PRASANGKA
.....
....
...
..
.
Ibukota dimana impian banyak orang mengenai kesuksesan, ketenaran, kemakmuran, karir, dan jaminan hidup lebih baik dari pada di desa. Yah, itulah pendapat kebanyakan orang. Apakah mereka paham, bahwa Ibukota itu kejam, lebih kejam daripada Ibu tiri mungkin. Banyak yang menyangka jika tinggal dan bekerja, mengadu nasib di Ibukota hidupnya akan lebih baik, lebih layak daripada di tempat tinggalnya semula. Itulah jika pemerataan ekonomi tidak berjalan. Kemudian mereka sadar bahwa Ibukota tidak seindah impian mereka semula, dan tanpa disadari ternyata sudah terlambat untuk kembali.
Gedung-gedung pencakar langit membuat takjup bagi yang pertama kali melihatnya, mall-mall besar yang hanya ada di Ibukota, walau sekarang ini kita banyak menjumpai mall-mall besar di berbagai daerah, tapi tidak waktu itu.
Waktu dimana seorang wanita yang mengagung-agungkan kemewahan Ibukota sebagai tempat ia akan berubah, dimana ia berpikir harta mudah didapatkannya. Ternyata, berat. Tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu usaha dan kerja keras, berkeringat, bahkan sampai keringat darah diperjuangkan demi impian.
Begitulah pendapat seorang wanita yang menyatakan jatuh cinta pada Ibokota, dan merasa jikalau kota kelahirannya sendiri baginya kini terasa sepi, seperti tidak ada gairah yang melonjak-lonjak seperti yang ia rasakan di Ibukota saat ini. Pikirnya, jika ia saat ini masih tinggal di kota kelahirannya, apa kesuksesan yang bisa ia raih? Jauh berbeda pendapatnya, jika ia berjuang di Ibukota, walau dengan rival-rivalnya yang selalu iri, mencibir, dan mungkin saling menjatuhkan. Ia yakin, bahwa kesuksesan akan ia raih, bagaimanapun caranya, meski dengan mengorbankan tubuhnya, tentu kepada lelaki yang bisa membantu meraih impiannya. Wajarlah hubungan timbal balik dalam sebuah hubungan, apa mungkin berdasar cinta, ah.. pastinya tidak, dan itu semua butuh pengorbanan, dan ia sanggup.
.......................................
Tampak kesibukan terjadi di gedung empat lantai, beberapa orang terlihat sedang mengantri menunggu giliran mereka dipanggil, rata-rata hampir berjenis kelamin perempuan, penampilan mereka menarik, dengan postur tubuh yang seksi semohai, nampak akan membuat para hidung belang meneteskan liurnya dengan penampilan mereka yang rata-rata menonjolkan bagian anggota tubuh yang menggoda.
Tawaran yang sangat menggiurkan dari apa yang mereka tawarkan kepada calon-calon bintang tanah air ini, bukan menjadi rahasia umum jika puncak karir seorang bintang itu menjadi pemeran utama dalam Layar Lebar. Akan tetapi menuju puncak itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan begitu saja, mereka tidak hanya mengandalkan wajah yang cantik dan menarik, tetapi juga harus berbakat dan terakhir ‘keberuntungan’ bagaimana mendapatkan keberuntungan itu, banyak cara yang dapat mereka lakukan, tetapi sekali lagi akankah berhasil? Hanya waktu dan takdir yang akan menjawabnya.
Tampak setiap peserta yang dipanggil diminta untuk menunjukan kemampuan mereka dalam berseni peran, ada yang bergerak menunjukan tubuh mereka yang menggoda, ada yang tiba-tiba berseru keras, dan beberapa kelakuan yang absurd dipertontonkan untuk memikat sang perekrut untuk memilih mereka...
“..........okey, cukup sampai disini, peserta selanjutnya” ujar seseorang.
Setelah menuntaskan gilirannya, Ah...., dirasa cukup melelahkan casting hari ini, selanjutnya pulang dan menunggu hasilnya nanti, pikirnya, toh hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini.
......
‘Natalia Sukma Pelangi’ baru saja pulang dari casting saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan Ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Natalia sudah bisa menerka hasil castingnya itu dirasa mustahil didapat, tapi ‘Lia’ yakin dengan campur tangan kekasihnya peran itu pasti Ia dapatkan. Tapi Natalia juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi wanita yang cengeng diusianya yang telah matang.
Terdengar pintu depan dibuka dan suara seseorang memanggil, “sayang, kamu dirumah?”
“Dikamar” teriak Natalia dari dalam kamarnya,
Pintu kamar Natalia tiba-tiba saja terbuka. Kepala Bagas muncul dari balik pintu sambil tersenyum. “Baru sampai, yank?”, tanya Bagas sambil ngeloyor masuk meski kekasihnya sedang berganti pakaian. Bagas berjalan masuk acuh tak acuh. “Iya..”, jawab Natalia singkat.
Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
“Kok, lesu gitu.., Kenapa?”, Bagas menghampiri Natalia. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kekasihnya tersebut. Natalia hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan kekasihnya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Bagas memperhatikan kekasihnya tersebut. Natalia memang benar-benar cantik.
“Sret..”, Sepersekian detik posisi tangan Natalia bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan daster di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Bagas jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Bagas agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk payudara kekasihnya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.
Karena dorongan hasratnya, Bagas memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Natalia. Ia merangkul pinggang kekasihnya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Natalia semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi kekasihnya. Ia tidak mau menangis di hadapan Bagas.
Posisi demikian membuat Bagas bisa merangkul Natalia dengan leluasa dari belakang.
“Kamu cantik deh.., malam ini..”, ucap Bagas.
Natalia pun hanya diam saja. Yang Ia butuhkan saat ini hanyalah kepastian bahwa, Ia yang akan mendapatkan peran utama itu, karena dengan peran itu Natalia yakin akan menaikan derajat hidupnya, menjadi sukses dan terkenal seperti yang diinginkannya sejak kecil, menjadi bintang film terkenal.
“Pokoknya kamu harus membantuku mendapatkan peran utama itu!, Aku sungguh menginginkannya” seru Natalia tiba-tiba.
Bagas terdiam, kemudian, “kamu pasti akan mendapatkannya sayang”.
“Kau bisa memastikan aku pasti mendapatkannya?” tanya Natalia kepada Bagas penuh harap.
“Pasti sayang, kamu pasti dapat peran itu” jawab Bagas yakin.
“Bagaimana caranya yang akan kamu lakukan?” tanya Natalia, “Apakah kamu yakin pengaruh dari saudaramu itu bisa menolongku?
“Saudaraku memang bukan pada bidangnya, kalau kau menebaknya bukan” jelas Bagas, “tapi sejauh yang kuketahui, orang penting dibalik pembuatan film itu merupakan teman baik saudaraku, jangan kahwatir besok akan kutemui saudaraku dan memohon padanya agar kau bisa mendapatkan peran utama itu"
Mendengar jawaban Bagas Natalia membalikkan badannya seraya tersenyum, “Aku tahu kamu pasti membantuku sayang”. Natalia menarik tangan Bagas untuk berdiri berhadapan dan secara perlahan Natalia meloloskan dasternya kebawah.
----------
---------------
Bagas Sanjaya kehilangan kata. Bagaimana tidak? Saat ini di depannya ada gadis cantik yang berumur dua puluh lima tahun, bertubuh seksi bak gitar spanyol, badannya setengah telanjang begitu menggoda nafsu seks nya... menjadi liar hasrat tak bisa Bagas tahan lagi... calon bintang terkenal, dan yang baru saja membantunya mengeluarkan sperma dengan mulut yang dibingkai bibir sexy.
"Arrhhhh………! ", Bagas menelan ludah di kerongkongannya yang terasa kering.
"Nanti dulu yank, ‘Lia’ belon puas nih!" katanya dan menarik tubuh mereka rebah ke ranjang.
Dengan kedua tangannya celana Bagas di loloskan ke bawah dan didorongnya Bagas ke atas ranjang. Natalia membuka kaos dan celana dalamnya dengan satu gerakan dan menerkam Bagas di atas ranjang. Bibir Bagas di ganyang buas, badan Lia berkelojotan kencang di atasnya.
"Yesss…!!"katanya merasakan penis Bagas yang mulai mengeras lagi tanpa dapat ditahan.. ‘Lia’ mulai mengecup leher, dada, perut, dan perlahan menjilati pusar Bagas.
Bibir dan lidah ‘Lia’. merangkak ke bawah pusarnya Bagas sambil meninggalkan jejak basah sepanjang perjalanan pelan itu.
Bagas mengira ‘Lia’ akan segera menghisapnya lagi, ternyata ‘Lia’ hanya mengecup cepat ujung penis Bagas dan meneruskan perjalanannya sepanjang pahanya. Sampai akhirnya jari jari kaki Bagas di hisapnya satu persatu, rasanya, Bagas tak tahu cara menjelaskannya. Bulu kuduknya naik karena perasaan geli-geli nikmat yang timbul. Natalia terlihat sudah profesional dalam urusan ranjang pikir Bagas.
Setelah ‘Lia’ puas dengan ke sepuluh jari kaki Bagas, bibirnya mulai merangkak naik kembali sepanjang kakinya Bagas. Sampai ke persimpangan kaki, buah zakarnya Bagas Ia kulum satu persatu, di gigit kecil dan yang tidak Ia masukkan ke mulutnya di remas remas oleh tangannya. Setelah penisnya Bagas di hisap, Ia mulai menjilati daging antara buah zakar dan anus. Bagas sudah tidak tahan lagi, tangannya mulai memegangi penisnya untuk di kocok sendiri olehnya.
"Jangan lakukan itu!"kata Lia, “nikmati saja sayang”.
Kalau begitu Bagas akan menunggu pasrah melihat bagaimana ini akan berakhir, ‘Lia’ mulai turun lagi, sekarang lubang anus Bagas mulai di jilatnya, Geli geli becek tapi rasanya wah.. surga dunia kali tuh. ‘Lia’ mulai memasukkan jarinya ke dalam anus Bagas.
Nikmatnya… Bagas merasa akan orgasme lagi waktu itu juga. Tanpa mengeluarkan jarinya dari lubang dubur Bagas, ‘Lia’ mengangkat mukanya dan tersenyum. "Gimana yank?" katanya.
"Uhh" sahut Bagas.
Tanpa peringatan, ‘Lia’ menelan seluruh penis Bagas sampai bibirnya ‘Lia’ menyentuh buah zakarnya. Bagas dapat merasakan getaran getaran kerongkongannya menghimpit ujung penisnya.
"Oughhh…" desisnya.
Kepala ‘Lia’ mulai naik turun di atas penis Bagas. Bagas merasakan tekanan di pangkal batangnya mulai menguat dan akan meledak lagi. Mungkin karena ‘Lia’ dapat merasakan bahwa Bagas hampir sampai, Lia segera berhenti dan dengan jarinya mengelilingi pangkal batang penis Bagas, Ia mencekik penis Bagas. Secepat datangnya hasrat untuk meledak, Bagas merasakan hasrat puncaknya mulai mereda.
"Yank, jangan ngomongnya uh, uh, ah, ah aja dong! Bunyinya seperti kepedesan aja!!", ejeknya lagi.
"Habis mau bilang apa?" kata Bagas, " nikmat sekali itu"
"Aku mau coba sesuatu yang baru yank, tunggu bentar ya yank!", kata ‘Lia’ sambil lompat turun dari ranjang dan keluar kamar tanpa pakai baju.
Bagas tiduran di atas ranjang dan menunggu. Terdengar suara kulkas dibuka dan bunyi bunyi lainnya dari luar. Lagi ngapain dia? Pikir Bagas. Sebentar kemudian ‘Lia’ masuk lagi sambil tersenyum nakal.
Dia naik ke ranjang dan mendorong Bagas rebah lagi.
Sekali ini dia memutar badannya dan menaruh kedua dengkulnya di kiri kanan kepala. Bagas dapat melihat itilnya Natalia yang terpampang jelas di depan matanya. Itil ‘Lia’ botak polos tanpa bulu jembut.
Tiba tiba ‘Lia’ mencaplok penis Bagas dengan mulutnya yang ternyata penuh es dari kulkas tadi.
"Oh.. arkkhh!!!!!!" seru Bagas terkejut kaget.
"Uum...ehm...hmm..!!" cekik ‘Lia’ dengan mulut penuh es batu dan penis Bagas.
Dan ia mulai dengan bersemangat memompa penis Bagas dengan mulutnya hingga es batunya mencair dalam kuluman ‘Lia’.
Tangan Bagas mulai merayap di pungungnya, mengelus kulitnya yang halus dan perlahan lahan merayap ke arah payudaranya yang bergelantung di atas perut Bagas.
Pentil payudaranya mengeras ketika Bagas sentuh, dipilin lembut di antara jari telunjuk dan jempolnya.
Pelan-pelan Bagas mulai merayap ke arah pingangnya, meremas pantatnya Lia yang merekah di atas mukanya, dan jari Bagas mulai merayap ke selangkangannya Natalia...
“well, i won’t give up on us
Even if the skies get rough
I’m giving you all my love
I’m still looking up” 2x
Bunyi suara ringtone hp ‘Lia’ terdengar berulang-ulang,
“Apaan seh nganggu aja orang lagi enak...” sunggut Lia seraya menggambil hp, mengabaikan ucapan Bagas “biarkan saja”
‘Lia’ melihat siapa yang meleponnya dan terkejut melihat siapa yang sedang menelponnya. Dengan segera Natalia menjawab panggilan itu...
“.... iyaa dek!, ada apa nelpon tumben nih?”
“......apa!!! kapan datangnya kamu dek?”
“.....oh ya sudah, nanti kabarin aja klo dah sampai...... iya, aku koq sehat sayang, gimana bapak ama Ibu? ...... oh iya, ....mana-mana, kangen ma Ibu.....”.
Percakapan yang begitu lama dirasa Bagas yang merasa sangat kentang, untung sudah sempat keluar sekali tadi diawal... tapi, tetep saja berasa kentang tuh tidak nyaman sekali.
........................
Ketika Natalia menyudahi panggilan telponnya, dan langsung Bagas kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Natalia.
Perempuan yang tadinya merasa bersedih tadi sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Bagas. Respon Natalia ini membuat Bagas berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah payudara kekasihnya. Natalia hanya memejamkan mata saja.
Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Bagas semakin tidak menentu. Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Natalia. Perlahan Bagas mulai meremas dengan halus payudara kekasihnya tersebut.
Natalia pun merasa sangat senang karena Bagas seperti mengerti keinginannya. Ia juga membiarkan telapak tangan Bagas membelai-belai payudaranya yang memang sudah tidak memakai beha lagi. Belaian Bagas pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Natalia sedikit berdebar-debar.
Perasaan Natalia menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan kekasihnya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi Ia amat menikmati sentuhan itu.
Terutama remasan telapak tangan Bagas terhadap puting payudaranya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri.
Payudaranya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Bagas.
“yank, mmh.., udah ah.., aku kegelian”, akhirnya Natalia berusaha menyudahi aktivitas itu.
“Ahh.., aku kan sayang sama kamu”, sahut Bagas sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh kekasihnya. “aduh, badanku jadi lemas semua nih”, tanpa sadar Natalia berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.
Bagas tidak menghiraukan perkataan kekasihnya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Natalia. Malah Ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam kemaluan kekasihnya.
Bulu-bulu halus di kemaluan Natalia pun terasa di telapak tangan Bagas. Iapun menyentuh bibir vagina kekasihnya itu. Natalia menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Kemaluannya sudah mulai berdenyut-denyut. Bagas secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Natalia.
Kemaluannya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh kekasihnya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol, dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Bagas langsung mengulumi puting payudara kekasihnya tersebut.
“Yankkk!!.., ngmhhnghh.., terusss.., sshh”, ucap Natalia.
Bagas sudak asyik dengan aktivitas birahinya.
Lidahnya mempermainkan puting payudara kekasihnya dengan penuh perasaan.
Mata Natalia terpejam dan tangannya membelai kepala Bagas, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.
Dikangkangkannya kedua kaki Natalia dengan perlahan. Penisnya segera Ia arahkan ke dalam pangkal paha Natalia. “Sleep!”, Setengah detik kemudian Penisnya Bagas mulai memasuki liang vagina Natalia. Terasa hangat dan empuk.
Napas Bagas semakin ngos-ngosan kala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh kekasihnya yang mulus itu. Payudara Natalia bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Bagas terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja.
Kesadaran Natalia pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan kekasihnya tersebut. Kemaluannya berdenyut-denyut ketika penis kekasihnya terus bergerak dalam liang kemaluannya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.
“Yankk!!,......arghh...enghhnak..,enghh....terusshhsshh”, rintih Natalia dalam kenikmatan.
Desahan Natalia membuat nafsu Bagas semakin menjadi-jadi. Konsentrasi Bagas hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Natalia. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.
“Ennaaghk., yang.., arrhh lebihhh kerassh..sshh”, Natalia mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Bagas semakin mempercepat gerakannya. Bagas merasa kemaluannya seperti akan meledak. “Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, Natalia mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.
Tiba-tiba Bagas menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh kekasihnya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Natalia pun memeluk tubuh Bagas tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
...................................................
[Pekerjaanku memang bukanlah pekerjaan hebat, tapi cukuplah untuk kebutuhanku, meski kedua orangtuaku masih sanggup membiayaiku, tapi selepas lulus kuliah, Aku ingin merasakan bekerja, mendapatkan hasil dari hasil keringatku sendiri, jadi disinilah diriku sekarang. Sebuah kantor sederhana, bukan sebuah perusahaan besar seperti di Ibukota sana, tapi hanyalah perusahaan yang sedang berkembang, dan dengan gaji yang cukup sesuai standar UMR Provinsi, yah namanya juga di daerah, penghasilan Aku memang tidak sebanding dengan penghasilan kakakku yang sedang meniti karir di Ibukota sana, jauh lebih besar kakakku pastinya.
Bapak Boss, baik dengan karyawannya, ya ‘bapak bos’ begitu kami memanggil bos kami, mungkin itu yang membuat aku dan teman-teman betah bekerja disini.
Soal penampilan kalau dibandingkan dengan kakak Aku sih jelas Aku kalah jauh denganya. Tapi itu tidak membuatku menjadi minder, karena toh pacarku memilihku, hehee... iya, Aku sudah memiliki pacar, Anto Kusuma namanya. Ia sudah lumayan mapan, karirnya sudah bagus, bekerja di perusahaan plat merah tuh bagaimana tidak menjamin sih. Dan sepertinya Anto sangat serius berhubungan denganku, tapi hatiku koq masih datar-datar saja ya.
Kali ini kami diminta lembur karena ada ‘dateline’ proyek dikantor kami yang sangat ‘urgent’, terpaksa deh kami lembur, tapi tenang semua ditanggung bapak bos heheee... makanan dan minuman disajikan lengkap supaya kami sedikit terhibur.
Sudah semalam kami dikantor dan kerjaan masih menumpuk, tapi tubuhku sudah gerah sekali, biasa perempuan tidak biasa sama yang namanya bau, dan bodohnya lagi Aku lupa bawa baju ganti, terpaksa deh ijin pulang dulu untuk berganti pakaian, dan setelahnya Aku langsung balik ke kAntor untuk lanjut lembur. Yess!!! “Lope you my diary – Ninda”]
........................
......................
...................
Anto Kusuma kekasih Ninda tampak turun dari mobilnya, saat ini Ia tengah berada didepan rumah Ninda kekasihnya itu, karena sehari sebelumnya Ninda sempat menelponnya untuk menggantikan dirinya membantu Ibunya berbelanja bulanan dikarenakan Ninda tiba-tiba harus lembur. Ibu Ambar namanya, Orangtua Ninda kekasih hatinya. Sesosok wanita dipertengahan umur empat puluhan keatas, dengan tubuh yang masih tampak seperti gadis saja, soal wajah Ibu Ambar tidak kalah dari putri-putrinya. Cantik, begitulah pandangan Anto terhadap Ibu kekasihnya itu, bahkan terkadang Ia tak sanggup berlama-lama memandang wajah Ibu Ambar, karena menurutnya Wanita itu sungguh mempesona.
“Ini tidak merepotkanmu bukan Anto?” tanya Ibu Ambar
“Tentunya tidak Bu” jawab Anto “ngomong-ngomong Bapak kemana bu?” lanjut Anto basa-basi bertanya.
“Aaahhh si Bapak itu, sibuk terus... apalagi kalau diajak belanja, pasti ada aja alasanya, capeklah..., pegel-pegel.... pokoknya banyak sekali alasannya, Ibu jadi males kalau ngajak Bapak, biasanya selalu dengan Ninda” jelas Ibu Ambar panjang lebar.
Kalau boleh jujur Anto merasa menikmati saat-saat ini, Ia tidak pernah bermimpi hanya berduaan saja dengan wanita ini. Perasaan Anto bahagia bisa berduan saja dengan Ibu Ambar, apalagi Ibu Ambar tampak ayu dan seksi dengan pakaiannya yang sopan tapi terkesan anggun.
Selepas belanja, sedikit banyak Anto memahami perasaan si Bapak, karena saat ini Ia merasa cukup lelah.
Didalam mobil menuju pulang kembali kerumah, pembicaraan mereka lepas, seperti kemanjaan Ibu dan anak saja terlihat... Anto yang selalu membuat Ibu Ambar tertawa dengan cerita-cerita lucunya, dan terkadang sedikit vulgar, ditanggapi dengan jawaban nakal dan sedikit menggoda oleh Ibu Ambar.
“Jadi bagaimana jawaban Ninda, nto?” tanya Ibu Ambar.
“Ninda masih meminta waktu bu, karena Ia masih disibukan dengan pekerjaannya” jawab Anto.
“Kamu tuh sudah tidak sabar ya, kepengin cepet-cepet punya istri” kata Ibu Ambar tertawa,
“Biar bisa disalurkan Bu, masak nunggu lama lagi” gurau Anto
“Hahhaaa... iya, harus buru-buru disalurkan tuh, ntar kalau kelamaan bisa jadi batu.” tambah Ibu Ambar, dan mereka tertawa bersama.
“Biar selalu deket sama Ibu Mertua nantinya” kata Anto, “lah memangnya kenapa, koq mau deket sama Ibu sih Nto?” tanya Ibu Ambar.
“Melihat Ibu yang cantik dan seksi bikin gairah makin naik” kata Anto, “ahk kamu bercanda, bukankah Ninda lebih cantik dan seksi dari Ibu”
“Memang Ninda cantik dan seksi bu, tapi Ibu lebih terlihat matang” kata Anto terus terang.
“Lah memang kamu sudah melakukan itu, sama Ninda?” tanya Ibu Ambar, “Ninda belum mau lepas segel Bu, nunggu kami resmi dulu baru lepas segel” jelas Anto.
“Kasihan kamu, pantesan jadi batu tuh yang cair-cair hahaa...” canda Ibu Ambar.
“Kan bisa dibantu Bu” jelas Anto, “Dibantu bagaimana maksudnya?” tanya Ibu Ambar, “ya gitu Bu... anu... rahasialah” elak Anto.
“Mau Ibu bantu Nto?” tanya Ibu Ambar, “maksudnya bagaimana Bu?” tanya Anto kaget, “ya bantu ngeluarin donk” jelas Ibu Ambar.
Dengan wajah terkejut Anto melihat wajah Ibu Ambar menatap tidak percaya, “tapi bohong...” tawa Ibu Ambar terkekeh-kekeh.
“Ah... Ibu bisa saja candanya” jawab Anto tersipu. “Seandainya itu benar akan sangat menyenangkan sekali” batin Anto, aduh sadar Nto, calon mertua kamu itu...
Pembicaraan mereka terhenti dan diam beberapa saat setelah tiba di kediaman Ibu Ambar. Anto memarkirkan mobilnya didepan rumah, dan dengan bergegas Anto turun terus menghampiri sisi pintu kiri mobil untuk membuka pintu bagi Ibu Ambar, ketika pintu dibuka, terlihat Ibu Ambar terlihat kesusahan mengangkat tubuhnya dari jok mobil.
“Bantu Ibu dong Nto…., baru berasa capeknya selepas belanja tadi ” katanya manja. Anto terkesima dengan perkataan Ibu Ambar barusan.
Anto pun langsung merangkul pinggulnya turun dari Mobil dan langsung memapah kedalam rumah. Setibanya didepan pintu masuk pembantu Ibu Ambar, mbok Ijah membukakan pintu dan sambil membopong Ibu Ambar, Anto meminta tolong Mbok Ijah untuk menurunkan barang belanjaan dimobil, sebelum Ijah bertanya, “maaf Mbok Ijah Ibu berasa pusing, tolong turunin belanjaannya ya”. Hanya anggukan dari kepala Mbok Ijah.
“Ibu mau istirahat dimana, di sofa ruang tamu atau dikamar?”
“Dikamar saja Nto” merekapun menuju kamar, dan Anto langsung membaringkan Ibu Ambar terlentang di ranjang.
Ibu Ambar pun berbaring sambil memijat bahunya yang terasa pegal.
“Mau Anto pijit bahu dan kaki Ibu?” kata Anto. “kepala Ibu juga ya, itu pake lotion aja nto, biar tidak seret urutnya nanti” ujar Ibu Ambar.
Anto pun langsung beranjak mengambil lotion yang ada di tempat meja riasnya Ibu Ambar sambil menutup pintu kamar, tidak terdengar penolakan dari Ibu Ambar soal ditutupnya pintu kamar.
Disingkapnya sedikit baju kemeja bagian atas Ibu Ambar sampai pundaknya terlihat, kemudian Anto membalurkan lotion tadi ketelapak tangannya, dan dengan lembut pijatan dilakukannya, saat ini jantung Anto berdegup kencang, Ia tidak tahan dengan mulusnya kulit bahu Ibu Ambar, “sadar nto, ini Ibu kekasihmu” batin Anto....
Selesai Anto membalur bagian pundak dilanjutkan membalur bagian leher belakangnya, saat itu Ibu ambar Anto perhatikan sedang memejamkan matanya sambil kedua tangannya memegangi kepala. Dan Anto duduk diatas ranjang disisi Ibu Ambar.
Sesuai janji Anto, selesai membalur Anto pun mulai memijit kepala Ibu Ambar, perlahan Anto tarik kedua tangannya Ibu Ambar kebawah, dan tanpa Anto sadari tangan kanan Ibu Ambar jatuh diatas pangkal paha Anto hampir mengenai selangkangannya Anto.
Perlahan Anto pijit dengan lembut kepalanya, Ibu Ambar terlihat menikmatinya, “Pijatanmu enakkss….” desis Ibu Ambar. “kamu jangan pulang dulu…, temani Ibu sampai tidur ya” Anto terkejut dengan kalimat tadi dan Anto pun memalingkan muka Anto kearah wajah Ibu Ambar, sambil mengangguk.
Pijitan Anto terus pada kepala Ibu Ambar, dan Ibu Ambar terlihat memejamkan matanya. Terasa capek karena posisi Anto memijit agak membungkuk, Antopun pindah duduk di lantai bawah dan merebahkan Ibu Ambar terlentang di ranjang.
Karena mungkin terlalu capek, Ibu Ambar tertidur pulas, sekitar sepuluh menit Anto melihat Ibu Ambar tertidur pulas
Karena posisi Anto sudah dibawah dan sejajar dengan payudara Ibu Ambar yang naik turun karena tertidur, pandangan Anto kearah payudara Ibu Ambar, perlahan kepalanya mulai mendekat kearah payudara Ibu Ambar, dan menghirup bau badannya Ibu Ambar, tampak bau harum yang menggoda seluruh syaraf Anto .....
Tiba-tiba Ibu Ambar memindahkan tangan kirinya ke bahu Anto tepat dibawah leher, seolah-olah memeluk Anto. Gerakan Ibu Ambar tadi menyebabkan bajunya yang terbuka nyangkut di dagu Anto dan tertarik kebawah, sehingga makin terbuka lebar payudara Ibu Ambar, ternyata Ibu Ambar tidak memakai Beha, dan kepala Anto juga ikut terdorong kebawah dengan posisi tidur Ibu Ambar miring kearah Anto dan yang menyenangkan bagi Anto puting payudara Ibu Ambar yang kanan kecil mungil itu tepat berada satu centimeter diujung bibir Anto.
Anto sungguh tak menyangka dan gemeter sekujur tubuhnya, apakah ini sengaja dilakukan oleh Ibu Ambar, apakah Ia benar-benar tidur sehingga tidak mengetahui keadaan ini. Pikiran Anto bertanya-tanya tanpa Anto sadari lidah Anto sudah mulai menjilati pinggiran puting payudara Ibu Ambar yang kecil mungil dan halus itu, terus Anto hisap pelan dan perlahan Anto mengulumnya.
Ibu Ambar masih memejamkan matanya, entahlah tidur atau tidak tapi Anto sudah tidak perduli lagi dan perlahan Anto buka satu lagi kancing baju atasnya, agar Anto bisa lebih leluasa menjilati payudara Ibu Ambar yang indah ini.
Tiba-tiba ada gerakan pada kaki Ibu Ambar, dan dengan segera Anto lepas kuluman bibir Anto di puting Ibu Ambar, dan Ibu Ambar menggerakkan badannya berpindah posisi miring membelakangi Anto.
Untuk beberapa saat Anto terdiam sambil memperhatikan punggung Ibu Ambar, namun pikiran Anto terus merayap mencari akal agar Anto dapat menikmati payudara yang montok tadi, maklum nafsu Anto sudah mulai tidak bisa dibendung.
Akhirnya Anto putuskan untuk memberanikan diri naik ke ranjang dan berbaring disebelah Ibu ambar dengan posisi miring menghadap punggung Ibu Ambar.
Untuk beberapa saat Anto berpikir memulainya dari mana, Anto bingung, tapi akhirnya Anto putuskan untuk memeluk Ibu Ambar dari belakang dengan melingkarkan tangan kanan Anto ketengah payudaranya.
Perlahan Anto tempelkan telapak tangan Anto bagian atas payudara Ibu Ambar, terasa gundukannya masih terasa keras, sekarang posisi tangan Anto sedang mempermainkan puting payudara Ibu Ambar sambil sebentar-sebentar meremasnya.
Anto merasakan badan Ibu Ambar bergerak dan Anto pun berhenti dalam permainan Anto sejenak dalam posisi masih memeluk Ibu Ambar dan tangan Anto masih berada diatas gundukan payudara Ibu Ambar. Bersamaan akan Anto mulai lagi permainan Anto tadi, karena Anto anggap Ibu Ambar sudah pulas lagi, Anto dengar suara serak dan parau dari sebelah Anto.
“Anto apa yang kamu lakukan, dari tadi Ibu tahu kalau Anto meraba dan meremas payudara Ibu “ suara ini datangnya dari Ibu Ambar.
Anto sangat terkejut dan sekujur tubuh Anto terasa kaku, Antot merasa bersalah.
“Maaf Bu…..” belum selesai Anto berbicara tiba–tiba tangan Anto yang berada diatas payudara Ibu Ambar dipegangnya dan Ia berkata,
“Lanjutkan Nto……., berikan kenikmatan pada Ibu, si Bapak jarang menyentuh Ibu Nto” kata Ibu Ambar terdengar mendesah nikmat. “teruskan atau hentikan” pikir Anto bingung, ia takut jikalau Ibu Ambar hanya berpura-pura saja untuk mengetes Ia.
“Maafkan Anto Bu, tolong jangan kasih tau Ninda” kata Anto memohon.
“Kalau kamu hentikan, Ibu akan kasih tau Ninda loh” terang Ibu Ambar.
Jadi dengan segera Anto mengambil keputusan dengan cepat, tanpa menunggu aba-aba lagi dari Ibu Ambar, Anto segera menarik badan Ibu Ambar sehingga pada posisi telentang, dan karena kancing bajunya sudah terbuka setengah maka terkuak lah payudara yang Anto remas -remas tadi.
“Benar ya Bu, ini rahasia kita” kata Anto tepat ditelinga Ibu Ambar sambil meniup daun telinganya, “Anto akan memberikan kepuasan, sebagai pengganti Bapak yang bodoh telah menyia-nyiakan Ibu” selesai berkata demikian, Anto langsung menerkam dan melumat bibir mungil yang dihadapan Anto.
Permainan bibir berjalan sangat panjang, mereka saling bertukar air liur dilanjutkan menghisap bibir atas dan bawah, mereka saling mempermainkan lidah, bagaikan pasangan yang sudah lama tidak berciuman.
Ciuman mereka dihentikan Anto dan Anto berkata lembut sambil memandangi mata Ibu Ambar yang sudah mulai layu.
“Sekarang Ibu nikmati ya……., Ibu diam dan nikmatilah, Anto akan memberikan kesenangan yang Ibu minta”
Anto ciumi lembut leher kirinya dan perlahan berputar ke leher sebelah kanan, setelah puas dengan ciuman di leher, ciuman Anto pindahkan kebagian atas payudara Ibu ambar.
Perlahan Anto rambatkan juluran lidah Anto keatas puting payudara kiri Ibu ambar dan Anto hisap sedikit-sedikit sambil menggigit halus. Anto merasakan kedua tangan Ibu Ambar mulai mendekap badan Anto, dan Anto merasakan juga Ibu Ambar mulai menggerak-gerakkan pinggulnya yang Anto tahu Ia sedang mencari tonjolan penisnya agar menekan tepat dibibir vaginanya. Anto pindahkan lagi kuluman dan permainan bibir Anto ke puting payudara Ibu Ambar, Ia makin bergerak agak cepat, dan mulai terangsang penuh.
Anto pun meneruskan permainan lidah Anto di kedua payudara yang masih terasa keras itu. Perlahan ciuman dan jilatan Anto turun kebawah sambil Anto melorotkan lagi badan Anto, kini kaki Anto sudah menyentuh lantai. Anto ciumi perlahan perut Ibu ambar terus kebawah sambil membuka resliting celana Ibu ambar.
Sekarang posisi ciuman Anto sudah berada dibagian bawah pusar Ibu Ambar, kira-kira satu centi lagi diatas klitoris Ibu ambar.
Badannya mulai bergerak tidak menentu, pinggulnya naik turun seakan ingin segera ujung lidah Anto menyentuh belahan yang sudah mulai membasah ini, sesekali Anto mendengar suara desis dari bibir mungil Ibu Ambar dan nafas yang sudah mulai tidak menentu.
“Ahhkk…. ahhhss…….ehhhh, ahh…hhhh Anto……” jerit Ibu Ambar tertahan.
Perlahan Anto menarik dan melepaskan celana sekaligus celana dalam Ibu ambar, badan dan kakinya ikut dilenturkan agar mudah Anto melepaskan celana yang menutupi vaginanya.
Sekarang celananya sudah terlepas tidak ada lagi yang menutupi kulit mulus Ibu Ambar dari pusar kebawah, sementara kancing baju yang dipakainya sudah Anto buka semua dan telah terbuka lebar.
Anto terdiam sejenak dan memandangi tubuh mulus Ibu Ambar yang sedang telentang pasrah sambil memejamkan matanya. Anto pandangi dari kedua payudaranya sampai ketengah selangkangannya yang menjepit vagina yang ditumbuhi bulu halus sedikit, Berulang kali Anto pandangi, akhirnya Anto terkejut oleh suara Ibu Ambar “Lanjutkan sayang...” erang Ibu Ambar menahan rangsangan.
Tanpa menjawab apa-apa lagi Anto pun berlutut diujung kedua kakinya. Perlahan Anto elus dengan kedua tangan Anto kedua kaki Ibu Ambar mulai dari bawah betisnya sampai kepangkal pahanya ber-ulang kali naik turun sambil kedua ujung jari Anto menyentuh bibir vaginannya.
Rangsangan mulai dirasakan Ibu Ambar, kaki dan pinggulnya mulai bergerak dan kejang-kejang. Melihat hal itu Anto langsung membungkuk dan menjilati sekeliling bibir Vagina Ibu Ambar.
Tercium aroma khas vagina yang terawat dan basah….., dan Anto yakin kalau vaginan ini sudah lama tidak disentuh benda keras, terlihat rapat dan tidak berkerut.
Permainan lidah Anto berlangsung semakit lincah dan sembari menggigit dan menghisap bagian klitoris yang sensitive itu.
“Enak sekali Nto……., Ibu belum pernah dijilat seperti ini……, ahhhkkk Nto “ sambil bergumam Ibu ambar menarik rambut Anto dengan kedua tangannya agar Anto merapatkan dan menekan bibir Anto kuat ke Vaginannya.
“Jangan berhenti Nto ….. , puasin…. Ibu ahhkk…. Uhhh…..”
Anto tidak perdulikan ocehannya, terus Anto jilati vaginanya yang semakin basah, Anto menahan pinggulnya dengan kedua belah tangan Anto agar tidak menggangu permainan Anto dengan rontaannya.
Tiba-tiba Ibu Ambar sudah duduk dihadapan Anto, dengan cepat kedua tangan Ibu Ambar meraih ikat pinggang dan kancing celana Anto, dan membuka resliting celana Anto. Anto rasakan darahnya mengalir cepat pada saat tangan Ibu Ambar menelusup masuk kedalam celana dalamnya dan mengelus penis Anto.
Anto hanya diam, Ibu ambar terus mengelus sembari meremas penis Anto. Dengan tidak sabar di pelorotinya celana Anto, karena posisi Anto berlutut diatas ranjang, sehingga gerakan tanganya melorotkan celana Anto dan celana dalam Anto berhenti di lutut Anto, tapi itu semua sudah cukup untuk membuat kemaluan Anto tidak tertutup lagi
“Nto ….. besar sekali penismu “ di berkata sambil mengelus-ngelus penis dan buah zakar Anto.
Dan ahhhhhkss….., tersentak napas Anto, Ibu Ambar sudah mengulum ujung penisnya, dihisapnya dan sambil memaju dan memundurkan kepalanya Anto rasakan setengah penis kemaluan Anto sudah masuk kerongga mulut Ibu Ambar. Anto biarkan Ia menikmatinya sambil membuka baju Anto, setelah itu, Anto membuka baju Ibu Ambar yang sudah terlepas kancingnya tadi.
Ciuman Ibu Ambar di penis kemaluan Anto berhenti dan kedua tangan Anto diraihnya, dan ditariknya sambil Ibu Ambar merebahkan kembali Badannya, maka badan Anto pun tertarik merebah menimpa diatas badannya.
”Ibu sudah tidak sabar lagi kepengen meraskan penismu itu Nto ..”
“Iya… Ibu sayang…. “ Sambut Anto sambil menyambar bibir mungil Ibu Ambar.
Sembari mencium, pinggul Anto gerakan untuk mengarahkan penis Anto masuk ke mulut Vagina Ibu Ambar yang sempit itu.
Anto merasakan penisnya sudah menempel di liang vaginanya, dan Anto rasakan Ibu Ambar mengangkat pinggulnya untuk menekan rapat penisnya, dan pelan diarahkan penisnya tepat di vaginanya Ibu Ambar yang sudah basah, Anto mulai menekan pelan-pelan dan kemudian tersentak badan Ibu Ambar.
“Enak bu……??”, Tanya Anto dan Ibu Ambar tidak menjawab dia hanya mendesis…..
Anto terus menekan sedikit demi sedikit, masuk sudah setengah kepala penis Anto….. ditekannya terus perlahan dan pelan dan masuk setengah penis Anto terdengar Ibu Ambar berteriak…..
“Aduhhhhhh sakit… ahhkkk…”Anto segera menghentikan gerakan menekan Anto dan bertanya “Sakit ya bu?, Anto buat pelan-pelan saja ya sayang……”, Ibu Ambar mengangguk tapi kedua tangannya memegang pinggul Anto seakan tidak membolehkan Anto mencabut penis Anto dari vaginanya.
Memang penis Anto cukup besar sementara Ibu Ambar tipikal tubuh yang mungil dan memiliki vagina yang sempit jarang dimasuki, Anto jadi penasaran dan ingin merasakan nikmatnya kalau seluruh penis Anto masuk.
Perlahan Anto mengerakan lagi pinggulnya menekan kedalam, lembut sekali dan sangat perlahan.
“Aahhh…, Nto…. Ahhhhhss…. Iya enak…. sayang…..,” suara yang keluar dari mulut Ibu Ambar seiring gerakan Anto naik turun yang menyebabkan penis Anto keluar masuk.
Sedikit-sedikit gerakan menekan kedalam Anto tambah sehingga penis Anto yang masuk semakin dalam. Anto rasakan diujung penis Anto seperti di hisap-hisap, alangkah nikmatnya, Anto hampir tidak tahan.
Anto perkirakan semua penis Anto sudah masuk seluruhnya kedalam Vagina Ibu Ambar karena terasa hangat dan nikmat.
Dengan lembut Anto rapatkan selangkangan Anto sambil kedua tangan Anto menguak dan mengangkat kedua kaki Ibu Ambar.
Anto tekan rapat-rapat dan Anto gerakkan memutar pinggul Anto dengan pahanya menempel rapat dan semua penis Anto telah masuk.
“Aduh sayang….. nikmat sekali Nto, sudah lama sekali Ibu tidak merasakan seperti ini”Anto terus memutar pinggul Anto dan menciumi lehernya sambil merapatkan badan Anto.
Tiba-tiba, terdengar Hp Anto berbunyi, dan karena lupa dIbuat senyap, suaranya cukup keras terdengar, tapi karena Anto merasakan sudah diujung puncak nikmatnya, maka diabaikanya panggilan telpon tersebut, karena lebih memilih mengejar kenikmatannya.
“Aduhhhhh, Buuu…. Anto mau keluar, keluarin dimana sayang….?”
“Dalam sajalah Sayang …. Keluarkan semuanya sayang…… Ibu tadi sudah keluar….”
“Sekarang Bu…., aku keluar arrgghhhhhh,,,,,,,”.
Semburan sperma Anto banyak sekali dan berulang ulang, tidak tahu berapa kali, dan gerakkan Anto makin pelan dan akhirnya tubuh Anto lemas terjatuh menimpa tubuh kecil Ibu Ambar.
Anto masih terkulai lemas diatas Ibu ambar sementara penis Anto belum dicabut dan Anto masih merasakan denyutan-denyut liang vagina Ibu ambar.
Perlahan Anto jatuh kesamping Ibu Ambar yang sedang terbaring lemas juga, Anto masih memejamkan matanya sambil menikmati permainan yang baru saja selesai. Ibu Ambar memiringkan badannya menghadap Anto dan tangannya melingkari dada Anto, dan menciumi pipi Anto.
“Ibu puas sekali Nto…, Terima kasih sayang……,” Ia terus menciumi pipi Anto dan Anto melirik sambil tersenyum..
Sambil berbaring menikmati percintaan mereka, tiba-tiba Anto tersadar ada panggilan masuk di Hp nya, dengan malas Ia berusaha mencari Hpnya yang ternyata ada di kantong celananya.
“Nyari apa sayang” tanya Ibu Ambar, melihat Anto membuka Hpnya dan terlihat terkejut, kembali Ibu Ambar bertanya “siapa yang tadi menelpon kamu?”
“Ninda Bu, yang nelepon barusan Ninda” jawab Anto dengan raut wajah terkejut, dan mereka saling memandang Ibu Ambar dan Anto.
..............................
Ibukota Metropolitan yang menjadi jantung perekonomian dan Pemerintahan Negara ini. Deretan Gedung pencakar langit dan ritme kehidupan yang dinamis nampaknya memang melekat pada Kota ini.
Beragam aktivitas seolah tak pernah berhenti sehingga kerap disebut “the city that never sleep” seperti kota-kota besar dibelahan dunia lainnya. Selain sebagai rumah bagi hampir jutaan warganya, Ibukota juga selalu menebar pesonanya lewat ragam pesonanya yang ditawarkannya, mak tak heran kota ini selalu saja ramai dikunjungi warga-warga pendatang yang mencoba peruntungannya di Ibukota ini.
Tiba dimana hari kedatangan Ninda di Ibukota tempat kakak tercintanya berada, Ninda sangat kagum dengan Gedung-gedung tinggi yang Ia lihat sepanjang perjalanan menuju rumah kakaknya.
“Disini mbak, lokasi rumahnya?” tegur abang ojol membuyarkan lamunan Ninda.
“Sesuai GPS sih, memang benar disini” ujar Ninda ragu, Ia belum pernah berkunjung ke rumah kakaknya, walau sudah beberapa kali ke Ibukota, karena waktu itu Natalia belum pindah ke Ibukota, “sebentar, saya coba telpon kakak saya dulu”.
Sebelum Ninda sempat menghubungi Kakaknya, tiba-tiba pintu depan rumah tempat Ia berhenti terbuka, tampak wajah yang Ninda kenal tapi berbeda dengan ingatannya, “Adikkkk... kau sudah sampai” teriak Natalia begitu senangnya ketika melihat adiknya tepat didepan rumahnya, ternyata wanita itu adalah kakaknya terlihat b erbeda sekali dari terakhir kali mereka bertemu.
Segera Ninda turun dan membayar ojol beserta tipsnya, lantas bergegas menemui kakaknya seraya berseru girang “kakakkuuu.... mbakyuuukuu... cintakuuu.....” canda Ninda girang, Natalia tertawa tanpa suara mendengar kalimat dari adiknya itu.
“Maaf ya dik, aku baru sampai rumah tadi pagi subuh dan terlelap sebentar, jadi dengan menyesal tidak bisa menjemputmu tadi di stasiun” jelas Natalia menyesal, “Tak mengapa kakakku yang cantik, aku sudah besar, buktinya sampaikan dirumah kakak” kata Ninda.
“Kakakku sayang, kenapa terlihat berbeda, hampir pangling tadi aku melihat kakak, padahal belum ada setahun kita tidak bertemu” kata Ninda,
“Berbeda bagaimana dik?” tanya Natalia bingung, “Kakak tambah cantik saja, beneran... tambah seksi pula hahaaaa” tawa gembira Ninda, dan Natalia ikut tertawa bangga, “perawatan adikku sayang, kamu juga seharusnya merawat dirimu sendiri, biar terlihat cantik”.
“Aku malas kak, lagi pula uangku takkan pernah cukup kalau mengikuti perawatan seperti kakak” kata Ninda.
“Kita wanita harus pandai merawat diri, biar kelak suami kita tidak melirik yang lain” jelas Natalia, “Pokoknya nanti setelah kita cukup istirahat, kamu ikut kakak, kita perawatan biar kamu tambah cantik”
“Asikk, ditraktir kakakku yang cantik” seru Ninda girang.
“Huhh... ditraktir, iya...iyaa.. sekali-kali... kalau keseringan jebol nanti tabunganku” ujar Natalia sambil tersenyum gembira.
Seharian mereka asik bercerita satu sama lain, menceritakan kampung halaman mereka, tetangga, dan teman-teman mereka. Natalia bercerita jika saat ini ia sedang berhubungan dengan seorang lelaki yang lebih muda usia darinya, Ia merasa bangga karena kekasihnya itu mempunyai sesuatu yang berlebih, sehingga segala keinginan dirinya terpenuhi. Ninda sedikit terkejut dengan perubahan watak kakaknya, Ia merasa kakaknya sudah berubah, tetapi sayangnya Natalia ke Ninda sebagai adik satu-satunya tidak akan pernah berubah.
...................................
Lelaki muda itu semenjak kedatangnya, membuat Natalia seolah-olah mengacuhkan adiknya Ninda, dan Ninda memahami itu, karena Ia melihat Kakaknya tercinta sedang kasmaran, lelaki muda itu diperkenalkan ke Ninda sebagai Bagas Perkasa Bumi, nama yang bagus mungkin Orang Tuanya mengharapkannya kelak menjadi seorang lelaki yang perkasa dan yang akan melindungi keluarganya.
“Adik, maaf yaahh aku harus pergi ada urusan pekerjaan, Bagas kemari untuk menjemputku, kau tak mengapa kan dirumah sendiri?” kata Natalia dengan ekspresi sedih.
“Pergilah kakakku sayang, aku kan bisa jalan-jalan sendiri atau bersantai saja dirumah” kata Ninda, “jadi jangan kahwatirkan diriku”.
“Baiklah, aku sebenarnya menyesal meninggalkanmu sendirian dirumah, tapi ini sungguh penting demi karirku...” kata Natalia, “aku janji nanti kita perawatan lagi yah, seperti hari lalu” kedip Natalia.
“Kau seharusnya menyimpan uangmu buat masa depanmu kelak” kata Ninda.
“Tenanglah, kekasihku yang akan menangganinya bukankah itu salah satu kegunaannya” kata Natalia tersenyum puas.
“Tidak, aku tidak mau jika kau manfaatkan kekasihmu untuk itu” jelas Ninda sedih, “sudahlah, kita lihat besok saja ya, hati-hati dirumah” kata Natalia lagi.
Ninda menyukai kegiatan bersama dengan Kakaknya ketika mereka sedang menikmati waktu mereka di salon dan spa langganan kakaknya itu, tetapi Ninda tidak suka jika kekasih kakaknya yang mengeluarkan dana untuk itu, Ia merasa baginya itu tidak pas, Ninda merasa menjadi jengah tapi hanya diam saja karena sungkan untuk memulai perdebatan dengan kakaknya.
Setelah Bagas berpamitan dengan Ninda, lantas merekapun segera berangkat, Ninda hanya tersenyum melihat kemesraan mereka, Ia hanya berharap semoga Bagas lelaki yang tepat untuk kakaknya tercinta, tidak seperti nasibnya saat ini.
...........................................
Disebuah ruangan kantor yang terlihat sangat mewah, dimana bukan orang sembarangan yang memiliki ruangan kantor dengan kemewahan itu atau mungkin pemilik perusahaan, tampak sesorang sedang merenung, panggilan telpon dari sekretarisnya tidak diindahkannya sehingga dengan berat hati sekretaris tersebut langsung melihat kedalam ruangan pimpinannya karena heran tidak seperti biasanya pimpinannya mengabaikan panggilan telponnya.
“Aku mohon mas, bantu Lia kali ini” ujar Bagas sambil berlutut dihadapan saudaranya itu.
“Kenapa kau begitu peduli dengan Iblis Betina itu, Ia tidak lebih dari penghisap harta...” tungkas Alex sebal kepada saudaranya itu, “apa mungkin kau kena guna-guna, atau pelet gitu?”.
“Sungguh mas, cintaku murni untuk Natalia, dan aku yakin Lia pasti juga mencintaiku apa adanya” ujar Bagas menyangkal kata-kata dari saudaranya, Ia bersikeras bahwa cinta ‘Lia’ untuknya itu tulus.
“Kalau aku bisa membuktikan cintanya padamu hanyalah kebohongan belaka saja, bagaimana menurutmu?” tanya Alex percaya diri.
“Tolong jangan lakukan sesuatu yang bodoh mas” ujar Bagas tegas.
“Kau itu yang sudah bertindak bodoh Gas!!! Tolong kau sadar itu, bagaimana aku bisa mempertanggung jawabkan janjiku pada mediang Ayahmu Gas...” hardik Alex geram, “sudah berapa banyak kau pikir dana yang kuberikan kepadamu, dana yang seharusnya kau gunakan untuk pendidikanmu itu, malah kau gunakan untuk pelacur itu... sadarkah kamu Gas?”.
“Tolonglah aku mas, kali terakhir kumohon padamu untuk membantu Lia.” Pinta Bagas lemah
“Menghubungi kolegaku itu maksudmu Gas” tanya Alex. “Iya mas, tolong bantu agar Lia bisa mendapatkan peran utamanya” ujar Bagas.
“Kau, tahu, jika kupenuhi permintaanmu itu dan menjadikan Iblis Betina itu menjadi terkenal, apakah kamu sadar kau nantinya akan dicampakan olehnya, tidakkah kau memikirkan itu Gas?” tanya Alex,
“Aku yakin Lia bukan wanita seperti itu mas”, jawaban Bagas tidaklah membuat Alex puas, Ia yakin Pelacur itu hanya menggunakan Bagas saudaranya hanya untuk kepentingannya sendiri.
Bagas masih tetap berlutut dan bersikeras tidak akan bangun jikalau saudaranya itu tidak mau membantunya, Bagas sudah kehabisan akal bagaimana membujuk saudaranya agar mau memenuhi permintaannya. Bagas tahu Ia sudah berkorban banyak untuk kekasihnya itu, karena Ia merasa amat mencintai Natalia, dan berharap hubungan mereka sampai pada jenjang pernikahan.
Oleh sebab itu, Bagas rela berkorban kembali sampai berlutut dihadapan Alex saudaranya itu sambil memohon bantuannya.
Sial... aku harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat, Bagas bodoh itu tidak akan mempercayai segala perkataanku tentang kekasihnya itu.
“Maaf Pak Alex, Paaakkk....”
Alex terkejut dan kembali kedunia nyata setelah asik dengan lamunannya barusan.
“Iya Bu Tiwi, ada apa Bu?” Tanya Alex kaget
“Bapak sedang ada pikiran berat sepertinya ya Pak” tanya Bu Tiwi sekretarisnya Alex, umumnya seorang pimpinan akan mencari sekretaris dengan penampilan menarik, tetapi beda dengan Alex Bu Tiwi dipilihnya karena beliaulah yang mendukung Alex sejak dari NOL, dari suka duka merintis Perusahaannya, Alex selalu bergantung kepada Bu Tiwi, wanita yang sudah dianggap sebagai pengganti Ibunya sendiri. Perempuan paruh baya, berpenampilan biasa tetapi sangat piawai dalam membantu Alex memanage seluruh unit usaha di Perusahaan Alex, tanpa Beliau mungkin Alex bakalan keteteran dengan banyaknya masalah hampir diseluruh unit usahanya.
“Maaf Bu, saya lagi ada masalah pelik, menyangkut si Bagas” jelas Alex, kepada Bu Tiwi Alex sangatlah terbuka terhadap seluruh masalah yang menimpanya, dan biasanya Bu Tiwi dengan bijaksana bisa memberikan Alex masukan-masukan penting untuk membantu Alex memutuskan arah selanjutnya.
Bu Tiwi hanya terdiam, beliau tahu seluruh kejadian Bagas... karena itu Bu Tiwi hanya bisa menghela nafas panjangnya dan berkata “Selesaikanlah dengan Bijak Pak, Anda tahu Bagas itu masih muda, jiwanya masih labil, apakah mungkin Pak Alex bisa memahami perasaan Bagas dan mendapatkan solusi dari situ, saya yakin Bapak pasti bisa”.
Sudah berulang kali Alex meminta Bu Tiwi untuk jangan memanggil Alex dengan sebutan Bapak, akan tetapi berulang kali pula Bu Tiwi menyanggah, bahwa Ia harus menjaga sikap profesional dalam lingkungan kerja sehingga Ia bersikeras memanggil Alex dengan sebutan ‘Bapak’.
Ucapan Bu Tiwi didengar baik oleh Alex, dan akhirnya Alex memutuskan Ia harus melihat langsung watak sebenarnya Natalia... harus Alex langsung, karena ini menyangkut saudaranya Bagas, saudaranya yang Ia sayangi seperti adiknya sendiri.
........................................
Suasana dalam rumah itu terasa begitu sepi, dan Ninda menyukainya, karena lantas Ia terbuai dalam lamunannya sendiri. Perasaan yang membingungkan buat Ninda, perihal lamaran Anto pacarnya Ninda sendiri. Apakah Ia dapat menerima lamaran itu? Hanya cukup mengatakan “YA” atau “TIDAK” selesai urusan, tetapi masalahnya pilihan itu tidaklah mudah, untuk Ninda, pernikahan hanya sekali seumur hidup, dan Ninda merasa pilihannya itu harus tepat.
Ya, Ninda jujur menyukai Anto, dan mereka selalu bepergian kemana-mana selalu bersama. Ia pun menikmati momen kebersamaan dan keintiman mereka, yang melegakan Ninda adalah Ia masih menjaga kehormatannya dengan baik, kepuasan yang mereka raih melalui petting dianggap Ninda sudah cukup, dan Anto juga menghormati keputusan Ninda itu. Anto tidak pernah menuntun lebih dari itu dimana mereka tengah asik berduaan.
Hingga suatu malam dimana kemesraan mereka Anto melontarkan kalimat yang membuat Ninda gelagapan, “Ninda sukma putri, maukah kau menikah denganku?” serta merta Ninda menyentakkan diri dari pelukan kekasihnya itu. “kuharap kau bersedia sayangku!” desak Anto penuh harap.
“Kenapa kau melamarku bud?” malah itu jawaban Ninda, jelas Anto melongo lah...
“Karena aku yakin, wanita dihadapanku inilah pilihan yang tepat.” Jawab Anto pasti, “pasti kau pernah memikirkannya bukan, tentang masa depan kita kelak?” tambah Anto.
“Aku.. aku tidak pernah memikirkannya” ujar Ninda, Anto terbelak tidak percaya “jadi selama kebersamaan kita setahun belakang ini hanya kau anggap apa? Apa kau tidak pernah berpikir tentang kelanjutan hubungan kita kedepannya?” cecar Anto ke Ninda.
“Aku belum sampai memikirkan pernikahan, aku menikmati kebersamaan kita selama ini, kamu membuat aku nyaman, pelukanmu, kecupanmu, kemesraan kita, tapi untuk pernikahan terbesit saja tidak.” Ujar Ninda.
Jinak-jinak merpati juga ini perempuan pikir Anto, “tak perlu berbelit-belit begitu, aku sudah memikirkannya masak-masak, hidupku sudah terjamin, rumah, kendaraan pribadi semua hasil kerja kerasku selama ini, dan nanti kau akan melepaskan pekerjaanmu dan kita mulai membangun rumah tangga dengan kau disisiku” lantang Anto dengan pandangan melekat ke mata Ninda.
Namun Ninda merasa panik, Ia merasa semua itu datangnya terlalu cepat, ia baru berumur dua puluh dua tahun ditahun ini. Setiap insan di dunia memang selalu mendapati kejutan dalam hidupnya, namun lamaran Anto kepadanya serasa mengunjangkan dunia nyamannya saat ini.
“Aku... aku.. tidak tahu Anto, ini sungguh sangat mengejutkan buatku!”
“Lalu... (sambil menghela napas) apa yang kau tahu? Kau senang dengan kebersamaan kita bukan? Kita memiliki kegemaran yang sama, pikiran yang sama, dan kita sangatlah sesuai, dan kau pun senang ketika kucium dan itu.. keintiman kita..” ucap Anto.
“Benar sayang, aku tidak akan menyangkal kata-katamu barusan, tapi buatku pernikahan hanya sekali dalam hidupku, karena itu aku harus memikirkannya masak-masak...” jelas Ninda.
Apakah Anto adalah pilihannya yang tepat? Ninda tahu Ia tidak dapat memberikan janji hidup begitu saja, tetapi kenyataannya sejak Ia berpacaran dengan Anto, bisa dikatakan Ia tidak pernah jalan dengan laki-laki lain. Solusinya, Ninda harus menunda jawabannya ke Anto, untuk menetapkan pilihan jawabannya. Dan akhirnya Ninda mengatakan akan memberikan jawabannya dalam pertemuan mereka nantinya.
....................
Hari minggu yang biasanya diisi dengan keceriaan, hari itu Ninda terlihat menjadi pendiam dirumahnya. Ninda merasa panik, karena Anto menunggu jawabannya, untuk menjawab “tidak” pada Anto dirasa kurang nyaman pikir Ninda, begitupun dengan “ya” ia merasa tidak siap... sangat tidak siap dan Ninda sangat yakin hal itu.
Dan kejadian di pagi hari yang cerah itu, perubahan perilaku Ninda mendapat perhatian dari Orang Tua Ninda, “kenapa kamu menjadi pendiam nduk?” tanya Ibu Ninda, “mungkin pertengkaran rumah tangga bu” serobot Bapak Ninda tiba-tiba. “hush..” kata Ibu Ninda “Koq Bapak malah jadi kompor seh!”.
“Ada apa nduk, coba cerita ke Ibu?” Ninda mengangkat muka melihat wajah Ibunya yang menenangkan.
“Tidak ada apa-apa koq Bu” menghela napas “aku kangen mbakyu ku, dan berpikir untuk kesana sementara waktu” kilah Ninda, tiba-tiba terbesit ide dalam benaknya.
“Kebetulan bos ku sedang liburan pula, sehingga kukira tidak merugikan siapapun jika aku menggambil cuti kisaran seminggu atau dua minggu” tambah Ninda.
Mendengar Ninda menyebut nama anak pertamanya, wajah Ibu Ninda menjadi berseri-seri, karena sudah hampir tiga bulan lebih anak gadis pertamanya itu sudah lama tidak pulang kerumah. Mungkin jika Ninda menengoknya tentu mereka akan langsung mengetahui kondisi sebenarnya mengenai kakak Ninda.
Tetapi, Semenjak kejadian itu Ninda bertekad dalam keputusannya.....
‘Tiba-tiba...’ terdengar bunyi bel, Ninda tersentak dari lamunannya, ia tersenyum karena berpikir tamunya adalah kawan dari kakaknya. Walaupun mereka baru saja pergi tadi, tak ada salahnya jika ia menerima pesan dari tamu yang sedang mencari kakaknya.
Lelaki dengan wajah muram tidak bersahabat berdiri tepat dihadapan Ninda. Perawakan yang tinggi dengan rambut kehitam-hitaman dengan berpakaian rapi terkesan gagah dengan kumis tipis mengitari bibirnya yang merah cerah.
“Ya, ada apa?” tanya Ninda ramah.
Tak ada jawaban dari bibir lelaki itu, dan perlahan kecurigaan Ninda muncul, bisa saja lelaki ini hendak berbuat jahat terhadap kakaknya, seperti yang pernah diceritakan Natalia kepada dirinya, betapa banyak kepahitan dalam hidupnya meski tampak cemerlang diluarnya.
Lelaki itu hanya berdiri diam dan menggamati Ninda dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki, waduh beraroma jahat tampaknya lelaki ini terlihat, pandangan mata yang melecehkan Ninda, sehingga Ia berniat menutup pintu. Tentu lelaki jahat ini pikir Ninda, tiba-tiba lelaki itu berkata “Natalia Sukma Pelangi, nama anda, saya berbicara?” runut dan terpelajar terlihat dari kalimat yang dilontarkan baru saja.
Pasti Ia belum pernah melihat kakakku pikir Ninda. Natalia dengan rambut yang dicat kemerah-merahan jelas berbeda dengan Ninda yang tampak begitu polos.
Lelaki itu tersenyum sinis tersungging dalam dibibirnya. Apakah orang ini penggangu atau stalker seperti yang di pilem-pilem itu... Nindapun menjadi ragu bertindak, sekejap Ninda berpikir jika Ia menanggapinya dengan bersahabat mungkin dikemudian hari lelaki ini tidak akan kembali menggangu kakaknya.
Jadi dilanjut Ninda, “anda mencari saya ada apa ya Pak?”.
“Apakah tampangku sudah setua itu?” sambernya.
Yah, itu hanya kalimat kesopanan aja kali, koq sensi banget yah ini laki?.
“Oh, maaf, iya mas jad....”, “Alex Wijaya, panggil saya Alex Wijaya” jelasnya. Ninda mulai mendongkol kepada orang ini, “saya Natalia, Natalia panggil saja”.
“Apakah kita bisa berbicara urusan bisnis hanya disini, maksud saya di depan pintu ini?” tanya Alex Wijaya. “Maafkan ketidak sopanan saya, mari silahkan masuk.” Ucap Ninda.
Sambil beranjak masuk, “biasanya manager saya yang menggurusi bisnis saya” ujar Ninda, “tetapi, dia sudah kepecat karena keteledoran yang tak termaafkan, jadi sementara mencari pengganti semua urusan bisnis langsung saya handel” ingatan Ninda ketika kakaknya bercerita saol mangernya yang lemot dan kurang gesit.
“Saya tidak akan menggangu waktu anda lebih dari lima menit, jadi dengarkan kalimat saya baik-baik” ujar Alex Wijaya, “saya hanya ingin menggatakan anda tidak akan mendapat apa-apa dari saudaraku itu, serta biarkan dia menyelesaikan studinya sampai selesai, karena itu amanah dari Bapaknya Bagas.”
Sikapnya yang angkuh lagi-lagi membuat Ninda tertegun dan ternganga, “jadi... kamu Alex Wijaya? Saudaranya Bagas” kata Ninda tak percaya.
“Perlu kamu ketahui, kalau kau masih mengira bisa menjadikan Bagas sebagai sapi perahmu, maka kau
SALAH besar. Apa yang dimiliki Bagas itu hanya merupakan bantuan dariku untuk hidupnya, tentu saja bukan untuk disia-siakan, dan juga bukan untuk kamu... dia harus menyelesaikan studinya, karena itu keinginan Orang Tua Bagas. Paham!” jelas Alex Wijaya panjang lebar. “dan mulai detik ini jika kamu masih menjadikan Bagas sebagai sumber keuanganmu, dia akan kubuat miskin tak punya apa-apa.”, lanjut Alex Wijaya. “Kurasa setelah kau paham maka, kau takkan tertarik lagi dengan saudaraku itu bukan?”.
Ninda yakin, kalau kakaknya mencintai Bagas tanpa memandang harta, “apa kau yakin, pendapatmu benar?, bagaimana jikalau ternyata aku sungguh mencintainya.” Mata Alex Wijaya terlihat melotot geram. “dengan gaya hidupmu yang gemar foya-foya sudah sepatutnya kau akan mencari yang lebih kaya dari Bagas, contohnya aku.”
Ninda merasa jijik dengan perkataan Alex Wijaya, dan tak kuasa menahan emosinya, karena Ia merasa Alex Wijaya sudah menghina kakaknya, kemudian Ia berusaha memukul lelaki itu, tetapi lengan Ninda berhasil ditangkap oleh Alex Wijaya.
Alex Wijaya maju dengan cepat, sebelum Ninda sempat mengelak Alex Wijaya segera menarik tubuh Ninda dan memeluknya, tentunya Alex Wijaya tidak akan menyakiti secara fisik, tetapi jika lawan yang dihadapinya sama lelaki, pastinya akan diajak bertarung secara jantan, beda halnya jika yang dihadapinya adalah seorang perempuan, dan Alex Wijaya berpengalaman dalam hal ini, jadi Ia hanya akan membuat Ninda merasakan penghinaan. Alex Wijaya tidak menyerang dengan tinjunya, tetapi Ia menyerang dengan ciumannya ke bibir Ninda.
Ninda terbelak tidak percaya kelakuan Alex Wijaya dan berusaha memberontak dengan memukul-mukul dada Alex Wijaya, tetapi...
Sekejap saja, ciuman liar itu berubah menjadi ciuman lembut, lebih lembut malahan, dan mengundang perasaan Ninda untuk menerima ciuman Alex Wijaya, sesuatu terjadi pada diri Ninda, dari seharusnya Ia melawan karena dilecehkan, tiba-tiba Ia tidak sanggup lagi melawan gejolak birahinya yang muncul meledak-ledak dari dalam dirinya. Tangannya justru memegangi bahu lelaki itu dan bergelayut manja kepadanya. Ninda seakan lupa akan emosinya tadi dan apa yang dirasakan Ninda saaat ini hanyalah lelaki itu benar-benar telah membangkitkan gairah dalam tubuhnya, yang belum pernah Ia rasakan bahkan ketika melakukannya bersama Anto.
Dengan ciuman itu Ninda merasa terbuai, awal yang kasar berlanjut menjadi buaian kelembutan, Ninda merasakan gairahnya benar-benar melonjak tinggi. Entah apa yang merasuki Ninda hingga Ia dengan sengaja membiarkan dirinya terbuai dengan ciuman oleh orang yang baru saja dikenalnya.
Alex Wijaya tidak bermaksud memperkosanya, belum, mungkin akan, tapi hal itu belum terjadi saat ini...
“Hentikan!” tukas Alex Wijaya sambil menatap Ninda setelah Alex Wijaya merasa cukup untuk menyudahi tindakannya barusan.
“Baru saja tadi kau mengatakan mencintai Bagas, tapi belum berganti menit kau sudah menunjukkan ketidak setianmu padanya!” ujar Alex Wijaya. “tentunya kau lebih memilih pada pria yang berkecukupan dan sukses, bukan pada lelaki yang hanya mengandalkan hidup pada saudaranya.”
Dengan lemah Ninda berkata lirih “Anda salah melihat pribadi seseorang”, Alex Wijaya memilih mengacuhkannya dan memberikan pandangan mencemooh sambil mengancam “jangan ganggu lagi saudaraku!” sambil beranjak pergi...
“Cinta sejati itu tidak mengenal harta, apakah anda memahami hal itu?” kalimat Ninda menghentikan langkah Alex, dan dengan segera Ia membalikan badannya kembali menghadap Ninda, “Wanita materialistis sepertimu Natalia, tidak akan pernah tahu cinta sejati, jangan membuatku tertawa!” tukas Alex geram.
Ninda terkejut mendengar kalimat Alex yang sudah menghina kakaknya, “Anda belum mengenal secara dalam tentang saya Bapak Alex” sindir Ninda percaya diri.
“Kau pikir kau siapa?” Geram Ninda, “Kau tahu siapa aku nona, kuakui kau sungguh cantik bahkan dalam tampilan natural seperti ini...”ujar Alex, “Begini saja, sesuai permintaan kekasihmu Bagas, akan kucoba bantu dirimu untuk mendapatkan peran utama itu, bagaimana?”
Peran utama, Ninda dilanda kebingungan, lantas apa yang harus ku perbuat pikir Ninda cepat.
“Apa kau pikir dengan kemampuanku aku tidak mampu mendapatkan peran itu” cemooh Ninda, Ia yakin dengan kemampuan Kakaknya, Natalia akan sanggup mendapatkan peran utama.
“Bukankah kau meminta Bagas untuk memohon kepadaku supaya membantumu, bagaimana mungkin kau sekarang sangat percaya diri sekali” sinis Alex menjawab, “Dengarkan baik-baik, aku sanggup membantumu mendapatkan peran itu, tapi ada harga yang harus kau bayar” ujar Alex tersenyum.
Ninda sungguh sebal dengan kalimat Alex, Ia berusaha tegar untuk tidak membuat nama kakaknya jatuh, “Apa kau yakin bisa mendapatkan peran itu untukku” ujar Ninda pelan, Ninda tidak yakin dengan kalimatnya barusan, Ninda merasa bahwa Ia baru saja memancing serigala memasuki rumahnya.
“Seratus persen yakin Nona Natalia, sepertinya kau meragukan kemampuanku” ujar Alex sinis, “aku yakin dan bisa mewujudkan kemauanmu asal kau setuju dengan harga yang ku mau”.
“Apa yang kau mau Bapak Alex?” tanya Ninda sedikit bergetar suaranya.
“Yang ku mau sederhana, kau ikut denganku sekarang” ujar Alex merasa menang, “Jadi bagaimana kalau kau ikut saya sekarang juga, dan kita lihat bagaimana sikap Bagas mengetahui bahwa kekasihnya pergi denganku” tantang Alex.
“Tidak, saya tidak akan mengkhianati hubungan kami,” jelas Ninda,
“Dan bagaimana jika dengan paksaan Nona Natalia” sergah Alex dengan sinisnya. “Aku sanggup dengan cepat memaksa kau ikut denganku saat ini juga, baik, dengan paksaan atau kerelaan.” Sombong Alex.
“Kau tidak akan bernai melakukan itu” ujar Ninda sedikit takut akan niatan Alex, Ia merasa Alex hanya memberikan gertakan saja dan Ninda menjadi ketakukan dengan apa yang dilakukan Alex selanjutnya.
Tanpa menghiraukan kata-kata Ninda, Alex meraih ponselnya “Kemari kalian..” singkat dan jelas, selang beberapa detik kemudian, dua orang pria berbadan tegap menghampiri mereka dan Alex berkata “bawa dia” sambil menunjuk Ninda dengan gerakan kepalanya, “lakukan tanpa kekerasan, tidurkan saja”.
Ninda terhenyak tidak percaya bahwa Alex sanggup melakukan sejauh ini, dan dengan gemetar Ninda hendak berlari, tapi karena saking takutnya, Ninda malah tersandung kakinya sendiri dan terjatuh, kedua pria tersebut segera meraih lengan Ninda, dengan meronta-ronta Ninda hendak berteriak, tetapi sebuah tangan membekap mulutnya, dan menarik paksa tubuh gadis itu dan membopongnya menuju mobil. Bekapan tangan dimulut Ninda mengandung sesuatu yang membuat Ninda terbius, dengan segera tubuhnya terasa lemas dan sebelum Ninda kehilangan kesadaran Ia merasa dirinya sedang dibopong keluar dari rumah kakaknya.
.......................
...............................
Ninda terbius yang dilakukan pengawalnya Alex, nanti dulu... jika mereka itu pengawalnya Alex, kenapa di mobil hanya ada Ninda dan Alex? sepertinya Alex mempunyai maksud tersembunyi dalam hal ini. Dan tampaknya hanya ada satu mobil yang tampak di jalan yang menuju antah berantah... karena terlihat mereka sudah bukan dijalan raya lagi, jalan yang mereka lalui saat ini masih terlihat lebar dan masih beraspal, walau tampak banyak aspal yang mengelupas sehingga mau tidak mau membuat kenyamanan mobil sedikit terganggu, meski dengan mobil dobel cabin sekalipun milik Alex ini. Karena aspal jalanan yang tidak nyaman, membuat Ninda tersadar perlahan, gadis itu menggeliat seakan baru bangun dari tidur lelapnya.
Ninda tersadar perlahan, sekejap Ia mencoba menggumpulkan ingatannya keberadaannya saat ini?
Setelah ingatannya kembali pulih Ninda tersentak kaget dan mencoba mencari tahu sambil masih berpura-pura pingsan, akhirnya Ninda memutuskan untuk membuka matanya dan menoleh ke pengemudi yang ternyata Alex.
“Kemana kau membawaku?” tanya Ninda lemah, setelah Ia siuman dan menyadari bahwa Ninda tidak lagi berada di Ibukota, kerena melihat kiri dan kanan jalan yang mereka lalui hanyalah hamparan sawah membentang luas sampai garis pandang mata.
Ninda tahu percuma saja Ia bersikap emosi dan berusaha melawan Alex, karena Ia tahu hal tersebut akan menjadi sia-sia saja, mungkin bersikap kooperatif bisa mengukur niatan Alex sebenarnya, pikir Ninda.
“Hei, Kupikir kau akan menggila dan mengamuk ketika bangun nanti, tetapi kenapa sekarang kau lebih kalem?” Heran Alex terhadap perubahan sikap Ninda yang masih disangkanya Natalia.
“Jangan kahwatir Bapak Alex, saya masih tidak mempercayai anda” ujar Ninda
“Alex, panggil Alex jangan pake embel-embel Bapak, terkesan tua sekali diriku” jawab Alex mengkoreksi panggilannya.
“Baiklah Alex, apa rencanamu dengan membawa diriku dengan paksa ke daerah antah berantah ini?, “Aku tidak tahu maksudmu sebenarnya dengan membawaku paksa, apa kau tahu ini kau bisa kena masalah jika kulaporkan pada pihak berwajib” kata Ninda tegas.
“Tidak perlu mengancamku Nona, aku tahu apa yang kulakukan, walau sebenarnya membawamu dengan paksa tidak termasuk dalam rencanaku sebelumnya” kata Alex, “Ternyata kau cukup pintar ya, baiklah karena kau bersikap baik tidak seperti perkiraanku sebelumnya, kita akan pergi ke rumahku yang sudah lama tidak kutengok. Semoga masih tetap utuh dan dalam kondisi baik.” Jelas Alex. “Tenang, kita hanya pergi kisaran dua hari, setelah itu kau akan kembali dengan utuh, dan jelas aku tak akan melukaimu, jika itu membuatmu nyaman”.
Ninda berpikir apa sebenarnya rencana Alex, tetapi sepertinya Alex paham pemikiran Ninda, “Aku terpaksa membawamu, jujur saja dari awal ini bukan rencanaku, hanya terlontar begitu saja tadi, karena kau selalu membicarakan cinta sejati.” kata Alex.
“Apa maksudmu sebenarnya, jangan bertele-tele, Lex” ujar Ninda sengit.
“Ketika Bagas mengetahui bahwa Kekasihnya sedang pergi denganku, aku ingin tahu ketika apa yang kukatakan kepada Bagas itulah kebenarannya, pastinya hal ini akan mempengaruhi pemikiran Bagas mengenai dirimu sebenarnya Natalia” Jelas Alex.
“Kau Jahat Lex, asal kau ketahui rencanamu itu tidak akan berhasil” ujar Ninda tersenyum sinis, Ia yakin percuma saja menjelaskan siapa dirinya saat ini karena Alex merasa dirinya diatas angin, dan Ninda senang pada akhirnya Kakaknya dan Bagas bisa bersama selamanya.
“Sungguh percaya diri sekali anda nona Natalia, ki....” sela Ninda tiba-tiba “Ninda, panggil aku Ninda, tanpa embel-embel nona” sindir Ninda. “kita lihat nanti, siapa yang akan tertawa diakhir nanti” lanjut Ninda tegas.
“Cukup basa basinya, kita sudah hampir sampai...” ujar Alex dingin. “Baiklah Ninda, kita lihat siapa yang akan tertawa nanti di akhir” lanjut Alex dingin, “ dan kita sebentar lagi akan sampai, semoga rumah yang akan kita tuju masih dalam kondisi baik”.
Ninda sebenarnya terkejut akan perkataan Alex bahwa mereka sedang menuju rumah Alex yang entah berada dimana, sejauh ini Ninda jarang sekali melihat rumah penduduk, kali ini hanya pasrah Ninda kepada Yang Kuasa semoga Ia baik-baik saja.
[Alex Wijaya emosi karena Ninda(Natalia) masih bersikeras, dan muncul niat jahat dengan menculik Ninda untuk menunjukan ke Bagas bahwa Ninda(Natalia) bukan wanita baik-baik]
.....
===================================