Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.



#UPDATE 1
Thanks buat supportnya!


POV MAS KARYO

Jarak dari rumah ke sekolah biasanya 15 mnt, tapi entah mengapa pagi ini macet sekali. Banyak MABA di sekitaran sini, orang lalu lalang berangkat bekerja. Semuanya ingin buru-buru sampai tujuannya.

“Mas Karyo, cepet ngebut dikit lah… aku mau telat nih lhooo” dio berteriak dari kursi belakang.

“sebentar dek Dio, bentar lagi nyampe. Mas Kasryo jamin ga bakal telat! Kan mas Karyo pembalap.” Saut aku sekenanya.

“nah, kan nyampe. Ya udah sana. Nanti pulangnya mas Karyo jemput pas jam 13.00 ya!” teriak aku sambil tancap gas untuk pulang.

“waduh, kudu cepet sampe rumah kih, taneman belum disiram, mobil belum dicuci, kolam belum diberesi. Yo semangat kerjo yooooo! Ben utang e ga tambah akeh” gumam mas Karyo di dalam mobil menembus kemacetan dengan lagu Los Dol Deny Caknan.

Mobilku sampai rumah, bertepatan dengan mobil Silvi yg akan keluar. Aku bergegas membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan Silvi keluar lebih dulu.

“mas Karyo, bilangin ke mamah kalo aku pulang malem ya. Aku udah bawa kunci sendiri. Makasih” Teriak Silvi dari dalam mobil.

“Siap mbak!” teriak ku menjawab.

Silvi anak dari juraganku ini adalah wanita yg cukup cantik. Wajahnya persis sama mamahnya. Mungkin dia di kampus akan jadi inceran banyak mahasiswa laki-laki.

“Ah, sayang aku dulu ga kuliah. Kalo kuliah kan mungkin istriku cantik kayak mbak Silvia atau mamahnya! Hahaha” gumam Mas Karyo.

Aku memarkirkan mobil tepat didepan garasi, karena nanti aku akan mencucinya. Aku menutup pagar, tapi tidak aku kunci. Aku masuk ke dalam rumah meletakkan kunci mobil seperti biasanya. Aku melihat mbak Pur sedang di dapur menyiapkan makan siang dan mencuci piring-piring bekas sarapan. Seperti biasanya, aku meminta secangkir kopi hitam untuk memulai rutinitasku bekerja. Waktu menunjukkan pukul 08:15, masih cukup waktuku buat ngopi dan ngobrol sebelum beresin taman dan kolam.

Aku duduk di meja dapur sambil menunggu air mendidih untuk kopiku. Aku melihat mbak Pur yg sedang mencuci piring membelakangiku. Mbak Pur mengenakan baju daster lengan pendek yg biasanya iya pakai. Dengan rambut di gulung ke atas dan dijepit. Dari belakang aku melihat dua bongkah daging dibalik daster tipis itu menggoda sekali. Pantat mbak Pur yg menonjol seakan membuat daster yg ia pakai terlihat semakin tinggi memperlihatkan paha putihnya. Aku terpanah sepersekian detik memandang bongkahan pantat itu. Sampai tak sadar mbak Pur mengajak bicara aku.

“mas! Mas Karyo! Halah isuk isuk wes ngelamun! Ngelamunke opo toh?” seru mbak Pur sambil memasukkan gula dan kopi ke dalam gelas.

“hah, sorry.. aku ngelamunke koe. Koe tambah ayu ternyata!” aku kaget sekaligus kagum dengan pantat mbak Pur.

“Halaaah… Gombal!” sambil menyodorkan segelas kopi panas ke arahku.

“Mbak, kok sepi toh? Mas Aji nang ndi?” tanyaku sambil melihat ke sekitar.

“mas Aji tadi pamit ke kosan. Beres-beres barang sing ketinggalan. Mas Aji kan arep pindah sini seterusnya” jawab mbak Pur sambil lanjut nyuci.

Seketika otak ku langsung berputar mengetahui kondisi rumah yg sepi. Aku sudah lama tidak melakukannya dengan mbak Pur. Semenjak Mas Aji pindah kesini, jarang sekali rumah dalam keadaan sepi. Mas Aji selalu ada di rumah karena kondisinya sedang sakit waktu itu. Aku dan mbak Pur sudah sejak lama melakukan hubungan terlarang ini. Berawal dari aku menangkap basah mbak Pur sedang colmek sendiri di kamarnya. Semenjak itu aku selalu minta jatah untuk tutup mulut. Mbak pur seorang janda yg ditinggal suaminya merantau ke arab selama 10 tahun lebih tanpa kabar. Dia mungkin sudah menganggap suaminya mati atau mungkin sudah punya istri lagi. Makanya kami melakukan hal ini atas dasar saling membutuhkan. Mbak Pur butuh dipuaskan laki-laki. Aku butuh terpepuaskan perempuan. Sebenarnya aku juga sudah menikah dan punya anak 1. Tapi hasrat sexualku jarang terlampiaskan dengan istriku. Istriku orangnya kaku, dia tidak mau mengulum penisku. Kehidupan sex ku dengan istri cenderung biasa saja.

Perlahan aku meninggalkan kopi panasku, menghampiri mbak Pur yg sedang mencuci piring. Aku tidak langsung menyergapnya, karena itu hanya akan berakhir biasa saja. Tanganku mulai menepuk bongkahan pantat mbak Pur. Tapi aku tidak menyentuhnya lebih.

“hmm… nakal tangannya mas Karyo. Aku lagi banyak kerjaan nih loh mas!” sambil melirikku dengan sinis.

“rumah lagi kosong nih lho…” candaku dengan senyum lebar.

Aku mulai meraba pantat mbak Pur lebih lama, aku elus dengan lembut dan aku beri remasan sesekali. Mbak Pur tetap cuwek tak peduli dengan perlakuanku. Posisiku kini tepat di belakang mbak Pur, dengan tangan menaikkan daster dan mengelus pantat semoknya. Mbak Pur tetap diam. Aku memindahkan satu tanganku kepundaknya, aku tau bagian sensitifnya. Aku cium pundak sampai lehernya ke atas setelah sampai telinganya aku bisikkan kata kata.

“Mbak pengen, wes kangen..” bisikku.

Secara umur mbak Pur lebih tua dariku. Aku berumur 35 tahun, sedangkan mbak Pur 39 tahun. Namun entah kenapa aku selalu bernafsu dengan mbak Pur. Dan aku menikmatinya. Tanpa ku sadari tangan mbak Pur sudah ada di depan resletingku, meremas-remas mencari kontolku. Kran air dibiarkan menyala lirih. Tak peduli apa yg terjadi. Posisi mbak Pur masih sama, membelakangiku. Tanganku mulai bergerilya meremas payudaranya dari balik kutang dan dasternya. Wajahku tak henti menelusuri leher dan telinganya seolah menghembuskan nafas penuh nafsu ke telinga. Tangan mbak Pur tak lepas meremas kontolku dari balik celana kain yg aku kenakan. Sekejap mata, mbak Pur sudah membalikkan mukanya menghadapku. Kami saling bercumbu tangan mbak pur mulai membuka resletingku perlahan. Tanganku mulai mengacak-acak isi kutang mbak Pur. Hingga terlepas dari wadahnya. Lidahnya bermain di dalam mulutku, mulutku membalas dengan gigitan di bibir. Mbak Pur mulai melepas ciumannya, kini dia berjongkok dan mulai melepas celana kainku. Dengan ganas mbak Pur mulai mengulum penisku “sluupprrt….sluupprrtt…sloopprt” suara bibir bertemu dengan penis. sesekali aku merintih keenakan sampai lupa apa yg terjadi. Aku paling lemah jika sudah di posisi ini tapi aku tak ingin menyerah. Aku angkat wajah mbak Pur agar dia berhenti mengulum. Aku takut kalah sebelum berperang. Dia tetap menjilat ujung kontolku dengan nakal. Seolah tak mau berhenti. Aku mengkode mbak Pur untuk pindah ke kamar agar aku bisa segera melampiaskan nafsuku. Mbak Pur segera berdiri dan mengerti maksudku. Aku mematikan kran yg mengalir, mbak pur mengambil Kutangnya yg tergeletak di lantai. Entah sejak kapan.

Aku menggandeng mbak pur yg sudah acak-acakan menuju kamarnya. Kami tertawa sambil berjalan. Belum sampai kamar mbak Pur sudah memulai mencium bibirku. Aku yg kalang kabut mendorong tubuhnya masuk ke dalam kamar. Kami bercumbu kembali. Mbak Pur melepas baju seragam hitamku, dan aku meloloskan dasternya. Kami saling melucuti sambil bercumbu. Aku mulai berbaring di kasur springbed tanpa ranjang di kamarnya. Mbak Pur semakin menggila, dia menindih tubuhku seperti kesetanan. Mencumbuku lalu turun minjilati sekujur dadaku. Aku hanya bisa menikmati sambil meremas payudaranya. Sesekali aku meraih pantatnya dan ku remas. Aku sudah tidak tahan dengan permainan gila ini. Aku raih batang penisku yg tertindih oleh pantat besar mbak Pur. Aku arahkan ke mekinya yg sudah basah. “blessshhh…” sejenak mbak Pur mengerang ke enakan “ahh… enak mas…” mbak pur diam tidak menggenjot. “Ayo mbak, aku wes siap iki” ujarku padanya. “ayo mas, alon-alon yaaaa..chhh” erang mbak Pur. “masss.. eenaaghhh mas ! te.. terus mas..” racaunya membuat aku semakin di puncak. Aku menggenjot mbak pur sekitar 4 menit.. racauannya semakin menjadi-jadi. “mas, maaasss…. Plok… ploookkk plocchh…! Ahh…..” akhirnya aku keluar. Permainan mbak pur memang dahsyat… aku terkulai lemas. Mbak Pur diatas tubuhku dengan wajah sedikit kecewa. “ahh, aku sitik neh metu lhoo mass..” kata mbak Pur. “sesuk neh ya mbak, sepurane. Tapi aku wes lemes.” Kataku sambil mengatur napas. Kami saling melepas lelah selama 5 menit. Lalu kembali tersadar dan merapikan diri. Aku tidak sadar pintu kamar terbuka lebar. Tapi aku tak pedulu, yg penting aku telah terpuaskan…. Kami pun kembali melakukan pekerjaan kami seolah olah taka ada yg terjadi hari itu.
Bersambung....
Bonus mulustrasi mbak Pur

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd