mimix23
Semprot Kecil
- Daftar
- 29 May 2017
- Post
- 56
- Like diterima
- 404
Ini adalah Thread Cerita Panas pertama ane gan..
Karena itu kritik dan saran dari para Suhu – suhu disini sangat ane nantikan..
Terimakasih ane ucapkan.. salam crooot selalu..
.
.
“OUT OF THE BLUE”
Setiap manusia memiliki perasaan cinta..
Karena memang mudah sekali untuk mendapatkan perasaan itu, terutama bagiku.
Namun apakah hanya sesederhana itu,
Apakah hanya sampai disitu ?
Apakah cintu itu ada batasnya ?
Mungkin banyak orang berpikir bahwa cinta itu tidak ada batas..
Dan memang secara naluri manusia, cinta itu tidak lah memiliki batas, kita bisa saja merasakan cinta terhadap siapa pun atau bahkan terhadap apa pun.
Awalnya aku pun berfikir seperti itu, tapi ketika aku bertemu dengan dia, aku menyadari ada bagian di dalam diriku yang sudah terlalu penuh sesak terisi oleh perasaan cinta, sampai akhirnya aku mengerti bahwa cinta memang tidak memiliki batas, hati manusia yang menampung perasaan cinta itu lah yang memiliki batas..
HOPE YOU ENJOY IT....
.
.
Chapter I
The Ripped Pants
Aku berdiri membelakangi deretan gedung yang tak bisa kuingat bentuk, warna dan gedung apakah itu. Aku hanya berdiri mematung dibawah sinaran matahari yang memiliki warna ke abu-abuan sangat berbeda dari hari biasanya. Hembusan angin yang cukup kencang seakan membuat tubuh ku ikut tergoyang. Sayup-sayup aku mendengar lantunan piano dari atas, sepertinya nada-nada yang sedih itu berasal dari atas langit dan dijatuhkan menghujani kepalaku. Dihadapanku terhampar jalan raya dimana terdapat banyak kendaraan yang melintas, diantara kendaraan tersebut aku melihat sebuah mobil yang melaju tidak terlalu cepat, sebuah mobil jenis sedan berwarna putih, dari semua kaca yang terbuka di mobil itu aku dapat melihat ada beberapa wanita yang tidak aku kenal sedang tertawa saling bersenda gurau, wajah-wajah yang terlalu samar untuk aku ingat, tapi satu dari wajah tersebut sangat mengejutkanku! aku tau wanita itu.. aku tidak asing lagi dengan wajah yang itu.. dan dengan tertawa yang seperti itu.. Wajah yang selama ini tidak bisa kulihat secara langsung, yang bahkan aku harus mengemis untuk itu.. Perlahan namun dapat kurasakan mata ini terasa hangat, beberapa tetes air jatuh mengaliri pipiku, wajah yang selama ini sangat ingin kulihat tiba-tiba ada dihadapanku, entah apa yang aku pikirkan saat itu seolah tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut akupun berlari mendekati mobil yang berjalan perlahan itu, semakin dekat semakin cepat aku berlari dan semakin banyak air mata ini tertumpah, jarak dengan mobil itu sudah sangat dekat, sekilas aku dapat melihat semua wanita yang ada di dalam mobil itu menatap keheranan kearahku, kecuali wanita yang aku tidak asing lagi dengan wajahnya tersebut hanya melihatku dengan tatapan datar, tanpa ekspresi, aku tau mobil itu tidak akan berhenti. seperti adegan di film-film action, dengan sedikit hentakan di kaki kananku, aku nekad melompat masuk ke jendela mobil yang sedang berjalan itu, sungguh aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini.... tapi ketika kepalaku masuk delam jendela mobil itu tiba – tiba semuanya menjadi sangat terang... terlalu terang sampai membuatku harus memejamkan mata karna kesilauannya....
Aku tehenyak, tersadar, mataku terbuka dan masih dalam keadaan terbaring.. ternyata ini mimpi.. namun sepersekian detik di kesadaranku ini aku masih dapat merasakan kesedihan sebagaimana yang kurasakan dalam mimpi itu. Hingga akhirnya aku menarik badanku untuk duduk, menghela nafasku sampai merasa 100% nyawaku sudah kembali dari tidur ini. Aku hanya menganggap ini mimpi biasa, wajar jika kita merindukan seseorang hingga kita memimpikannya, namun tidak dengan kesedihan ini, kesedihan ini bukanlah mimpi, kesedihan ini nyata. Aku beranjak dari tempat tidur ku menuju kamar mandi, mambasuh wajah dan menggosok gigi adalah hal yang pertama kulakukan ketika bangun tidur, keluar dari kamar mandi aku duduk di meja kamarku membuka laptop dan melihat kalender diatas meja disamping laptopku. Mataku tertuju pada sebuah angka yang dilingkari dengan spidol berwana hitam, itu adalah angka 11 yang berada pada bulan Agustus Tahun 2017 degan tulisan “The Day” di sisi kirinya.. itu adalah hari pernikahanku. Namaku Frans, aku seorang pria berumur 27 Tahun yang beberapa bulan lagi akan melepas masa lajangku. Bosan melihat angka 11 tersebut akupun membuka gorden yang menutupi jendela melihat keluar pemandangan sinar matahari pagi yang mulai meninggi mencoba menerobos padatnya gedung-gedung pencakar langit. Dipantulan kaca jendela ini samar-samar aku melihat pantulan wajahku, aku perhatikan wajah ini perlahan – lahan berubah menjadi wajah wanita yang ada di dalam mimpiku tadi, bagiku tidaklah terlalu sulit untuk melupakan seseorang yang sudah terlalu dalam masuk kedalam kehidupanku ini, namun disaat aku sudah berhasil melupakannya rupanya alam semesta sering kali tidak terima dan mimpi yang ku alami tadi aku rasa adalah sebuah konspirasi antara alam semesta dengan alam bawah sadarku untuk selalu memaksaku kembali mengingat kisahku dengan dirinya.
Kisah ini kumulai pada tahun 2010 saat aku masih mengenyam jenjang pendidikan perguruan tinggi.. Malam ini malam minggu, seperti pada saat malam minggu biasanya selepas magrib aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang biasa aku gunakan jika ingin main ke rumah pacarku. Pakaian yang biasa saja sebenarnya, tapi yang membedakan adalah celananya.. celana dasar berwarna gelap yang kedua kantong depanya sengaja aku bolongkan dan tentunya aku tidak memakai celana dalam lagi. Memang agak risih awalnya, aku rela sedikit menahan geli campu ngilu yang aku rasakan ini demi tujuan yang aku ingin rasakan di rumah pacarku nanti.. waktu sudah menunjukan pukul 19.28 malam, saatnya untuk pergi, keluar dari lorong rumahku dengan membawa sepeda motor aku dihadapkan dengan 2 persimpangan jalan besar, atau yang biasa dinamakan dengan jalan lintas antar kota, rumahku memang berada di pinggiran kota, jadi jika aku belok ke sebelah kiri aku akan memasuki daerah hiruk pikuk gemerlap perkotaan yang pastinya ramai dengan kesibukan manusia yang tak ada habisnya apalagi dimalam minggu ini bisa dibayangkan padatnya.. namun akan sangat berbeda jika aku berbelok ke sebelah kanan maka aku akan memasuki daerah perkampungan warga-warga perbatasan yang tidak begitu ramai, berkesan tenang dan jarang dilalui oleh banyak mobil ataupun motor, paling hanya mobil2 truk besar yang sesekali melewatinya.. dan jalan itu lah yang harus aku pilih untuk pergi ke rumah pacarku ini.
Setelah melewati 15 menit perjalan yang membosankan akupun sampai didepan rumah pacarku, terlihat adik perempuanya nya yang baru berumur 5 tahun menyambutku dipintu depan rumahnya.. “Mbak Dilla mana sayang..?” tanyaku kepada anak itu, tapi anak itu hanya berlari sambil cengengesan ke dalam sambil teriak-teriak memanggil mbak nya, tak lama kemudian dari dalam keluarlah seorang Wanita cantik yang berjalan dengan sedikit angkuh, memiliki porsi tubuh yang tidak terlalu kurus namun cukup berbentuk dan payudara yang tidak terlalu besar pula sangat pas dengan genggaman tanganku, kulitnya putih dengan bibir yang kemerahan, matanya menatapku cukup tajam seakan dibalik tatapan itu tersembunyi sebuah kecurigaan terhadapku, tatapan yang sebenarnya malas untuk kulihat.
“darimana sih kamu ? aku telfon kenapa gak diangkat ?” tanyanya dengan nada yang cukup mengintimidasi.
Telfon? Kapan? Tanyaku bingung sambil mengambil handphone dari dalam Jok motorku
Ternyata benar kulihat dilayar HP ku ada 4 Panggilan tak terjawab.
“Gak tau sayang, gak kedengeran, kan aku lagi di jalan tadi mau kesini..”
“kamu tuh HP narohnya di Jok motor, gimana bisa denger coba? Lagian darimana sih kamu sebenernya? Jam segini baru nongol, Trus kenapa HP disembunyiin di dalem Jok?”
“Aku dari rumah sayang.. gak darimana-mana, nih handphone bukan aku sembunyiin.. Kamu lupa ya dengan rencana kemarin?” Sambil berbisik aku mengatakan
“Kantong celana aku udah bolong nih say.........” makanya hp aku taruh di dalem Jok motor..
HP ku emang agak besar untuk ukuran smartphone, makanya susah kalau harus dimasukin kantong jaket.
Dan aku fikir dengan penjelasan itu seharusnya dia sudah mengerti, tapi ternyata tidak.
“Mana sini aku liat handphonenya.. awas ya kalau kamu nyembunyiin sesuatu di hp kamu..” pintanya dengan sangat angkuh membuat ku merasa seakan-akan aku adalah seorang anak kecil yang sedang diintrogasi ibunya karena ketahuan berbohong.
Sambil tetap mengotak-atik Hp ku Dilla pun masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa, aku hanya mengikutinya dari belakang, matanya hanya fokus ke layar hp ku, setelah cukup lama Dilla selesai memeriksa Hp ku dan tidak menemukan kecurigaan yang dicarinya, obrolan – obrolan ringan biasa yang membosankan pun berlangsung dengan beberapa pertanyaan – pertanyaan yang agak mengintrogasi.. tidak ada hal yang begitu penting untuk kami obrolkan juga sebenarnya.. aku hanya berusaha menjawab pertanyaannya yang mengintrogasi tersebut dengan alami tanpa tekanan dan serileks mungkin agar tidak menimbulkan pertanyaan – pertanyaan baru yang akan menghabiskan waktu. Dan akupun berhasil menurunkan sedikit tensi kemarahan Dilla malam ini sehingga akhirnya dia berbisik ditelingaku“
Yank.., emang seriusan kantong celana kamu udah bolong?”
“nih, coba dicek sendiri yank”
“Trus kamu gak pake celana dalem juga ?” tanyanya dengan wajah penasaran
“Masukin aja tangan kamu, biar kamu tau sendiri” jawabku enteng
tanpa ragu Dilla pun memasukan tangan kirinya ke kantong celana ku yang sebelah kiri karna posisinya disebelah kiriku, sambil tertawa geli Dilla menggenggam batang penis ku dari dalam kantong celana yang aku kenakan..
“Kok ularnya masih tidur sih yank..?” tanyanya sambil masih menahan tertawa geli..
“ya dibangunin dong sayang” jawabku sambil menempelkan tangan kiri ku di paha bagian dalam nya yang saat itu mengenakan rok diatas lutut yang sedikit menampakkan paha putih dan kenyal miliknya..
“yank.. ularnya bangun nih yank, kok ngegemis banget sih yank kontol kamu.. rasanya pengen aku tempelin nih ke pipi aku yank..” ucap Dilla sambil cekikikan..
aku pun merasakan batang penisku mulai bergerak tegak dan mulai keras karna elusan lembut dari tangan dila.. ingin sekali aku melihat batang penis yang menurutku cukup besar untuk ukuran normal orang asia ini sedang digenggam oleh tangan kecil Dilla yang halus dan lentik itu agar aku dapat merasakan betapa perkasanya penisku ini.. tapi aku takut untuk membuka celaku disini karna terkadang adik Dilla yang berumur 5 Tahun tadi bisa saja tiba2 muncul, untuk itulah ide celana kantong bolong ini kami ciptakan.. akupun tak mau kalah aku masukan tangan kanan ku kesela paha nya Dilla, terasa sangat halus saat punggung tanganku bergesekan dengan paha bagian dalamnya, Dilla pun perlahan melebarkan pahanya untuk memudahkan tanganku masuk menjelajahi lebih dalam lagi area kewanitaannya.. jari – jariku pun menyentuh daging yang tidak asing lagi, belahan kemaluan Dilla yang sudah mulai licin pada bagian bawahnya itu aku gesekan dengan jari telunjukku sementara tangan kiriku mencoba menarik lehernya untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku, kami pun berciuman, dengan manja Dilla berbisik
“yang.. gosok itil aku yank... udah gatel banget nih yank...”
akupun menggosok jari tengahku perlahan pada klitoris Dilla, Dilla memejamkan matanya dan sedikit berdecis
“sssshh.... enak banget yank..” membuatku bernafsu untuk semakin cepat menggosokannya.. tak lama kemudian pun Dilla kembali berbisik ”aaakh... ehhm.. iya yank kencengin lagi yank.. aku keluar yank.. aahh..... ahh.. eehhmm.....
masih sambil tetap menggenggam penis ku tubuh Dilla pun bergetar menahan kenikmatan yang sedang berkecamuk di kemaluannya tersebut.. “uuhh.. yank.. enak bgt yank.. kontol kamu udah keras banget yank” ucap Dilla sambil tangannya mulai mengocok perlahan batang penis ku..
“itu baru pake jari , apalagi kalau pake kontol pasti tambah enak banget yank.. aku mencoba merayunya namun tetap saja jawaban itu yang selalu keluar dari mulut Dilla “iya.. aku juga pengen yank.. tapi nanti ya yank.. kalau kamu udah resmi jadi suamiku yank.. kalau sekarang NO!! Ucap Dilla dengan akting berpura-pura Tegas sambil memberikan isyarat menggunakan telunjuk tangan kanannya didepan wajahku. “nih.. kamu nikmatin ini aja dulu yank.. kan enak juga.. bisa keluar juga kan buktinya air mani kamu yank...” ucap Dilla sambil menambah tempo kecepatan kocokan tangannya di batang penisku.. aku pun melenguh
“yank basahin dikit dong biar enak kocokannya” pintaku kepada Dilla.
Dengan gerakan secepat kilat dila membuka resleting celanaku dengan tangan kanannya ditariknya Batang penisku sehingga seluruh batangnya bebas keluar dari celana dan dengan satu gerakan Dilla menurunkan kepalanya, mencoba memasukan kepala penis ku yang kemerahan ini kedalam mulutnya yang kecil, tidak begitu dalam namun 1/3 batang penisku berhasil dimasukannya kedalam mulut.. terasa hangat batang kemaluanku di sedot2 perlahan oleh mulutnya Dilla, Dilla pun seperti tersedak hingga air liurnya keluar disela-sela kulit penisku dan bibirnya.
Dilla segera mengangkat kepalanya dan mengeluarkan batang penisku dari mulutnya, dimasukannya lagi penisku kedalam celanaku dan kembali mengocoknya dengan lebih cepat.. “enak yank, licin banget jadinya yank” ucapku.. Dilla menatap wajahku dengan tatapan sayu dan mulut agak terbuka sambil terus mempercepat gerakan kocokan tangannya.. pergesakan genggaman tangan Dilla di batang penisku sangat kurasakan begitu nikmat ditambah dengan licinya pelumas dari air liur Dilla tadi.. tak lama kemudian aku mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari dalam penis ku “yang, aku mau keluar yank..” ucapku.. “iya yank.. muncratin aja yank.. “ balas Dilla seraya melumat bibirku dengan mulutnya.. “crrot..croot.....croot..” penis ku menyemburkan sperma hingga beberapa kali sampai membasahi celanaku dibagian resletingnya.. Dilla pun memperlambat kocokannya, menekan – nekan bagian bawah penisku untuk mengeluarkan semua sisa-sisa sperma hingga tuntas..
Dilla menarik keluar tangannya dari dalam kantong ku, terlihat punggung tangannya yang putih itu telah berlumuran dengan spermaku.. “yank.. aku ke kamar mandi dulu” dilla meminta izin, aku yang masih menikmati sisa-sisa kenikmatan hanya mengucap “Hhmm”.. kukeluarkan sekotak rokok dan korek api dari kantongku.. kubakar sebatang, menghisapnya dengan dalam sambil menyenderkan kepalaku di sandaran sofa, kuarahkan hembusan asap rokok itu keatas kearah lampu ruang tamu rumah.. sesaat pandangan ku terpaku melihat lampu itu.. aku merasakan hal aneh yang selalu aku rasakan saat Dilla telah selesai mengeluarkan sperma ku, seperti perasaan menyesal, dan aneh. Dan sudah aku tebak setelah ini pasti aku akan merasa suntuk dan ingin cepat- cepat keluar dari rumah ini.. bahkan untuk menatap wajahnya pun aku merasa malas.. selama ini kami tidak pernah melakukan hubungan suami istri, hanya sebatas apa yang kami lakukan malam ini, tapi kenikmatan yang terbatas itu harus aku tebus dengan waktu yang banyak, aku harus bersama dirinya, harus selalu menghubunginya setiap hari, mengikuti segala keinginannya yang seringkali bertentangan dengan keinginanku, contohnya pergi dengan menggunakan baju couple, menurutku itu sangat norak, dan lumayan lebay, tapi dia tidak peduli dengan pendapatku, akhirnya daripada aku tidak bisa merasakan lagi kenikmatan yang terbatas itu akupun terpaksa mengikutinya.
Hal-hal yang seperti ini lah yang aku tidak suka dari dirinya, 2 Tahun sudah hubungan kami berjalan, sikap Dilla selalu banyak curiga dan sulit untuk percaya padaku, bahkan tidak segan2 menelfonku berjam-jam saat aku sedang ada kegiatan lain hanya untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bersama wanita lain ataupun menyembunyikan sesuatu darinya. Jujur aku merasa seperti dikekang. Meskipun umurku tidak lebih tua darinya tapi bukan berarti dia bisa seenaknya mengatur hidupku. sudah sering aku mengutarakan bahwa aku tidak suka dengan sikapnya yang seperti ini, namun dia tidak pernah berubah. Hingga sampai pada saat ini aku marasa jenuh, bosan, ingin pergi darinya.. mungkin kalau bukan hanya karna ingin menuntaskan nafsu birahi ku ini, aku tidak akan menemuinya. Ingin rasanya memiliki kekasih yang benar-benar aku cintai.. yang selalu percaya kepadaku dan tidak terlalu over protective serta lebay seperti Dilla..
Bersambung.......
Karena itu kritik dan saran dari para Suhu – suhu disini sangat ane nantikan..
Terimakasih ane ucapkan.. salam crooot selalu..
.
.
“OUT OF THE BLUE”
Setiap manusia memiliki perasaan cinta..
Karena memang mudah sekali untuk mendapatkan perasaan itu, terutama bagiku.
Namun apakah hanya sesederhana itu,
Apakah hanya sampai disitu ?
Apakah cintu itu ada batasnya ?
Mungkin banyak orang berpikir bahwa cinta itu tidak ada batas..
Dan memang secara naluri manusia, cinta itu tidak lah memiliki batas, kita bisa saja merasakan cinta terhadap siapa pun atau bahkan terhadap apa pun.
Awalnya aku pun berfikir seperti itu, tapi ketika aku bertemu dengan dia, aku menyadari ada bagian di dalam diriku yang sudah terlalu penuh sesak terisi oleh perasaan cinta, sampai akhirnya aku mengerti bahwa cinta memang tidak memiliki batas, hati manusia yang menampung perasaan cinta itu lah yang memiliki batas..
HOPE YOU ENJOY IT....
.
.
Chapter I
The Ripped Pants
Aku berdiri membelakangi deretan gedung yang tak bisa kuingat bentuk, warna dan gedung apakah itu. Aku hanya berdiri mematung dibawah sinaran matahari yang memiliki warna ke abu-abuan sangat berbeda dari hari biasanya. Hembusan angin yang cukup kencang seakan membuat tubuh ku ikut tergoyang. Sayup-sayup aku mendengar lantunan piano dari atas, sepertinya nada-nada yang sedih itu berasal dari atas langit dan dijatuhkan menghujani kepalaku. Dihadapanku terhampar jalan raya dimana terdapat banyak kendaraan yang melintas, diantara kendaraan tersebut aku melihat sebuah mobil yang melaju tidak terlalu cepat, sebuah mobil jenis sedan berwarna putih, dari semua kaca yang terbuka di mobil itu aku dapat melihat ada beberapa wanita yang tidak aku kenal sedang tertawa saling bersenda gurau, wajah-wajah yang terlalu samar untuk aku ingat, tapi satu dari wajah tersebut sangat mengejutkanku! aku tau wanita itu.. aku tidak asing lagi dengan wajah yang itu.. dan dengan tertawa yang seperti itu.. Wajah yang selama ini tidak bisa kulihat secara langsung, yang bahkan aku harus mengemis untuk itu.. Perlahan namun dapat kurasakan mata ini terasa hangat, beberapa tetes air jatuh mengaliri pipiku, wajah yang selama ini sangat ingin kulihat tiba-tiba ada dihadapanku, entah apa yang aku pikirkan saat itu seolah tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut akupun berlari mendekati mobil yang berjalan perlahan itu, semakin dekat semakin cepat aku berlari dan semakin banyak air mata ini tertumpah, jarak dengan mobil itu sudah sangat dekat, sekilas aku dapat melihat semua wanita yang ada di dalam mobil itu menatap keheranan kearahku, kecuali wanita yang aku tidak asing lagi dengan wajahnya tersebut hanya melihatku dengan tatapan datar, tanpa ekspresi, aku tau mobil itu tidak akan berhenti. seperti adegan di film-film action, dengan sedikit hentakan di kaki kananku, aku nekad melompat masuk ke jendela mobil yang sedang berjalan itu, sungguh aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini.... tapi ketika kepalaku masuk delam jendela mobil itu tiba – tiba semuanya menjadi sangat terang... terlalu terang sampai membuatku harus memejamkan mata karna kesilauannya....
Aku tehenyak, tersadar, mataku terbuka dan masih dalam keadaan terbaring.. ternyata ini mimpi.. namun sepersekian detik di kesadaranku ini aku masih dapat merasakan kesedihan sebagaimana yang kurasakan dalam mimpi itu. Hingga akhirnya aku menarik badanku untuk duduk, menghela nafasku sampai merasa 100% nyawaku sudah kembali dari tidur ini. Aku hanya menganggap ini mimpi biasa, wajar jika kita merindukan seseorang hingga kita memimpikannya, namun tidak dengan kesedihan ini, kesedihan ini bukanlah mimpi, kesedihan ini nyata. Aku beranjak dari tempat tidur ku menuju kamar mandi, mambasuh wajah dan menggosok gigi adalah hal yang pertama kulakukan ketika bangun tidur, keluar dari kamar mandi aku duduk di meja kamarku membuka laptop dan melihat kalender diatas meja disamping laptopku. Mataku tertuju pada sebuah angka yang dilingkari dengan spidol berwana hitam, itu adalah angka 11 yang berada pada bulan Agustus Tahun 2017 degan tulisan “The Day” di sisi kirinya.. itu adalah hari pernikahanku. Namaku Frans, aku seorang pria berumur 27 Tahun yang beberapa bulan lagi akan melepas masa lajangku. Bosan melihat angka 11 tersebut akupun membuka gorden yang menutupi jendela melihat keluar pemandangan sinar matahari pagi yang mulai meninggi mencoba menerobos padatnya gedung-gedung pencakar langit. Dipantulan kaca jendela ini samar-samar aku melihat pantulan wajahku, aku perhatikan wajah ini perlahan – lahan berubah menjadi wajah wanita yang ada di dalam mimpiku tadi, bagiku tidaklah terlalu sulit untuk melupakan seseorang yang sudah terlalu dalam masuk kedalam kehidupanku ini, namun disaat aku sudah berhasil melupakannya rupanya alam semesta sering kali tidak terima dan mimpi yang ku alami tadi aku rasa adalah sebuah konspirasi antara alam semesta dengan alam bawah sadarku untuk selalu memaksaku kembali mengingat kisahku dengan dirinya.
Kisah ini kumulai pada tahun 2010 saat aku masih mengenyam jenjang pendidikan perguruan tinggi.. Malam ini malam minggu, seperti pada saat malam minggu biasanya selepas magrib aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang biasa aku gunakan jika ingin main ke rumah pacarku. Pakaian yang biasa saja sebenarnya, tapi yang membedakan adalah celananya.. celana dasar berwarna gelap yang kedua kantong depanya sengaja aku bolongkan dan tentunya aku tidak memakai celana dalam lagi. Memang agak risih awalnya, aku rela sedikit menahan geli campu ngilu yang aku rasakan ini demi tujuan yang aku ingin rasakan di rumah pacarku nanti.. waktu sudah menunjukan pukul 19.28 malam, saatnya untuk pergi, keluar dari lorong rumahku dengan membawa sepeda motor aku dihadapkan dengan 2 persimpangan jalan besar, atau yang biasa dinamakan dengan jalan lintas antar kota, rumahku memang berada di pinggiran kota, jadi jika aku belok ke sebelah kiri aku akan memasuki daerah hiruk pikuk gemerlap perkotaan yang pastinya ramai dengan kesibukan manusia yang tak ada habisnya apalagi dimalam minggu ini bisa dibayangkan padatnya.. namun akan sangat berbeda jika aku berbelok ke sebelah kanan maka aku akan memasuki daerah perkampungan warga-warga perbatasan yang tidak begitu ramai, berkesan tenang dan jarang dilalui oleh banyak mobil ataupun motor, paling hanya mobil2 truk besar yang sesekali melewatinya.. dan jalan itu lah yang harus aku pilih untuk pergi ke rumah pacarku ini.
Setelah melewati 15 menit perjalan yang membosankan akupun sampai didepan rumah pacarku, terlihat adik perempuanya nya yang baru berumur 5 tahun menyambutku dipintu depan rumahnya.. “Mbak Dilla mana sayang..?” tanyaku kepada anak itu, tapi anak itu hanya berlari sambil cengengesan ke dalam sambil teriak-teriak memanggil mbak nya, tak lama kemudian dari dalam keluarlah seorang Wanita cantik yang berjalan dengan sedikit angkuh, memiliki porsi tubuh yang tidak terlalu kurus namun cukup berbentuk dan payudara yang tidak terlalu besar pula sangat pas dengan genggaman tanganku, kulitnya putih dengan bibir yang kemerahan, matanya menatapku cukup tajam seakan dibalik tatapan itu tersembunyi sebuah kecurigaan terhadapku, tatapan yang sebenarnya malas untuk kulihat.
“darimana sih kamu ? aku telfon kenapa gak diangkat ?” tanyanya dengan nada yang cukup mengintimidasi.
Telfon? Kapan? Tanyaku bingung sambil mengambil handphone dari dalam Jok motorku
Ternyata benar kulihat dilayar HP ku ada 4 Panggilan tak terjawab.
“Gak tau sayang, gak kedengeran, kan aku lagi di jalan tadi mau kesini..”
“kamu tuh HP narohnya di Jok motor, gimana bisa denger coba? Lagian darimana sih kamu sebenernya? Jam segini baru nongol, Trus kenapa HP disembunyiin di dalem Jok?”
“Aku dari rumah sayang.. gak darimana-mana, nih handphone bukan aku sembunyiin.. Kamu lupa ya dengan rencana kemarin?” Sambil berbisik aku mengatakan
“Kantong celana aku udah bolong nih say.........” makanya hp aku taruh di dalem Jok motor..
HP ku emang agak besar untuk ukuran smartphone, makanya susah kalau harus dimasukin kantong jaket.
Dan aku fikir dengan penjelasan itu seharusnya dia sudah mengerti, tapi ternyata tidak.
