Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Castolol

Semprot Baru
Daftar
10 Jun 2017
Post
42
Like diterima
1.317
Bimabet
Salam hangat untuk para suhu semuanya, saya newbie yg sudah lama menjadi silence riders di grup ini, memberanikan diri mencoba menulis karya fiksi yg dibumbui dengan kenyataan dalam tiap adegan. newbie yg hina ini baru pertama belajar menulis. karya ini newbie dedikasikan untuk para pembaca cerita fiksi. cerita ini murni hasil pikiran dan imajinasi liar penulis. Jika ada kesamaan nama, lokasi, dan peristiwa mungkin saja kita sama dan pernah bertemu di dunia nyata. selamat menikmati!
.
.
cerita ini akan memiliki part yg sangat panjang, sesuai dengan antusias pembaca. sebaiknya siapkan kopi sambil membaca.
.
PERI-PERI PENDUSTA
(SEMUA PUNYA RAHASIA)

“Suara ombak begitu kencang menghantam karang, air menggulung tubuhku tanpa ampun. Beberapa menit yang lalu aku berusaha menolong bocah kecil yg tenggelam di sekitar pantai selatan.”

Namaku Bayu Aji Pamungkas, orang memanggilku Aji. Aku pria jawa yang terlahir dari keluarga sederhana. Bapakku seorang peternak sapi di desa dan ibuku membuka sebuah warung kecil di depan rumah. Desaku berada di ujung timur pulau jawa. Sebuah desa kecil yg tidak begitu terkenal. Aku merantau ke Jogjakarta hanya untuk menempuh kuliah di salah satu universitas negeri paling bergengsi . Karena lahir dari keluarga sederhana, bapakku rela menjual dua ekor sapinya untuk modal masuk universitas. Sebenarnya aku sudah menolak untuk melanjutkan kuliah dan memilih untuk bekerja membantu ekonomi keluarga. Namun, aku adalah anak laki-laki pertama yg berhasil masuk universitas negeri dan satu-satunya anak seusiaku yang diterima di perguruan tinggi di desaku. Bapakku begitu bangga dan terus memaksaku untuk kuliah.

“bapak bukan sarjana, tapi bapak bangga anak bapak bisa diterima kuliah. Selama bapak masih bisa bekerja, kamu cukuplah kuliah dan menjadi sarjana. Buat bapakmu ini bangga”

Itulah kata-kata yang selalu aku ingat. Tapi kini aku menyesal, aku tidak tau bagaimana nasibku kali ini. Yg aku lihat hanya air dan pasir yg terus menggulung tubuhku dan aku hanya bisa pasrah jika aku mati sekarang. “maafkan anakmu ini pak!” ucapku dalam hati.

Mataku terpejam, ingatanku hilang.

“den, den bagus! Bangun, den!” Suara itu muncul perlahan dalam gelap. Den bagus adalah kependekan dari ‘Raden Bagus’ yaitu sebuah panggilan kehormatan bagi putra bangsawan, atau anak saudagar yang memiliki kelebihan tertentu. “Siapa yg memanggilku? Apa aku sudah mati? Atau aku diselamatkan seseorang?” Mataku berat sekali untuk terbuka dan suara itu terus memanggil berulang-ulang. Aku berusaha tersadar dan membuka mataku, yg aku lihat hanyalah sebuah cahaya terang dari balik kelopak mataku. Perlahan aku mulai melihat sosok wanita jawa dengan pakaian kemben yang sangat aneh. Aku pernah melihat hal seperti ini, tapi itu saat aku berkunjung ke keraton Yogyakarta atau saat aku menghadiri acara kesenian tradisional. Lalu kenapa wanita ini tiba-tiba ada disini? Aku dimana? Bukannya tadi aku tersapu ombak? Lalu dimana teman-temanku? Pikiranku penuh dengan pertanyaan yg mulai membingungkan. Belum sempat aku bertanya, wanita itu segera berkata “tidak usah bingung, den. Aden sudah ditunggu ibu Ratu. Lekaslah bangun.” Tanpa sadar tubuhku beranjak bangun, pikiranku kosong sejenak. “mari saya antar!” aku pun mengikutinya secara tiba-tiba. Aku bingung, tapi tubuhku seolah bergerak dan mengenal ajakan tersebut.

Terdapat sebuah gerbang besar dihadapanku, gerbang tersebut sangat tinggi dan megah sampai aku tidak bisa membayangkannya. Di kedua sisi gerbang terdapat sosok pria tinggi besar memegang tombak dan memandangku seperti akan membunuhku. “jangan takut den, ibu ratu sudah menunggu di dalam.” Seru wanita itu. Pintu gerbang tersebut terbuka dan para penjaga tersebut seolah tunduk saat kedua pintu tersebut terbuka. “aden masuklah, saya hanya bisa mengantar den bagus sampai sini” wanita itu berbicara sambil menundukkan mukanya. Lagi-lagi tubuhku seolah bergerak sendiri, aku terus melangkah maju tanpa tau dan takut apa yg menungguku di dalam.

Setelah aku melewati gerbang, aku terheran-heran dengan apa yg aku lihat. Di kanan dan kiriku banyak sekali sosok gadis muda cantik sedang menari-nari menggunakan busana jawa lengkap. mereka menari dan bersenda gurau layaknya sedang menggelar pertunjukan. Ada banyak sekali gadis sampai aku tak bisa menghitung berapa jumlah mereka. Ditengah lamunanku terdengar suara lembut namun tegas memanggil namaku, “Aji! Kemarilah” bersamaan dengan suara itu, para gadis yg tadinya menari mendadak berhenti dan berlutut tunduk. Kini di ujung mataku hanya terlihat sesosok wanita berambut panjang dan sangat cantik rupanya. Wanita tersebut mengunakan pakaian serba keemasan yg sangat sesuai dengan warna kulitnya. Di pundaknya terdapat kain transparan yg menjuntai panjang menutupi kulit mulusnya. Dia berdiri sambil menatapku seakan hembusan angin yg langsung menerpa wajahku. Tatapan matanya begitu teduh seakan menghilangkan semua kegelisahanku. “duduklah dulu, Aji.” Suara lembut itu seakan menjamah telingaku.

“siapa kamu? Dan dimana aku sekarang? Apakah aku sudah mati? Apakah ini yg namanya surga?” aku melontarkan pertanyaan yg dari tadi sudah memenuhi kepalaku.

“maafkan aku Aji, karena sudah membuatmu bingung. Disini aku disebut Ibu Ratu. Aku adalah penguasa alam Jin di Pantai Selatan ini. Hatimu begitu mulia, Aji. Kau mempertaruhkan nyawamu demi menolong anak kecil yg tenggelam. Kau belum mati, lebih tepatnya kau sekarang ada di istanaku. Istana pantai selatan.”

“dimana teman-temanku? dan dimana anak itu?” ucapku.

“teman-temanmu ada di duniamu, mereka sedang menunggumu. Anak itu pun selamat, berkat pertolonganmu.”

“lalu kenapa aku masih disini? Apa aku tidak bisa kembali ke duniaku? Lantas kenapa kmu menolongku?” tanyaku semakin kebingungan.

“leluhurmu dulu pernah menolongku, kamu adalah keturunan dari Raden Indra Pamungkas. Sifatmu sama seperti dia. Kamu pemberani meskipun kamu akan mati, kamu tidak takut mati. Aku ingin membalas budi pada raden indra dengan menolong keturunannya. Ya kamu, itulah alasanmu ada disini. Takdir mempertemukan kita”

“aku tidak mengerti apa yg kamu katakana. jika kamu memang mau menolongku, kembalikan aku ke dunia ku. Aku mohon” pintaku.

“memang, itu tujuanku. Selain itu, aku akan memberikanmu beberapa ilmuku. Agar kamu lebih mudah menjalani hidup di duniamu.”

“terima kasih. Tapi aku lebih ingin pulang ketimbang mendapatkan ilmumu. Aku hanya kasihan bila bapakku tau aku mati atau aku terlalu lama disini.”

“tidak apa-apa, ini adalah bentuk balas budiku pada leluhurmu. Terimalah, dan pulanglah keduniamu. Temui aku jika kamu kesulitan. ” bersama dengan ucapannya muncullah cahaya putih terang dari arahnya lalu semua menjadi gelap dan aku seperti sedang tertidur pulas.
KEHIDUPAN BARU

Aku terbangun, terlihat cahaya putih silau dari balik kelopak mataku yg perlahan terbuka. Suara air menetes terdengar dekat di samping telinga. Orang-orang berbicara, menangis, dan ada yg bercerita. Suara demi suara masuk ketelingaku tanpa aku mengerti siapa yg berbicara. Pandanganku sedikit pudar namun banyak orang yg berada di dekatku. Kain hijau menjuntai panjang seperti dinding penyekat. Bau obat tercium seperti tumpah didekat hidungku. Aku bingung, suara pelan menyapa didekat telinga “mas, sudah bangun mas! Suster, suster, bisa tolong sebentar.” Suara asing itu perlahan menjauh. Lalu segera datang beberapa orang. Tubuhku sedikit lemas seperti orang selesai marathon 1000 km. aku lelah dan kembali tertidur.

“Ji, Aji! Bangun Ji! Jangan tidur terus!” suara itu aku kenal, suara Angga. Teman kuliahku, sekaligus sahabatku satu-satunya di Jogja.

“Ngga… Aku dimana?” tanyaku.

“kamu di rumah sakit Ji. Kemarin kamu nolong anak kecil hampir tenggelam di pantai selatan. Kamu sempet ilang semenit, untung tim SAR Gunung Kidul cepet nyelametin dirimu. Kalo engga, dirimu yg ilang.” Cerita si Angga.

“oh, berarti kejadian itu bukan mimpi, untunglah aku selamat.” Ucapku lemas.

“trus anak itu selamat juga ga Ngga?” tanyaku

“selamat, berkat pertolonganmu anak itu ga keseret ombak terlalu jauh. Jadi langsung bisa diselamatkan sama pengunjung yg lain. Oh iya, ini kenalin ibunya anak itu. Dia yg nanggung biaya rumah sakit ini.” Ucap Angga.

“saya Iren mas. Terima kasih sudah nyelametin anak saya. Mas Aji tenang saja, semua biaya pengobatan saya tanggung sampai sembuh.” Kata Iren.

“Makasi bu, Iren.” “Ngga! Bapak ibuku tau ga kalo aku di RS?” tanyaku sambil berusaha memastikan sekitar ruangan.

“ya belum lah, aku kan ga tau nomer bapakmu. Hpmu ilang pas kamu tenggelem di laut.” Seru si Angga.

“Syukurlah, aku malah takut bikin beban pikiran bapak ibu kalo mereka tau aku di RS.” Ucap ku.

“lhaa malah bersyukur, bocah edan.” Kata Angga.

“Mas Aji tenang saja, nanti saya belikan HP baru. Sekalian selama mas Aji belum sembuh, Mas Aji tinggal di rumah saya aja. Biar ada yg ngurus luka mas Aji.”

“terima kasih, bu. Maaf kalo merepotkan” seketika aku sadar, ternyata tubuhku banyak luka bekas tergilas ombak. Namun, aku sedikit bersyukur karena ada orang baik yg mau merawatku.

Dua hari kemudian aku diizinkan pulang dan aku mulai pindah ke rumah bu Iren. Kami pergi menuju perumahan elit yg terletak di kaki gunung merapi, tidak jauh dari kampusku. Sesampainya di rumah bu Iren, kami disambut oleh pembantu bu Iren yg langsung membukakan pintu gerbang. Rumah bu Iren sangatlah mewah, dan menandakan bu Iren bukanlah wanita sembarangan. Rumah tersebut memiliki dua lantai, 5 kamar utama, 2 kamar pembantu, dan kolam renang. Di lantai satu terdapat ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur dan ruang makan. Di lantai dua terdapat ruang santai dan 3 kamar tidur. Sedangkan kamar pembantu terletak di samping rumah. Terpisah dari rumah induk.

“mas Aji, nanti mas Aji tempatin kamar yg di pojok itu ya. Itu biasanya kamar untuk tamu. Tapi mas Aji tempatin aja gpp. Disini jarang ada tamu.” Ucap bu Iren.

“mbak Pur, tolong anterin Mas Aji ke kamar ya! Setelah itu siapin makan buat kita. Tadi belum sempet makan” perintah bu Iren.

“siap Bu.. Laksanakan! Ayo Mas..” saut mbak Pur.

Sambil menggunakan alat bantu untuk berjalan, aku bergegas menuju kamar dan segera berganti pakaian. Sejenak aku duduk di tepi kasur sambil memandangi bekas lukaku. Aku bersyukur masih bisa selamat. Bu Iren menjelaskan siapa saja penghuni rumah ini sambil makan, aku mendengarkan sambil mengunyak makanan yg ada di depanku. Entah mengapa aku sangat kelaparan.

Di rumah ini ada 5 orang Bu Iren, Silvi, Dio, mbak Pur, dan mas Karyo. Silvi adalah anak pertama yg berumur 19 tahun, dia baru masuk kuliah tahun ini. Karena itu jarang di rumah karena kesibukannya sebagai MABA. Dio adalah anak bu Iren yg aku selamatkan. Dia berumur 11 tahun dan masih duduk di bangku kelas 4 SD, sedangkan mbak Pur adalah pembantu yg biasanya memasak, mencuci dan mengurusi semua pekerjaan rumah. Mas Karyo adalah supir yg biasanya standby di rumah jika ada sesuatu yg diperlukan.

Dua minggu aku aku berada di rumah bu Iren, tidak banyak hal yg terjadi. Selain aku focus dalam penyembuhan kakiku dan bermain bersama Dio. Semenjak aku disini, Dio semakin akrab denganku dan menganggapku sebagai pahlawan penyelamat hidupnya. Dimatanya aku adalah tokoh Superman yg babak belur setelah menyelamatkan kota. Proses pemulihanku tergolong sangat cepat ketimbang orang pada umumnya. Di minggu kedua sebenarnya aku sudah bisa dikatakan pulih, hanya sisa bekas luka saja yg belum hilang. Aku juga merasa heran, biasanya dengan luka begitu orang membutuhkan waktu 2 bulan untuk pulih.

Sejenak aku teringat tentang kerajaan dan Ibu Ratu. Apakah waktu itu benar terjadi atau kah hanya mimpi. Aku tertidur sambil memikirkannya. Dalam tidur ku ternyata muncul lagi sosok Ibu Ratu, dia datang untuk menurunkan ilmunya.

“Aji, aku akan menurunkan tiga ilmuku padamu. Yg pertama Rogo Boto, yaitu kekuatan tak terhingga dari jiwa raga. Kamu akan mampu menghadapi petarungan jarak dekat dan mengalahkan musuhmu. Kekuatan ragamu akan mencegah dirimu terluka oleh senjata tajam. Pemulihan tubuhmu akan lebih cepat daripada manusia lainnya. Kedua, Moto Trisno. Yaitu akan membuat musuhmu takut jika memandang matamu secara langsung. Jika yg memandang adalah lawan jenis, dia akan selalu teringat denganmu. Ini berlaku juga sebagai pemikat lawan jenis dan penakluk segala yg susah. Ketiga, Ati Sliro. Yaitu kekuatan untuk mewujudkan apa yg kamu inginkan. Segala sesuatu yg kamu inginkan akan terwujud, entah dari dirimu ataupun melalui orang lain. Gunakan ilmu ini sesukamu. Ini adalah hadiah dariku.” Ucap Ibu Ratu.

Seketika aku langsung terbangun dari tidurku, aku masih tidak percaya dan menganggap itu hanya mimpi saja.


MBAK PUR DAN MAS KARYO

Pagi itu aku terbangun dengan tubuh segar. Aku sudah sembuh, seperti tidak ada luka di tubuhku. Kian hari aku merasa tubuhku semakin berisi, lebih berisi ketimbang sebelumnya. Aku merasa otot-ototku mulai mengeras, dan aku semakin hari semakin giat berolahraga. Setelah rutunitasku lari mengelilingi komplek 10 putaran, aku bergabung di meja makan untuk menikmati makanan yg telah disiapkan mbak Pur seperti biasanya. Di meja makan sudah ada Dio yg bersorak ketika aku datang. Ada bu Iren yg sudah rapi seperti biasa akan berangkat bekerja. Silvi masih dikamarnya, belum bangun mungkin. Nafsu makanku bisa dibilang meningkat. Aku yg awalnya adalah anak kos yg makan sehari 2 kali sehari, di siang dan malam hari. Kini terbiasa makan 3 kali sehari dengan lauk serba ada dan tercukupi.

Seminggu yg lalu ketika aku benar-benar pulih, sebenarnya aku sudah ingin berpamitan ke Bu Iren untuk kembali ke Kos ku yg lama. Namun, Bu Iren menolak dengan alasan Dio sudah terlanjur akrab denganku dan Bu Iren menyuruhku tetap tinggal di Rumahnya sampai aku lulus kuliah dan dapat kerja. Hal tersebut sebagai balas budi karena telah menyelamatkan Dio sebulan yg lalu. Sebenarnya aku justru sangat bersyukur diizinkan tinggal di rumah Bu Iren, tanpa harus memikirkan uang kos dan makan harianku.

“Bu Iren, hari ini saya izin buat pulang ke kos dulu ya bu? Mau ambil beberapa barang yg masih tersisa dan mau pamit sama ibu kos juga.” Izin ku.

“Ji, kamu udah tinggal disini sebulan. Jangan panggil aku Bu Iren terus. Aku bukan bosmu. Kamu udah aku anggep keluarga disini. Panggil aku Tante Iren aja.” Saut Bu Iren.

“baik tante, terima kasih udah mau nampung aku hehe” candaku.

“haha kayak gembel aja ditampung, ini bukan tempat penampungan kali.. oh iya, minta anter mas Karyo aja sekalian nganter Dio sekolah.”

“ga usah tante, aku dijemput Angga kok. Lagian ga enak nanti kalo ditungguin.” Jawabku.

“oke, terserah kamu lah…”

Setelah membereskan piring makan, aku bergegas mandi dan menunggu dijemput Angga. Satu persatu orang mulai pergi, Tante Iren berangkat bekerja menggunakan mobil pribadinya. Mas Karyo pergi mengantar Dio ke sekolah dengan mobil keluarga. Dan aku dijemput Angga menuju kosku yg lama. Aku dan angga berencana beberes barang yg tersisa di kos dan berpamitan ke ibu kosku. Ketika sedang merapikan barang, aku teringat jika HP pemberian Tante Iren tertinggal di kamarku. Aku pun meminjam motor Angga untuk pulang mengambil HP. Takutnya ada sesuai yg penting dan tiba-tiba Tante Iren mnghubungiku. Perjalanan kosku ke rumah kurang lebih 15 menit dengan motor.

Sesampainya di depan gerbang rumah aku memarkir motor di luar karena memang tujuanku Cuma ingin mengambil HP di kamar. Aku masuk membuka pagar yg tidak terkunci. Aku melihat mobil Silvi sudah tidak ada di garasi. Berarti dia sudah bangun dan pergi entah kemana. Hanya ada mobil mas Karyo yg parkir setelah antar Dio ke sekolah. Aku bergegas menuju kamarku untuk mencari HP yg tertinggal. Setelah aku mengambil HP aku bergegas keluar, namun ada yg sedikit janggal dari keadaan rumah. Saat aku masuk dan aku keluar aku sama sekali tidak melihat mbak Pur dan mas Karyo. Kondisi rumah tidak terkunci dan sepi. Aku mencari ke seluruh ruangan takut jika memang ditinggal keluar dengan keadaan tidak terkunci. Aku mencari di lantai dua tidak ada siapa pun, kondisi dapur yg sedikit berantakan membuatku heran dan kolam renang belakang rumah juga kosong. Tidak ada orang satu pun. Aku coba mengecek keluar halaman depan. Tapi sama, tidak ada orang. Ketika aku berjalan melewati mobil menuju garasi aku mendegar suara yg samar dari belakang garasi, tepatnya dari kamar pembantu. Aku mengira mereka sedang ngobrol di kamar pembantu, mungkin sedang beristirahat. Aku bergegas menuju ke sana untuk memberi tahu agar pagar depan dikunci saja. Langkahku sedikit terhenti ketika mendengarkan suara obrolan yg makin dekat makin samar-samar. Aku tidak mendengar orang sedang berbicara. Aku mendengar orang yg sedang mengerang dan merintih.

Aku mengendap-endap melewati pintu kecil di bagian belakang garasi. Suara erangan tersebut makin jelas, seperti orang yg sedang meracau. Aku sedikit kaget dengan apa yg aku lihat dari kejauhan. Dibalik pintu kamar mbak Pur yg terbuka aku melihat sesosok tubuh paruh baya tanpa busana. Rambut panjang terurai berantakan tidak karuan. Tubuh putih mulus dengan banyak lemak naik turun tak beraturan. Aku melihat dari samping gundukan kenyal dengan ujung hitam menggantung sedikit kendor tapi menantang. Pikiranku kalut membayangkan apa yg terjadi. Pria di bawah terlentang sambil meremas remas. Aku tak bisa memastikan pria itu siapa. Yg jelas wanita itu adalah mbak Pur. Seketika batangku mulai mengeras melihat pemandangan itu. Aku tak ingin mengacaukan suasana, aku ambil HP di kantong celanaku, aku rekam aksi coboy ala Mbak Pur yg seperti sedang menunggangi banteng. Maju mundur dengan erangan yg membangkitkan nafsuku. Aku menikmatinya sekitar 3 menit adegan panas itu. Setelah merasa cukup, aku bergegas pergi seperti tidak terjadi apa-apa. Aku membiarkan dua sejoli itu menikmati satu sama lain. Aku kembali mengurus urusanku yg belum selesai. Aku tak ingin mengganggu.​

Bersambung...
part selanjutnya akan saya update sesuai respon pembaca, semakin banyak yg tertarik. semakin giat saya menulis. kritik dan saran akan selalu kami dengarkan.
terima kasih :)

#update List#
.
1. POV MAS KARYO ( page 3)
2. Puncak Birahi (page 10) special cerita bergambar
3. Hutang Budi (Page 21)
4. Kisah yang Panjang (page 25)
5. Lonte-lonteku (page 31)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd