhh.... iyahhh terus entotin memekku bangsat! ini yang kalian mau kan dariku.... hahhhh.... Aghhhh fffuucckkkk....." racauku sendiri melampiaskan semua kekesalan ini pada cowok. Saking nafsunya aku sampai mengemut-emut jariku hingga terlumuri air liur, membayangkan jemariku ini adalah kontol besar yang menyodok mulutku.
Entah sudah berapa kali aku orgasme sampai muncrat-muncrat tapi yang pasti lantai kamarku ini sudah basar oleh cairan squirt ku sendiri. Aku terus bermasturbasi sampai merasa amat lelah, lalu capek sendiri. Aku kemudian beranjak ke ranjang, dengan dildo yang masih menempel di kemaluanku. Kurebahkan diri, lalu menarik selimut tutupi sebagian tubuhku. Kubiarkan dildonya masuk di dalam memekku hingga pada akhirnya aku tertidur lelap, dalam hati aku merasa sangat puas melakukan hal tidak sehat ini.
Jinan, kamu memang wanita nakal.....
Empat hari kemudian.
Aku sedang duduk santai sambil melihat-lihat timeline sosmed, menunggu Jaka yang akan menjemputku nanti. Kubawa pakaian yang cukup banyak karena kami akan berlibur selama lima hari, cukup lama memang padahal aku ingin berlibur selama tiga hari saja namun kebetulan mata kuliah pada minggu ini ditiadakan karena dosennya sedang keluar kota. Ya sudah setelah cukup lama aku menge-chat Jaka kami sepakat untuk berlibur selama lima hari.
Setelah itu Jaka menjelaskan rencana liburan yang akan kami lakukan nanti. Aku sempat kaget karena dia sudah menyewa sebuah villa kecil yang letaknya tak jauh dari tempat wisata yang akan kami kunjungi, padahal dugaanku kami akan menginap di hotel, pada saat itu juga aku mulai kembali berpikiran jelek tentangnya apakah dia sengaja menyewa villa hanya untuk berduaan bersamaku namun dengan cepat aku menyingkirkan prasangka buruk itu, tak mungkin cowok culun kayak dia akan macam-macam denganku.
Oh iya, hihihi..... ini juga kesempatanku untuk mengerjai dia sebenarnya. Sudah cukup banyak rencana nakal yang akan kulakukan padanya nanti. Bahkan sebenarnya aku sudah melakukannya sekarang, pakaian yang kukenakan cukup mengundang. Kaos ketat berwarna putih polos dengan lengan pendek dan celana short jeans yang juga ketat diatas lutut sedikit memamerkan paha gemukku. Aku yakin jika ada cowok yang melihatku sekarang sudah pasti kontolnya bakal tegang, hihihi.... aku jadi tak sabar untuk bertemu Jaka dan melihat ekspresi dinginnya nanti.
Aku berdiri dari kasur dan melihat kaca cermin, berdecak kagum melihat tubuhku yang berbalut kain ketat. Buah dadaku tampak membusung dan pantat yang tercetak jelas. Ugh, tahan Jinan.... kamu gak boleh nafsu sama tubuhmu sendiri....
PRITTTT PRIIITTTT. Ponselku berbunyi, itu pasti Jaka.
"Aku udah di depan kosanmu Nan, kamu udah siap kan?" ucap Jaka meneleponku.
"Iya aku udah siap Jak, bentar aku keluar dulu...."
Kemudian aku bergegas keluar dari kosan, aku kembali dikejutkan dengan apa yang dibawa Jaka sekarang, sebuah mobil sedan. Sepertinya mobil itu bukan keluaran baru namun tetap saja aku kaget dibuatnya.
"Jaka...."
"Itu mobilmu?" tanyaku.
"Iya" jawabnya singkat.
"Baru tahu kamu punya mobil Jak, padahal kalau ke kampus biasanya naik motor" ucapku sambil berjalan mendekatinya.
"Yah, sebenarnya aku jarang naik mobil sih. Yaudah kita berangkat sekarang" ucapnya yang kubalas dengan anggukan. Aku tak mengerti mengapa Jaka tidak mengomentari penampilanku yang tentunya sangat berbeda dari biasanya, minimal kasih pendapat gitu.
Singkatnya aku dan Jaka berangkat menuju tempat wisata yang sudah dipersiapkan olehnya, jaraknya dari kota sebenarnya cukup jauh dan aku sendiri sedikit khawatir dengan lalu lintas yang akan kami lewati. Namun untungnya perjalanan tersebut lancar tanpa dihadapi kemacetan. Aku asyik menatap layar ponsel sambil mengetik pesan timeline di aplikasi yang biasa kugunakan untuk live streaming mesum. Kukabari semua followers karena aku tak bisa melakukan streaming seperti biasa. Seperti dugaanku mereka terlihat kecewa dengan keputusanku namun aku hanya tertawa saja dalam hati.
Aku melirik sejenak melihat Jaka yang tampak serius dalam menyetir dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan kami hanya diam saja.
"Jaka, masih jauh ya?" tanyaku memulai obrolan karena merasa jenuh.
"Kira-kira setengah jam lagi kita sampai kok"
"Hmmm okelah. Ngomong-ngomong kita gak mau ngobrol gitu biar gak bosen" tanyaku lagi.
"Aku sedang nyetir, takutnya kalau gak fokus Nan" balasnya dingin sambil tangannya memegang tuas persneling.
"Sebel dah....."
"Eh kamu kenapa sih?" gantian Jaka yang bertanya, dalam hati aku tersenyum licik, ini kesempatanku untuk "menggodanya"
"Jaka, menurutmu gimana penampilanku?" tanyaku dengan nada suara yang sengaja kuubah. Yep, seperti suara menggoda.
Ia menurunkan kecepatan mobilnya lalu kepalanya menoleh kearahku, sesaat kami saling menatap. Kemudian ia seperti melihat pakaianku sekilas lalu kembali menatap kaca mobil dan menaikkan kecepatan. Dalam hati entah mengapa jantungku mulai berdegup kencang, tatapan matanya sangat berbeda dari sebelumnya.
"Yah, begitulah kamu cantik seperti biasa....." jawab Jaka singkat.
"Gitu doang? jawaban yang klise sekali...." balasku sambil membetulkan posisi kakiku sehingga sekarang kedua pahaku saling terjepit.
"Iya, gitu doang Jinan...."
"Ah masak sih Jak?"
"Iya"
Dalam hati aku semakin sebal dengan respon Jaka, kemudian aku memintanya untuk melihatku lagi yang langsung ia lakukan. Aku yakin dia pasti melihat paha gemukku sekarang hihi.
"Hmmmm aku cukup kagum sama kamu Jinan, sebenarnya ini baru pertama kali aku melihat kamu pakai celana jeans pendek. Yah, kesimpulannya sama seperti tadi; kamu cantik seperti biasa...." jawaban Jaka sebenarnya cukup membuatku puas namun dia pastinya punya jawaban yang tak bisa ia jawab. C'mon Jaka, masak kamu tidak terangsang sama aku? hihihi.
"Kaos yang kamu pakai juga cukup ketat, biasanya kamu lebih sering pakai pakaian longgar. Apa sebenarnya kamu mau menggodaku?"
Pernyataan Jaka tadi cukup mengejutkanku. Apakah dia sudah tahu sebenarnya aku tadi menggodanya?
"Hah apaan sih....." ucapku pura-pura sebal. Wajah Jaka menatapku dengan dingin tak ada perubahan ekspresi, namun dalam ucapannya dia sepertinya benar-benar kagum denganku.
Ia kembali menyetir dengan serius. Tak ada obrolan-obrolan yang kami lakukan. Ya sudah, dia memang culun. Tak mudah memang berinteraksi dengan dia namun aku sudah cukup puas dengan godaanku tadi.
Setengah jam kemudian akhirnya kami tiba di villa kecil yang sudah dipesan Jaka. Aku terkejut dengan bangunan yang akan digunakan untuk menginap nanti, memang tidak terlalu besar namun bagus dan megah ditambah dengan pemandangan pegunungan yang indah dan asri. Aku terkagum-kagum sambil berjalan masuk ke dalam. Ternyata bagian dalam villa ini cukup mewah kalau bisa dibilang, perabotan dan furnitur tertata rapi di ruang tamu dan terdapat juga televisi layar datar, dalam hati aku tak yakin apakah Jaka memang benar-benar membiayai ini semua.
"Bagus banget Jak ya ampun...." ucapku.
"Yah begitulah, beruntung aku dapet villa yang paling murah disini" balas Jaka.
"Eh serius ini paling murah? kok menurutku kayak gini malah mahal ya?" tanyaku bingung. Jaka menggangguk.
"Sebenarnya kalau aku telat beberapa menit saja villa ini bakal dipesan orang, jadi bisa dibilang beruntung" tambahnya. "Oh iya ada dua kamar disini, terserah kamu mau pilih yang mana"
Yep. Ternyata dugaanku salah, sepertinya dia tidak ada niatan untuk macam-macam denganku. Tapi tetap saja aku masih penasaran dengannya dan berniat untuk terus mengerjai dan menggodanya selama liburan ini hihi.
Singkatnya aku tiba di kamar yang sudah aku pilih, kebetulan juga kamarku bersebelahan dengan kamar Jaka. Kuperhatikan isi kamar tersebut yang memiliki ruangan yang cukup luas daripada kamar kosan ku. Kuhempaskan pantatku ke kasur yang ternyata empuk sekali. Ah, aku bisa betah banget tidur seharian disini hehe.
Karena hari sudah menjelang sore, kami berkumpul di ruang tamu. Jaka sedang serius menatap layar laptopnya sedangkan aku asyik menonton televisi. Kuperhatikan Jaka yang sedang membuka buku catatan sambil mengetik sepertinya dia sedang menyicil skripsinya.
"Nanti kita makan apa Jak?" tanyaku basa-basi.
"Udah ada kok di kulkas tinggal dimasak aja, kamu udah lapar?" tanya Jaka sambil terus asyik mengetik.
"Emm belum sih, kita makan bareng-bareng aja hehe...." balasku.
"Ohh yaudah...."
"Padahal liburan tapi kamu masih asyik nyicil skripsi ya" celetukku sambil melihat laptop Jaka.
"Selagi ada banyak waktu kenapa tidak kan" jawabnya singkat. Ah, seperti biasa sifat Jaka selalu begitu, di dalam hati timbul niat untuk menggodanya. Kebetulan aku mengenakan kaos berlengan pendek yang agak ketat dan celana pendek diatas lutut, leher baju yang kukenakan sedikit turun sehingga saat aku menundukkan badan, buah dadaku bisa sedikit terlihat.
Kujalankan rencanaku sekarang, dengan perlahan aku mendekati Jaka yang sedang asyik mengetik dengan maksud untuk melihat layar laptop itu lebih dekat.
"Banyak juga yang kamu tulis Jak....." sengaja aku mengubah nada bicaraku seperti sedang menggoda, hihi. Kulihat Jaka sedikit menengok kearahku sehingga kami saling kontak mata, aku sangat yakin jantungnya sedang berdegup kencang didekati wanita mesum sepertiku hehe.
"Ehh.... iya begitulah....." ucapnya dengan nada yang agak berbeda dari biasanya. Haha, kau sudah masuk perangkapku Jaka.
Kusadari kedua matanya sedikit melirik kearah dadaku. Ah, dia pasti melihat belahan yang terbentuk disana. Seketika aku bergerak sedikit menjauh darinya dan pura-pura membenarkan leher kaosku, dalam hati aku tertawa puas.
"Lihat apaan hayoo...." ucapku optimis dengan nada sedikit marah. Jaka hanya membenarkan kacamatanya dan tetap memasang muka dingin. Dia tampak salah tingkah.
"Gak kenapa-napa. Aku heran aja tumben kamu lihatin skripsiku Nan. Bukannya kamu tipe cewek yang malas ya...." ucapan Jaka justru menusuk diriku sehingga aku mengepalkan tangan dan memukulnya pelan ke bahunya.
"Ihh apaan sih, aku kan penasaran aja....."
"Ohhh gitu ya, yaudah kamu boleh lihat...."
Kudekatkan kembali posisiku dekat dengan Jaka, pura-pura melihat-lihat ketikan skripsinya. Oh iya aku sempat memakai parfum yang aromanya wangi dan aku yakin sekarang Jaka mencium parfum itu.
Hihihi dasar cowok, dia pastinya sudah mikir yang enggak-enggak sekarang. Ucapku dalam hati.
"Hmmmm keren kamu Jak, udah ngetik sejauh ini. Banyak juga materi-materinya" kataku basa-basi.
"Ya mau gimana lagi dosen pembimbing maunya materi yang lengkap jadi mau gak mau harus dituruti" jawabnya.
"Jadi berapa halaman kira-kira?" tanyaku lagi.
"Perkiraanku sekitar 70-90 halaman, tapi aku usahakan gak sampai 100 deh" balasnya.
"Banyak juga ya hehe, berarti harus gak boleh malas kalau gini" ucapku sedikit mengeluh melihat banyaknya halaman skripsi itu.
"Betul Jinan, aku harap pas udah dapat skripsi usahakan jangan malas...." Ia menatapku dengan dingin namun dalam nada bicaranya ia seperti berharap padaku, aku membalasnya dengan senyuman manis.
Malam harinya kami sedang menyantap makanan yang sudah aku masak. Yap, sebenarnya aku cukup pandai dalam memasak makanan meski yang kami santap adalah nasi goreng hehe. Namun kata Jaka nasi goreng yang kubuat enak dan sedap dan tentu saja aku senang mendengarnya. Namun tentu saja saat kami memasak aku kembali menjalankan rencanaku sama seperti sebelumnya, karena kaos yang kukenakan cukup ketat saat aku menunduk kaos tersebut sedikit tersingkap menampakkan kulit punggung bawahku yang putih bersih. Ya, aku memang sengaja melakukannya disamping Jaka dan aku yakin dia melihat punggungku tadi hihihi.
Setelah menyantap makanan Jaka menawariku untuk bermain game dan aku mengiyakan saja. Game yang kami mainkan adalah game sepakbola, sebenarnya aku tak terlalu jago memainkannya dan bisa ditebak, aku kalah melawan Jaka dengan skor yang mencolok. Empat kali. Sudah pasti aku sebal dan bosan dan memintanya untuk mengganti game. Jaka setuju denganku dan kami bermain game balapan, namun sama seperti sebelumnya aku kembali kalah. Hufftt.... aku lebih suka bermain game petualangan dan pastinya aku bisa mengalahkannya.
Setelah cukup lama bermain tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sudah berulang kali menguap tanda kantuk mulai menyerang.
"Jaka, aku mau tidur dulu ya" ucapku sambil mengucek mata.
"Iya Jinan, kamu tidur duluan aja"
"Kamu emang belum ngantuk?"
"Nanti aja dah, mau lanjut ngetik lagi...." balasnya.
"Hufftt dasar, met malam Jaka..."
"Met tidur juga, semoga mimpi indah...." jawabnya menatapku sejenak lalu kembali sibuk mengetik.
Kemudian aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Hufftt.... aku sudah ngantuk sekali dan tak sabar mencicipi empuknya kasur ini. Aku berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamar, sejauh ini rencanaku berjalan dengan mulus meski reaksi Jaka masih belum berubah. Ia masih dingin, seperti biasanya. Entah mengapa aku justru mulai kagum dengannya karena sikapnya itu.
Ah, bodoh amat. Dia pastinya terangsang denganku tadi tapi dia pintar menyembunyikannya, sekarang dia pasti sedang masturbasi membayangi diriku telanjang di hadapannya....
Eh.... kok.... Ughhh... sialan memekku jadi gatel sih. Ah masak aku harus masturbasi sekarang? bagaimana kalau nanti Jaka memergokiku?
Ah gak bakal dan bodoh amat kan pintunya aku kunci. Ahhhh Jinan..... kenapa kamu tak bisa menahan nafsu ini sehari saja.....
Dengan napas yang mulai naik turun, kubuka tas yang berisi pakaian dan mencari sesuatu. Yap, dildo kesayanganku memang sengaja kubawa untuk menuntaskan nafsu sialan ini padahal rencananya aku ingin menahan selama liburan tapi akhirnya aku kembali kalah dengan nafsu birahi ini. Kemudian kulepaskan semua pakaianku berikut celana dalam dan bra. Sekarang aku dalam posisi telanjang bulat dan beranjak kembali ke kasur dengan menggenggam dildo berwarna pink ini. Kuhidupkan fungsi getar ke dalam posisi maksimum hingga dildo tersebut menimbulkan sedikit suara. Kuludahi jemariku hingga basah dan mengoleskannya ke bibir memekku yang berkedut kecil kemudian tanpa pikir panjang kulesakkan dildo itu ke dalam memekku dalam.
"Aahhhhh-"
Aku kelepasan mendesah dan langsung kubungkam mulutku dengan tangan. Aku lupa kalau ini bukan kamar kosku dan tentu saja aku tak ingin suara nakal dan mesumku ini terdengar sampai ke telinga Jaka. Dengan cepat kucabut dildo itu dan menghela napas panjang sebentar. Kuhempaskan wajahku ke bantal supaya suara desahanku nanti tak terdengar, cukup sulit aku memasukkan kembali dildo ini kedalam memekku namun akhirnya aku berhasil melakukannya.
"Ssshhhh.... Emmmppphhh....." suara desahanku tertahan bantal, sepertinya ini sudah cukup. Oke, sekarang aku akan tuntaskan nafsu bejat ini.
Dengan posisi miring tanganku dengan semangat menusuk-nusuk dildo. Getaran yang dihasilkan terasa sekali di relung memek menimbulkan rasa geli yang luar biasa dan nikmat. Kedutan-kedutan disana semakin kuat dan mulai mengeluarkan lendir nikmat. Ahhh.... gila ini enak sekali.....
"Emmmpppp emmmmm ssshhhhh....."
Beberapa menit telah berselang, aku merasakan klimaks yang cukup membuat tubuhku mengejang-ngejang nikmat. Dan tentu saja memekku mengucurkan pipis enak saat kulepaskan dildo itu, tubuhku kejang-kejang selama beberapa menit hingga akhirnya berhenti sendiri.
Aku merasa amat lelah, keringat bercucuran keluar melumuri seluruh tubuhku dan napasku tersengal-sengal. Ugh, ini pengalaman pertamaku masturbasi di tempat yang bukan kamar kosanku terlebih di sebelah ada seorang laki-laki yang sebenarnya memberiku adrenaline ekstra. Aku mulai membayangkan kalau nanti Jaka mendobrak kamarku dan melihatku sedang masturbasi dengan dildo. Ugh, membayangkannya saja sudah membuat nafsuku kembali naik.
Dan ya, seperti biasa aku melakukannya lagi, lagi, dan lagi hingga puas malam ini.
"Hihihi, kayaknya seksi juga pakai baju ginian"
Berulang kali aku berganti pose dan menjepret kamera ponsel mengabadikan setiap bagian tubuh cantikku. Aku berdecak kagum melihatnya terlebih bentuk pantatku yang membulat dan tebal ditambah dengan kulit yang putih bersih tanpa cacat semakin menambah aura seksi pada diriku. Meskipun memang harus kuakui kalau paha ini sudah terlalu gemuk dan harus kurampingkan lagi hehe.
Dengan iseng kuremas pelan buah pantatku sendiri. Ugh, terasa geli hihihi. Menyadari bahwa pantatku ini adalah sebuah "senjata" untuk menggoda laki-laki mesum yang ingin sekali menggeranyang diriku. Sudah beberapa lelaki yang terjerat oleh jebakan yang telah kubuat untuk menuntaskan nafsuku sendiri. Memang aku adalah wanita yang kotor dan busuk tetapi merekalah yang membuatku jadi seperti ini.
Tak ada gunanya menyesal, ini semua sudah terjadi dan jeleknya aku sangat menikmatinya.
Ugh, hampir saja nafsuku mulai naik melihat tubuhku sendiri. Aku harus tahan karena ini sudah pagi dan aku bersama Jaka akan pergi ke suatu tempat.
Oke, memasuki hari kedua. Nanti pagi Jaka akan mengajakku pergi ke obyek wisata yang letaknya tak jauh dari villa tempat kita menginap. Kata Jaka tempat tersebut sebenarnya jarang sekali dikunjungi orang-orang dan tentunya aku antusias mendengarnya. Kemudian setelah mandi aku bersiap-siap dengan menata rias wajahku secukupnya dan mengenakan pakaian yang pas. Eh tunggu dulu, tentu saja rencana untuk menggodanya akan tetap berjalan hehe. Kupersiapkan dengan memakai kaos merah muda yang ketat sehingga buah dadaku yang ukurannya pas-pasan ini tampak tercetak dan celana pendek yang juga ketat hingga pantatku juga tercetak dengan jelas. Hihi, aku yakin Jaka akan terangsang nantinya.
Dan sebenarnya juga aku sudah mempersiapkan sebuah "kejutan" baginya. Aku jadi tidak sabar nanti hehe.
Setelah semuanya siap aku keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang utama. Tampak Jaka sudah menunggu duduk sambil memakan roti dan menonton televisi. Jaka mengenakan pakaian yang sangat biasa bahkan ia memakai celana training panjang tidak seperti diriku yang mengenakan pakaian yang mengundang.
"Pagi Jinan, sarapan udah aku siapin" salamnya yang kubalas dengan senyuman.
"Makasih Jak...."
Kusantap dengan lahap sarapan yang telah disediakan karena perutku sudah sangat lapar. Sarapan tersebut sebenarnya sederhana saja, nasi dengan telur ceplok namun rasanya gurih dan sedap. Aku yakin Jaka aslinya memang pintar memasak.
Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sarapan ini, setelah habis kucuci piring dan sendok hingga bersih dan menaruhnya ke rak yang telah tersedia. Kemudian aku menghampiri Jaka dan duduk disampingnya.
"Kapan kita berangkat Jak?" tanyaku.
"10 menit lagi, kamu kan abis sarapan biar makanannya turun dulu" jawabnya dingin seperti biasa. Aku menggangguk.
"Yaudah deh, aku pindah channelnya ya...."
Nah, sekarang kujalankan kembali rencana ini untuk menggoda Jaka, hihi. Aku sengaja berdiri dan berjalan sedikit kearah remote TV yang terletak di depan meja. Kutundukkan punggungku untuk meraihnya, posisi ini sudah cukup mengundang nafsu karena pantatku menungging di depan Jaka dan berkat celana pendek yang ketat ini belahan pantat bulatku pasti terbentuk disana. Hihihi.
Setelah kuambil remote TV aku kembali duduk santai sambil menekan tombol untuk memindah channel. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kulihat sekilas Jaka yang ternyata raut wajahnya tetap dingin seperti biasa. Ugh, entah mengapa aku menjadi sebal karenanya apakah "godaanku" tadi masih belum cukup?
"Jinan, kenapa kamu pakai pakaian gitu?" Jaka bertanya yang sedikit membuatku terkejut.
"Emmm.... kenapa emang? kamu gak suka?" jawabku sedikit menggoda.
"Kita kan mau ke hulu sungai, menurutku gak terlalu pantas pakai pakaian terbuka kayak gitu....."
Ugh, sepertinya Jaka mulai terpancing oleh rencanaku. Dalam hati aku tertawa.
"Suka-suka aku dong Jaka, lagian aku juga gak bawa celana panjang sih hehe...." balasku dengan santai. Kulihat reaksi wajah Jaka yang sepertinya memaklumi ucapanku dan pada akhirnya menggangguk.
"Baiklah kalau begitu aku gak maksa, untungnya tempat yang kita kunjungi nanti agak ke pelosok, aku yakin tidak ada seorangpun nanti disana....."
Entah mengapa aku terkejut sekaligus senang. Kaget karena tempat wisata tersebut bukan tempat yang ramai dan juga senang karena tak menyangka "rencana" yang kubuat nanti akan berjalan semakin lancar.
"Wah beneran Jak? aku jadi gak sabar. Kita berangkat sekarang yuk" dengan refleks aku memegang telapak tangan Jaka dan menariknya pelan.
"Iya iya, sabar dulu kita pastikan semuanya sudah siap ya...." balas Jaka sambil melepas tanganku pelan. Aku tersenyum, tak sabar untuk pergi ke sana.
Setelah cukup lama berjalan menyusuri jalan setapak ini akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sama persis yang dikatakan Jaka, suasana hulu sungai ini tampak indah dan sunyi, tak ada satupun manusia yang terlihat selain aku dan Jaka. Aku tersenyum sumringah melihat suasana sungai yang airnya cukup tenang ini dan secara tidak langsung suasana hatiku juga mulai terasa damai. Tidak sabar aku ingin mencicipi air sungai ini.
"Indah banget ya Jak" ucapku senang yang hanya dibalas dengan anggukan Jaka. Seperti biasa raut wajahnya dingin.
"Yap, tempat ini sebenarnya tak pernah terjamah orang-orang, Jinan. Jadi nikmatilah selagi bisa...." balasnya.
"Gila, kamu cocok dah jadi pemandu wisata Jak....."
"Gak juga, aku ingin jadi direktur aja kok....."
Aku tak mendengar ucapannya. Ku berjalan ke tepi sungai dan duduk di batu besar. Kuturunkan kedua kakiku dengan perlahan ke air dan terasa cukup dingin. Jaka benar, suasana sunyi ini sepertinya cocok sekali denganku. Kutepak-tepak kakiku berulang kali hingga terbentuk percikan air. Ah, sungguh ini pemandangan dan suasana yang indah sekali bahkan mungkin ini pertama kalinya aku merasakannya.
Kemudian aku melihat Jaka yang juga melakukan hal yang sama. Ia duduk dengan santainya sambil mencelupkan kedua kakinya pada air sungai. Kami saling terdiam cukup lama sambil menikmati aliran hulu sungai yang tenang, hanya terdengar suara burung dan serangga yang cukup keras namun aku tak merasa terganggu, justru suara tersebut memberikan efek positif pada diriku.
Setelah asyik menikmati suasana alam ini, aku beranjak dari batu dan berjalan dengan hati-hati menuju tepian sungai. Kubasuh wajahku dengan air sungai yang dingin ini. Terasa sangat segar hingga aku kelepasan untuk membasuh rambut panjangku. Hmmm, sepertinya kalau aku mandi disini akan terasa lebih segar....
Hihihi, ini mungkin waktu yang tepat untuk menjalankan rencanaku.
Aku kembali berdiri dan bersiap untuk melepas kaos ketat ini. Ya, aku akan mandi disini mengingat kata Jaka hanya ada kita berdua di tempat ini jadi aku bisa bebas untuk melakukannya. Jaka yang duduk disebelahku tampak terkejut melihatku yang sedang melepaskan pakaian.
"Ehh.... kamu mau ngapain Nan....."
"Mandi lah Jak, airnya seger banget hihi...."
SLEP
Baju yang kukenakan akhirnya terlepas dan jatuh ke bebatuan. Dan.... tampaklah bagian tubuh atasku yang tertutup bra berwarna hitam. Aku sengaja memperlihatkannya kepada Jaka yang terdiam menatap tubuh mulusku. Buah dada yang tidak terlalu besar namun bulat tersanggah oleh bra yang kukenakan sehingga tampak membusung, dan inilah "senjata" yang aku perlihatkan padanya, sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh wanita seumuranku.
Pusarku terpasang tindik.
Bukan tanpa alasan kenapa aku melakukan hal ini. Dimulai dari teman online yang juga menggunakan tindik yang katanya dapat menambah keseksian, aku pun akhirnya penasaran dan mencoba untuk memasangnya. Memang membutuhkan biaya yang cukup mahal dan cukup menyakitkan saat pertama kali namun temanku benar, aku merasa menjadi tambah seksi setelah tindik itu terpasang pada pusarku.
Dan juga temanku menawarkan untuk memasang tato pada perut atau dadaku namun kutolak karena menurutku aku sudah tampak seksi tanpa tato. Hehe.
Setelah memasang tindik, viewer live streaming-ku mulai meningkat. Banyak sekali yang memuji kemolekan tubuhku terutama di bagian perut, pujian bahkan rayuan mesum terus tampil di chat box streaming yang tentunya membuatku puas.
Memang aku sadar ini sudah keterlaluan namun seperti biasa, aku menikmatinya.
Setelah bajuku terlepas tak lupa aku langsung melepaskan celana pendekku tepat di hadapan Jaka yang masih melihatku tanpa berkedip. Aku pura-pura tidak melihatnya. Nah sekarang celana pendekku telah terlepas, menampakkan celana dalam bikini yang terbuka sekali dan hanya menutupi area selangkangan.
Kugerakkan tubuhku dengan perlahan dan sedikit memutar, seolah-olah aku sedang memamerkan tubuh setengah polos ini kepada Jaka.
Hihihi, aku yakin dia benar-benar terangsang sekarang. Pikirku jahat.
"Jaka, kamu gak mau ikutan nyebur?" tanyaku kepadanya yang masih menatapku dingin.
"Nanti aja Nan, kamu duluan. Tapi hati-hati pas nyebur soalnya aku gak tahu sungai ini dalam apa tidak...."
"Oke hehe....."
Aku berjalan menuju bibir sungai dan mulai mencelupkan kaki kananku kedalam. Sepertinya sungai ini tidak terlalu dalam dan aman untuk dibuat mandi, tanpa pikir panjang kulangkahkan kedua kakiku menuju tengah sungai, kubasuh wajahku dan tubuh atasku hingga basah, tak perlu khawatir karena aku sudah membawa pakaian ganti. Selain menyegarkan air sungai ini juga jernih sekali bahkan aku bisa melihat pantulan diriku dengan jelas. Ah, lihatlah tubuhku yang indah dan seksi ini terpampang pada pemandangan yang sungguh indah ini, seolah-olah aku sudah menyatu dengan alam.
"Ayo Jak, airnya seger loh...." ajakku kepada Jaka yang masih duduk santai.
"Iya deh...."
Kulihat Jaka melepaskan kaosnya, sebenarnya aku penasaran dengan tubuhnya dan tak sabar untuk melihatnya namun aku justru sedikit kecewa karena melihat dia tidak telanjang dada, Jaka mengenakan pakaian dalam tanpa lengan seperti bapak-bapak, meski kecewa aku tertawa melihatnya.
"Hahaha.... kayak bapak-bapak kamu Jak" tawaku riang, Jaka hanya diam saja sambil berjalan masuk ke dalam sungai. Tiba-tiba saja ia menggerakan tangannya kearah sungai menimbulkan percikan air yang mengarah kearahku.
"Ihhhh..... Jaka apaan sih" rajukku.
"Kenapa Nan? kan sekalian mandi...."
"Bukan gitu caranya ih, rasain tuh...." kubalas perbuatannya dengan memercikan air hingga pakaian dalam Jaka basah kuyup. Pada akhirnya kami asyik bermain air, aku bisa melihat ekspresi Jaka yang meskipun masih dingin namun sepertinya dia sangat menikmati waktu bersamaku, terkadang ia tertawa dengan dingin saat dengan nakalnya ia mendorongku hingga tenggelam. Beruntung aku bisa berenang hehe.
Tak lama kemudian kami duduk bersebelahan di tepi sungai untuk mengeringkan badan. Sinar matahari sebenarnya cukup terik namun terhalang oleh dedaunan pohon yang rimbun di sekitar sungai ini. Kulihat burung-burung asyik beterbangan kesana kemari sepertinya mereka adalah pasangan, entah mengapa aku tersenyum senang melihatnya.
"Bagaimana menurutmu Jinan? asyik kan tempatnya?" tanya Jaka memulai obrolan.
"Iya Jak, gak nyangka kamu bisa menemukan tempat seindah ini...." balasku.
"Aku yakin kamu pasti suka. Sekarang gimana? apa ini sudah cukup untuk membuatmu merasa bahagia?" tanya Jaka melihatku. Aku menoleh dan kami saling kontak mata, dalam hati aku bertanya-tanya apa maksud dari omongannya.
"Maksudnya?" tanyaku memastikan.
"Jinan, kita sudah berteman sejak awal kuliah hingga sekarang. Sebenarnya aku sering memperhatikan kamu setiap hari saat kita bertemu, aku bisa ngerasain meski dari luar kamu kelihatan ceria tetapi di dalam hatimu kamu seperti..... ada sesuatu yang cukup mengganjal dirimu...."
Aku tertegun. Memang aku dan Jaka sebenarnya tidak terlalu dekat namun kami berteman dengan baik selama kuliah, dia sudah banyak membantuku dalam mengerjakan tugas maupun hanya sekedar bertanya tentang materi yang aku tidak mampu. Ya, bisa dibilang Jaka adalah satu-satunya teman cowok yang benar-benar baik tak seperti cowok-cowok yang pernah dekat denganku. Dalam hati aku berpikir selama aku menjalankan "rencana" ini entah mengapa aku malah merasa menyesal, dia memang tidak punya niat untuk bertindak mesum padaku meski sudah aku coba untuk "menggodanya" sampai saat ini.
Kepalaku tertunduk, perkataan Jaka sebenarnya cukup menusuk. Memang dalam kehidupan sehari-hari aku selalu memasang muka ceria dan suka bersosialisasi sehingga aku memiliki banyak teman. Namun aku juga memiliki masa lalu yang kelam bahkan tak bisa terhapuskan dalam diriku, aku adalah wanita yang tidak baik bahkan sepertinya sudah keterlaluan, sisi luarku yang selalu positif menutupi sisi gelap yang aku alami dan sampai sekarang hal tersebut berjalan dengan baik. Kukelabui setiap cowok yang berusaha untuk dekat denganku, menikmati tubuhku dengan penuh nafsu hingga kutinggalkan dengan berbagai macam alasan, itu adalah usahaku untuk melampiaskan dendam masa laluku.
"Jaka.... kalau boleh tahu kenapa kamu begitu peduli padaku? kamu juga tidak mengenalku lebih dalam?" aura serius mulai terasa dalam obrolan kami.
Jaka tampaknya terdiam sejenak selama beberapa saat, lalu ia kembali menggerakan bibirnya.
"Karena kita teman Jinan, aku senang bisa kenal sama kamu dan aku juga senang hati untuk membantumu...."
Ya, jawaban yang singkat memang namun hatiku merasa sedikit lega. Entah kenapa aku seperti ingin memeluk tubuhnya namun dengan cepat aku tahan perasaan itu.
"Makasih ya Jaka, aku beruntung banget bisa berteman denganmu...." ucapku sambil tersenyum manis padanya, ia membalasnya dengan anggukan.
"Sama-sama Nan, kita masih punya waktu empat hari. Kamu bisa bebas untuk menenangkan pikiranmu...."
"Hehe begitu ya. Eh aku mau ganti baju dulu Jak...." kataku.
"Ohh oke, ganti aja di batu besar sana. Tak usah khawatir aku gak bakal ngintip kok...."
"Halah gak usah bohong, kamu pasti punya niatan untuk ngintip kan hihihi...." godaku sambil tertawa cekikian.
"Yaudah sana ganti baju, beneran kok aku gak akan ngintip" balasnya. Aku kembali tertawa melihat responnya yang berbeda dari sebelumnya. Aku yakin banget kok Jaka pasti pengen ngintip.
Singkatnya kami melanjutkan perjalanan setelah mengganti baju terutama pakaian dalamku yang basah. Kami mengunjungi sisi tebing yang pemandangannya sangat indah, saking indahnya sampai aku mengeluarkan ponsel dan beberapa kali mengambil gambar. Sebenarnya aku ingin foto bersama Jaka namun dia menolak karena dia tidak merasa pede saat foto dan aku bisa memakluminya. Setelah itu kami berjalan menyusuri jalan bebatuan menuruni perbukitan yang kami lalui tadi, dan akhirnya kami tiba di tempat wisata yang cukup ramai berbeda dari sebelumnya, Jaka mengajakku untuk makan yang letaknya cukup dekat dari objek wisata tersebut, memang sebenarnya kami tidak berniat untuk kesana dan hanya ingin membeli makanan-makanan saja.
Kami mengobrol beberapa hal yang bisa kami bahas, terkadang aku tertawa saat Jaka mencoba untuk melontarkan leluconnya. Akupun membalasnya namun dia sama sekali tidak tertawa dan hanya menggangguk saja. Ah, aku malah merasa sebal dan penasaran gimana caranya untuk mengubah ekspresi wajahnya yang dingin itu. Namun overall, aku sangat senang dan puas dengan perjalanan ini.
Sore harinya, kami tiba di villa dengan kelelahan karena sudah berjalan cukup jauh namun aku merasa senang dan puas akan hari ini dan tak sabar untuk menunggu esok hari, pastinya Jaka akan mengajakku ke tempat yang lebih bagus dari ini. Kuhempaskan pantatku ke sofa empuk dan duduk bersantai sambil menyalakan televisi. Sedangkan Jaka berjalan menuju dapur dan mengambil sesuatu dalam kulkas.
"Wahh, sialan kok gak kasih tahu sih...." aku terkejut dengan sesuatu yang dibawa oleh Jaka. Tiga botol minuman bermerek yang tentunya berharga mahal, aku baru tahu kalau Jaka punya minuman tersebut.
"Ya memang aku sengaja simpan biar kamunya gak tahu. Kamu emangnya pernah minum minuman ini?" tanyanya.
"Pernah dong"
"Yaudah tapi minumnya nanti aja dah kita makan malam dulu sama mandi...."
Singkatnya kami melakukan kesibukan masing-masing pada sore hari ini.
"Satu botol dulu Nan, pelan-pelan aja....."
"Iya, buruan tuangin ke gelas"
Dengan tidak sabar aku menggenggam gelas sloki menunggu Jaka yang sedang membukakan botol minuman bermerek itu. Ya, bisa dibilang itu adalah minuman kesukaanku meski memang kadar alkoholnya cukup tinggi, di saat aku galau atau sedang mood jelek minuman tersebut dapat menenangkan diriku. Yaa.... meskipun terkadang aku bisa kelepasan saat menikmatinya atau kata singkatnya, mabuk.
Jaka berhasil melepaskan tutup botol minuman itu lalu menuangkannya ke gelas sloki yang kubawa dan langsung meneguknya. Rasa aneh mulai terasa dalam kerongkonganku beberapa saat namun di saat bersamaan kepalaku terasa ringan dan nyaman. Jaka sendiri juga sedang menuangkan minuman itu ke gelas dalam jumlah sangat sedikit lalu meminumnya dengan santai.
"Dih, kok sedikit sih Jak? jangan-jangan kamu baru pertama kali minum ya?" tanyaku meledek.
"Enggak. Aku pernah minum kok bareng temen-temen tapi ya.... aku batasi biar gak mabuk...."
"Halah gak usah sok alim Jak, tapi makasih ya hihihi....."
Malam hari ini kami duduk santai di ruang tamu sambil menonton film. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sudah setengah botol kami nikmati. Kepalaku mulai terasa pening dan ringan namun aku masih dalam keadaan sadar. Kulirik mataku melihat Jaka yang sepertinya serius menonton film yang entah apa judulnya. Efek alkohol yang tercipta dalam minuman itu mulai memberikan efek negatif dalam diriku, sisi jahatku mulai muncul, dan berniat untuk kembali "menggoda" Jaka.
"Ughhh.... Jak, tuangin botolnya lagi dong...." rengekku manja padanya.
"Loh, kamu masih mau minum lagi? Jinan ini kuat banget minumannya sebaiknya kamu jangan minum lagi...."
"Alahhh..... tuangin ah Jak, dasar cowok kok gak mau nurut...." rengekku lagi dan semakin manja sampai aku menyenggol-nyenggol bahunya.
"Iya deh iya, tapi ini yang terakhir ya.... aku gak mau kamu sampai mabuk nanti bakal repot...."
"Bacot Jak....."
Ia menuangkan minuman tersebut ke gelas sloki yang langsung aku teguk dengan lahap. Kembali tubuhku terasa sangat nyaman akibat tabokan alkohol yang semakin kuat. Kerja otakku mulai kacau, aku mulai mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan oleh seorang wanita padanya namun aku tak peduli.
Kemudian aku mulai intens menggoda-goda Jaka mulai dengan mendekatkan tubuhku kearahnya, membisikkan kata-kata yang bisa membuatnya terangsang bahkan aku sengaja memeluk tubuhnya dengan erat hingga buah dadaku menempel pada tubuhnya. Namun semuanya sia-sia, Jaka tetap dingin. Ia hanya menuruti kemauanku dalam menuangkan minuman ke gelas, itu saja.
"Hhhhh Jaka...... masak kamu gak mau sama aku.... aku kesepian Jakk....." ucapanku mulai ngelantur seiring dengan kacaunya kerja otakku akibat tabokan alkohol.
"Jinan.... aku disini, kamu udah kebanyakan minum....."
"Bacot Jak.... aku ini cewek nakal..... kenapa sih kamu gak mau sama aku..... lihat ini tubuhku sudah kotor gara-gara cowok brengsek..... aku benci banget sama cowok Jakkk......" aku terus memeluk tubuh Jaka dengan erat sambil terus melantur. Ya, aku sudah tipsy sekarang.
"Kenapa kamu benci Nan? apa yang sebenarnya terjadi?"
"Ihhh Jakaaa..... kenapa kamu gak sadar sih.... selama ini aku selalu menggodain kamu.... biar kamuu..... ngelakuin hal mesum padaku....."
"Kamu culun Jak.... culun..... masak kamu gak ngaceng lihat bodiku ihhhh......"
Entah sudah berapa lama aku menggoda-goda Jaka hingga tak sadar aku sudah terlalu banyak minum. Kepalaku terasa pusing sekali sampai pandanganku mulai mengabur dan berputar-putar. Jaka menuntunku masuk ke kamar mandi dan seketika juga isi perutku keluar cukup banyak masuk ke dalam kloset. Aku berkali-kali muntah, kerongkonganku terasa panas sekali bahkan saking kuatnya muntah itu juga keluar dari hidungku, dan pada akhirnya tubuhku terasa lemas sekali bahkan mengangkat kepala saja sudah tidak mampu. Dengan pandangan yang buram aku merasakan tubuhku diangkat oleh Jaka. Pandanganku yang sebelumnya buram mulai terlihat gelap dan.... aku tak ingat apa-apa lagi.....
"Ughhh..... kepalaku....."
Aku tersadar setelah tertidur dalam waktu yang cukup lama, pandanganku masih terlihat buram dan kepalaku terasa pening. Kubiarkan beberapa saat hingga kondisi tubuhku mulai pulih, ini kamar yang aku tempati sepertinya dilihat dari langit-langit kamar yang aku kenal.
Tapi..... ugh, kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkan?
"Kamu udah bangun Jinan....."
Terdengar suara yang sangat aku kenal dari samping, itu adalah suara Jaka.
"Ja... ka....." ucapku lirih.
"Tadi malem kamu muntah-muntah sampai lemes Nan, makanya aku bawa ke kamar ini. Salah sendiri kebanyakan minum kan....." ucapnya dengan dingin.
"Jaka.... kenapa.... kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkin....." tanyaku. Kulihat Jaka berjalan ke depan ranjang meski pandanganku masih belum sepenuhnya pulih. Dia hanya berdiri tepat didepanku dan tak menjawab pertanyaanku.
"Jinan, aku kecewa sama kamu....."
"Kecewa? apa maksudnya?" tanyaku heran. Tak lama kemudian aku mulai sepenuhnya sadar dan aku terkejut setelah menyadari kalau kedua tanganku diikat dengan erat begitu juga kedua kakiku, aku benar-benar tak bisa bergerak! Dan juga aku baru sadar kalau aku dalam posisi telanjang!
"Jaka.... apa maksudnya ini?? kenapa kamu mengikatku seperti ini....." aku mulai emosi sekaligus bingung. Jaka hanya tetap berdiri di depan ranjang dengan kedua tangannya yang terlipat di dada, pandangan matanya dingin menatapku.
"Lepaskan aku Jak.... sumpah ini gak lucu! lepasin aku...." ucapku mulai meronta-ronta dan berusaha untuk melepaskan ikatan ini namun sia-sia saja.
"Aku sudah tahu semuanya Jinan. Sifat kamu sebenarnya dan juga kebusukanmu. Aku sudah melihat-lihat seluruh isi ponselmu, aku benar-benar tak menyangka Jinan yang kukenal selama ini adalah wanita yang begitu murahan...." ucapan Jaka kembali mengejutkanku, jantungku berdegup kencang sekali dan keringat mulai bercucuran, salah satu rahasia yang selalu kusimpan dengan rapat akhirnya ketahuan.
"Lepaskan aku Jaka...... aku mohon hiks... hiks...." aku mulai terisak menangis sembari terus berusaha memohonnya.
"Oh iya aku juga mau kasih tahu, kamar yang kamu tempati ini sudah aku pasang kamera pengintai untuk mengawasimu. Ada tiga kamera sebenarnya dan aku sudah tahu juga kegiatan yang kamu lakukan pada malam sebelumnya...." ucapnya dingin.
"Jinan..... kenapa kamu melakukan ini semua? memang sebegitu murahan kah kamu di depan mata laki-laki....." tanyanya sambil berjalan naik ke ranjang. Daguku dipegang olehnya dan memberikanku tatapan yang sangat berbeda dari biasanya, tatapan matanya sungguh mengerikan..
"Jaka.... please jangan bocorkan hal ini pada siapapun.... hiks.... hiks.... hidupku akan hancur kalau sampai mereka semua tahu....." aku memohon dengan berlinangan air mata. Suasana hening menyelimuti isi kamar ini, kedua mataku melotot menatap mata Jaka.
"Cih, kamu pikir dengan meminta maaf padaku semuanya akan selesai Jinan? kamu salah, kamu pasti akan melakukannya lagi. Aku akan pegang semua isi data ponselmu sebagai jaminan....."
"Jaka..... aku mohon hiks.... hiks....."
Otakku terasa kacau mengolah berbagai alasan yang aku ucapkan kepada Jaka, sepertinya dia memang sangat serius akan hal ini. Hatiku terasa lesu dan bingung, bagaimana caranya aku bisa lepas dari ini? Seiring dengan kacaunya pikiranku terbit sebuah alasan yang mungkin akan membuatnya berpikir dua kali.
"Hiks.... hiks.... kamu.... kamu boleh lakukan apapun padaku asal video dan fotoku jangan kamu sebar...." kataku dengan lantang dan tanpa berpikir panjang. Ya, aku tak punya pilihan lagi.
Aku melihat Jaka sedikit tersenyum, apakah permohonan ini ia terima?
"Aku sudah menduga kamu bakal ngomong kayak gitu Jinan, tipikal wanita murahan emang" kata Jaka, ucapan "wanita murahan" cukup menusuk hatiku dalam namun ironisnya, dia benar.
"Apa ucapanmu bisa dipegang Jinan? aku sangat benci sama orang yang gak bisa megang janjinya" ia menatapku dalam, dengan kedua mata dinginnya yang semakin menakutkan. Aku mulai gemetaran ketakutan, apa aku harus menuruti perintahnya meski aku tahu akan apa yang terjadi nanti.
"I.... iya Jaka.... aku janji....." ucapku lirih.
Ia tersenyum lalu membelai lembut pipiku dan mengusap jalur air mata disitu.
"Baiklah kalau begitu, liburan kita tinggal tiga hari dan kita akan tetap disini dan turuti semua perintahku. Jangan khawatir aku tak akan menyakitimu Jinan, kamu terlalu cantik untuk disakiti, aku hanya akan memberikanmu sedikit pelajaran......"
Pelajaran? apa maksudnya?
"Kita mulai dari sekarang ya. Biasanya kamu suka mengejekku dengan sebutan culun kan? aku tidak marah kamu bilang begitu Jinan. Tapi, apa kamu yakin kalau aku benar-benar cowok yang culun?" Jaka bertanya dengan nada datar sambil terus menatapku.
Kulihat Jaka mulai melepaskan kaos oblongnya dan betapa terkejutnya aku melihat tubuh setengah telanjang Jaka. Ugh, tubuhnya kekar sekali. Dadanya terbentuk bidang dan indah ditambah dengan otot perutnya yang kekar six pack, jadi Jaka menyembunyikan tubuhnya dengan pakaian-pakaian yang sangat biasa dan itu adalah alasan kenapa aku menyebutnya "culun".
"Lihat tubuhku Jinan, apa kamu masih aku anggap culun di matamu? inikah yang kamu inginkan dari fantasi-fantasi nakalmu itu kan?"
"I.... iya....." ucapku gemetaran sekaligus kagum dengan keindahan tubuh Jaka, tanpa sadar naluri kewanitaan mulai naik sekaligus nafsu birahiku.
"Hmmm, lagi-lagi tipikal jawaban dari cewek murahan. Kamu pastinya nafsu kan lihat tubuh cowok yang telanjang apalagi yang kekar sepertiku? Ya ampun Jinan, aku gak nyangka kamu memang sudah separah ini....." ya, lagi-lagi ucapan yang kembali menusukku lebih dalam.
Kemudian aku melihat Jaka membetulkan posisi duduknya dan mulai melepaskan celana boxernya. Ya, aku kembali dikejutkan dengan salah satu bagian tubuhnya, terpampang batang kontolnya yang.... ya ampun... ini besar sekali dan panjang, tak kalah kekarnya. Kedua mataku refleks terpincing melihat urat-urat dari kulit kontolnya yang tercetak jelas. Aku berkali-kali menelan ludah melihat pemandangan yang jujur sangat mengundang birahi apalagi aku memang cepat naik saat melihat batang kontol laki-laki apapun bentuknya.
"Ini yang kamu mau kan?" ucapnya sambil menggenggam batang kontolnya sendiri tepat di depan wajahku. Mengingat aku sudah janji dengan dirinya untuk tetap patuh aku langsung menggangguk seolah-olah itu adalah benda favoritku.
Tiba-tiba aku terkejut saat ia menamparkan batang kontolnya dengan keras kearah pipiku. Karena sudah keras tamparan itu terasa sakit.
PLAK PLAK
"Aduhhhh..... Ughhh....."
"Dasar murahan kamu Nan, namamu padahal bagus tapi orangnya seperti ini. Aku gak habis pikir....."
PLAK
"Jakaaa..... hiks... hiks....."
Ia menghentikan aksinya dan membelai pipiku kembali menyeka air mataku. Tiba-tiba ia menyerang telinga belakangku dengan lidahnya, rasanya geli sekali hingga tubuhku menggelinjang. Kurasakan lidahnya menjilat-jilat bagian telingaku dengan lembut dan saking gelinya aku kelepasan mendesah.
"Ahhhhh......."
Sesaat kemudian dia menghentikan aksinya dan kembali menatapku dalam. Aku kembali merasa ketakutan.
"Kenapa Jinan? kamu sepertinya takut denganku? padahal aku tidak seram orangnya" sialan, pada saat kondisi seperti ini dia bisa aja bercanda.
"Saat melihat-lihat isi ponselmu, aku menemukan beberapa video porno kesukaanmu dan temanya tentang ikat mengikat, apa sebelumnya kamu ngelakuin sama cowok-cowok yang kamu dekati, hah?" tanya Jaka dengan tangannya yang memegang daguku seperti kepalaku dipaksa diangkat.
"Enggak.... aku tak pernah melakukannya Jaka... aku.... aku nonton video itu cuma buat perangsang aja saat..... emmm.... aku masturbasi......" ucapku gemetaran.
"Kamu tidak bohong kan?" ucapnya memastikan. Kedua matanya tampak membesar seakan-akan berusaha untuk mencari kebenaran di dalam diriku.
"Sumpah.... aku gak pernah sampai begitu......" jawabku dengan bibir gemetar. Meski aku bohong pun percuma jadi aku katakan semuanya yang sebenarnya.
"Kalau begitu, aku bisa mewujudkan semua fantasi busukmu itu Jinan. Itu alasan kenapa aku sengaja mengikatmu di ranjang ini....."
"Jaka.... tolong aku.... aku gak mau kayak gini...."
Ia memegang pipiku dengan kuat, apa aku mengatakan hal yang membuatnya marah? Jujur, aku tak menyangka Jaka benar-benar berubah. Yang kulihat sekarang bukan Jaka yang biasa aku kenal, dia berubah drastis dari yang asalnya dingin menjadi bengis di mataku, namun aku masih merasa yakin dia tak akan menyakitiku.
"Sssttt.... kamu tak perlu minta tolong ya Jinan. Aku yakin dalam hatimu kamu pasti pengen mempraktekkan yang ada di video itu kan? jujur aja...." ia meletakkan jari telunjuknya ke bibirku.
"Dan ini juga masuk dalam kesepakatan kita tadi.... kamu nikmatin aja ya "pelajaran" ini"
Kemudian Jaka membetulkan posisi duduknya yang sekarang berada di atas perutku. Ia merendahkan kepalanya menuju buah dadaku yang bulat dan ranum. Ughhh.... Sshhhh..... dia mulai mencium-cium area sekitar buah dadaku dan menjilatnya dengan pelan. Sensasi geli dan nikmat langsung terasa di sekujur tubuhku. Jilatan yang dilancarkan oleh Jaka semakin intens hingga leher dan kepalaku terdongak keatas dan mulutku mengeluarkan suara desahan.
"Aahhhhh.... Sshhhhh......" begitulah suara yang kukeluarkan.
Kurasakan lidahnya yang telah basah itu berjalan-jalan hingga tiba di bagian puting susu yang sudah menegang hebat. Tanpa pikir panjang Jaka mencaplok bibirnya kearah putingku dan mengisapnya dengan kuat sekali. Aku kembali mendesah-desah merasakan geli yang teramat hebat, terkadang ia sengaja meletakkan giginya di bagian puting bersamaan dengan gerakan menyedot sehingga timbul rasa nyeri.
"Aahhhh.... ngiluuu Jakaaa.... Ahhhhh....."
"Tubuhmu indah Jinan, saking indahnya sampai kamu manfaatin buat cowok-cowok mesum. Ah, aku jadi sebal melihat isi ponselmu Nan, banyak banget foto-foto telanjang disana, pasti foto itu buat dijual ya??"
"Ssshhh.... Ahhh..... iyaaa.... iya Jaka..... Shhhhhh..... itu sumber penghasilanku disana... Aghhh ngiluuu ughhhh..... aku bisa dapat uang banyak jugaaa......" ucapku merintih-rintih. Otakku sudah mulai kacau diserang oleh ombak birahi bahkan tanpa sadar juga memekku mulai berkontraksi mengeluarkan banyak cairan disana.
"Wanita murahan emang, atau.... aku boleh kamu sebut.... pelacur...."
Ya, pelacur. Aku memang pantas dipanggil seperti itu. Selama ini aku memang menyadari kalau semua kegiatan yang kulakukan selama ini tak ada bedanya dengan pelacur. Namun aku tenggelam, hanyut dalam kegelapan yang ironisnya aku buat sendiri.
"Sshhhhh aahhhhh....."
Kemudian setelah puas mengisap buah dadaku, kepalanya bergerak ke bawah menjilati seluruh area dada bawahku hingga tiba di perut. Ia mengangkat kepalanya dan tangannya memijat-mijat perutku.
"Hmmmm.... sampai pusarmu ditindik Jinan, pastinya cowok-cowok yang kamu layani semakin terbakar birahinya" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yang kamu lakukan di sungai kemarin juga gak ada bedanya sama pelacur Nan. Berani juga kamu setengah telanjang di hadapan cowok, memamerkan tubuh kotormu itu, kamu memang pelacur, Jinan" tambahnya. Aku hanya terdiam dengan tubuh menggelinjang menahan amukan birahi yang terus menyerang.
Jaka kembali menurunkan kepalanya dan menjilat-jilat area pusarku. Rasa geli yang teramat hebat kembali menyerang seluruh tubuhku yang semakin menggelinjang. Kurasakan lidahnya dengan lihai membasahi kulit pusarku yang terpasang tindik. Tiba-tiba aku mengaduh saat ia dengan sengaja mencaplok tindik itu dan mengisapnya sehingga kulit pusarku seperti terasa ditarik. Rasa sakit bercampur nikmat kembali terasa sekali dan entah mengapa aku justru menikmatinya.
"Aaahhhhh sssakitt..... ughhhhh ssshhhhh....."
"Kulit perutmu begitu halus Nan seperti sutera, konturnya juga terbentuk indah. Kelihatan kamu sering olahraga dan menjaga pola makan biar tubuhmu terbentuk seperti ini, jujur aku kagum padamu Jinan....." entah mengapa di dalam hati aku merasa bangga Jaka memuji kemolekan tubuhku, memang sebelumnya aku sering dipuji oleh laki-laki yang menggunakan tubuhku sebagai sarana pemuas nafsu dan aku tak pernah menikmatinya. Namun ini lain, rasanya aku malah merasa bangga.
"Tapi sayang ya, lekuk tubuh yang indah ini malah digunakan untuk pemuas dahaga lelaki, sudah berapa banyak laki-laki yang telah menikmati tubuh ini Jinan?" tanyanya kembali yang membuatku kembali ketakutan
"Nghhhh..... aku.... aku tak tahu....." jawabku sembarangan, respon Jaka tiba-tiba berubah. Ia melepaskan bibirnya dari pusarku dan menatapku dengan tatapan yang menakutkan.
"Kamu sampai tidak tahu berapa banyak laki-laki yang menggunakan tubuhmu? benar-benar seperti pelacur ya kamu...."
"Hen... hentikan.... jangan sebut kata-kata itu...." ucapku mulai meronta-ronta. Jaka langsung memegang daguku kembali, ia sepertinya marah denganku.
"Wanita kotor kayak kamu memang harus dikasih pelajaran. Aku sudah mengagumimu dari awal kuliah sampai sekarang dan ternyata Jinan yang kukenal sekarang bukan wanita yang baik.... Huh, aku semakin muak jadinya....."
Kedua mataku terbelalak melihat kontol Jaka mulai mendekati mulutku, awalnya aku meronta-ronta dan berusaha untuk menutupi mulutku namun Jaka memaksaku untuk membuka mulutnya hingga akhirnya aku mengalah. Jaka mulai melesakkan kontol besarnya masuk kedalam mulutku.
"Oghhhhhhh ggggggghhhhh......" terdengar suara napasku yang tertabrak oleh benda tumpul itu karena saking tebalnya. Kedua mataku yang awalnya terpejam menjadi melotot dan mulai mengeluarkan air mata. Aku tak menyangka Jaka langsung mendorong kontolnya dalam hingga hampir menabrak anak tekak ku.
"Mmmmm..... mulutmu lumayan enak Jinan, kamu suka kan?" tanyanya dengan dingin. Aku hanya menggangguk lemah. Setelah cukup lama mendiamkan kontolnya di dalam mulut Jaka mulai menggerakannya keluar masuk dengan perlahan. Suara napasku semakin terdengar berbarengan dengan suara becek air liur yang keluar cukup banyak. Jaka melakukannya selama beberapa saat hingga aku kembali meronta-ronta karena kehabisan napas.
"Mmmmm..... Ngghhhhh....." kepalaku menggeleng-geleng tak kuasa merasakan penyiksaan ini. Memang sebelumnya mulutku juga sering dimasuki kontol laki-laki namun aku tak menyangka bakal separah ini.
"Kenapa Jinan, kamu tersiksa? bukannya kamu suka diginiin?"
"GLLLOOGHHHHHH......."
Tiba-tiba Jaka mendorong pinggulnya dengan mendadak. Kontolnya langsung bergerak maju menabrak anak tekak-ku bahkan rasanya kontol Jaka sudah masuk ke dalam kerongkonganku! Rasa mual mulai terasa dan semakin terasa, aku berusaha untuk kembali meronta namun tangan Jaka dengan kuat menjambak rambutku dan memegangnya sehingga kepalaku benar-benar tak bisa bergerak!
"Kamu suka kan, pelacur? hah??" nada ucap Jaka mulai meninggi sembari terus memegang kepalaku. Air mataku terus mengalir dengan kedua mata yang melotot seakan-akan mau lepas. Aku.... aku memang merasakan kenikmatan yang sudah lama aku alami namun rasa mual juga terasa sekali.
Ia mulai menggerak-gerakan lagi kontolnya dengan perlahan dan hati-hati. Namun gerakan tersebut justru membuatku semakin mual, dan pada detik berikutnya isi perutku mulai bergemuruh, pertanda aku akan muntah sebentar lagi. Aku berusaha setengah mati untuk menahan sensasi ini namun aku tak kuasa.
"HOOGHHHHHH HHHHHHH......."
Sepertinya Jaka tahu aku akan muntah, lalu ia mencabut kontolnya dengan cepat hingga gigiku terasa menggesek kulit kontolnya. Aku terbatuk-batuk dengan hebat hingga memuntahkan banyak air liur membasahi tubuhku sendiri, hampir saja. Kalau dia telat satu detik saja isi perutku akan keluar dan pastinya situasinya akan semakin parah.
"Uhukkk uhukkk hoeekkkhhhh....." sensasi yang belum pernah aku alami selama hidup. Aku masih batuk-batuk hingga tenggorokanku terasa sakit. Jaka menatapku dengan dingin dan menyeka sisa-sisa air liur yang membasahi daguku.
"Hampir aja ya Jinan.... kamu suka kan digituin?" tanyanya dengan lembut.
"Uhukkk.... Uhukkk... iya... aku.... aku suka....." jawabku lemah. Kemudian Jaka mengambil botol air elektrolit yang terletak di meja kamar lalu membantuku untuk meminumnya. Rasanya segar sekali.
"Oke sekarang langsung aja ya untuk pelajaran kedua. Kamu siap-siap aja....." kata Jaka sambil membetulkan kembali posisi duduknya. Kuangkat sedikit kepalaku dan melihat Jaka sedang mengocok-ngocok kontolnya sendiri, sepertinya ia akan melesakkan kontolnya ke dalam memekku.
"Jaka......"
"Yak, kita mulai....."
"AAAAAGGHHHHHHH......."
Kepalaku langsung terdongak keatas saat Jaka mulai melesakkan kontolnya. Rasanya aneh, nyeri bercampur geli. Ini.... ini sungguh besar dan tebal.... sampai memekku terasa nyeri sekali, ia terus mendorong pinggulnya hingga terasa kepala kontolnya menyundul mulut rahimku di dalam. Tubuhku bereaksi dan seketika juga nafsu birahiku meledak.
"Hmmmm..... sempit sekali memekmu Jinan, padahal sudah pasti udah banyak kontol-kontol yang mampir di dalam sini tapi masih sempit juga....." katanya dengan napas dalam. Aku tak menggubrisnya karena otakku sudah dikuasai oleh birahi. Kemudian setelah diam beberapa saat Jaka mulai menggerakan pinggulnya maju-mundur. Awalnya dengan tempo yang pelan sekali sampai relung memekku terasa geli sekali, kemudian selang beberapa menit ia mulai menaikkan temponya. Aku mendesah-desah dengan riuh mengekspresikan kenikmatan yang sungguh luar biasa ini, terlebih mungkin bentuk kontolnya yang besar sampai klitorisku tergesek-gesek, semakin memperparah nafsu birahiku.
PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK
"Aaghhhhhh sshhhhhh..... enak banget Jakaaa..... Aghhhh terus genjot memekku......" ucapku berbarengan dengan lenguhan nakalku.
"Dasar pelacur, kayak gitu kan kamu melayani cowok-cowok yang kamu manfaatin. Jawab Nan!!!" ucapnya dengan nada marah.
"Iyaaahhh.... iyaahhhh Jaka.... aku memang pelacurr..... aku suka godain cowok biar bisa dientot.... AHHHHHHH AHHHHH......"
"HHGGHHHH TERIMA INI!!!"
Ia mengangkat sedikit pinggulku dan memegang pantatku dengan kasar. Ia terus menggenjot memekku dengan tempo yang sangat cepat dan brutal. Aku berteriak dan mendesah seperti orang ectasy, tak peduli nanti teriakanku didengar orang luar, rasanya.... ini rasanya sungguh memabukkan....
"DASAR MURAHAN, PELACUR.... KAMU BENAR-BENAR SANGAT HINA JINANN!!! AGHHHH SSSHHHH......"
"MMMHHHH AAAHHHH... IYAAAHH JAKAAA AKU PELACUR...... CEWEK BISPAKK..... AAAHHHH AKU MAU PIPISSSS... SSSHHHH AAHHH KYAAAAHHHHH......"
Tubuhku tersentak-sentak dengan hebat, relung memekku berkedut-kedut kencang meremas kontol Jaka di dalam. Ia sepertinya sadar akan hal itu dan mencabut kontolnya keluar, seketika aku melenguh kencang. Semburan pipis enak keluar dengan derasnya yang aku yakin pipis itu membasahi tubuh Jaka. Orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Kepalaku terjatuh kembali di kasur dengan mata melotot, keringatku bercucuran membasahi tubuhku sendiri. Meski terasa ngilu jujur saja, ini rasanya nikmat sekali.
Jaka membiarkanku istirahat selama beberapa menit dan sama seperti sebelumnya, ia membantuku meminum air hingga habis, orgasme hebat yang kualami membuatku kelelahan dan kehausan. Kemudian dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat kuat, Jaka duduk disamping kepalaku dan mengelus-elus rambutku dengan lembut, sifatnya mulai kembali berubah seperti semula tak seperti sebelumnya yang begitu menakutkan.
"Udah enakan?" tanyanya. Aku menoleh kearahnya sedikit.
"I.... iyaa....." jawabku lemah. Jaka tersenyum kecil mendengarnya dan aku tak pernah menyangka dari wajah dinginnya ia bisa menunjukkan ekspresi seperti manusia biasa pada umumnya.
"Tadi aku sempat kaget kamu klimaks sampai muncrat-muncrat, lihat badanku jadi basah sekarang....." kata Jaka, aku memicingkan kedua mataku melihat tubuh Jaka yang basah karena pipis enakku dengan kontol yang masih tegang sekali.
"Ma... maafkan aku.... aku memang gitu kalau orgasme Jak...." balasku dengan nada yang lemah.
"Tidak apa, aku malah cukup senang kamu bisa menikmati....." ucapnya lagi, dalam hati aku malah merasa senang Jaka tidak memarahiku seperti tadi. Kami saling terdiam selama beberapa menit untuk mengumpulkan tenaga yang telah terkuras terlebih diriku yang masih terengah-engah.
"Kamu udah janji kan, kamu harus menuruti semua perintahku selama tiga hari ini?" ia kembali menanyakan hal itu padaku untuk memastikan saja. Tanpa pikir panjang kuanggukan kepalaku tanda iya, Jaka kembali tersenyum kecil.
"Sekarang aku mau kamu masturbasi pakai dildo mu itu tepat dihadapanku, oh iya aku akan lepaskan ikatan pada tangan kananmu...." ucapnya, kemudian Jaka mengambil dildo besar milikku yang tersimpan dalam tas, lalu ia melepaskan salah satu ikatan pada tangan kananku. Ah, akhirnya aku bisa kembali menggerakan tanganku dengan bebas. Kemudian ia membetulkan posisi tidurku dengan menyelipkan dua bantal ke belakang punggungku sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah duduk bersenderan dengan bantal.
"Sudah nyaman kan posisinya? sekarang pegang dildo itu dan masukkin ke memekmu. Aku mau lihat gimana kamu masturbasi...."
Aku menggangguk dengan patuh, kuambil dildo dari tangan Jaka dan kemudian mulai mengarahkan ke selangkanganku, karena posisi tubuhku yang terbatas aku sedikit kesulitan untuk memasukkannya. Tampaknya Jaka tahu akan hal itu dan membantuku memasukkan dildo besar itu.
"Sudah pas kan? Sekarang dorong dildonya......"
"Aaaghhhhhh......"
Aku melenguh panjang saat dildo milikku itu sukses melesak ke dalam memek. Sebenarnya dildo itu tidak cukup besar dibandingkan dengan kontol Jaka namun rasanya tetap enak. Tubuhku kembali bergetar-getar merasakan kenikmatan yang mulai naik, tanganku terus bergerak-gerak menusuk liang memekku dengan dildo, kurasakan juga lendir memekku mulai terproduksi kembali hingga terasa licin disana.
"Aahhhh ahhhhhh..... Sshhhhh......" desahku nakal dan penuh nafsu.
"Hmmm begitu ya, coba kamu bayangin kalau dildo itu adalah kontol cowok-cowok yang kamu manfaatin Jinan....."
Seakan-akan seperti trigger, aku langsung terpengaruh dengan ucapan Jaka. Kunaikkan tempo kocokan dildo ini semakin cepat dan semakin cepat, sesekali aku melakukan gerakan menghujam dalam hingga dildoku menyenggol mulut rahim di sana. Tubuhku semakin bergetar hebat dan mulutku terus mendesah, bahkan tanpa sadar aku mulai berkata-kata kotor dan merendahkan martabat lelaki tapi aku tak peduli, aku menikmati semua ini.
"Aaghhhh ssshhhhhh..... bangsat.... bangsat.... Ughhhhh..... iya ini enak sayang.... Sshhhhhh.... Dasar kalian cowok maunya memek doang.... Aaghhhhh....."
"Gila kamu Jinan, bisa-bisanya kamu ngomong gitu dihadapan laki-laki. Memang kamu sudah parah banget ya....." ucapnya yang tidak aku gubris. Kulihat Jaka bergerak kedepan kepalaku dengan posisi berdiri lalu ia memegang rambutku dan mengarahkan kontol besarnya ke mulutku yang terbuka. Aku awalnya kaget namun dengan cepat aku dapat beradaptasi.
"Emmmm... Gglllpppppp...." kembali aku merasa gelagapan merasakan kontol Jaka menusuk-nusuk mulutku, sejenak kocokan dildoku mulai terasa pelan namun Jaka tahu akan hal itu dan kembali memaksakan kehendaknya, ia menyodok-nyodok kontolnya hingga masuk ke dalam kerongkonganku. Gila, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Kembali aku merasa mual akibat sodokan kontolnya di mulutku yang begitu brutal. Namun entah mengapa birahiku seakan-akan mengatakan untuk merelakan semuanya, dan tentunya aku kalah telak dari birahiku sendiri. Baiklah, aku akan menikmati ini semua.
"Hhghhhhh ssshhhh.... pinter juga kamu mainin mulutmu, Jinan. Sama kayak memekmu.... Aghhhh....." kudengar Jaka mendesah-desah saat kucoba untuk mengempotkan otot dalam mulutku hingga kontolnya terasa seperti dihisap dengan kuat. Jaka mulai kembali mendesah-desah menikmati permainanku sekaligus kulanjutkan aktivitas mengocok memekku yang sempat terhenti. Suara-suara birahi kami terdengar keras mengisi ruangan kamar ini.
"Hhghhhhhh ssshhhhh..... Mmmpphhhh....." suara desahanku terhalang oleh kontolnya sehingga tercipta suara yang aneh. Kepalaku mulai kembali menggeleng-geleng meski Jaka masih menahannya dengan kuat, air mataku terus keluar sembari merasakan hentakan brutal kontol besarnya di dalam mulutku.
Kemudian selang beberapa menit aku mulai merasakan ingin muntah, Jaka kembali tersadar akan kondisiku dan mencabut kontolnya dari mulutku secara perlahan, terlihat banyak sekali air liur yang melumuri seluruh bagian kontol termasuk juntaian bola testikelnya yang besar itu. Lalu dengan cepat Jaka langsung menyerang buah dadaku yang telah membusung, menjilat-jilat dan mengisap putingku yang sudah tegang. Mulutku yang penuh dengan air liur kembali mengeluarkan desahan nakal merasakan nikmatnya buah dadaku dipermainkan olehnya!
"Enak kan wahai wanita murahan? kamu suka?" tanya Jaka di sela-sela hisapan pada pentil tegangku.
"I.... iyaa..... aku suka.... isep yang keras... Aghhhhh....."
Lama-lama aku mulai tak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku terus mengocok dildo yang tertanam pada memekku dengan tempo yang semakin cepat dan semakin cepat. Aku mendesah-desah liar, entah aku sudah tak bisa berkata-kata lagi.
"AAGHHHH BANGSAATTT AKU KELUARR JAKKKK..... KYAAAHHHHH......"
Tubuhku kembali mengejang hebat merasakan amukan orgasme yang tercipta dari dalam tubuh. Dengan cepat kulepaskan dildo itu dari dalam memek dan lubang kencingku memuntahkan banyak cairan, squirt hebat sepertinya, dan juga ditambah oleh hisapan serta gigitan kecil pada putingku saat klimaks semakin memperparah kondisi diriku, orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya mereda.
Kami terengah-engah kelelahan setelah menyelesaikan aktivitas gila ini. Aku terbatuk-batuk sembari berusaha mengambil udara yang masih tersisa di kamar ini, keringatku bercucuran hebat hingga kasur yang kutiduri terasa basah sekali.
"Mmmhhh..... gila kamu Jinan, sekarang aku ngerti kenapa banyak laki-laki yang suka sama tubuh kotormu itu" ucap Jaka yang terdengar lemah pada telingaku.
"Kamu gak ada bedanya sama bintang bokep, atau memang lebih pantas ya?"
"Nghhhhh....." hanya desahan yang aku balas kepadanya, aku kesulitan untuk mengucap kata akibat orgasme hebat yang telah menguras seluruh tenagaku. Jaka mengelus-elus rambutku yang basah lepek akibat keringat lalu ia membisikkan sesuatu.
"Ini sebenarnya belum selesai Jinan, kamu sarapan dulu ya aku buatin sebentar...."
Kemudian Jaka beranjak dari tempat tidur dan meninggalkanku keluar dari kamar. Sembari menunggu dia bikin sarapan kupejamkan mataku sejenak. Aku berpikir, seharusnya ini adalah kesempatanku untuk melepaskan diri darinya namun entah mengapa aku mengurungkan niat ini, padahal sekarang aku bisa dikatakan sudah mengalami perkosaan, sexual assault atau apalah namanya dan sebagai korban seharusnya aku berusaha untuk melawan atau minimal meminta tolong. Namun kenyataannya, aku tak melakukannya.
"Setelah ini, apa yang akan dilakukan Jaka nanti....." ucapku lirih.
"Eemmmpphhh......"
Kami kembali melakukan "pelajaran" setelah cukup lama beristirahat dan mengisi perut. Sebelumnya Jaka menyuapi makanan nasi goreng buatannya yang ternyata cukup enak. Setelah habis, Jaka melepaskan semua ikatan pada tangan dan kakiku lalu menggendong tubuhku yang lemas ke ruang tamu, lalu ia kembali mengikat kaki dan tanganku dengan kuat hingga aku benar-benar tak bisa bergerak selain kepalaku saja. Jaka menatapku dengan senyuman kecil dan mengelus-elus rambutku dengan lembut memberikan sedikit kenyamanan.
"Buka mulutmu, Jinan....." ucapnya yang langsung aku turuti dengan patuh. Aku kaget saat Jaka memasang sebuah mouth-gag, aku tak menyangka ia memiliki alat seperti itu, mulutku seperti dipaksa terbuka lebar akibat mouth-gag itu. Aku kembali meronta-ronta berusaha untuk bicara namun tak bisa.
"Kamu makin cantik pakai benda itu Jinan, cantik tapi kotor....." ia kembali mengejekku namun tentu saja aku tak bisa membalasnya selain erangan aneh yang keluar dari mulutku. Setelah semuanya beres ia beranjak berdiri dan mengatur posisi tubuhku. Sekarang, aku berada di posisi sujud dengan kedua tanganku dan kakiku terikat keatas. Kudengar Jaka memuji-muji kondisi tubuhku sekaligus merendahkannya yang entah mengapa rasanya seperti campur-campur; takut, malu, marah, sedih dan terangsang. Otakku sudah tak bisa berpikir jernih dan menganggap ucapan-ucapannya seperti pecut yang menyerang diriku.
"Hmmm sepertinya posisi kayak gini malah bikin kamu tersiksa ya? okelah aku lepas aja tali di kakimu"
Kemudian aku merasakan ikatan di kedua kakiku dilepaskan sehingga aku dapat bergerak dengan bebas, sepertinya. Lalu Jaka mulai melebarkan paha gemukku hingga terpampang memekku yang sudah basah. Ia meremas-remas pantatku dengan gemas hingga mulutku mulai merespon mengeluarkan desahan yang sayangnya terhalang oleh mouth-gag
"Oke, sekarang kamu siap-siap ya, selamat menikmati pelajaran ini....."
"Emmmpphhh......"
SLEPP
"EMMMPPGGHHHHHHH......."
Kontol besar dan panjang milik Jaka kembali menghujam memekku dalam dan kasar, aku mendesah kencang yang terdengar aneh karena benda sialan yang terpasang pada mulutku, kepalaku terdongak keatas hingga terasa urat-urat leherku seperti menonjol saking enak dan ngilunya.
"Sshhhh..... memekmu sungguh nikmat Jinan...."
SLEPP SLEPP SLEPP
SLEPP SLEPP SLEPP
Jaka menggenjot kontol kekarnya dengan semangat yang membara, relung memekku terasa penuh sekali seakan-akan tak kuasa menerima besar kontolnya, aku masih tak menyangka cowok yang selama ini kuanggap culun ternyata memiliki tubuh yang sangat kekar dan kontolnya yang luar biasa. Dalam hati aku merasa menyesal telah "merendahkannya".
Terkadang di sela-sela genjotannya tangan Jaka meremas-remas pantatku dengan gemas, sepertinya ia sangat menyukai pantat sekal dan bulat ini.
"Sshhhh.... Ahhhhh...... pantatmu bisa bagus gini Jinan..... Sshhhh.... Ahhhhh....." terdengar sumpah serampah Jaka yang berbarengan dengan suara desahannya.
"Pasti pantatmu ini sudah jadi makanan lezat buat laki-laki yang kamu pengaruhi kan? dasar murahan....."
"Eemmpphhhh emmphhhh......"
Entah sudah berapa kali aku mendesah-desah seiring dengan genjotan kontolnya yang semakin kencang dan brutal, kurasakan mulutku telah dipenuhi air liur yang terproduksi secara berlebihan dan tertampung pada mouth-gag.
"Aahhhhhh ahhhhh..... gila ini enak sekali Jinan..... kenapa sih kamu mau aja jadi pelacur? apa karena duit? memangnya kamu benar-benar tak punya uang sampai rela melacurkan tubuh indahmu ini? Hah??....."
"Eemmpphhh emmmppphhhhh....."
"Kamu nakal Jinan, sungguh nakal dan rusak..... sampai pasang tindik segala buat godain cowok-cowok itu kan?"
"Eemmmpphhh....."
"Ssshhhh ahhhh..... kamu mau keluar kan, wanita murahan? keluarin aja tak usah ditahan.... Ssshhhhh aghhhh......"
PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK
Semakin kencang tempo entotan kontolnya semakin naik nafsu birahiku, kedua mataku melotot dengan kuat dan melenguh-lenguh, aku kembali orgasme hebat. Pantatku mengejang-ngejang dengan gerakan naik turun tak beraturan, kurasakan kontol Jaka menusuk-nusuk memekku dalam hingga menyentuh mulut rahim. Ia membenamkan kontolnya selama beberapa saat merasakan kerasnya relung memekku meremas-remas kontolnya, lalu mencabutnya dengan cepat. Semburan cairan bening terasa tumpah ruah dan sepertinya membasahi lantai dan tubuh Jaka disana. Aku terkejang-kejang selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Tubuhku kembali terasa lemas sekali.
"Emmm... gila-gila..... sampai kamunya muncrat banyak....." ucapnya terdengar dari telingaku. Namun aku mengira kalau dia bakal membiarkanku beristirahat, ternyata dugaanku salah. Dia kembali memegang pantatku, meremasnya dengan kencang dan melesakkan kontolnya kembali. Memekku yang masih terasa ngilu harus kembali menerima sodokan demi sodokan brutal kontol kekarnya. Aku semakin kacau, tubuh dan otakku seperti sudah tidak sinkron, diperparah dengan birahiku yang makin mengamuk.
"Emmmpphhh empphhhh EEMMMMPHHH......" desahku semakin hebat yang dibarengi dengan semakin banyaknya air liur yang keluar dari mouth-gag. Sodokan demi sodokan yang dilancarkan olehnya semakin terasa menyakitkan namun juga dibarengi oleh rasa nikmat dan enak bercampur jadi satu. Kemudian selang beberapa menit perut bawahku mulai kembali berkontraksi pertanda orgasme akan tiba. Jaka sepertinya sadar akan hal itu dan mengurangi tempo entotannya. Agh, gerakan kontolnya malah berubah seperti gerakan patah-patah yang justru semakin membuatku kelabakan.
"Eemmpppp.... Mmmhhhh..... EMPPHHHHH......" aku mendesah panjang melepaskan orgasme yang sama hebatnya seperti sebelumnya. Kurasakan Jaka mengentoti memekku dengan tempo patah-patah selama beberapa kali dan kembali mencabutnya perlahan, memekku berkontraksi kuat menyemburkan squirt, cairan itu terasa menyemprot berkali-kali seiring dengan proses orgasmeku selama beberapa saat hingga akhirnya mereda. Kedua kakiku yang dipegang oleh Jaka mulai terasa lemas begitu juga dengan kedua tangan dan tubuhku yang terasa nyeri.
Akhirnya Jaka membiarkanku untuk beristirahat lagi. Ia menghampiri diriku yang sudah babak belur, tangannya mengangkat wajahku yang dari tadi menempel di lantai dan melepaskan mouth-gag itu. Aku langsung batuk-batuk hebat memuntahkan banyak air liur yang dari tadi sudah tertahan membasahi lantai ruangan ini. Air mataku keluar tanpa sadar bukan karena menangis, namun aku justru menikmatinya.
"Kamu capek ya? aku ambilin minum dulu....." kemudian Jaka kembali mengangkat wajahku dan menempelkan botol air ke dekat bibirku membantuku untuk minum hingga tersisa setengah, tenggorokanku terasa segar setelah dialiri oleh air minum itu.
Kemudian Jaka mengangkat tubuhku ke atas sofa dan membaringkannya. Ia mengelus-elus rambut panjangku yang sudah lepek dan berantakan.
"Gimana Jinan pelajarannya, enak kan? kamu suka?" tanyanya dengan nada ramah.
"I.... iya aku suka....." jawabku lemah.
"Sekarang apa kamu sudah sadar akan perbuatanmu, Jinan? atau memang kamu masih pengen dikasih pelajaran lagi?" tanyanya lagi. Aku jelas bingung karena otakku masih belum bisa berpikir jernih. Jujur, ini enak meski menyiksa dan ini pertama kalinya aku diperlakukan serendah ini.
"A... aku tidak tahu...." jawabku tak bisa menemukan solusinya. Jaka membalasnya dengan guratan senyum kecil. Lalu, ia beranjak dari sofa.
"Kamu tiduran dulu disitu sampai tenagamu pulih. Kita masih punya waktu tiga hari, aku akan persiapkan diri dulu untuk pelajaran berikutnya....." ucapnya yang membuatku menelan ludah.
".... kamu akan suka dengan pelajaran yang akan kuberikan Jinan, aku yakin....."
Happy reading
"Hoammm sekarang jam berapa sih...." dengan malas aku mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari tempat tidurku. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan juga aku baru sadar kalau sekarang hari minggu. Hufftt, akhirnya bisa beristirahat seharian di kosan setelah menghadapi perkuliahan yang begitu padat.
Namaku Jinan, mahasiswi tingkat akhir berusia 23 tahun. Meski sebenarnya aku belum mengambil skripsi karena ada salah satu mata kuliah yang aku harus mengulang, yah karena kemalasanku sendiri yang mengakibatkan mata kuliah itu mendapat nilai yang tidak sesuai harapan sehingga mau tidak mau aku harus mengulang dari awal. Ah, aku pikir tidak begitu buruk juga mengingat banyak juga teman-temanku yang mengalami hal ini.
Perawakanku bisa dibilang cantik kalau kata teman-temanku dan aku sendiri juga menyadarinya. Aku bangga dengan diriku sendiri, wajahku yang katanya mirip dengan artis papan atas di negeri ini dengan kedua mata yang tajam mempesona. Tubuhku selalu aku rawat dengan rajin berolahraga dua kali setiap minggu di gym dan sesekali jogging keliling area kampus, ditambah dengan pola makan yang selalu kujaga membuat tubuhku terlihat seksi dan indah. Buah dadaku terbentuk sempurna meski tidak terlalu besar namun bulat dan kencang, yang aku cukup sebal adalah kedua pahaku yang gemuk meski aku sudah berusaha untuk merampingkannya namun tidak sesuai harapan.
Untuk urusan asmara sih.... hehehe sebenarnya aku sudah sering punya cowok sejak SMA. Yah, sebagian besar menyenangkan meski juga ada sedihnya. Tetapi hal tersebut bukan masalah besar buatku. Prinsipku adalah "dekati cowok, buat mereka merasa nyaman, jadi pacar, nikmati yang ada, lalu tinggalkan", sudah cukup banyak cowok yang jadi korban "kenakalanku" meski jujur saja ada sedikit yang bisa hampir mendapat hatiku namun prinsip yang kupegang kuat ini mampu melawan mereka.
Karena aku mempunyai banyak cowok pastinya kalian pikir aku sudah pernah melakukan hubungan badan. Dan jawabannya adalah benar, aku sudah menjadi wanita "dewasa" sejak SMP bersama kekasih pertamaku dengan tidak baik. Yep, saat itu aku dijebak olehnya bersama teman-temannya dan diperkosa beramai-ramai di sebuah villa. Aku masih ingat betul betapa tak berdayanya aku saat itu, digilir oleh teman-temannya termasuk kekasihku sendiri. Bahkan mereka merekam semua adegan itu sebagai jaminan agar aku tidak melaporkan ke pihak berwajib dan bodohnya aku mengiyakan saja, meskipun pada saat itu juga sebenarnya aku memang menikmatinya.
Karena kejadian tersebut, tumbuh rasa benci pada laki-laki dalam diriku namun bukan berarti aku langsung tidak suka sama mereka. Seperti yang kujelaskan diatas, prinsip yang kupegang itu bertujuan untuk "membalas" dendamku kepada lelaki yang mendekatiku, tak peduli mereka sok baik atau sejatinya memang baik orangnya. Terlihat jahat memang tapi aku menikmatinya hehe.
Baiklah sekian pengenalan singkat tentang diriku.
Kuambil handuk kering yang menggantung di dekat pintu kamar mandi dan bersiap untuk mandi meski aku masih merasa malas, sepertinya mandi adalah solusi untuk menyegarkan badan dan pikiran.
Kucuran air yang keluar dari shower membasahi seluruh tubuhku yang sebelumnya sudah aku lumuri dengan busa sabun. Kegiatan mandi adalah salah satu kesukaanku bahkan bisa dikatakan sudah seperti hobi. Disamping untuk membersihkan diri dari kotoran dan keringat yang mengganggu, aku juga dapat melihat tubuh telanjangku secara langsung melalui kaca cermin di kamar mandi ini, sekarang aku bisa melihat seluruh tubuhku yang mengkilap setelah sabun yang melumuri tubuhku telah hilang oleh air. Buah dadaku tampak bulat dan kencang dengan puting susu yang berwarna pink, aku tersenyum melihat keindahan tubuh ini berkat olahraga yang teratur, dan juga sebagai "senjata" untuk menaklukan hati lelaki yang berani mendekatiku. Hihi.
Tapi bukan berarti aku selalu mengenakan pakaian yang menggoda dalam kehidupan sehari-hari. Tidak, tidak. Itu bukan gaya hidupku, aku justru lebih suka mengenakan pakaian yang longgar dan nyaman. Saat waktu kuliah aku sering mengenakan kemeja dengan variasi dan corak yang berbeda setiap harinya, tak lupa aku sengaja untuk melepaskan kancing atas kemeja memperlihatkan kaos oblong yang memiliki kerah yang lebih turun dari kaos biasa sehingga kulit dada atasku terlihat jelas. Aku selalu mengamati mata-mata cowok yang kutahu selalu melihat bagian itu meski tak tampak belahan buah dada disana. Aku anggap sebagai bonus saja untuk mata cowok yang nakal hehe. Terkadang aku mengenakan rok flanel panjang dalam satu kesempatan, tapi aku lebih sering mengenakan celana jeans ketat. Namun..... ugh, sepertinya untuk beberapa minggu kedepan aku pakai celana longgar saja mengingat ukuran pahaku yang mulai membesar.
Kembali aku membasuh tubuhku dengan air sambil melihat cermin di depanku, berulang kali aku terkagum-kagum dengan kemolekan tubuhku sendiri. Buah dada yang menantang, perut rata dan pinggul yang terbentuk indah dan bongkahan pantat yang sekal, mungkin karena pahaku yang gemuk mempengaruhi bentuk pantatku juga hihihi. Oh iya selain buah dada, bagian tubuhku ini juga sering dilirik sama cowok-cowok yang aku dekati. Sebagian dari mereka cukup beruntung bisa melihat dengan langsung pantatku tanpa ditutupi celana. Yep, mereka yang sudah menyetubuhi diriku sebagai pemuas nafsu bejat mereka. Disatu sisi aku sangat membencinya namun di sisi lain aku menikmatinya.
Setelah puas melihat-lihat, kedua bola mataku sedikit turun menuju bawah pusar, tampak gundukan kemaluanku yang sedikit gemuk dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang cukup rimbun. Ugh, aku jadi merasa tak enak melihat rambut kemaluan itu, sepertinya aku harus mencukurnya sedikit supaya rapi.
Setelah dirasa cukup membasuh badan, kuambil pisau cukur, gunting kecil dan sabun cair. Kusenderkan tubuhku pada dinding kamar mandi dan melebarkan sedikit kedua kakiku sehingga gundukan memekku mulai tampak. Kemudian rambut kemaluan tersebut kulumuri dengan sabun cair yang sudah dicampur sedikit air hingga terbentuk banyak busa. Nah sekarang tinggal gunakan pisau cukur ini untuk merapikan rambut kemaluanku.
Dengan hati-hati aku menggerakan sedikit pisau cukur ini sehingga beberapa helai rambut itu terpotong dengan rapi, kulakukan berulang kali hingga tak sadar kalau rambut tersebut telah habis. Ugh, kemaluanku sekarang terekspos dengan jelas tanpa rambut yang membandel. Setelah beres kubasuh bagian itu dengan air hingga bersih dari sisa-sisa sabun. Ah, sekarang aku justru terpana dengan bagian kemaluanku ini, kulitnya lebih putih dari kulit tubuhku sendiri, karena penasaran kulebarkan sedikit kedua kakiku menghadap ke cermin, kuarahkan jemari tanganku ke arah bibir kemaluanku yang sudah tidak rapat. Yep, bahkan aku sudah lupa berapa banyak cowok yang telah menyetubuhiku dan menikmati enaknya kemaluanku namun dilihat dari bentuk bibir yang merekah merah sepertinya cukup banyak. Ah, betapa memalukannya diriku namun aku menyukainya
"Ughhh.... kok geli sih....."
Aku sedikit mendesah saat jemariku menyentuh bibir memek, rasanya sangat geli dan tentu saja nafsuku mulai naik. Ah masak aku harus masturbasi disini lagian juga baru selesai mandi?
Ah, aku sudah tak tahan.
"Gak apalah mumpung gak ada kegiatan juga" ucapku sendiri.
Lalu dengan hawa nafsu yang mulai naik, kuambil sebuah botol shampo yang kebetulan bentuknya agak bulat, sebenarnya aku punya sebuah dildo di kamar namun sudah kepalang tanggung hehe, kulihat sejenak botol shampo itu sambil mulai membayangkan kalau yang kupegang sekarang adalah penis laki-laki yang besar dan kekar. Ugh, membayangkan itu saja sudah membuat memekku basah hihihi.
Akibat kejadian-kejadian "nakal" yang aku perbuat itulah aku lumayan susah untuk mengontrol birahi. Melihat fisik lelaki ganteng saja bisa bikin memekku basah dan aku sering melampiaskannya dengan dildo atau benda-benda tumpul. Yep, ironis juga meskipun aku membenci yang namanya laki-laki aku tetap bisa terangsang olehnya.
Dengan perlahan aku mulai memasukkan kepala botol shampo itu ke dalam mulut memekku yang telah merekah merah dan basah. Aku melenguh pelan saat botol shampo itu menyeruak masuk ke dalam, rasanya dingin tidak seperti kontol pada umumnya yang terasa hangat. Tubuhku mulai meliak-liuk sembari botol shampo itu kudorong semakin dalam. Kepalaku terdongak keatas merasakan nikmat birahi yang semakin naik menguasai diriku.
"Ahhhhh.... Shhhhh....."
Rasanya unik dan aneh, karena ukuran botol shampo yang sedikit lebih besar dari kontol pada umumnya sehingga memekku terasa agak nyeri namun seiring aku keluar masukkan benda itu rasanya semakin enak. Kurasakan memekku berkedut kencang meremas-remas botol shampo, dalam hati aku tertawa dikiranya itu kontol cowok wkwk.
"Ughhh.... Ssshhh.... enak banget sih.... Ahhhhh.... jadi pengen kontol kan gini..... Sshhhhh....."
Keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhku sembari tangan kananku mengocok-ngocok memekku, dengan sadar tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada dan juga tak lupa memainkan puting susuku yang mulai menegang. Kulihat diriku sendiri pada cermin, ekspresi wajahku sudah sangat berbeda dari yang sebelumnya cantik, manis dan kalem berubah menjadi wajah penuh birahi. Lidahku menjulur secara tak sadar karena amukan birahi yang sudah menguasai seluruh diriku. Dalam hati aku justru tertawa melihatnya, inilah diriku yang sebenarnya yang telah bertransformasi menjadi monster feminim yang siap ditusuk kontol lelaki.
Tak lama kemudian aku mulai merasakan gejolak orgasme yang semakin dekat. Aku terus mengocok dengan cepat memekku hingga terdengar suara becek disana, remasan-remasan buah dadaku semakin kukencangkan bahkan sampai puting susuku kucubit dengan keras. Aku mendesah-desah dan suaranya terdengar cukup keras tetapi tak perlu khawatir karena tembok kamar mandi ini cukup dapat meredam suara nakalku.
"Aahhhhh.... iyaahhhh..... iyaahhh.... Sssshhh keluarrr..... Aaahhhhh keluarr......."
Satu hentakan keras pada botol shampo mengantarkanku ke puncak kenikmatan. Tubuhku mengejang hebat dan terangkat sedikit dengan kedua kakiku yang masih terbuka lebar. Botol shampo itu terlepas dari memekku dan sembari tubuhku terus mengejang, semburan pipis enak keluar dengan deras sekali disana, cairan itu muncrat membasahi kaca cermin di depan.
"Aahhhh iyaaahhhh aku muncrat yangg....." desahku dengan kencang masih membayangkan aku disetubuhi lelaki.
Kemudian setelah orgasme mereda, tubuhku seketika lemas dan aku bersender di dinding kamar mandi. Napasku terengah engah dengan keringat yang terus keluar membasahi seluruh tubuhku. Memekku masih terasa berdenyut kencang dan terasa mengeluarkan banyak lendir, sepertinya ini tidak cukup mengingat nafsuku masih naik dengan kuat. Ah, sepertinya aku benar-benar kalah dengan nafsuku sendiri. Dengan malas kubasuh kembali tubuhku hingga bersih dan mengeringkannya dengan handuk, aku keluar dari kamar mandi dengan posisi telanjang dan mengambil dildo yang tersimpan di lemari. Sebelumnya kututup jendela dan mengunci pintu supaya tak ada yang mengganggu. Kemudian aku berbaring di kasur dan mulai kembali melakukan masturbasi dengan dildo yang besar dan panjang ini. Awalnya aku mengocok memekku dengan gerakan yang biasa namun lama-lama aku mulai melakukan hal yang agak aneh seperti menempelkan dildo pada dinding kemudian mengentotinya dan duduk di kursi dengan dildo yang terpasang disana. Entah sudah berapa kali aku orgasme hingga muncrat-muncrat namun sialnya nafsu birahi ini susah dilenyapkan hingga pada akhirnya aku kelelahan dan tertidur dengan kondisi telanjang bulat.
Ah, aku benci pada diriku sendiri.... tapi ini enak
0000
"Jinan, kapan kamu ngambil skripsi?"
"Jinan..... hei....."
"Eh, gimana-gimana?"
"Kamu ngelamun tadi....."
Aku terkejut saat dia menyenggol tanganku. Yap, dia benar. Aku dari tadi sedang melamun.
"Kamu tadi ngomong apa?" tanyaku sambil mengibas rambut.
"Kapan kamu ngambil skripsi?"
Sontak aku kaget mendengarnya. Aku belum pernah terpikirkan sedikitpun tentang skripsi meski aku belum selesai menyelesaikan salah satu mata kuliah yang harus aku ulang. Kesibukanku yang cukup padat sedikit menganggu kehidupan perkuliahanku sekarang.
Tunggu dulu, emang kesibukan apa? Hihi aku jelaskan di bawah:
Karena pengalaman dari teman online, aku iseng-iseng mencoba untuk "main" di sebuah aplikasi mobile yang tujuannya kayak live streaming. Jadi contohnya aku akan mengeset sebuah live streaming yang nantinya akan dilihat oleh banyak penonton mayoritas adalah cowok. Kemudian aku melakukan aksi bermacam-macam mulai dari membacakan komen-komen nakal dari penonton, menggoda mereka bahkan memamerkan beberapa anggota tubuh. Ya, ini adalah aplikasi yang "nakal".
Saat aku menggunakan pakaian minim dan memamerkannya kepada penonton, banyak sekali komentar-komentar yang nakal dan mesum sesuai dengan dugaanku. Bahkan pernah suatu ketika dengan beraninya aku melakukan pose yang sangat vulgar di mata mereka; memamerkan bagian memek dan pantatku bahkan juga aku masturbasi secara live disana, memang diperbolehkan kok dan aku pernah menonton beberapa streaming yang secara gamblang mereka ngentot dengan kekasih atau memang sama gigolo entahlah.
Oh iya, tak perlu khawatir dengan identitasku karena wajahku tertutup topeng sehingga mereka tak mengenaliku siapa tahu ada temanku yang menonton pertunjukan mesum ini hihihi.....
Kembali ke perpustakaan, masih sedikit memikirkan jawaban atas pertanyaan teman kelasku itu.
"Aku sibuk....." jawabku karena memang tak ada pilihan lain.
"Sibuk apaan dah?" dia kembali bertanya padaku yang membuatku sedikit sebal.
"Kamu gak perlu tahu dah....." balasku lagi.
"Jangan-jangan sibuk main aplikasi yang sekarang lagi ngetrend itu? yang bisa lihat cewek-cewek joget....."
"Ihhh Jakaa..... gak bakal aku main gituan. Itu bodoh banget...." sontak aku berdiri dan berkata sedikit keras. Namun aku langsung cepat sadar kami berada di perpustakaan dan tentu saja si penjaga langsung mendatangi dan menegur kami. Setelah basa basi sedikit, si penjaga akhirnya meninggalkan kami.
Yep, aku jelas berbohong tadi. Semua yang dikatakan olehnya benar, aku terlalu sibuk mendalami dunia bejat itu hingga aku tak memikirkan perkuliahanku termasuk skripsi.
Tetapi kalian pasti bertanya-tanya meski aku memang benci sama cowok tapi kenapa sekarang aku ditemani olehnya? Seperti yang aku bilang sebelumnya, memang aku benci sama mereka namun tak lantas aku terang-terangan untuk tidak suka sama mereka. Aku tetap berteman baik dengan beberapa cowok meski pada akhirnya mereka juga masuk ke dalam "perangkap" yang sudah kubuat.
Cowok yang sekarang ada di depanku namanya Jaka. Dia adalah teman satu kelas selama masa kuliah ini mulai dari semester awal hingga sekarang. Wajahnya jujur saja dia lumayan ganteng namun aku cukup menyayangkan cara berpakaiannya yang terkesan sangat biasa bahkan bisa dibilang "culun". Padahal kalau dia mau mengganti fashion nya aku yakin dia bakal didekatin banyak cewek. Ia mengenakan kacamata frame yang cukup besar yang semakin menguatkan kesan "culun"-nya, selain itu dia memiliki sifat yang dingin bahkan sampai wajahnya jarang sekali menampilkan ekspresi.
Meskipun begitu, hubunganku dengan Jaka bisa dikatakan baik dan dekat. Ia termasuk mahasiswa yang cerdas dan selalu tepat sasaran dalam mengambil keputusan. Kami cukup sering satu kelompok saat tugas dan dia selalu menyelesaikannya dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan. Aku termasuk beruntung sering satu kelompok dengannya hehe.
Dan sekarang, aku memang sengaja untuk meminta mememaniku di perpustakaan ini untuk mengerjakan tugas.
"Nah Jaka, kalau kamu sendiri skripsimu gimana?" tanyaku basa-basi. Kulihat ia membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.
"Lumayan progressnya, tapi minggu ini memang aku sedang malas ngetik"
"Nah kamunya sendiri juga malas....."
"Itu masih lebih baik daripada mengulang mata kuliah sampai ditinggal temen-temen skripsi....." sanggahnya dengan nada yang datar dan tentu saja aku langsung tertunduk malu. Suasana perpustakaan yang awalnya terasa tenang lama-lama menjadi membosankan. Kututup buku catatan dan memasukkannya ke dalam tas.
"Udah kelar emang tugasnya?" tanya Jaka dengan dingin.
"Gue mau cari angin Jaka, makasih ya udah temenin....." ucapku meninggalkan ruang perpus, aku merasa bosan dengannya karena sikapnya yang dingin. Ah, lebih baik aku pulang aja ke kosan.
"Eh tunggu, Jinan....." tiba-tiba Jaka memanggilku.
"Iya kenapa Jak?" tanyaku, ia berjalan mendekatiku tetap dengan wajah dingin namun dari nada suaranya sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.
"Minggu ini kamu sibuk gak?" tanya Jaka.
"Emmm.... kayaknya enggak deh. Emang kenapa Jak?" tanyaku lagi karena heran.
"Gimana kalau kamu berlibur dah? sepertinya kamu butuh banget yang namanya healing"
"Healing?" kataku heran.
"Yap, akhir-akhir ini aku perhatikan kamu seperti tertekan dalam menjalani perkuliahan. Berlibur membuatmu bisa kembali semangat lagi....." jelas Jaka.
"Eh, kok tumben banget kamu nawarin ke aku? kamu kan jarang banget ngobrol sama orang kecuali kalau nugas...." ucapku semakin heran dengan sikapnya yang sedikit berubah namun ekspresi wajahnya masih tampak dingin.
"Sebelum kamu datang ke perpus aku lihat-lihat tempat wisata di internet dan aku nemu tempat yang sepertinya cocok banget buat kamu Jinan....." Jaka mengambil ponsel dari saku kemejanya dan menunjukkannya padaku. Tampak di layar ponselnya sebuah pemandangan yang sangat bagus. Ah, entah mengapa aku menjadi tertarik dengan ajakannya.
"Tak perlu khawatir sama biaya karena aku dapet sedikit rejeki dari main trading. Mayan banyak sampai aku bingung gimana memanfaatinnya...." tambahnya.
Aku berpikir sejenak. Dari gambar yang diperlihatkan Jaka sepertinya itu adalah tempat wisata yang bagus dan kebetulan aku belum pernah kesana. Tapi di sisi lain timbul rasa tak enak karena Jaka secara sukarela menanggung biaya.
Eh tunggu dulu, "membiayaiku"? kok terdengar nakal ya? Ah, gak mungkin......
"Yaa kalau kamu gak mau ya gak apa-apa Nan, aku cuma menawari aja kok...."
"Emmm.... ini beneran kan? kamu gak ada niatan untuk menjahiliku kan?" tanyaku memastikan.
"Kita kan teman Jinan, mana mungkin aku mau mencelakaimu...." jawab Jaka dingin namun penuh arti. Entah mengapa dalam hatiku timbul rasa curiga, aku tahu Jaka bukan pria yang nakal namun tetap saja dia mengajak berlibur itu sudah bikin aku terheran-heran.
Otakku berpikir dengan cepat memproses segala kemungkinan yang terjadi jika aku ikut dengannya. Jika aku mengiyakan ajakannya, apakah liburanku nanti menjadi membosankan mengingat sifat Jaka yang begitu dingin bahkan sama teman dekatnya. Namun di sisi lain dia benar, aku butuh healing. Aku ingin menyegarkan pikiranku yang bingung akibat perkuliahan yang kacau.
Tetapi ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku. Dia kan cowok, apakah Jaka akan melakukan hal aneh padaku? mengingat banyak cowok yang terpikat oleh pesonaku bahkan tak sedikit juga yang berakhir di ranjang. Hmmmm, terpikirkan sebuah "rencana" untuk menguji Jaka sekaligus..... Yah, mengerjai dia.
"Hmmmm.... kalau kamu serius baiklah aku mau, aku juga sebenarnya pengen banget berlibur hehe" balasku. Jaka hanya mengangguk tanpa tersenyum sama sekali namun aku yakin dalam hatinya dia pasti senang.
"Oke, nanti aku kabarin detailnya. Kamu siap-siap aja....."
Singkatnya aku kembali ke kosan dan menaruh tas di atas meja. Aku tiduran di atas kasur sambil tak lupa menyetel playlist lagu kesukaanku. Ah, lantunan nada yang keluar dari speaker lumayan nyaman didengar siang hari ini.
"Ah, aku malah penasaran kenapa Jaka mengajakku berlibur ya?" ucapku sendiri sambil melihat langit-langit kamar. Sekilas wajah Jaka terngiang pada pikiranku, memang dia cukup ganteng dari cowok-cowok di kampus, meskipun sikapnya dingin dan tanpa ekspresi dia orangnya baik dan suka membantu teman-temannya termasuk aku. Tetapi aku jadi penasaran cowok seperti Jaka apa dia tak tertarik dengan cewek gitu? tak pernah ada kabar kalau dia pernah dekat dengan cewek bahkan punya pacar.....
Lho, kok aku malah kepikiran sama dia? Jinan, dia cowok. Sudah pasti sifatnya itu cuma buat nutupin sifat dia yang sebenarnya. Siapa tahu Jaka itu orangnya mesum, suka ngumpulin foto-foto cewek, nonton film porno bahkan mungkin aja dia suka coliin foto cewek yang ia suka. Jangan-jangan termasuk aku juga.....
Kurasakan raut wajahku berubah setelah sekilas memikirkan hal itu. Masak sih? apakah Jaka aslinya memang cowok mesum seperti yang kutemui biasanya? Lagian aku sudah memikirkan hal yang agak janggal dari ajakannya untuk berlibur. Dua orang kan aku dan dia, nanti waktu menginap di hotel apakah dia akan pesan dua kamar atau satu kamar doang? kalau satu kamar aku sudah menduga apa yang terjadi....
"Aghhh..... apa aku terjebak sama dia? tapi beneran dah gak mungkin, Jaka orangnya baik kok...." kembali aku ngomong sendiri.
Setelah cukup lama melamun tiba-tiba terbit sebuah akal dalam otakku. Baiklah, sepertinya aku akan membuat rencana kecil saat berlibur nanti yang tujuannya untuk menguji dia apa memang dia cowok mesum atau bukan. Hihihi, apa dia akan terpesona bahkan terangsang dengan "diriku" yang sebenarnya aku jadi tidak sabar.
"Ahhh kenapa tiba-tiba memekku jadi basah...." ya, seperti biasa saat aku membayangkan seorang laki-laki apalagi memikirkan hal mesum. Ugh, masih siang tapi aku ingin masturbasi.
"Ah bangsat dah, harus dituntasin kalau kayak gini" ucapku sendiri sambil melepas semua pakaianku termasuk celana dalam yang sudah basah oleh cairan cintaku. Kusetel lagu yang mellow dengan volume yang agak keras supaya suara mesumku tak terdengar nanti. Kemudian aku mengambil dildo yang sudah berjasa dalam menuntaskan nafsu birahiku saat tak ada lelaki yang bisa kulampiaskan, setelah itu kuambil ponselku dan memilih sembarangan video-video porno yang tersimpan disana. Ah, tema BDSM sepertinya ini menarik.
Kurebahkan tubuhku di kasur sambil tak lupa menaruh handuk pada seprei supaya saat aku muncrat-muncrat nanti seprei ini tidak basah hihihi. Wajahku sudah mulai memerah saat video itu sudah setengah jalan, tampak wanita yang cantik dan tubuhnya yang seksi sedang diikat oleh cowok pemeran, cowok itu langsung menampar-nampar pantat cewek itu dengan kasar sekali hingga terbentuk bekas merah, kemudian cowok itu mulai mengocok kontolnya yang... Ugh... gila besar sekali dan kekar, lalu seperti video porno pada umumnya mereka mulai ngentot dengan kasar sekali hingga cewek itu terisak-isak.
Ughhh.... gila.... video ini bikin aku terangsang hebat. Langsung kutaruh ponsel yang videonya masih jalan. Kumasukkan langsung dildo gede itu ke dalam memekku yang sudah berlendir dan berkedut pelan. Aku mendesah saat dildo itu menyeruak masuk ke dalam dan semakin dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Terdengar sedikit suara-suara desahan pada ponselku yang semakin membuatku juga ikutan terangsang.
"Ahhhh ahhhhhh oghhhhhh..... memekku enak banget....." begitulah kiranya ucapan mesum yang keluar sembari terus mengocok-ngocok memekku dengan dildo. Tempo yang kukerahkan semakin cepat dan semakin cepat. Tubuhku mulai bergetar hebat tak kuasa mengekspresikan kenikmatan single player ini.
"Ughhhh iyahhhh.... entotin Jinan terus yanggg.... kamu suka kann...." ucapku sendiri sambil terus mendesah. Kurasakan dildo ini semakin lancar menusuk-nusuk liang memekku. Aku terus tenggelam dalam nafsu dan tak mungkin aku kembali berenang ke permukaan. Kumaju-mundurkan benda ini dengan tanganku terus menerus, membuatku semakin tak karuan. Aku mengejang, mengerang, mendesah-desah serta mendesis nikmat. Begitulah berulang kali selama beberapa menit hingga akhirnya aku mendapatkan klimaks hebat, dildo itu sengaja kulepas dan tanpa sadar selangkanganku terangkat, kepalaku terangkat sedikit sambil melihat kucuran squirt yang menyembur deras membasahi handuk di bawah kasur, beberapa saat kemudian tubuhku melemas setelah orgasme itu mereda namun nafsu birahiku masih berada dalam posisi puncak. Aku belum puas! Aku ingin lebih dari ini!
Setelah cukup lama beristirahat mengumpulkan tenaga yang tersisa, aku beranjak menuju ke kursi dengan napas yang tersengal-sengal penuh nafsu. Kuletakkan dildonya diatas kursi, lalu aku mengangkang diatas dildo tersebut. Aku menurunkan pinggul perlahan, memasukkan dildo perlahan-lahan memasuki kemaluanku lagi. Terus turun, sampai seluruh batangnya tertelan masuk. Duh, kepalanya mencium mulut rahimku lagi...
"Oh yeah, ahhhh.... aahhhhhhh.... ssshhhhh..... i'm bitch.... Ssshhhhh nyaaahhhh.... fuckkkk..... "
Aku terus menggoyang dildonya dengan kecepatan yang perlahan naik. Pinggulku bergerak berputar, kadang naik-turun atau kombinasi keduanya. Semua kulakukan agar seluruh dinding memekku tersentuh jadi aku bisa merasa amat nikmat. Aku juga memejamkan mata, membayangkan sedang menggoyang kontol cowok. Hal ini membuatku merasa semakin tenggelam dalam birahi.
Sampai pada ketika tubuhku meliuk kemudian mengejang, aku mencapai klimaks lagi. Squirt yang sama gilanya seperti yang pertama, cairan bening itu membasahi kursi dan lantai kamarku. Namun sekali lagi, aku belum puas! aku akan kocok terus memek mesumku ini sampai tenagaku benar-benar habis! maka dari itu aku kembali melakukan kegiatan mesum dan tak sehat ini dengan lebih gila lagi. Bahkan sekarang ini aku berada di posisi menungging dengan dildo yang tertancap dalam memekku dan kukocok-kocok lagi seakan-akan aku sedang di-doggy cowok. Ugh, aku membayangkan saat cowok-cowok yang "kujebak" itu sedang mengontoli memekku dengan buas dan penuh nafsu yang tentu saja membuat nafsuku sendiri menjadi tak terkendali. Mungkin aku sudah berada dalam kondisi ecstasy sekarang.
"Ssshhhh ahhhh.... iyahhh terus entotin memekku bangsat! ini yang kalian mau kan dariku.... hahhhh.... Aghhhh fffuucckkkk....." racauku sendiri melampiaskan semua kekesalan ini pada cowok. Saking nafsunya aku sampai mengemut-emut jariku hingga terlumuri air liur, membayangkan jemariku ini adalah kontol besar yang menyodok mulutku.
Entah sudah berapa kali aku orgasme sampai muncrat-muncrat tapi yang pasti lantai kamarku ini sudah basar oleh cairan squirt ku sendiri. Aku terus bermasturbasi sampai merasa amat lelah, lalu capek sendiri. Aku kemudian beranjak ke ranjang, dengan dildo yang masih menempel di kemaluanku. Kurebahkan diri, lalu menarik selimut tutupi sebagian tubuhku. Kubiarkan dildonya masuk di dalam memekku hingga pada akhirnya aku tertidur lelap, dalam hati aku merasa sangat puas melakukan hal tidak sehat ini.
Jinan, kamu memang wanita nakal.....
0000
Empat hari kemudian.
Aku sedang duduk santai sambil melihat-lihat timeline sosmed, menunggu Jaka yang akan menjemputku nanti. Kubawa pakaian yang cukup banyak karena kami akan berlibur selama lima hari, cukup lama memang padahal aku ingin berlibur selama tiga hari saja namun kebetulan mata kuliah pada minggu ini ditiadakan karena dosennya sedang keluar kota. Ya sudah setelah cukup lama aku menge-chat Jaka kami sepakat untuk berlibur selama lima hari.
Setelah itu Jaka menjelaskan rencana liburan yang akan kami lakukan nanti. Aku sempat kaget karena dia sudah menyewa sebuah villa kecil yang letaknya tak jauh dari tempat wisata yang akan kami kunjungi, padahal dugaanku kami akan menginap di hotel, pada saat itu juga aku mulai kembali berpikiran jelek tentangnya apakah dia sengaja menyewa villa hanya untuk berduaan bersamaku namun dengan cepat aku menyingkirkan prasangka buruk itu, tak mungkin cowok culun kayak dia akan macam-macam denganku.
Oh iya, hihihi..... ini juga kesempatanku untuk mengerjai dia sebenarnya. Sudah cukup banyak rencana nakal yang akan kulakukan padanya nanti. Bahkan sebenarnya aku sudah melakukannya sekarang, pakaian yang kukenakan cukup mengundang. Kaos ketat berwarna putih polos dengan lengan pendek dan celana short jeans yang juga ketat diatas lutut sedikit memamerkan paha gemukku. Aku yakin jika ada cowok yang melihatku sekarang sudah pasti kontolnya bakal tegang, hihihi.... aku jadi tak sabar untuk bertemu Jaka dan melihat ekspresi dinginnya nanti.
Aku berdiri dari kasur dan melihat kaca cermin, berdecak kagum melihat tubuhku yang berbalut kain ketat. Buah dadaku tampak membusung dan pantat yang tercetak jelas. Ugh, tahan Jinan.... kamu gak boleh nafsu sama tubuhmu sendiri....
PRITTTT PRIIITTTT. Ponselku berbunyi, itu pasti Jaka.
"Aku udah di depan kosanmu Nan, kamu udah siap kan?" ucap Jaka meneleponku.
"Iya aku udah siap Jak, bentar aku keluar dulu...."
Kemudian aku bergegas keluar dari kosan, aku kembali dikejutkan dengan apa yang dibawa Jaka sekarang, sebuah mobil sedan. Sepertinya mobil itu bukan keluaran baru namun tetap saja aku kaget dibuatnya.
"Jaka...."
"Itu mobilmu?" tanyaku.
"Iya" jawabnya singkat.
"Baru tahu kamu punya mobil Jak, padahal kalau ke kampus biasanya naik motor" ucapku sambil berjalan mendekatinya.
"Yah, sebenarnya aku jarang naik mobil sih. Yaudah kita berangkat sekarang" ucapnya yang kubalas dengan anggukan. Aku tak mengerti mengapa Jaka tidak mengomentari penampilanku yang tentunya sangat berbeda dari biasanya, minimal kasih pendapat gitu.
Singkatnya aku dan Jaka berangkat menuju tempat wisata yang sudah dipersiapkan olehnya, jaraknya dari kota sebenarnya cukup jauh dan aku sendiri sedikit khawatir dengan lalu lintas yang akan kami lewati. Namun untungnya perjalanan tersebut lancar tanpa dihadapi kemacetan. Aku asyik menatap layar ponsel sambil mengetik pesan timeline di aplikasi yang biasa kugunakan untuk live streaming mesum. Kukabari semua followers karena aku tak bisa melakukan streaming seperti biasa. Seperti dugaanku mereka terlihat kecewa dengan keputusanku namun aku hanya tertawa saja dalam hati.
Aku melirik sejenak melihat Jaka yang tampak serius dalam menyetir dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan kami hanya diam saja.
"Jaka, masih jauh ya?" tanyaku memulai obrolan karena merasa jenuh.
"Kira-kira setengah jam lagi kita sampai kok"
"Hmmm okelah. Ngomong-ngomong kita gak mau ngobrol gitu biar gak bosen" tanyaku lagi.
"Aku sedang nyetir, takutnya kalau gak fokus Nan" balasnya dingin sambil tangannya memegang tuas persneling.
"Sebel dah....."
"Eh kamu kenapa sih?" gantian Jaka yang bertanya, dalam hati aku tersenyum licik, ini kesempatanku untuk "menggodanya"
"Jaka, menurutmu gimana penampilanku?" tanyaku dengan nada suara yang sengaja kuubah. Yep, seperti suara menggoda.
Ia menurunkan kecepatan mobilnya lalu kepalanya menoleh kearahku, sesaat kami saling menatap. Kemudian ia seperti melihat pakaianku sekilas lalu kembali menatap kaca mobil dan menaikkan kecepatan. Dalam hati entah mengapa jantungku mulai berdegup kencang, tatapan matanya sangat berbeda dari sebelumnya.
"Yah, begitulah kamu cantik seperti biasa....." jawab Jaka singkat.
"Gitu doang? jawaban yang klise sekali...." balasku sambil membetulkan posisi kakiku sehingga sekarang kedua pahaku saling terjepit.
"Iya, gitu doang Jinan...."
"Ah masak sih Jak?"
"Iya"
Dalam hati aku semakin sebal dengan respon Jaka, kemudian aku memintanya untuk melihatku lagi yang langsung ia lakukan. Aku yakin dia pasti melihat paha gemukku sekarang hihi.
"Hmmmm aku cukup kagum sama kamu Jinan, sebenarnya ini baru pertama kali aku melihat kamu pakai celana jeans pendek. Yah, kesimpulannya sama seperti tadi; kamu cantik seperti biasa...." jawaban Jaka sebenarnya cukup membuatku puas namun dia pastinya punya jawaban yang tak bisa ia jawab. C'mon Jaka, masak kamu tidak terangsang sama aku? hihihi.
"Kaos yang kamu pakai juga cukup ketat, biasanya kamu lebih sering pakai pakaian longgar. Apa sebenarnya kamu mau menggodaku?"
Pernyataan Jaka tadi cukup mengejutkanku. Apakah dia sudah tahu sebenarnya aku tadi menggodanya?
"Hah apaan sih....." ucapku pura-pura sebal. Wajah Jaka menatapku dengan dingin tak ada perubahan ekspresi, namun dalam ucapannya dia sepertinya benar-benar kagum denganku.
Ia kembali menyetir dengan serius. Tak ada obrolan-obrolan yang kami lakukan. Ya sudah, dia memang culun. Tak mudah memang berinteraksi dengan dia namun aku sudah cukup puas dengan godaanku tadi.
Setengah jam kemudian akhirnya kami tiba di villa kecil yang sudah dipesan Jaka. Aku terkejut dengan bangunan yang akan digunakan untuk menginap nanti, memang tidak terlalu besar namun bagus dan megah ditambah dengan pemandangan pegunungan yang indah dan asri. Aku terkagum-kagum sambil berjalan masuk ke dalam. Ternyata bagian dalam villa ini cukup mewah kalau bisa dibilang, perabotan dan furnitur tertata rapi di ruang tamu dan terdapat juga televisi layar datar, dalam hati aku tak yakin apakah Jaka memang benar-benar membiayai ini semua.
"Bagus banget Jak ya ampun...." ucapku.
"Yah begitulah, beruntung aku dapet villa yang paling murah disini" balas Jaka.
"Eh serius ini paling murah? kok menurutku kayak gini malah mahal ya?" tanyaku bingung. Jaka menggangguk.
"Sebenarnya kalau aku telat beberapa menit saja villa ini bakal dipesan orang, jadi bisa dibilang beruntung" tambahnya. "Oh iya ada dua kamar disini, terserah kamu mau pilih yang mana"
Yep. Ternyata dugaanku salah, sepertinya dia tidak ada niatan untuk macam-macam denganku. Tapi tetap saja aku masih penasaran dengannya dan berniat untuk terus mengerjai dan menggodanya selama liburan ini hihi.
Singkatnya aku tiba di kamar yang sudah aku pilih, kebetulan juga kamarku bersebelahan dengan kamar Jaka. Kuperhatikan isi kamar tersebut yang memiliki ruangan yang cukup luas daripada kamar kosan ku. Kuhempaskan pantatku ke kasur yang ternyata empuk sekali. Ah, aku bisa betah banget tidur seharian disini hehe.
Karena hari sudah menjelang sore, kami berkumpul di ruang tamu. Jaka sedang serius menatap layar laptopnya sedangkan aku asyik menonton televisi. Kuperhatikan Jaka yang sedang membuka buku catatan sambil mengetik sepertinya dia sedang menyicil skripsinya.
"Nanti kita makan apa Jak?" tanyaku basa-basi.
"Udah ada kok di kulkas tinggal dimasak aja, kamu udah lapar?" tanya Jaka sambil terus asyik mengetik.
"Emm belum sih, kita makan bareng-bareng aja hehe...." balasku.
"Ohh yaudah...."
"Padahal liburan tapi kamu masih asyik nyicil skripsi ya" celetukku sambil melihat laptop Jaka.
"Selagi ada banyak waktu kenapa tidak kan" jawabnya singkat. Ah, seperti biasa sifat Jaka selalu begitu, di dalam hati timbul niat untuk menggodanya. Kebetulan aku mengenakan kaos berlengan pendek yang agak ketat dan celana pendek diatas lutut, leher baju yang kukenakan sedikit turun sehingga saat aku menundukkan badan, buah dadaku bisa sedikit terlihat.
Kujalankan rencanaku sekarang, dengan perlahan aku mendekati Jaka yang sedang asyik mengetik dengan maksud untuk melihat layar laptop itu lebih dekat.
"Banyak juga yang kamu tulis Jak....." sengaja aku mengubah nada bicaraku seperti sedang menggoda, hihi. Kulihat Jaka sedikit menengok kearahku sehingga kami saling kontak mata, aku sangat yakin jantungnya sedang berdegup kencang didekati wanita mesum sepertiku hehe.
"Ehh.... iya begitulah....." ucapnya dengan nada yang agak berbeda dari biasanya. Haha, kau sudah masuk perangkapku Jaka.
Kusadari kedua matanya sedikit melirik kearah dadaku. Ah, dia pasti melihat belahan yang terbentuk disana. Seketika aku bergerak sedikit menjauh darinya dan pura-pura membenarkan leher kaosku, dalam hati aku tertawa puas.
"Lihat apaan hayoo...." ucapku optimis dengan nada sedikit marah. Jaka hanya membenarkan kacamatanya dan tetap memasang muka dingin. Dia tampak salah tingkah.
"Gak kenapa-napa. Aku heran aja tumben kamu lihatin skripsiku Nan. Bukannya kamu tipe cewek yang malas ya...." ucapan Jaka justru menusuk diriku sehingga aku mengepalkan tangan dan memukulnya pelan ke bahunya.
"Ihh apaan sih, aku kan penasaran aja....."
"Ohhh gitu ya, yaudah kamu boleh lihat...."
Kudekatkan kembali posisiku dekat dengan Jaka, pura-pura melihat-lihat ketikan skripsinya. Oh iya aku sempat memakai parfum yang aromanya wangi dan aku yakin sekarang Jaka mencium parfum itu.
Hihihi dasar cowok, dia pastinya sudah mikir yang enggak-enggak sekarang. Ucapku dalam hati.
"Hmmmm keren kamu Jak, udah ngetik sejauh ini. Banyak juga materi-materinya" kataku basa-basi.
"Ya mau gimana lagi dosen pembimbing maunya materi yang lengkap jadi mau gak mau harus dituruti" jawabnya.
"Jadi berapa halaman kira-kira?" tanyaku lagi.
"Perkiraanku sekitar 70-90 halaman, tapi aku usahakan gak sampai 100 deh" balasnya.
"Banyak juga ya hehe, berarti harus gak boleh malas kalau gini" ucapku sedikit mengeluh melihat banyaknya halaman skripsi itu.
"Betul Jinan, aku harap pas udah dapat skripsi usahakan jangan malas...." Ia menatapku dengan dingin namun dalam nada bicaranya ia seperti berharap padaku, aku membalasnya dengan senyuman manis.
Malam harinya kami sedang menyantap makanan yang sudah aku masak. Yap, sebenarnya aku cukup pandai dalam memasak makanan meski yang kami santap adalah nasi goreng hehe. Namun kata Jaka nasi goreng yang kubuat enak dan sedap dan tentu saja aku senang mendengarnya. Namun tentu saja saat kami memasak aku kembali menjalankan rencanaku sama seperti sebelumnya, karena kaos yang kukenakan cukup ketat saat aku menunduk kaos tersebut sedikit tersingkap menampakkan kulit punggung bawahku yang putih bersih. Ya, aku memang sengaja melakukannya disamping Jaka dan aku yakin dia melihat punggungku tadi hihihi.
Setelah menyantap makanan Jaka menawariku untuk bermain game dan aku mengiyakan saja. Game yang kami mainkan adalah game sepakbola, sebenarnya aku tak terlalu jago memainkannya dan bisa ditebak, aku kalah melawan Jaka dengan skor yang mencolok. Empat kali. Sudah pasti aku sebal dan bosan dan memintanya untuk mengganti game. Jaka setuju denganku dan kami bermain game balapan, namun sama seperti sebelumnya aku kembali kalah. Hufftt.... aku lebih suka bermain game petualangan dan pastinya aku bisa mengalahkannya.
Setelah cukup lama bermain tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku sudah berulang kali menguap tanda kantuk mulai menyerang.
"Jaka, aku mau tidur dulu ya" ucapku sambil mengucek mata.
"Iya Jinan, kamu tidur duluan aja"
"Kamu emang belum ngantuk?"
"Nanti aja dah, mau lanjut ngetik lagi...." balasnya.
"Hufftt dasar, met malam Jaka..."
"Met tidur juga, semoga mimpi indah...." jawabnya menatapku sejenak lalu kembali sibuk mengetik.
Kemudian aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Hufftt.... aku sudah ngantuk sekali dan tak sabar mencicipi empuknya kasur ini. Aku berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamar, sejauh ini rencanaku berjalan dengan mulus meski reaksi Jaka masih belum berubah. Ia masih dingin, seperti biasanya. Entah mengapa aku justru mulai kagum dengannya karena sikapnya itu.
Ah, bodoh amat. Dia pastinya terangsang denganku tadi tapi dia pintar menyembunyikannya, sekarang dia pasti sedang masturbasi membayangi diriku telanjang di hadapannya....
Eh.... kok.... Ughhh... sialan memekku jadi gatel sih. Ah masak aku harus masturbasi sekarang? bagaimana kalau nanti Jaka memergokiku?
Ah gak bakal dan bodoh amat kan pintunya aku kunci. Ahhhh Jinan..... kenapa kamu tak bisa menahan nafsu ini sehari saja.....
Dengan napas yang mulai naik turun, kubuka tas yang berisi pakaian dan mencari sesuatu. Yap, dildo kesayanganku memang sengaja kubawa untuk menuntaskan nafsu sialan ini padahal rencananya aku ingin menahan selama liburan tapi akhirnya aku kembali kalah dengan nafsu birahi ini. Kemudian kulepaskan semua pakaianku berikut celana dalam dan bra. Sekarang aku dalam posisi telanjang bulat dan beranjak kembali ke kasur dengan menggenggam dildo berwarna pink ini. Kuhidupkan fungsi getar ke dalam posisi maksimum hingga dildo tersebut menimbulkan sedikit suara. Kuludahi jemariku hingga basah dan mengoleskannya ke bibir memekku yang berkedut kecil kemudian tanpa pikir panjang kulesakkan dildo itu ke dalam memekku dalam.
"Aahhhhh-"
Aku kelepasan mendesah dan langsung kubungkam mulutku dengan tangan. Aku lupa kalau ini bukan kamar kosku dan tentu saja aku tak ingin suara nakal dan mesumku ini terdengar sampai ke telinga Jaka. Dengan cepat kucabut dildo itu dan menghela napas panjang sebentar. Kuhempaskan wajahku ke bantal supaya suara desahanku nanti tak terdengar, cukup sulit aku memasukkan kembali dildo ini kedalam memekku namun akhirnya aku berhasil melakukannya.
"Ssshhhh.... Emmmppphhh....." suara desahanku tertahan bantal, sepertinya ini sudah cukup. Oke, sekarang aku akan tuntaskan nafsu bejat ini.
Dengan posisi miring tanganku dengan semangat menusuk-nusuk dildo. Getaran yang dihasilkan terasa sekali di relung memek menimbulkan rasa geli yang luar biasa dan nikmat. Kedutan-kedutan disana semakin kuat dan mulai mengeluarkan lendir nikmat. Ahhh.... gila ini enak sekali.....
"Emmmpppp emmmmm ssshhhhh....."
Beberapa menit telah berselang, aku merasakan klimaks yang cukup membuat tubuhku mengejang-ngejang nikmat. Dan tentu saja memekku mengucurkan pipis enak saat kulepaskan dildo itu, tubuhku kejang-kejang selama beberapa menit hingga akhirnya berhenti sendiri.
Aku merasa amat lelah, keringat bercucuran keluar melumuri seluruh tubuhku dan napasku tersengal-sengal. Ugh, ini pengalaman pertamaku masturbasi di tempat yang bukan kamar kosanku terlebih di sebelah ada seorang laki-laki yang sebenarnya memberiku adrenaline ekstra. Aku mulai membayangkan kalau nanti Jaka mendobrak kamarku dan melihatku sedang masturbasi dengan dildo. Ugh, membayangkannya saja sudah membuat nafsuku kembali naik.
Dan ya, seperti biasa aku melakukannya lagi, lagi, dan lagi hingga puas malam ini.
00000
"Ckrek ckrek....."
"Hihihi, kayaknya seksi juga pakai baju ginian"
Berulang kali aku berganti pose dan menjepret kamera ponsel mengabadikan setiap bagian tubuh cantikku. Aku berdecak kagum melihatnya terlebih bentuk pantatku yang membulat dan tebal ditambah dengan kulit yang putih bersih tanpa cacat semakin menambah aura seksi pada diriku. Meskipun memang harus kuakui kalau paha ini sudah terlalu gemuk dan harus kurampingkan lagi hehe.
Dengan iseng kuremas pelan buah pantatku sendiri. Ugh, terasa geli hihihi. Menyadari bahwa pantatku ini adalah sebuah "senjata" untuk menggoda laki-laki mesum yang ingin sekali menggeranyang diriku. Sudah beberapa lelaki yang terjerat oleh jebakan yang telah kubuat untuk menuntaskan nafsuku sendiri. Memang aku adalah wanita yang kotor dan busuk tetapi merekalah yang membuatku jadi seperti ini.
Tak ada gunanya menyesal, ini semua sudah terjadi dan jeleknya aku sangat menikmatinya.
Ugh, hampir saja nafsuku mulai naik melihat tubuhku sendiri. Aku harus tahan karena ini sudah pagi dan aku bersama Jaka akan pergi ke suatu tempat.
Oke, memasuki hari kedua. Nanti pagi Jaka akan mengajakku pergi ke obyek wisata yang letaknya tak jauh dari villa tempat kita menginap. Kata Jaka tempat tersebut sebenarnya jarang sekali dikunjungi orang-orang dan tentunya aku antusias mendengarnya. Kemudian setelah mandi aku bersiap-siap dengan menata rias wajahku secukupnya dan mengenakan pakaian yang pas. Eh tunggu dulu, tentu saja rencana untuk menggodanya akan tetap berjalan hehe. Kupersiapkan dengan memakai kaos merah muda yang ketat sehingga buah dadaku yang ukurannya pas-pasan ini tampak tercetak dan celana pendek yang juga ketat hingga pantatku juga tercetak dengan jelas. Hihi, aku yakin Jaka akan terangsang nantinya.
Dan sebenarnya juga aku sudah mempersiapkan sebuah "kejutan" baginya. Aku jadi tidak sabar nanti hehe.
Setelah semuanya siap aku keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang utama. Tampak Jaka sudah menunggu duduk sambil memakan roti dan menonton televisi. Jaka mengenakan pakaian yang sangat biasa bahkan ia memakai celana training panjang tidak seperti diriku yang mengenakan pakaian yang mengundang.
"Pagi Jinan, sarapan udah aku siapin" salamnya yang kubalas dengan senyuman.
"Makasih Jak...."
Kusantap dengan lahap sarapan yang telah disediakan karena perutku sudah sangat lapar. Sarapan tersebut sebenarnya sederhana saja, nasi dengan telur ceplok namun rasanya gurih dan sedap. Aku yakin Jaka aslinya memang pintar memasak.
Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sarapan ini, setelah habis kucuci piring dan sendok hingga bersih dan menaruhnya ke rak yang telah tersedia. Kemudian aku menghampiri Jaka dan duduk disampingnya.
"Kapan kita berangkat Jak?" tanyaku.
"10 menit lagi, kamu kan abis sarapan biar makanannya turun dulu" jawabnya dingin seperti biasa. Aku menggangguk.
"Yaudah deh, aku pindah channelnya ya...."
Nah, sekarang kujalankan kembali rencana ini untuk menggoda Jaka, hihi. Aku sengaja berdiri dan berjalan sedikit kearah remote TV yang terletak di depan meja. Kutundukkan punggungku untuk meraihnya, posisi ini sudah cukup mengundang nafsu karena pantatku menungging di depan Jaka dan berkat celana pendek yang ketat ini belahan pantat bulatku pasti terbentuk disana. Hihihi.
Setelah kuambil remote TV aku kembali duduk santai sambil menekan tombol untuk memindah channel. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kulihat sekilas Jaka yang ternyata raut wajahnya tetap dingin seperti biasa. Ugh, entah mengapa aku menjadi sebal karenanya apakah "godaanku" tadi masih belum cukup?
"Jinan, kenapa kamu pakai pakaian gitu?" Jaka bertanya yang sedikit membuatku terkejut.
"Emmm.... kenapa emang? kamu gak suka?" jawabku sedikit menggoda.
"Kita kan mau ke hulu sungai, menurutku gak terlalu pantas pakai pakaian terbuka kayak gitu....."
Ugh, sepertinya Jaka mulai terpancing oleh rencanaku. Dalam hati aku tertawa.
"Suka-suka aku dong Jaka, lagian aku juga gak bawa celana panjang sih hehe...." balasku dengan santai. Kulihat reaksi wajah Jaka yang sepertinya memaklumi ucapanku dan pada akhirnya menggangguk.
"Baiklah kalau begitu aku gak maksa, untungnya tempat yang kita kunjungi nanti agak ke pelosok, aku yakin tidak ada seorangpun nanti disana....."
Entah mengapa aku terkejut sekaligus senang. Kaget karena tempat wisata tersebut bukan tempat yang ramai dan juga senang karena tak menyangka "rencana" yang kubuat nanti akan berjalan semakin lancar.
"Wah beneran Jak? aku jadi gak sabar. Kita berangkat sekarang yuk" dengan refleks aku memegang telapak tangan Jaka dan menariknya pelan.
"Iya iya, sabar dulu kita pastikan semuanya sudah siap ya...." balas Jaka sambil melepas tanganku pelan. Aku tersenyum, tak sabar untuk pergi ke sana.
00000
Setelah cukup lama berjalan menyusuri jalan setapak ini akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sama persis yang dikatakan Jaka, suasana hulu sungai ini tampak indah dan sunyi, tak ada satupun manusia yang terlihat selain aku dan Jaka. Aku tersenyum sumringah melihat suasana sungai yang airnya cukup tenang ini dan secara tidak langsung suasana hatiku juga mulai terasa damai. Tidak sabar aku ingin mencicipi air sungai ini.
"Indah banget ya Jak" ucapku senang yang hanya dibalas dengan anggukan Jaka. Seperti biasa raut wajahnya dingin.
"Yap, tempat ini sebenarnya tak pernah terjamah orang-orang, Jinan. Jadi nikmatilah selagi bisa...." balasnya.
"Gila, kamu cocok dah jadi pemandu wisata Jak....."
"Gak juga, aku ingin jadi direktur aja kok....."
Aku tak mendengar ucapannya. Ku berjalan ke tepi sungai dan duduk di batu besar. Kuturunkan kedua kakiku dengan perlahan ke air dan terasa cukup dingin. Jaka benar, suasana sunyi ini sepertinya cocok sekali denganku. Kutepak-tepak kakiku berulang kali hingga terbentuk percikan air. Ah, sungguh ini pemandangan dan suasana yang indah sekali bahkan mungkin ini pertama kalinya aku merasakannya.
Kemudian aku melihat Jaka yang juga melakukan hal yang sama. Ia duduk dengan santainya sambil mencelupkan kedua kakinya pada air sungai. Kami saling terdiam cukup lama sambil menikmati aliran hulu sungai yang tenang, hanya terdengar suara burung dan serangga yang cukup keras namun aku tak merasa terganggu, justru suara tersebut memberikan efek positif pada diriku.
Setelah asyik menikmati suasana alam ini, aku beranjak dari batu dan berjalan dengan hati-hati menuju tepian sungai. Kubasuh wajahku dengan air sungai yang dingin ini. Terasa sangat segar hingga aku kelepasan untuk membasuh rambut panjangku. Hmmm, sepertinya kalau aku mandi disini akan terasa lebih segar....
Hihihi, ini mungkin waktu yang tepat untuk menjalankan rencanaku.
Aku kembali berdiri dan bersiap untuk melepas kaos ketat ini. Ya, aku akan mandi disini mengingat kata Jaka hanya ada kita berdua di tempat ini jadi aku bisa bebas untuk melakukannya. Jaka yang duduk disebelahku tampak terkejut melihatku yang sedang melepaskan pakaian.
"Ehh.... kamu mau ngapain Nan....."
"Mandi lah Jak, airnya seger banget hihi...."
SLEP
Baju yang kukenakan akhirnya terlepas dan jatuh ke bebatuan. Dan.... tampaklah bagian tubuh atasku yang tertutup bra berwarna hitam. Aku sengaja memperlihatkannya kepada Jaka yang terdiam menatap tubuh mulusku. Buah dada yang tidak terlalu besar namun bulat tersanggah oleh bra yang kukenakan sehingga tampak membusung, dan inilah "senjata" yang aku perlihatkan padanya, sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh wanita seumuranku.
Pusarku terpasang tindik.
Bukan tanpa alasan kenapa aku melakukan hal ini. Dimulai dari teman online yang juga menggunakan tindik yang katanya dapat menambah keseksian, aku pun akhirnya penasaran dan mencoba untuk memasangnya. Memang membutuhkan biaya yang cukup mahal dan cukup menyakitkan saat pertama kali namun temanku benar, aku merasa menjadi tambah seksi setelah tindik itu terpasang pada pusarku.
Dan juga temanku menawarkan untuk memasang tato pada perut atau dadaku namun kutolak karena menurutku aku sudah tampak seksi tanpa tato. Hehe.
Setelah memasang tindik, viewer live streaming-ku mulai meningkat. Banyak sekali yang memuji kemolekan tubuhku terutama di bagian perut, pujian bahkan rayuan mesum terus tampil di chat box streaming yang tentunya membuatku puas.
Memang aku sadar ini sudah keterlaluan namun seperti biasa, aku menikmatinya.
Setelah bajuku terlepas tak lupa aku langsung melepaskan celana pendekku tepat di hadapan Jaka yang masih melihatku tanpa berkedip. Aku pura-pura tidak melihatnya. Nah sekarang celana pendekku telah terlepas, menampakkan celana dalam bikini yang terbuka sekali dan hanya menutupi area selangkangan.
Kugerakkan tubuhku dengan perlahan dan sedikit memutar, seolah-olah aku sedang memamerkan tubuh setengah polos ini kepada Jaka.
Hihihi, aku yakin dia benar-benar terangsang sekarang. Pikirku jahat.
"Jaka, kamu gak mau ikutan nyebur?" tanyaku kepadanya yang masih menatapku dingin.
"Nanti aja Nan, kamu duluan. Tapi hati-hati pas nyebur soalnya aku gak tahu sungai ini dalam apa tidak...."
"Oke hehe....."
Aku berjalan menuju bibir sungai dan mulai mencelupkan kaki kananku kedalam. Sepertinya sungai ini tidak terlalu dalam dan aman untuk dibuat mandi, tanpa pikir panjang kulangkahkan kedua kakiku menuju tengah sungai, kubasuh wajahku dan tubuh atasku hingga basah, tak perlu khawatir karena aku sudah membawa pakaian ganti. Selain menyegarkan air sungai ini juga jernih sekali bahkan aku bisa melihat pantulan diriku dengan jelas. Ah, lihatlah tubuhku yang indah dan seksi ini terpampang pada pemandangan yang sungguh indah ini, seolah-olah aku sudah menyatu dengan alam.
"Ayo Jak, airnya seger loh...." ajakku kepada Jaka yang masih duduk santai.
"Iya deh...."
Kulihat Jaka melepaskan kaosnya, sebenarnya aku penasaran dengan tubuhnya dan tak sabar untuk melihatnya namun aku justru sedikit kecewa karena melihat dia tidak telanjang dada, Jaka mengenakan pakaian dalam tanpa lengan seperti bapak-bapak, meski kecewa aku tertawa melihatnya.
"Hahaha.... kayak bapak-bapak kamu Jak" tawaku riang, Jaka hanya diam saja sambil berjalan masuk ke dalam sungai. Tiba-tiba saja ia menggerakan tangannya kearah sungai menimbulkan percikan air yang mengarah kearahku.
"Ihhhh..... Jaka apaan sih" rajukku.
"Kenapa Nan? kan sekalian mandi...."
"Bukan gitu caranya ih, rasain tuh...." kubalas perbuatannya dengan memercikan air hingga pakaian dalam Jaka basah kuyup. Pada akhirnya kami asyik bermain air, aku bisa melihat ekspresi Jaka yang meskipun masih dingin namun sepertinya dia sangat menikmati waktu bersamaku, terkadang ia tertawa dengan dingin saat dengan nakalnya ia mendorongku hingga tenggelam. Beruntung aku bisa berenang hehe.
Tak lama kemudian kami duduk bersebelahan di tepi sungai untuk mengeringkan badan. Sinar matahari sebenarnya cukup terik namun terhalang oleh dedaunan pohon yang rimbun di sekitar sungai ini. Kulihat burung-burung asyik beterbangan kesana kemari sepertinya mereka adalah pasangan, entah mengapa aku tersenyum senang melihatnya.
"Bagaimana menurutmu Jinan? asyik kan tempatnya?" tanya Jaka memulai obrolan.
"Iya Jak, gak nyangka kamu bisa menemukan tempat seindah ini...." balasku.
"Aku yakin kamu pasti suka. Sekarang gimana? apa ini sudah cukup untuk membuatmu merasa bahagia?" tanya Jaka melihatku. Aku menoleh dan kami saling kontak mata, dalam hati aku bertanya-tanya apa maksud dari omongannya.
"Maksudnya?" tanyaku memastikan.
"Jinan, kita sudah berteman sejak awal kuliah hingga sekarang. Sebenarnya aku sering memperhatikan kamu setiap hari saat kita bertemu, aku bisa ngerasain meski dari luar kamu kelihatan ceria tetapi di dalam hatimu kamu seperti..... ada sesuatu yang cukup mengganjal dirimu...."
Aku tertegun. Memang aku dan Jaka sebenarnya tidak terlalu dekat namun kami berteman dengan baik selama kuliah, dia sudah banyak membantuku dalam mengerjakan tugas maupun hanya sekedar bertanya tentang materi yang aku tidak mampu. Ya, bisa dibilang Jaka adalah satu-satunya teman cowok yang benar-benar baik tak seperti cowok-cowok yang pernah dekat denganku. Dalam hati aku berpikir selama aku menjalankan "rencana" ini entah mengapa aku malah merasa menyesal, dia memang tidak punya niat untuk bertindak mesum padaku meski sudah aku coba untuk "menggodanya" sampai saat ini.
Kepalaku tertunduk, perkataan Jaka sebenarnya cukup menusuk. Memang dalam kehidupan sehari-hari aku selalu memasang muka ceria dan suka bersosialisasi sehingga aku memiliki banyak teman. Namun aku juga memiliki masa lalu yang kelam bahkan tak bisa terhapuskan dalam diriku, aku adalah wanita yang tidak baik bahkan sepertinya sudah keterlaluan, sisi luarku yang selalu positif menutupi sisi gelap yang aku alami dan sampai sekarang hal tersebut berjalan dengan baik. Kukelabui setiap cowok yang berusaha untuk dekat denganku, menikmati tubuhku dengan penuh nafsu hingga kutinggalkan dengan berbagai macam alasan, itu adalah usahaku untuk melampiaskan dendam masa laluku.
"Jaka.... kalau boleh tahu kenapa kamu begitu peduli padaku? kamu juga tidak mengenalku lebih dalam?" aura serius mulai terasa dalam obrolan kami.
Jaka tampaknya terdiam sejenak selama beberapa saat, lalu ia kembali menggerakan bibirnya.
"Karena kita teman Jinan, aku senang bisa kenal sama kamu dan aku juga senang hati untuk membantumu...."
Ya, jawaban yang singkat memang namun hatiku merasa sedikit lega. Entah kenapa aku seperti ingin memeluk tubuhnya namun dengan cepat aku tahan perasaan itu.
"Makasih ya Jaka, aku beruntung banget bisa berteman denganmu...." ucapku sambil tersenyum manis padanya, ia membalasnya dengan anggukan.
"Sama-sama Nan, kita masih punya waktu empat hari. Kamu bisa bebas untuk menenangkan pikiranmu...."
"Hehe begitu ya. Eh aku mau ganti baju dulu Jak...." kataku.
"Ohh oke, ganti aja di batu besar sana. Tak usah khawatir aku gak bakal ngintip kok...."
"Halah gak usah bohong, kamu pasti punya niatan untuk ngintip kan hihihi...." godaku sambil tertawa cekikian.
"Yaudah sana ganti baju, beneran kok aku gak akan ngintip" balasnya. Aku kembali tertawa melihat responnya yang berbeda dari sebelumnya. Aku yakin banget kok Jaka pasti pengen ngintip.
0000
Singkatnya kami melanjutkan perjalanan setelah mengganti baju terutama pakaian dalamku yang basah. Kami mengunjungi sisi tebing yang pemandangannya sangat indah, saking indahnya sampai aku mengeluarkan ponsel dan beberapa kali mengambil gambar. Sebenarnya aku ingin foto bersama Jaka namun dia menolak karena dia tidak merasa pede saat foto dan aku bisa memakluminya. Setelah itu kami berjalan menyusuri jalan bebatuan menuruni perbukitan yang kami lalui tadi, dan akhirnya kami tiba di tempat wisata yang cukup ramai berbeda dari sebelumnya, Jaka mengajakku untuk makan yang letaknya cukup dekat dari objek wisata tersebut, memang sebenarnya kami tidak berniat untuk kesana dan hanya ingin membeli makanan-makanan saja.
Kami mengobrol beberapa hal yang bisa kami bahas, terkadang aku tertawa saat Jaka mencoba untuk melontarkan leluconnya. Akupun membalasnya namun dia sama sekali tidak tertawa dan hanya menggangguk saja. Ah, aku malah merasa sebal dan penasaran gimana caranya untuk mengubah ekspresi wajahnya yang dingin itu. Namun overall, aku sangat senang dan puas dengan perjalanan ini.
Sore harinya, kami tiba di villa dengan kelelahan karena sudah berjalan cukup jauh namun aku merasa senang dan puas akan hari ini dan tak sabar untuk menunggu esok hari, pastinya Jaka akan mengajakku ke tempat yang lebih bagus dari ini. Kuhempaskan pantatku ke sofa empuk dan duduk bersantai sambil menyalakan televisi. Sedangkan Jaka berjalan menuju dapur dan mengambil sesuatu dalam kulkas.
"Wahh, sialan kok gak kasih tahu sih...." aku terkejut dengan sesuatu yang dibawa oleh Jaka. Tiga botol minuman bermerek yang tentunya berharga mahal, aku baru tahu kalau Jaka punya minuman tersebut.
"Ya memang aku sengaja simpan biar kamunya gak tahu. Kamu emangnya pernah minum minuman ini?" tanyanya.
"Pernah dong"
"Yaudah tapi minumnya nanti aja dah kita makan malam dulu sama mandi...."
Singkatnya kami melakukan kesibukan masing-masing pada sore hari ini.
0000
"Satu botol dulu Nan, pelan-pelan aja....."
"Iya, buruan tuangin ke gelas"
Dengan tidak sabar aku menggenggam gelas sloki menunggu Jaka yang sedang membukakan botol minuman bermerek itu. Ya, bisa dibilang itu adalah minuman kesukaanku meski memang kadar alkoholnya cukup tinggi, di saat aku galau atau sedang mood jelek minuman tersebut dapat menenangkan diriku. Yaa.... meskipun terkadang aku bisa kelepasan saat menikmatinya atau kata singkatnya, mabuk.
Jaka berhasil melepaskan tutup botol minuman itu lalu menuangkannya ke gelas sloki yang kubawa dan langsung meneguknya. Rasa aneh mulai terasa dalam kerongkonganku beberapa saat namun di saat bersamaan kepalaku terasa ringan dan nyaman. Jaka sendiri juga sedang menuangkan minuman itu ke gelas dalam jumlah sangat sedikit lalu meminumnya dengan santai.
"Dih, kok sedikit sih Jak? jangan-jangan kamu baru pertama kali minum ya?" tanyaku meledek.
"Enggak. Aku pernah minum kok bareng temen-temen tapi ya.... aku batasi biar gak mabuk...."
"Halah gak usah sok alim Jak, tapi makasih ya hihihi....."
Malam hari ini kami duduk santai di ruang tamu sambil menonton film. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sudah setengah botol kami nikmati. Kepalaku mulai terasa pening dan ringan namun aku masih dalam keadaan sadar. Kulirik mataku melihat Jaka yang sepertinya serius menonton film yang entah apa judulnya. Efek alkohol yang tercipta dalam minuman itu mulai memberikan efek negatif dalam diriku, sisi jahatku mulai muncul, dan berniat untuk kembali "menggoda" Jaka.
"Ughhh.... Jak, tuangin botolnya lagi dong...." rengekku manja padanya.
"Loh, kamu masih mau minum lagi? Jinan ini kuat banget minumannya sebaiknya kamu jangan minum lagi...."
"Alahhh..... tuangin ah Jak, dasar cowok kok gak mau nurut...." rengekku lagi dan semakin manja sampai aku menyenggol-nyenggol bahunya.
"Iya deh iya, tapi ini yang terakhir ya.... aku gak mau kamu sampai mabuk nanti bakal repot...."
"Bacot Jak....."
Ia menuangkan minuman tersebut ke gelas sloki yang langsung aku teguk dengan lahap. Kembali tubuhku terasa sangat nyaman akibat tabokan alkohol yang semakin kuat. Kerja otakku mulai kacau, aku mulai mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan oleh seorang wanita padanya namun aku tak peduli.
Kemudian aku mulai intens menggoda-goda Jaka mulai dengan mendekatkan tubuhku kearahnya, membisikkan kata-kata yang bisa membuatnya terangsang bahkan aku sengaja memeluk tubuhnya dengan erat hingga buah dadaku menempel pada tubuhnya. Namun semuanya sia-sia, Jaka tetap dingin. Ia hanya menuruti kemauanku dalam menuangkan minuman ke gelas, itu saja.
"Hhhhh Jaka...... masak kamu gak mau sama aku.... aku kesepian Jakk....." ucapanku mulai ngelantur seiring dengan kacaunya kerja otakku akibat tabokan alkohol.
"Jinan.... aku disini, kamu udah kebanyakan minum....."
"Bacot Jak.... aku ini cewek nakal..... kenapa sih kamu gak mau sama aku..... lihat ini tubuhku sudah kotor gara-gara cowok brengsek..... aku benci banget sama cowok Jakkk......" aku terus memeluk tubuh Jaka dengan erat sambil terus melantur. Ya, aku sudah tipsy sekarang.
"Kenapa kamu benci Nan? apa yang sebenarnya terjadi?"
"Ihhh Jakaaa..... kenapa kamu gak sadar sih.... selama ini aku selalu menggodain kamu.... biar kamuu..... ngelakuin hal mesum padaku....."
"Kamu culun Jak.... culun..... masak kamu gak ngaceng lihat bodiku ihhhh......"
Entah sudah berapa lama aku menggoda-goda Jaka hingga tak sadar aku sudah terlalu banyak minum. Kepalaku terasa pusing sekali sampai pandanganku mulai mengabur dan berputar-putar. Jaka menuntunku masuk ke kamar mandi dan seketika juga isi perutku keluar cukup banyak masuk ke dalam kloset. Aku berkali-kali muntah, kerongkonganku terasa panas sekali bahkan saking kuatnya muntah itu juga keluar dari hidungku, dan pada akhirnya tubuhku terasa lemas sekali bahkan mengangkat kepala saja sudah tidak mampu. Dengan pandangan yang buram aku merasakan tubuhku diangkat oleh Jaka. Pandanganku yang sebelumnya buram mulai terlihat gelap dan.... aku tak ingat apa-apa lagi.....
0000
"Ughhh..... kepalaku....."
Aku tersadar setelah tertidur dalam waktu yang cukup lama, pandanganku masih terlihat buram dan kepalaku terasa pening. Kubiarkan beberapa saat hingga kondisi tubuhku mulai pulih, ini kamar yang aku tempati sepertinya dilihat dari langit-langit kamar yang aku kenal.
Tapi..... ugh, kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkan?
"Kamu udah bangun Jinan....."
Terdengar suara yang sangat aku kenal dari samping, itu adalah suara Jaka.
"Ja... ka....." ucapku lirih.
"Tadi malem kamu muntah-muntah sampai lemes Nan, makanya aku bawa ke kamar ini. Salah sendiri kebanyakan minum kan....." ucapnya dengan dingin.
"Jaka.... kenapa.... kenapa kedua tanganku tak bisa digerakkin....." tanyaku. Kulihat Jaka berjalan ke depan ranjang meski pandanganku masih belum sepenuhnya pulih. Dia hanya berdiri tepat didepanku dan tak menjawab pertanyaanku.
"Jinan, aku kecewa sama kamu....."
"Kecewa? apa maksudnya?" tanyaku heran. Tak lama kemudian aku mulai sepenuhnya sadar dan aku terkejut setelah menyadari kalau kedua tanganku diikat dengan erat begitu juga kedua kakiku, aku benar-benar tak bisa bergerak! Dan juga aku baru sadar kalau aku dalam posisi telanjang!
"Jaka.... apa maksudnya ini?? kenapa kamu mengikatku seperti ini....." aku mulai emosi sekaligus bingung. Jaka hanya tetap berdiri di depan ranjang dengan kedua tangannya yang terlipat di dada, pandangan matanya dingin menatapku.
"Lepaskan aku Jak.... sumpah ini gak lucu! lepasin aku...." ucapku mulai meronta-ronta dan berusaha untuk melepaskan ikatan ini namun sia-sia saja.
"Aku sudah tahu semuanya Jinan. Sifat kamu sebenarnya dan juga kebusukanmu. Aku sudah melihat-lihat seluruh isi ponselmu, aku benar-benar tak menyangka Jinan yang kukenal selama ini adalah wanita yang begitu murahan...." ucapan Jaka kembali mengejutkanku, jantungku berdegup kencang sekali dan keringat mulai bercucuran, salah satu rahasia yang selalu kusimpan dengan rapat akhirnya ketahuan.
"Lepaskan aku Jaka...... aku mohon hiks... hiks...." aku mulai terisak menangis sembari terus berusaha memohonnya.
"Oh iya aku juga mau kasih tahu, kamar yang kamu tempati ini sudah aku pasang kamera pengintai untuk mengawasimu. Ada tiga kamera sebenarnya dan aku sudah tahu juga kegiatan yang kamu lakukan pada malam sebelumnya...." ucapnya dingin.
"Jinan..... kenapa kamu melakukan ini semua? memang sebegitu murahan kah kamu di depan mata laki-laki....." tanyanya sambil berjalan naik ke ranjang. Daguku dipegang olehnya dan memberikanku tatapan yang sangat berbeda dari biasanya, tatapan matanya sungguh mengerikan..
"Jaka.... please jangan bocorkan hal ini pada siapapun.... hiks.... hiks.... hidupku akan hancur kalau sampai mereka semua tahu....." aku memohon dengan berlinangan air mata. Suasana hening menyelimuti isi kamar ini, kedua mataku melotot menatap mata Jaka.
"Cih, kamu pikir dengan meminta maaf padaku semuanya akan selesai Jinan? kamu salah, kamu pasti akan melakukannya lagi. Aku akan pegang semua isi data ponselmu sebagai jaminan....."
"Jaka..... aku mohon hiks.... hiks....."
Otakku terasa kacau mengolah berbagai alasan yang aku ucapkan kepada Jaka, sepertinya dia memang sangat serius akan hal ini. Hatiku terasa lesu dan bingung, bagaimana caranya aku bisa lepas dari ini? Seiring dengan kacaunya pikiranku terbit sebuah alasan yang mungkin akan membuatnya berpikir dua kali.
"Hiks.... hiks.... kamu.... kamu boleh lakukan apapun padaku asal video dan fotoku jangan kamu sebar...." kataku dengan lantang dan tanpa berpikir panjang. Ya, aku tak punya pilihan lagi.
Aku melihat Jaka sedikit tersenyum, apakah permohonan ini ia terima?
"Aku sudah menduga kamu bakal ngomong kayak gitu Jinan, tipikal wanita murahan emang" kata Jaka, ucapan "wanita murahan" cukup menusuk hatiku dalam namun ironisnya, dia benar.
"Apa ucapanmu bisa dipegang Jinan? aku sangat benci sama orang yang gak bisa megang janjinya" ia menatapku dalam, dengan kedua mata dinginnya yang semakin menakutkan. Aku mulai gemetaran ketakutan, apa aku harus menuruti perintahnya meski aku tahu akan apa yang terjadi nanti.
"I.... iya Jaka.... aku janji....." ucapku lirih.
Ia tersenyum lalu membelai lembut pipiku dan mengusap jalur air mata disitu.
"Baiklah kalau begitu, liburan kita tinggal tiga hari dan kita akan tetap disini dan turuti semua perintahku. Jangan khawatir aku tak akan menyakitimu Jinan, kamu terlalu cantik untuk disakiti, aku hanya akan memberikanmu sedikit pelajaran......"
Pelajaran? apa maksudnya?
"Kita mulai dari sekarang ya. Biasanya kamu suka mengejekku dengan sebutan culun kan? aku tidak marah kamu bilang begitu Jinan. Tapi, apa kamu yakin kalau aku benar-benar cowok yang culun?" Jaka bertanya dengan nada datar sambil terus menatapku.
Kulihat Jaka mulai melepaskan kaos oblongnya dan betapa terkejutnya aku melihat tubuh setengah telanjang Jaka. Ugh, tubuhnya kekar sekali. Dadanya terbentuk bidang dan indah ditambah dengan otot perutnya yang kekar six pack, jadi Jaka menyembunyikan tubuhnya dengan pakaian-pakaian yang sangat biasa dan itu adalah alasan kenapa aku menyebutnya "culun".
"Lihat tubuhku Jinan, apa kamu masih aku anggap culun di matamu? inikah yang kamu inginkan dari fantasi-fantasi nakalmu itu kan?"
"I.... iya....." ucapku gemetaran sekaligus kagum dengan keindahan tubuh Jaka, tanpa sadar naluri kewanitaan mulai naik sekaligus nafsu birahiku.
"Hmmm, lagi-lagi tipikal jawaban dari cewek murahan. Kamu pastinya nafsu kan lihat tubuh cowok yang telanjang apalagi yang kekar sepertiku? Ya ampun Jinan, aku gak nyangka kamu memang sudah separah ini....." ya, lagi-lagi ucapan yang kembali menusukku lebih dalam.
Kemudian aku melihat Jaka membetulkan posisi duduknya dan mulai melepaskan celana boxernya. Ya, aku kembali dikejutkan dengan salah satu bagian tubuhnya, terpampang batang kontolnya yang.... ya ampun... ini besar sekali dan panjang, tak kalah kekarnya. Kedua mataku refleks terpincing melihat urat-urat dari kulit kontolnya yang tercetak jelas. Aku berkali-kali menelan ludah melihat pemandangan yang jujur sangat mengundang birahi apalagi aku memang cepat naik saat melihat batang kontol laki-laki apapun bentuknya.
"Ini yang kamu mau kan?" ucapnya sambil menggenggam batang kontolnya sendiri tepat di depan wajahku. Mengingat aku sudah janji dengan dirinya untuk tetap patuh aku langsung menggangguk seolah-olah itu adalah benda favoritku.
Tiba-tiba aku terkejut saat ia menamparkan batang kontolnya dengan keras kearah pipiku. Karena sudah keras tamparan itu terasa sakit.
PLAK PLAK
"Aduhhhh..... Ughhh....."
"Dasar murahan kamu Nan, namamu padahal bagus tapi orangnya seperti ini. Aku gak habis pikir....."
PLAK
"Jakaaa..... hiks... hiks....."
Ia menghentikan aksinya dan membelai pipiku kembali menyeka air mataku. Tiba-tiba ia menyerang telinga belakangku dengan lidahnya, rasanya geli sekali hingga tubuhku menggelinjang. Kurasakan lidahnya menjilat-jilat bagian telingaku dengan lembut dan saking gelinya aku kelepasan mendesah.
"Ahhhhh......."
Sesaat kemudian dia menghentikan aksinya dan kembali menatapku dalam. Aku kembali merasa ketakutan.
"Kenapa Jinan? kamu sepertinya takut denganku? padahal aku tidak seram orangnya" sialan, pada saat kondisi seperti ini dia bisa aja bercanda.
"Saat melihat-lihat isi ponselmu, aku menemukan beberapa video porno kesukaanmu dan temanya tentang ikat mengikat, apa sebelumnya kamu ngelakuin sama cowok-cowok yang kamu dekati, hah?" tanya Jaka dengan tangannya yang memegang daguku seperti kepalaku dipaksa diangkat.
"Enggak.... aku tak pernah melakukannya Jaka... aku.... aku nonton video itu cuma buat perangsang aja saat..... emmm.... aku masturbasi......" ucapku gemetaran.
"Kamu tidak bohong kan?" ucapnya memastikan. Kedua matanya tampak membesar seakan-akan berusaha untuk mencari kebenaran di dalam diriku.
"Sumpah.... aku gak pernah sampai begitu......" jawabku dengan bibir gemetar. Meski aku bohong pun percuma jadi aku katakan semuanya yang sebenarnya.
"Kalau begitu, aku bisa mewujudkan semua fantasi busukmu itu Jinan. Itu alasan kenapa aku sengaja mengikatmu di ranjang ini....."
"Jaka.... tolong aku.... aku gak mau kayak gini...."
Ia memegang pipiku dengan kuat, apa aku mengatakan hal yang membuatnya marah? Jujur, aku tak menyangka Jaka benar-benar berubah. Yang kulihat sekarang bukan Jaka yang biasa aku kenal, dia berubah drastis dari yang asalnya dingin menjadi bengis di mataku, namun aku masih merasa yakin dia tak akan menyakitiku.
"Sssttt.... kamu tak perlu minta tolong ya Jinan. Aku yakin dalam hatimu kamu pasti pengen mempraktekkan yang ada di video itu kan? jujur aja...." ia meletakkan jari telunjuknya ke bibirku.
"Dan ini juga masuk dalam kesepakatan kita tadi.... kamu nikmatin aja ya "pelajaran" ini"
Kemudian Jaka membetulkan posisi duduknya yang sekarang berada di atas perutku. Ia merendahkan kepalanya menuju buah dadaku yang bulat dan ranum. Ughhh.... Sshhhh..... dia mulai mencium-cium area sekitar buah dadaku dan menjilatnya dengan pelan. Sensasi geli dan nikmat langsung terasa di sekujur tubuhku. Jilatan yang dilancarkan oleh Jaka semakin intens hingga leher dan kepalaku terdongak keatas dan mulutku mengeluarkan suara desahan.
"Aahhhhh.... Sshhhhh......" begitulah suara yang kukeluarkan.
Kurasakan lidahnya yang telah basah itu berjalan-jalan hingga tiba di bagian puting susu yang sudah menegang hebat. Tanpa pikir panjang Jaka mencaplok bibirnya kearah putingku dan mengisapnya dengan kuat sekali. Aku kembali mendesah-desah merasakan geli yang teramat hebat, terkadang ia sengaja meletakkan giginya di bagian puting bersamaan dengan gerakan menyedot sehingga timbul rasa nyeri.
"Aahhhh.... ngiluuu Jakaaa.... Ahhhhh....."
"Tubuhmu indah Jinan, saking indahnya sampai kamu manfaatin buat cowok-cowok mesum. Ah, aku jadi sebal melihat isi ponselmu Nan, banyak banget foto-foto telanjang disana, pasti foto itu buat dijual ya??"
"Ssshhh.... Ahhh..... iyaaa.... iya Jaka..... Shhhhhh..... itu sumber penghasilanku disana... Aghhh ngiluuu ughhhh..... aku bisa dapat uang banyak jugaaa......" ucapku merintih-rintih. Otakku sudah mulai kacau diserang oleh ombak birahi bahkan tanpa sadar juga memekku mulai berkontraksi mengeluarkan banyak cairan disana.
"Wanita murahan emang, atau.... aku boleh kamu sebut.... pelacur...."
Ya, pelacur. Aku memang pantas dipanggil seperti itu. Selama ini aku memang menyadari kalau semua kegiatan yang kulakukan selama ini tak ada bedanya dengan pelacur. Namun aku tenggelam, hanyut dalam kegelapan yang ironisnya aku buat sendiri.
"Sshhhhh aahhhhh....."
Kemudian setelah puas mengisap buah dadaku, kepalanya bergerak ke bawah menjilati seluruh area dada bawahku hingga tiba di perut. Ia mengangkat kepalanya dan tangannya memijat-mijat perutku.
"Hmmmm.... sampai pusarmu ditindik Jinan, pastinya cowok-cowok yang kamu layani semakin terbakar birahinya" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yang kamu lakukan di sungai kemarin juga gak ada bedanya sama pelacur Nan. Berani juga kamu setengah telanjang di hadapan cowok, memamerkan tubuh kotormu itu, kamu memang pelacur, Jinan" tambahnya. Aku hanya terdiam dengan tubuh menggelinjang menahan amukan birahi yang terus menyerang.
Jaka kembali menurunkan kepalanya dan menjilat-jilat area pusarku. Rasa geli yang teramat hebat kembali menyerang seluruh tubuhku yang semakin menggelinjang. Kurasakan lidahnya dengan lihai membasahi kulit pusarku yang terpasang tindik. Tiba-tiba aku mengaduh saat ia dengan sengaja mencaplok tindik itu dan mengisapnya sehingga kulit pusarku seperti terasa ditarik. Rasa sakit bercampur nikmat kembali terasa sekali dan entah mengapa aku justru menikmatinya.
"Aaahhhhh sssakitt..... ughhhhh ssshhhhh....."
"Kulit perutmu begitu halus Nan seperti sutera, konturnya juga terbentuk indah. Kelihatan kamu sering olahraga dan menjaga pola makan biar tubuhmu terbentuk seperti ini, jujur aku kagum padamu Jinan....." entah mengapa di dalam hati aku merasa bangga Jaka memuji kemolekan tubuhku, memang sebelumnya aku sering dipuji oleh laki-laki yang menggunakan tubuhku sebagai sarana pemuas nafsu dan aku tak pernah menikmatinya. Namun ini lain, rasanya aku malah merasa bangga.
"Tapi sayang ya, lekuk tubuh yang indah ini malah digunakan untuk pemuas dahaga lelaki, sudah berapa banyak laki-laki yang telah menikmati tubuh ini Jinan?" tanyanya kembali yang membuatku kembali ketakutan
"Nghhhh..... aku.... aku tak tahu....." jawabku sembarangan, respon Jaka tiba-tiba berubah. Ia melepaskan bibirnya dari pusarku dan menatapku dengan tatapan yang menakutkan.
"Kamu sampai tidak tahu berapa banyak laki-laki yang menggunakan tubuhmu? benar-benar seperti pelacur ya kamu...."
"Hen... hentikan.... jangan sebut kata-kata itu...." ucapku mulai meronta-ronta. Jaka langsung memegang daguku kembali, ia sepertinya marah denganku.
"Wanita kotor kayak kamu memang harus dikasih pelajaran. Aku sudah mengagumimu dari awal kuliah sampai sekarang dan ternyata Jinan yang kukenal sekarang bukan wanita yang baik.... Huh, aku semakin muak jadinya....."
Kedua mataku terbelalak melihat kontol Jaka mulai mendekati mulutku, awalnya aku meronta-ronta dan berusaha untuk menutupi mulutku namun Jaka memaksaku untuk membuka mulutnya hingga akhirnya aku mengalah. Jaka mulai melesakkan kontol besarnya masuk kedalam mulutku.
"Oghhhhhhh ggggggghhhhh......" terdengar suara napasku yang tertabrak oleh benda tumpul itu karena saking tebalnya. Kedua mataku yang awalnya terpejam menjadi melotot dan mulai mengeluarkan air mata. Aku tak menyangka Jaka langsung mendorong kontolnya dalam hingga hampir menabrak anak tekak ku.
"Mmmmm..... mulutmu lumayan enak Jinan, kamu suka kan?" tanyanya dengan dingin. Aku hanya menggangguk lemah. Setelah cukup lama mendiamkan kontolnya di dalam mulut Jaka mulai menggerakannya keluar masuk dengan perlahan. Suara napasku semakin terdengar berbarengan dengan suara becek air liur yang keluar cukup banyak. Jaka melakukannya selama beberapa saat hingga aku kembali meronta-ronta karena kehabisan napas.
"Mmmmm..... Ngghhhhh....." kepalaku menggeleng-geleng tak kuasa merasakan penyiksaan ini. Memang sebelumnya mulutku juga sering dimasuki kontol laki-laki namun aku tak menyangka bakal separah ini.
"Kenapa Jinan, kamu tersiksa? bukannya kamu suka diginiin?"
"GLLLOOGHHHHHH......."
Tiba-tiba Jaka mendorong pinggulnya dengan mendadak. Kontolnya langsung bergerak maju menabrak anak tekak-ku bahkan rasanya kontol Jaka sudah masuk ke dalam kerongkonganku! Rasa mual mulai terasa dan semakin terasa, aku berusaha untuk kembali meronta namun tangan Jaka dengan kuat menjambak rambutku dan memegangnya sehingga kepalaku benar-benar tak bisa bergerak!
"Kamu suka kan, pelacur? hah??" nada ucap Jaka mulai meninggi sembari terus memegang kepalaku. Air mataku terus mengalir dengan kedua mata yang melotot seakan-akan mau lepas. Aku.... aku memang merasakan kenikmatan yang sudah lama aku alami namun rasa mual juga terasa sekali.
Ia mulai menggerak-gerakan lagi kontolnya dengan perlahan dan hati-hati. Namun gerakan tersebut justru membuatku semakin mual, dan pada detik berikutnya isi perutku mulai bergemuruh, pertanda aku akan muntah sebentar lagi. Aku berusaha setengah mati untuk menahan sensasi ini namun aku tak kuasa.
"HOOGHHHHHH HHHHHHH......."
Sepertinya Jaka tahu aku akan muntah, lalu ia mencabut kontolnya dengan cepat hingga gigiku terasa menggesek kulit kontolnya. Aku terbatuk-batuk dengan hebat hingga memuntahkan banyak air liur membasahi tubuhku sendiri, hampir saja. Kalau dia telat satu detik saja isi perutku akan keluar dan pastinya situasinya akan semakin parah.
"Uhukkk uhukkk hoeekkkhhhh....." sensasi yang belum pernah aku alami selama hidup. Aku masih batuk-batuk hingga tenggorokanku terasa sakit. Jaka menatapku dengan dingin dan menyeka sisa-sisa air liur yang membasahi daguku.
"Hampir aja ya Jinan.... kamu suka kan digituin?" tanyanya dengan lembut.
"Uhukkk.... Uhukkk... iya... aku.... aku suka....." jawabku lemah. Kemudian Jaka mengambil botol air elektrolit yang terletak di meja kamar lalu membantuku untuk meminumnya. Rasanya segar sekali.
"Oke sekarang langsung aja ya untuk pelajaran kedua. Kamu siap-siap aja....." kata Jaka sambil membetulkan kembali posisi duduknya. Kuangkat sedikit kepalaku dan melihat Jaka sedang mengocok-ngocok kontolnya sendiri, sepertinya ia akan melesakkan kontolnya ke dalam memekku.
"Jaka......"
"Yak, kita mulai....."
"AAAAAGGHHHHHHH......."
Kepalaku langsung terdongak keatas saat Jaka mulai melesakkan kontolnya. Rasanya aneh, nyeri bercampur geli. Ini.... ini sungguh besar dan tebal.... sampai memekku terasa nyeri sekali, ia terus mendorong pinggulnya hingga terasa kepala kontolnya menyundul mulut rahimku di dalam. Tubuhku bereaksi dan seketika juga nafsu birahiku meledak.
"Hmmmm..... sempit sekali memekmu Jinan, padahal sudah pasti udah banyak kontol-kontol yang mampir di dalam sini tapi masih sempit juga....." katanya dengan napas dalam. Aku tak menggubrisnya karena otakku sudah dikuasai oleh birahi. Kemudian setelah diam beberapa saat Jaka mulai menggerakan pinggulnya maju-mundur. Awalnya dengan tempo yang pelan sekali sampai relung memekku terasa geli sekali, kemudian selang beberapa menit ia mulai menaikkan temponya. Aku mendesah-desah dengan riuh mengekspresikan kenikmatan yang sungguh luar biasa ini, terlebih mungkin bentuk kontolnya yang besar sampai klitorisku tergesek-gesek, semakin memperparah nafsu birahiku.
PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK
"Aaghhhhhh sshhhhhh..... enak banget Jakaaa..... Aghhhh terus genjot memekku......" ucapku berbarengan dengan lenguhan nakalku.
"Dasar pelacur, kayak gitu kan kamu melayani cowok-cowok yang kamu manfaatin. Jawab Nan!!!" ucapnya dengan nada marah.
"Iyaaahhh.... iyaahhhh Jaka.... aku memang pelacurr..... aku suka godain cowok biar bisa dientot.... AHHHHHHH AHHHHH......"
"HHGGHHHH TERIMA INI!!!"
Ia mengangkat sedikit pinggulku dan memegang pantatku dengan kasar. Ia terus menggenjot memekku dengan tempo yang sangat cepat dan brutal. Aku berteriak dan mendesah seperti orang ectasy, tak peduli nanti teriakanku didengar orang luar, rasanya.... ini rasanya sungguh memabukkan....
"DASAR MURAHAN, PELACUR.... KAMU BENAR-BENAR SANGAT HINA JINANN!!! AGHHHH SSSHHHH......"
"MMMHHHH AAAHHHH... IYAAAHH JAKAAA AKU PELACUR...... CEWEK BISPAKK..... AAAHHHH AKU MAU PIPISSSS... SSSHHHH AAHHH KYAAAAHHHHH......"
Tubuhku tersentak-sentak dengan hebat, relung memekku berkedut-kedut kencang meremas kontol Jaka di dalam. Ia sepertinya sadar akan hal itu dan mencabut kontolnya keluar, seketika aku melenguh kencang. Semburan pipis enak keluar dengan derasnya yang aku yakin pipis itu membasahi tubuh Jaka. Orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Kepalaku terjatuh kembali di kasur dengan mata melotot, keringatku bercucuran membasahi tubuhku sendiri. Meski terasa ngilu jujur saja, ini rasanya nikmat sekali.
Jaka membiarkanku istirahat selama beberapa menit dan sama seperti sebelumnya, ia membantuku meminum air hingga habis, orgasme hebat yang kualami membuatku kelelahan dan kehausan. Kemudian dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat kuat, Jaka duduk disamping kepalaku dan mengelus-elus rambutku dengan lembut, sifatnya mulai kembali berubah seperti semula tak seperti sebelumnya yang begitu menakutkan.
"Udah enakan?" tanyanya. Aku menoleh kearahnya sedikit.
"I.... iyaa....." jawabku lemah. Jaka tersenyum kecil mendengarnya dan aku tak pernah menyangka dari wajah dinginnya ia bisa menunjukkan ekspresi seperti manusia biasa pada umumnya.
"Tadi aku sempat kaget kamu klimaks sampai muncrat-muncrat, lihat badanku jadi basah sekarang....." kata Jaka, aku memicingkan kedua mataku melihat tubuh Jaka yang basah karena pipis enakku dengan kontol yang masih tegang sekali.
"Ma... maafkan aku.... aku memang gitu kalau orgasme Jak...." balasku dengan nada yang lemah.
"Tidak apa, aku malah cukup senang kamu bisa menikmati....." ucapnya lagi, dalam hati aku malah merasa senang Jaka tidak memarahiku seperti tadi. Kami saling terdiam selama beberapa menit untuk mengumpulkan tenaga yang telah terkuras terlebih diriku yang masih terengah-engah.
"Kamu udah janji kan, kamu harus menuruti semua perintahku selama tiga hari ini?" ia kembali menanyakan hal itu padaku untuk memastikan saja. Tanpa pikir panjang kuanggukan kepalaku tanda iya, Jaka kembali tersenyum kecil.
"Sekarang aku mau kamu masturbasi pakai dildo mu itu tepat dihadapanku, oh iya aku akan lepaskan ikatan pada tangan kananmu...." ucapnya, kemudian Jaka mengambil dildo besar milikku yang tersimpan dalam tas, lalu ia melepaskan salah satu ikatan pada tangan kananku. Ah, akhirnya aku bisa kembali menggerakan tanganku dengan bebas. Kemudian ia membetulkan posisi tidurku dengan menyelipkan dua bantal ke belakang punggungku sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah duduk bersenderan dengan bantal.
"Sudah nyaman kan posisinya? sekarang pegang dildo itu dan masukkin ke memekmu. Aku mau lihat gimana kamu masturbasi...."
Aku menggangguk dengan patuh, kuambil dildo dari tangan Jaka dan kemudian mulai mengarahkan ke selangkanganku, karena posisi tubuhku yang terbatas aku sedikit kesulitan untuk memasukkannya. Tampaknya Jaka tahu akan hal itu dan membantuku memasukkan dildo besar itu.
"Sudah pas kan? Sekarang dorong dildonya......"
"Aaaghhhhhh......"
Aku melenguh panjang saat dildo milikku itu sukses melesak ke dalam memek. Sebenarnya dildo itu tidak cukup besar dibandingkan dengan kontol Jaka namun rasanya tetap enak. Tubuhku kembali bergetar-getar merasakan kenikmatan yang mulai naik, tanganku terus bergerak-gerak menusuk liang memekku dengan dildo, kurasakan juga lendir memekku mulai terproduksi kembali hingga terasa licin disana.
"Aahhhh ahhhhhh..... Sshhhhh......" desahku nakal dan penuh nafsu.
"Hmmm begitu ya, coba kamu bayangin kalau dildo itu adalah kontol cowok-cowok yang kamu manfaatin Jinan....."
Seakan-akan seperti trigger, aku langsung terpengaruh dengan ucapan Jaka. Kunaikkan tempo kocokan dildo ini semakin cepat dan semakin cepat, sesekali aku melakukan gerakan menghujam dalam hingga dildoku menyenggol mulut rahim di sana. Tubuhku semakin bergetar hebat dan mulutku terus mendesah, bahkan tanpa sadar aku mulai berkata-kata kotor dan merendahkan martabat lelaki tapi aku tak peduli, aku menikmati semua ini.
"Aaghhhh ssshhhhhh..... bangsat.... bangsat.... Ughhhhh..... iya ini enak sayang.... Sshhhhhh.... Dasar kalian cowok maunya memek doang.... Aaghhhhh....."
"Gila kamu Jinan, bisa-bisanya kamu ngomong gitu dihadapan laki-laki. Memang kamu sudah parah banget ya....." ucapnya yang tidak aku gubris. Kulihat Jaka bergerak kedepan kepalaku dengan posisi berdiri lalu ia memegang rambutku dan mengarahkan kontol besarnya ke mulutku yang terbuka. Aku awalnya kaget namun dengan cepat aku dapat beradaptasi.
"Emmmm... Gglllpppppp...." kembali aku merasa gelagapan merasakan kontol Jaka menusuk-nusuk mulutku, sejenak kocokan dildoku mulai terasa pelan namun Jaka tahu akan hal itu dan kembali memaksakan kehendaknya, ia menyodok-nyodok kontolnya hingga masuk ke dalam kerongkonganku. Gila, aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Kembali aku merasa mual akibat sodokan kontolnya di mulutku yang begitu brutal. Namun entah mengapa birahiku seakan-akan mengatakan untuk merelakan semuanya, dan tentunya aku kalah telak dari birahiku sendiri. Baiklah, aku akan menikmati ini semua.
"Hhghhhhh ssshhhh.... pinter juga kamu mainin mulutmu, Jinan. Sama kayak memekmu.... Aghhhh....." kudengar Jaka mendesah-desah saat kucoba untuk mengempotkan otot dalam mulutku hingga kontolnya terasa seperti dihisap dengan kuat. Jaka mulai kembali mendesah-desah menikmati permainanku sekaligus kulanjutkan aktivitas mengocok memekku yang sempat terhenti. Suara-suara birahi kami terdengar keras mengisi ruangan kamar ini.
"Hhghhhhhh ssshhhhh..... Mmmpphhhh....." suara desahanku terhalang oleh kontolnya sehingga tercipta suara yang aneh. Kepalaku mulai kembali menggeleng-geleng meski Jaka masih menahannya dengan kuat, air mataku terus keluar sembari merasakan hentakan brutal kontol besarnya di dalam mulutku.
Kemudian selang beberapa menit aku mulai merasakan ingin muntah, Jaka kembali tersadar akan kondisiku dan mencabut kontolnya dari mulutku secara perlahan, terlihat banyak sekali air liur yang melumuri seluruh bagian kontol termasuk juntaian bola testikelnya yang besar itu. Lalu dengan cepat Jaka langsung menyerang buah dadaku yang telah membusung, menjilat-jilat dan mengisap putingku yang sudah tegang. Mulutku yang penuh dengan air liur kembali mengeluarkan desahan nakal merasakan nikmatnya buah dadaku dipermainkan olehnya!
"Enak kan wahai wanita murahan? kamu suka?" tanya Jaka di sela-sela hisapan pada pentil tegangku.
"I.... iyaa..... aku suka.... isep yang keras... Aghhhhh....."
Lama-lama aku mulai tak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku terus mengocok dildo yang tertanam pada memekku dengan tempo yang semakin cepat dan semakin cepat. Aku mendesah-desah liar, entah aku sudah tak bisa berkata-kata lagi.
"AAGHHHH BANGSAATTT AKU KELUARR JAKKKK..... KYAAAHHHHH......"
Tubuhku kembali mengejang hebat merasakan amukan orgasme yang tercipta dari dalam tubuh. Dengan cepat kulepaskan dildo itu dari dalam memek dan lubang kencingku memuntahkan banyak cairan, squirt hebat sepertinya, dan juga ditambah oleh hisapan serta gigitan kecil pada putingku saat klimaks semakin memperparah kondisi diriku, orgasme tersebut berlangsung selama beberapa saat hingga akhirnya mereda.
Kami terengah-engah kelelahan setelah menyelesaikan aktivitas gila ini. Aku terbatuk-batuk sembari berusaha mengambil udara yang masih tersisa di kamar ini, keringatku bercucuran hebat hingga kasur yang kutiduri terasa basah sekali.
"Mmmhhh..... gila kamu Jinan, sekarang aku ngerti kenapa banyak laki-laki yang suka sama tubuh kotormu itu" ucap Jaka yang terdengar lemah pada telingaku.
"Kamu gak ada bedanya sama bintang bokep, atau memang lebih pantas ya?"
"Nghhhhh....." hanya desahan yang aku balas kepadanya, aku kesulitan untuk mengucap kata akibat orgasme hebat yang telah menguras seluruh tenagaku. Jaka mengelus-elus rambutku yang basah lepek akibat keringat lalu ia membisikkan sesuatu.
"Ini sebenarnya belum selesai Jinan, kamu sarapan dulu ya aku buatin sebentar...."
Kemudian Jaka beranjak dari tempat tidur dan meninggalkanku keluar dari kamar. Sembari menunggu dia bikin sarapan kupejamkan mataku sejenak. Aku berpikir, seharusnya ini adalah kesempatanku untuk melepaskan diri darinya namun entah mengapa aku mengurungkan niat ini, padahal sekarang aku bisa dikatakan sudah mengalami perkosaan, sexual assault atau apalah namanya dan sebagai korban seharusnya aku berusaha untuk melawan atau minimal meminta tolong. Namun kenyataannya, aku tak melakukannya.
"Setelah ini, apa yang akan dilakukan Jaka nanti....." ucapku lirih.
00000
"Nah, sekarang aku masukkin lagi ya, kamu siap-siap aja....."
"Eemmmpphhh......"
Kami kembali melakukan "pelajaran" setelah cukup lama beristirahat dan mengisi perut. Sebelumnya Jaka menyuapi makanan nasi goreng buatannya yang ternyata cukup enak. Setelah habis, Jaka melepaskan semua ikatan pada tangan dan kakiku lalu menggendong tubuhku yang lemas ke ruang tamu, lalu ia kembali mengikat kaki dan tanganku dengan kuat hingga aku benar-benar tak bisa bergerak selain kepalaku saja. Jaka menatapku dengan senyuman kecil dan mengelus-elus rambutku dengan lembut memberikan sedikit kenyamanan.
"Buka mulutmu, Jinan....." ucapnya yang langsung aku turuti dengan patuh. Aku kaget saat Jaka memasang sebuah mouth-gag, aku tak menyangka ia memiliki alat seperti itu, mulutku seperti dipaksa terbuka lebar akibat mouth-gag itu. Aku kembali meronta-ronta berusaha untuk bicara namun tak bisa.
"Kamu makin cantik pakai benda itu Jinan, cantik tapi kotor....." ia kembali mengejekku namun tentu saja aku tak bisa membalasnya selain erangan aneh yang keluar dari mulutku. Setelah semuanya beres ia beranjak berdiri dan mengatur posisi tubuhku. Sekarang, aku berada di posisi sujud dengan kedua tanganku dan kakiku terikat keatas. Kudengar Jaka memuji-muji kondisi tubuhku sekaligus merendahkannya yang entah mengapa rasanya seperti campur-campur; takut, malu, marah, sedih dan terangsang. Otakku sudah tak bisa berpikir jernih dan menganggap ucapan-ucapannya seperti pecut yang menyerang diriku.
"Hmmm sepertinya posisi kayak gini malah bikin kamu tersiksa ya? okelah aku lepas aja tali di kakimu"
Kemudian aku merasakan ikatan di kedua kakiku dilepaskan sehingga aku dapat bergerak dengan bebas, sepertinya. Lalu Jaka mulai melebarkan paha gemukku hingga terpampang memekku yang sudah basah. Ia meremas-remas pantatku dengan gemas hingga mulutku mulai merespon mengeluarkan desahan yang sayangnya terhalang oleh mouth-gag
"Oke, sekarang kamu siap-siap ya, selamat menikmati pelajaran ini....."
"Emmmpphhh......"
SLEPP
"EMMMPPGGHHHHHHH......."
Kontol besar dan panjang milik Jaka kembali menghujam memekku dalam dan kasar, aku mendesah kencang yang terdengar aneh karena benda sialan yang terpasang pada mulutku, kepalaku terdongak keatas hingga terasa urat-urat leherku seperti menonjol saking enak dan ngilunya.
"Sshhhh..... memekmu sungguh nikmat Jinan...."
SLEPP SLEPP SLEPP
SLEPP SLEPP SLEPP
Jaka menggenjot kontol kekarnya dengan semangat yang membara, relung memekku terasa penuh sekali seakan-akan tak kuasa menerima besar kontolnya, aku masih tak menyangka cowok yang selama ini kuanggap culun ternyata memiliki tubuh yang sangat kekar dan kontolnya yang luar biasa. Dalam hati aku merasa menyesal telah "merendahkannya".
Terkadang di sela-sela genjotannya tangan Jaka meremas-remas pantatku dengan gemas, sepertinya ia sangat menyukai pantat sekal dan bulat ini.
"Sshhhh.... Ahhhhh...... pantatmu bisa bagus gini Jinan..... Sshhhh.... Ahhhhh....." terdengar sumpah serampah Jaka yang berbarengan dengan suara desahannya.
"Pasti pantatmu ini sudah jadi makanan lezat buat laki-laki yang kamu pengaruhi kan? dasar murahan....."
"Eemmpphhhh emmphhhh......"
Entah sudah berapa kali aku mendesah-desah seiring dengan genjotan kontolnya yang semakin kencang dan brutal, kurasakan mulutku telah dipenuhi air liur yang terproduksi secara berlebihan dan tertampung pada mouth-gag.
"Aahhhhhh ahhhhh..... gila ini enak sekali Jinan..... kenapa sih kamu mau aja jadi pelacur? apa karena duit? memangnya kamu benar-benar tak punya uang sampai rela melacurkan tubuh indahmu ini? Hah??....."
"Eemmpphhh emmmppphhhhh....."
"Kamu nakal Jinan, sungguh nakal dan rusak..... sampai pasang tindik segala buat godain cowok-cowok itu kan?"
"Eemmmpphhh....."
"Ssshhhh ahhhh..... kamu mau keluar kan, wanita murahan? keluarin aja tak usah ditahan.... Ssshhhhh aghhhh......"
PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK
Semakin kencang tempo entotan kontolnya semakin naik nafsu birahiku, kedua mataku melotot dengan kuat dan melenguh-lenguh, aku kembali orgasme hebat. Pantatku mengejang-ngejang dengan gerakan naik turun tak beraturan, kurasakan kontol Jaka menusuk-nusuk memekku dalam hingga menyentuh mulut rahim. Ia membenamkan kontolnya selama beberapa saat merasakan kerasnya relung memekku meremas-remas kontolnya, lalu mencabutnya dengan cepat. Semburan cairan bening terasa tumpah ruah dan sepertinya membasahi lantai dan tubuh Jaka disana. Aku terkejang-kejang selama beberapa saat hingga akhirnya berhenti sendiri. Tubuhku kembali terasa lemas sekali.
"Emmm... gila-gila..... sampai kamunya muncrat banyak....." ucapnya terdengar dari telingaku. Namun aku mengira kalau dia bakal membiarkanku beristirahat, ternyata dugaanku salah. Dia kembali memegang pantatku, meremasnya dengan kencang dan melesakkan kontolnya kembali. Memekku yang masih terasa ngilu harus kembali menerima sodokan demi sodokan brutal kontol kekarnya. Aku semakin kacau, tubuh dan otakku seperti sudah tidak sinkron, diperparah dengan birahiku yang makin mengamuk.
"Emmmpphhh empphhhh EEMMMMPHHH......" desahku semakin hebat yang dibarengi dengan semakin banyaknya air liur yang keluar dari mouth-gag. Sodokan demi sodokan yang dilancarkan olehnya semakin terasa menyakitkan namun juga dibarengi oleh rasa nikmat dan enak bercampur jadi satu. Kemudian selang beberapa menit perut bawahku mulai kembali berkontraksi pertanda orgasme akan tiba. Jaka sepertinya sadar akan hal itu dan mengurangi tempo entotannya. Agh, gerakan kontolnya malah berubah seperti gerakan patah-patah yang justru semakin membuatku kelabakan.
"Eemmpppp.... Mmmhhhh..... EMPPHHHHH......" aku mendesah panjang melepaskan orgasme yang sama hebatnya seperti sebelumnya. Kurasakan Jaka mengentoti memekku dengan tempo patah-patah selama beberapa kali dan kembali mencabutnya perlahan, memekku berkontraksi kuat menyemburkan squirt, cairan itu terasa menyemprot berkali-kali seiring dengan proses orgasmeku selama beberapa saat hingga akhirnya mereda. Kedua kakiku yang dipegang oleh Jaka mulai terasa lemas begitu juga dengan kedua tangan dan tubuhku yang terasa nyeri.
Akhirnya Jaka membiarkanku untuk beristirahat lagi. Ia menghampiri diriku yang sudah babak belur, tangannya mengangkat wajahku yang dari tadi menempel di lantai dan melepaskan mouth-gag itu. Aku langsung batuk-batuk hebat memuntahkan banyak air liur yang dari tadi sudah tertahan membasahi lantai ruangan ini. Air mataku keluar tanpa sadar bukan karena menangis, namun aku justru menikmatinya.
"Kamu capek ya? aku ambilin minum dulu....." kemudian Jaka kembali mengangkat wajahku dan menempelkan botol air ke dekat bibirku membantuku untuk minum hingga tersisa setengah, tenggorokanku terasa segar setelah dialiri oleh air minum itu.
Kemudian Jaka mengangkat tubuhku ke atas sofa dan membaringkannya. Ia mengelus-elus rambut panjangku yang sudah lepek dan berantakan.
"Gimana Jinan pelajarannya, enak kan? kamu suka?" tanyanya dengan nada ramah.
"I.... iya aku suka....." jawabku lemah.
"Sekarang apa kamu sudah sadar akan perbuatanmu, Jinan? atau memang kamu masih pengen dikasih pelajaran lagi?" tanyanya lagi. Aku jelas bingung karena otakku masih belum bisa berpikir jernih. Jujur, ini enak meski menyiksa dan ini pertama kalinya aku diperlakukan serendah ini.
"A... aku tidak tahu...." jawabku tak bisa menemukan solusinya. Jaka membalasnya dengan guratan senyum kecil. Lalu, ia beranjak dari sofa.
"Kamu tiduran dulu disitu sampai tenagamu pulih. Kita masih punya waktu tiga hari, aku akan persiapkan diri dulu untuk pelajaran berikutnya....." ucapnya yang membuatku menelan ludah.
".... kamu akan suka dengan pelajaran yang akan kuberikan Jinan, aku yakin....."