“Mana sini aku liat handphonenya.. awas ya kalau kamu nyembunyiin sesuatu di hp kamu..” pintanya dengan sangat angkuh membuat ku merasa seakan-akan aku adalah seorang anak kecil yang sedang diintrogasi ibunya karena ketahuan berbohong.
Sambil tetap mengotak-atik Hp ku Dilla pun masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa, aku hanya mengikutinya dari belakang, matanya hanya fokus ke layar hp ku, setelah cukup lama Dilla selesai memeriksa Hp ku dan tidak menemukan kecurigaan yang dicarinya, obrolan – obrolan ringan biasa yang membosankan pun berlangsung dengan beberapa pertanyaan – pertanyaan yang agak mengintrogasi.. tidak ada hal yang begitu penting untuk kami obrolkan juga sebenarnya.. aku hanya berusaha menjawab pertanyaannya yang mengintrogasi tersebut dengan alami tanpa tekanan dan serileks mungkin agar tidak menimbulkan pertanyaan – pertanyaan baru yang akan menghabiskan waktu. Dan akupun berhasil menurunkan sedikit tensi kemarahan Dilla malam ini sehingga akhirnya dia berbisik ditelingaku“
Yank.., emang seriusan kantong celana kamu udah bolong?”
“nih, coba dicek sendiri yank”
“Trus kamu gak pake celana dalem juga ?” tanyanya dengan wajah penasaran
“Masukin aja tangan kamu, biar kamu tau sendiri” jawabku enteng
tanpa ragu Dilla pun memasukan tangan kirinya ke kantong celana ku yang sebelah kiri karna posisinya disebelah kiriku, sambil tertawa geli Dilla menggenggam batang penis ku dari dalam kantong celana yang aku kenakan..
“Kok ularnya masih tidur sih yank..?” tanyanya sambil masih menahan tertawa geli..
“ya dibangunin dong sayang” jawabku sambil menempelkan tangan kiri ku di paha bagian dalam nya yang saat itu mengenakan rok diatas lutut yang sedikit menampakkan paha putih dan kenyal miliknya..
“yank.. ularnya bangun nih yank, kok ngegemis banget sih yank kontol kamu.. rasanya pengen aku tempelin nih ke pipi aku yank..” ucap Dilla sambil cekikikan..
aku pun merasakan batang penisku mulai bergerak tegak dan mulai keras karna elusan lembut dari tangan dila.. ingin sekali aku melihat batang penis yang menurutku cukup besar untuk ukuran normal orang asia ini sedang digenggam oleh tangan kecil Dilla yang halus dan lentik itu agar aku dapat merasakan betapa perkasanya penisku ini.. tapi aku takut untuk membuka celaku disini karna terkadang adik Dilla yang berumur 5 Tahun tadi bisa saja tiba2 muncul, untuk itulah ide celana kantong bolong ini kami ciptakan.. akupun tak mau kalah aku masukan tangan kanan ku kesela paha nya Dilla, terasa sangat halus saat punggung tanganku bergesekan dengan paha bagian dalamnya, Dilla pun perlahan melebarkan pahanya untuk memudahkan tanganku masuk menjelajahi lebih dalam lagi area kewanitaannya.. jari – jariku pun menyentuh daging yang tidak asing lagi, belahan kemaluan Dilla yang sudah mulai licin pada bagian bawahnya itu aku gesekan dengan jari telunjukku sementara tangan kiriku mencoba menarik lehernya untuk mendekatkan bibirnya ke bibirku, kami pun berciuman, dengan manja Dilla berbisik
“yang.. gosok itil aku yank... udah gatel banget nih yank...”
akupun menggosok jari tengahku perlahan pada klitoris Dilla, Dilla memejamkan matanya dan sedikit berdecis
“sssshh.... enak banget yank..” membuatku bernafsu untuk semakin cepat menggosokannya.. tak lama kemudian pun Dilla kembali berbisik ”aaakh... ehhm.. iya yank kencengin lagi yank.. aku keluar yank.. aahh..... ahh.. eehhmm.....
masih sambil tetap menggenggam penis ku tubuh Dilla pun bergetar menahan kenikmatan yang sedang berkecamuk di kemaluannya tersebut.. “uuhh.. yank.. enak bgt yank.. kontol kamu udah keras banget yank” ucap Dilla sambil tangannya mulai mengocok perlahan batang penis ku..
“itu baru pake jari , apalagi kalau pake kontol pasti tambah enak banget yank.. aku mencoba merayunya namun tetap saja jawaban itu yang selalu keluar dari mulut Dilla “iya.. aku juga pengen yank.. tapi nanti ya yank.. kalau kamu udah resmi jadi suamiku yank.. kalau sekarang NO!! Ucap Dilla dengan akting berpura-pura Tegas sambil memberikan isyarat menggunakan telunjuk tangan kanannya didepan wajahku. “nih.. kamu nikmatin ini aja dulu yank.. kan enak juga.. bisa keluar juga kan buktinya air mani kamu yank...” ucap Dilla sambil menambah tempo kecepatan kocokan tangannya di batang penisku.. aku pun melenguh
“yank basahin dikit dong biar enak kocokannya” pintaku kepada Dilla.
Dengan gerakan secepat kilat dila membuka resleting celanaku dengan tangan kanannya ditariknya Batang penisku sehingga seluruh batangnya bebas keluar dari celana dan dengan satu gerakan Dilla menurunkan kepalanya, mencoba memasukan kepala penis ku yang kemerahan ini kedalam mulutnya yang kecil, tidak begitu dalam namun 1/3 batang penisku berhasil dimasukannya kedalam mulut.. terasa hangat batang kemaluanku di sedot2 perlahan oleh mulutnya Dilla, Dilla pun seperti tersedak hingga air liurnya keluar disela-sela kulit penisku dan bibirnya.
Dilla segera mengangkat kepalanya dan mengeluarkan batang penisku dari mulutnya, dimasukannya lagi penisku kedalam celanaku dan kembali mengocoknya dengan lebih cepat.. “enak yank, licin banget jadinya yank” ucapku.. Dilla menatap wajahku dengan tatapan sayu dan mulut agak terbuka sambil terus mempercepat gerakan kocokan tangannya.. pergesakan genggaman tangan Dilla di batang penisku sangat kurasakan begitu nikmat ditambah dengan licinya pelumas dari air liur Dilla tadi.. tak lama kemudian aku mulai merasakan sesuatu yang akan keluar dari dalam penis ku “yang, aku mau keluar yank..” ucapku.. “iya yank.. muncratin aja yank.. “ balas Dilla seraya melumat bibirku dengan mulutnya.. “crrot..croot.....croot..” penis ku menyemburkan sperma hingga beberapa kali sampai membasahi celanaku dibagian resletingnya.. Dilla pun memperlambat kocokannya, menekan – nekan bagian bawah penisku untuk mengeluarkan semua sisa-sisa sperma hingga tuntas..
Dilla menarik keluar tangannya dari dalam kantong ku, terlihat punggung tangannya yang putih itu telah berlumuran dengan spermaku.. “yank.. aku ke kamar mandi dulu” dilla meminta izin, aku yang masih menikmati sisa-sisa kenikmatan hanya mengucap “Hhmm”.. kukeluarkan sekotak rokok dan korek api dari kantongku.. kubakar sebatang, menghisapnya dengan dalam sambil menyenderkan kepalaku di sandaran sofa, kuarahkan hembusan asap rokok itu keatas kearah lampu ruang tamu rumah.. sesaat pandangan ku terpaku melihat lampu itu.. aku merasakan hal aneh yang selalu aku rasakan saat Dilla telah selesai mengeluarkan sperma ku, seperti perasaan menyesal, dan aneh. Dan sudah aku tebak setelah ini pasti aku akan merasa suntuk dan ingin cepat- cepat keluar dari rumah ini.. bahkan untuk menatap wajahnya pun aku merasa malas.. selama ini kami tidak pernah melakukan hubungan suami istri, hanya sebatas apa yang kami lakukan malam ini, tapi kenikmatan yang terbatas itu harus aku tebus dengan waktu yang banyak, aku harus bersama dirinya, harus selalu menghubunginya setiap hari, mengikuti segala keinginannya yang seringkali bertentangan dengan keinginanku, contohnya pergi dengan menggunakan baju couple, menurutku itu sangat norak, dan lumayan lebay, tapi dia tidak peduli dengan pendapatku, akhirnya daripada aku tidak bisa merasakan lagi kenikmatan yang terbatas itu akupun terpaksa mengikutinya.
Hal-hal yang seperti ini lah yang aku tidak suka dari dirinya, 2 Tahun sudah hubungan kami berjalan, sikap Dilla selalu banyak curiga dan sulit untuk percaya padaku, bahkan tidak segan2 menelfonku berjam-jam saat aku sedang ada kegiatan lain hanya untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bersama wanita lain ataupun menyembunyikan sesuatu darinya. Jujur aku merasa seperti dikekang. Meskipun umurku tidak lebih tua darinya tapi bukan berarti dia bisa seenaknya mengatur hidupku. sudah sering aku mengutarakan bahwa aku tidak suka dengan sikapnya yang seperti ini, namun dia tidak pernah berubah. Hingga sampai pada saat ini aku marasa jenuh, bosan, ingin pergi darinya.. mungkin kalau bukan hanya karna ingin menuntaskan nafsu birahi ku ini, aku tidak akan menemuinya. Ingin rasanya memiliki kekasih yang benar-benar aku cintai.. yang selalu percaya kepadaku dan tidak terlalu over protective serta lebay seperti Dilla..
Bersambung.......