Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN PENGLARIS

awan samudra

Semprot Addict
Daftar
1 Jan 2016
Post
454
Like diterima
8
Bimabet
Cerpen ini saya sadur dan terjemahkan dari cerpen bahasa jawa dengan judul yang sama


PENGLARIS




"Baru ya mas di sini ? Bolak-balik lewat sini baru tahu ada angkringan di tempat ini ?"

Paimin yang kepalanya menunduk terkantuk-kantuk sontak bangun karena terkejut. Walaupun masih sore tapi karena hanya duduk menunggu pembeli yang tak kunjung datang membuat dirinya mengantuk. Jadi kaget ketika ada seorang laki-laki yang duduk di lapaknya sambil makan cakar.

Ohhhh..... Nggih pak... Nembe seminggu bikak wonten mriki (Ohhhh... Iya pak.... Baru seminggu buka di sini)”

“Kok sepi gini mas ? Enak tenan iki cakarnya..... Masak sendiri ini ?” orang itu bertanya sambil asik nglamuti cakar ayam bikinan Paimin.

"Nggih pak... Masak sendiri, resep warisan orang tua...”

Enak tenan ini mas.... bumbune pas. Kalau orang-orang pada ngerti.... angkringan mu pasti tambah rame ! Cakar ini bisa jadi cara meramaikan angkringan mu ini....”

"Itu kan cakar biasa to pak...cakar ayam. Bukan penglaris. Mosok bisa bikin banyak orang jajan di sini ???"

Maksud ku ora ngono mas, ndak gitu.... Sinten asmane sampeyan ?"

"Saya Paimin pak... ”

“Maksud ku bukan gitu Mas Min... Cakar ini enak. Dari kecil aku seneng banget makan cakar karena harus telaten. Digigit satu-satu sampe habis semua tinggal tulangnya. Kaki alias cakar ayam itu wujudnya seperti akar tumbuh-tumbuhan, kata ibu ku dulu, kalau sudah besar nanti kaki ku akan kokoh bagai pepohonan. Ya sebetulnya sih gak bener itu. Hanya saja pas aku masih kecil, ibu ku biasane kalo belanja buat lauk ya cuma cakar ayam kaya gini.... Jadi sampai umur ku segini, sampai aku jadi dosen masih suka makan cakar. Kalau pengen ya aku nyarinya di angkringan... Gitu lho mas min... Ha ha ha ha....." panjang lebar orang itu bercerita sambil bercanda.

Paimin mendengarkan dengan antusias. Gaya bicaranya berbobot dan sepertinya dia orang yang pintar. Terlihat dari caranya berpakaian serta tingkah lakunya.

"Terus niku wau Pak...masalah cakar yang jadi penglaris. Itu cakarnya diapakan pak ? Apa ditumbuk halus terus disebar di sekitar angkringan saya atau pripun ?"

“Ha ha ha ha....” Orang itu malah tertawa keras. Paimin jadi bingung sendiri.

"Ora ngono Mas Min.....ndak gitu. Cara kaya gitu kan caranya simbah-simbah dahulu. Sekarang sudah beda, penglaris harus mengikuti perkembangan jaman." Lanjut orang itu.

"Wis sekarang gini wae mas... Penglaris yang tak omongke itu nanti akan ku jelaskan dan bakal tak wariske pada mu Mas Min.... Tapi nggak sekaligus malam ini. Sedikit demi sedikit tapi kamu harus mau nglakoni... Piye sanggup ndak ??!!!"

"Terus nanti saya mbayar pinten, Pak?" Tanya Paimin ragu.

“ Ha ha ha ha....” Orang itu tertawa malah makin keras, terlihat senang hatinya. "Ndak usah mbayar...! Tapi sampeyan harus manut dan sanggup nglakoni."

"Mmmm.....Nggih pak, saya sanggup. Pokoke yang penting dangan saya laris. Saya patuh dan percaya apa kata Bapak." Jawab Pamin kini dengan penuh keyakinan.

Ya wis... Kalau sampeyan percaya karo aku.”

Orang yang terlihat baik dan pintar itu lalu memberi wejangan pada Paimin. Katanya syarat pertama yang harus dilakukan Paimin yaitu selama berjualan Pamin harus rapi. Baju disetrika yang rapi, pakai sepatu. Walau pakaian atau sepatu lama dan nggak bagus-bagus banget ndak apa-apa. Yang penting terlihat rapi dan bersih tidak semrawut. Rambut yang sekarang panjang awut-awutan dipotong dulu, terus diminyaki biar klimis. Minyak murahan juga ndak masalah yang penting bisa membuat rambut terlihat rapi.

Setelah itu tambah pakai parfum atau deodoran biar yang jajan nggak semaput menghirup bau ketek asem. Penjual angkringan itu dekat dengan api, panas menyebabkan keringan yang berlebih. Tambah lagi saat rame pembeli nanti harus wara-wiri mengantarkan pesanan. Lha nanti kalau bau badan Paimin kaya kambing, pasti yang jajan pada bubar semua. Semua itu sarana agar pembeli yang jajan di angkringan ndak jijik sama penjualnya. Terlihat rapi dan menyenangkan. Jualan kalau terlihat kusut, dan lecek, ndak sumringah, yang mampir pengen jajan jadi pada males. Kalau sudah terlanjur belok dan jajan pasti kapok ndak bakal datang lagi.

Semua itu syarat pertama. Paimin yang ingin membuktikan penglaris dari orang itu terlihat semangat sekali. Paginya, baju yang akan dipakai sore nanti dicuci. Siangnya setelah kering lalu disetrika. Sepatu lama miliknya yang terlhat kusam dibersihkan sampai bersih. Dilap pakai air dirasa sudah cukup, lha wong dia ndak punya semir sepatu. Semua ditata rapih, siap dipakai nanti sore. Katanya orang itu mau datang lagi, memberi syarat penglaris selanjutnya.

Bakda maghrib orang itu datang lagi. Tapi kini tidak sendiri. Dia datang bersama dua orang, mungkin temannya pikir Paimin. Paimin senang-senang saja, karena semakin banyak teman-teman orang itu diajak datang, berarti dagangannya semakin laku banyak. Paimin tersenyum gembira.

Semenjak datang orang itu hanya diam saja, sibuk makan cakar. Seperti menikmati sekali lezatnya olahan cakar ala Paimin. Yang terlihat celingak-celinguk malah dua orang temannya tadi. Lalu malah ngajak ngobrol Paimin. Lama-lama omongannya sampai menyinggung cara berpakaian Paimin.

"Sampeyan ini bakul (pedagang) yang nyentrik, Mas. Walah-walah, baru kali ini saya ketemu dengan bakul angkringan yang rapi kaya gini. Ya nggak Mas No ???" Sambil menoleh pada teman satunya.

Paimin diam saja, mau menjawab tak tahu harus jawab apa. Memakai pakaian dan berdandan seperti itu sebenarnya membuat dia merasa tidak bebas. Rasanya aneh, tapi sebenarnya ya bagus. Tadi sebelum berangkat dia sempat berkaca, melihat bayangan dirinya di spion motor bututnya. Ternyata dirinya ganteng juga kalau dandan rapi seperti itu.

"Ndak Mas, ndak pa pa. Bagus kok. Saya malah seneng ada bakul angkringan rapi enak dilihat seperti sampeyan itu."

Paimin hanya tersenyum.

"Ini kan demi menerima penglaris dari bapak itu to Pak." Paimin menjawab sambil mengarahkan dagunya ke orang yang sedang sibuk makan cakar ayam.

Orang itu diam saja tak menaggapi. Temannya yang bertanya pada Parmin tadi hanya senyum-senyum sambil menepuk-nepuk pundak orang yang kini sedang asik menyruput kopi tubruk buatan Paimin.

Hampir satu jam mereka ngobrol ngalor-ngidul di angkringan Paimin. Jajannya lumayan banyak cukup bikin Paimin tersenyum riang. Saat akan pulang, setelah kedua temannya agak jauh orang itu mendekat lalu berkata pada Paimin.

"Bagus mas, seneng aku. Sampeyan sudah mematuhi syarat pertama. Sekarang aku kasih syarat penglaris selanjutnya."

Paimin makin berbinar mendengar syarat selanjutnya. Syaratnya yaitu besok saat Paimin jualan semua harus bersih. Tempat jualan, gerobak angkringan, piring, gelas dan peralatan lain harus bersih. Untuk makanan dan jajanan ditutup dengan tudung saji, kalau ndak ada cukup pakai kain serbet yang bersih. Biar gak dikerubungi lalat dan serangga lain.

"Eh mas....natanya yang rapi ya...!!!" Orang itu masih sempat menoleh sambil mengingatkan Paimin saat pergi menyusul teman-temanya yang lain.

Paimin pun bertekad memenuhi semua syarat dari orang itu. Paimin berpikir mungkin dengan bersihnya tempat jualan mungkin penglaris akan mudah masuk pada dirinya. Paimin juga yakin pasti orang itu besok datang lagi dan tidak mungkin sendirian. Pasti membawa teman lagi seperti sore ini.

Sore hari berikutnya, angkringan Paimin terlihat kinclong. Semua bersih, cara mengatur peralatan dan dagangan juga bagus dan rapi. Tidak semrawut lagi. Agak malam, orang itu datang lagi membawa teman. Tidak berapa lama, temannya yang kemarin menyusul datang. Temannya itu juga membawa teman yang lannya. Paimin seneng banget, dagangannya pasti epet habis.

"Mas Paimin... Besok angkringan mu ini pasti bakal tambah rame. Mas Min pasti butuh tempat yang lebih luas lagi. Mas Min pindah wae, itu lho agak ke utara sedikit. Sebelah situ lho......" Kata orang itu saat teman-temannya yang lain lagi sibuk ngobrol.

"Tempat yang lumayan luas itu bersihkan saja. Sapu lalu cabuti rumput-rumput yang tumbuh liar. Jangan lupa bawa tikar buat duduk lesehan. Pasti orang-orang lebh seneng duduk lesehan dari pada duduk dibangku kaya gini."

Setelah perbincangan yang menurut Paimin masalah aji penglaris selesai, orang itu lalu pergi bergabung dengan teman-temannya yang lain. Malah Paimin pun diajak ikut gabung ngobrol. Bukan ngobrol tentang penglaris....lha wong topik yang dibicarakan ndak pernah sama selalu berganti-ganti. Dasar Paimin, dia juga seneng diajak ngobrol. Malah dia bisa bercerita tentang pengalaman hidupnya selama ini.

"Sampeyan dasare grapyak kok, Mas Min..... Mudah bergaul. Jadi ini harus Mas Min terapkan pada siapa pun yang jajan di sini. Semua pembeli disapa, kalau wis kenal tanya gimana kabare. Sudah itu saja Semua yang sudah kamu lakukan sesuai petunjuk ku kemarin jangan samapai dilupakan. Terus dijalankan selama kamu jualan." Paimin hanya manggut-manggut sambil tersenyum mendengar nasihat orang itu.

"Eeee...lha terus kapan pak saya menerima aji-aji penglarisnya ??" Tanya Paimin tiba-tiba.

Orang itu seperti kaget lalu malah tertawa terbahak-bahak. Lalu orang itu berkata pada Paimin.

"Wis Mas Min... Sudah tak turunkan kok. Penglaris itu ya semua yang tak omongke ke Mas Min kemarin. Itu lah kunci kalau mau jadi pedagang yang sukses"​
 
Tidak semua cerita itu fiksi belaka tapi cerita yg suhu terjemahkan memang terbukti adanya. Mantav wejangan penglarisannya
 
dan siapakah orang itu!? Mujur bagi mas Parmin dapat ilmu penglarisnya secara cuma-cuma..
:)
nggak nyadar:D gara-gara ceker
membawa berkah​
 
dan siapakah orang itu!? Mujur bagi mas Parmin dapat ilmu penglarisnya secara cuma-cuma..
:)
nggak nyadar:D gara-gara ceker
membawa berkah​
Ya begtu lah....
 
Paimin beruntung amat dapat ilmu gratis ,kenyataannya sekarang di angkringan banyak orang yang nawarin MLM atau money game ..

Hahahaa..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd