Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
maaf atas keterlambatannya para suhu ngacengers sekalian:ampun:
karena kesibukan di dunia nyata, sampai lupa untuk membuka forum dan melanjutkan postingan.
nanti malam akan hamba update lanjutan untuk menemani malam tahun baru.

:polisi:ingat! hindari kerumunan! tetap pakai masker biar ga ketahuan!:polisi:
 
maaf atas keterlambatannya para suhu ngacengers sekalian:ampun:
karena kesibukan di dunia nyata, sampai lupa untuk membuka forum dan melanjutkan postingan.
nanti malam akan hamba update lanjutan untuk menemani malam tahun baru.

:polisi:ingat! hindari kerumunan! tetap pakai masker biar ga ketahuan!:polisi:
Ditunggu ya hu, ane udah di perempatan lampu merah 3 jam lho hhhh....😂😂😂
 
gambar merupakan pemanis fantasi kalian semua. agar cerita di bayangan penulis dan pembaca tidak terlalu jauh berbeda.
gambar diambil dari berbagai sumber dan koleksi. mohon maaf jika ada kesamaan gambar dan kejadian.
semua murni ketidak sengajaan
:ampun::ampun::ampun:
Jangan Baper, tetap pakai Masker!


LONTE-LONTEKU

“yg lain pada kemana mbak?” tanyaku.

“ibu Iren lagi keluar tadi pagi-pagi banget, mas. Ada urusan katanya. Selvi belum bangun. Dio juga.” Jawab mbak Pur.

Hari ini memang hari sabtu, dimana biasanya orang-orang tidak kemana-mana dan bermalas-malasan. Aku bangun sekitar jam 8:00 pagi. Seperti biasanya mbak Pur sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya. Hidangan sarapan sudah tersedia di meja makan keluarga. aku mengambil sebatang rokok di saku celana pendekku, menuju ke pinggiran kolam sambil menghisap rokok. Dulu memang aku tidak berani merokok di sekitaran rumah. lebih tepatnya menghormati pemilik rumah. sekarang aku berpikir kedekatanku dengan tante Iren sudah tidak biasa lagi. Aku merasa sedikit lebih leluasa berada di rumah ini.

“mau kemana mbak?” tanyaku kepada mbak pur yg melintas di depanku.

“mau nyuci seragam Dio mas.” Jawab mbak Pur sembari menunjukkan beberapa baju putih di dalam ember kecil.

“lah, kok ga pake mesin cuci?” tanyaku lagi.

“kurang bersih mas kalo mesin cuci. Ini baju putih. Harus dikucek biar bersih.” Jawabnya.

“trus mau nyuci dimana? Di kolam?” candaku.

“ya enggak lah mas, di kamar mandi belakang.” Jawabnya sambil tertawa.

Mbak Pur pun berjalan menuju kamar mandi yg berada di ujung belakang rumah. kamar mandi ini memang jarang dipakai. Biasanya hanya dipakai untuk kamar bilas jika selesai berenang. Mataku tak bisa terlepas dari tubuh mbak Pur yg berjalan menjauh. Bongkahan pantatnya terlihat bergoyang kekiri dank e kanan secara bergantian. Baju daster tipis yg biasa ia kenakan terlihat menerawang terkena cahaya matahari yg mulai meninggi. Garis CD mbak Pur terlihat jelas dari balik baju dasternya.

“duh, tubuh mbak Pur memang sempurna. Meskipun udah tua.” Gumamku sambil menyedot rokok di kedua ujung jariku.

Aku yg melihat pemandangan tersebut sedikit terangsang. Kontolku mulai mengeras di balik celana pendek hitamku. Aku mulai membayangkan kisah pecumbuan kami beberapa hari yg lalu. Tadinya aku berniat berenang setelah sebat. Kini niat berenangku aku urungkan. Aku bergegas menyusul mbak Pur yg sudah masuk kedalam kamar mandi. Langkahku sempat terhenti sejenak memastikan kondisi rumah benar-benar sepi. Aku yg sudah bertelanjang dada segera masuk kedalam kamar mandi. Mbak Pur sedikit terkejut ketika aku tiba-tiba membuka pintu. Aku melihat mbak Pur sedang membungkuk dengan kedua tangannya sedang mengucek pakaian. Posisinya membuat bagian pantatnya menonjol kearahku dan baju dasternya terangkat. Celana dalam berwarna putih terlihat mengintip dari sela-sela kedua paha putihnya.



“mas Aji! Kirain siapa. Aku sampe kaget lho…” ucap mbak Pur.

Aku tak membalas kata-kata dari dari mbak Pur. Tubuhku langsung menyergap tubuhnya. aku rangkul tubuhnya yg membungkuk. Mbak pur terlihat biasa saja tanpa ada perlawanan.

“mas Aji pagi-pagi udah nakal ya.. aku lagi nyuci lho ini” ucapnya sambil tersenyum.

“mumpung rumah lagi sepi mbak.” Jawabku singkat.

Tanganku mulai bergerilya masuk kedalam sela-sela bajunya mencari payudara mbak Pur yg besar dan kenyal. Mbak Pur ternyata sudah tidak memakai BH. Tanganku mulai meremas payudara besar mbak Pur. Dia pun masih cuek dan tetap mecuci baju-baju yg ada di tangannya.

“kok udah ga pake BH sih mbak? Udah siap ya?” tanyaku.

“ah mas Aji, itu lho aku gantung disitu. Biar ga basah.” Ucapnya tersenyum malu.

“terusin nyucinya ya mbak! Mbak Pur keliatan sexy kalo lagi nyuci gini.” Godaku.



Jari-jariku tak berhenti memainkan putting mbak Pur yg sudah mulai mengeras. Napasnya kini perlahan mulai berat. Menahan godaanku. Kontolku yg masih didalam celana mulai aku gesek-gesekkan ke pantat mbak Pur yg sedang membungkuk. Tangan mbak Pur berusaha tetap melanjutkan pekerjaanya. Aku yg sudah berada dipuncak nafsuku segera membuka mengarahkan tanganku ke bagian pantatnya. Ku pandangi sejenak pantat nungging mbak pur yg terbungkus CD putih dan tertutup kain daster.

“pantatmu emang paling juara mbak” ucapku sambil meremas pantatnya.

Mbak Pur tidak menanggapi kata-kataku. Yg keluar dari mulutnya hanyalah desahan lirih ketika tanganku mencengkram pantatnya. Aku mulai menyikap daster biru mbak Pur ke punggungnya. Ku pelorotkan kebawah CD putihnya hinggga lutut. Aku tampar pantatnya hingga memerah membentuk telapak tanganku.

“Plaaakkkk…!”

“aaww… masss…. Sakittt..” protesnya.

Aku mulai mengeluarkan batang kontolku yg sudah menegang dari tadi. Tangan kiriku mulai meraba-raba gundukan vagina milik mbak pur yg terhimpit oleh dua paha besarnya. Aku merasakan vagina mbak Pur belum terlalu basah. Ku tahan serangan kontolku ke vaginanya. Tangan kiriku mulai mengelus bibir vagina mbak Pur. Tangan kananku meraih payudaranya yg menggantung.

“aahh.. hmmm.. hhmmm…” desahan yg keluar dari mulut mbak Pur.

Aku mulai berjongkok. Berusaha membuka sela-sela kakinya yg masih rapat berdiri. Aku selipkan wajahku diantara kedua pahanya. Ku dongakkan kepalaku menghadap vaginanya. Mulutku mulai menyentuh bibir vagina mbak Pur. Aku sedot kecil bibir vaginanya yg ditumbuhi bulu jembut itu. Aku masukkan ujung lidahku ke sela-sela vaginannya. Lidahku mulai menari-nari dan menjilati vaginanya. Desahan dan erangan mbak Pur pun semakin menjadi-jadi. Kini tangannya tak lagi memegang baju-baju cuciannya. Tangannya memegang erat pada bibir ember hitam yg berada dihadapannya. Berusaha menahan tubuhnya yg bergetar oleh sapuan lidahku.

“Slluurpphh… sllluuurpphg… zlluuprrp” suara permainan lidahku.

Cairan lendir asin mulai aku rasakan keluar perlahan dari vagina mbak Pur. Aku pun menyudahi aksiku. Dengan kontolku yg sudah ngaceng 100% aku mulai bangkit berdiri. Tangan kananku mengarahkan ujung kontolku mencari lubang vagina mbak Pur.

“Bleesshhh…”

“aahhh..” desahanku dan desahan mbak Pur secara bersamaan.

Kontolku kini mulai memasuki vagina mbak Pur. Perlahan aku mendorongnya lebih dalam. Dengan posisi yg masih membungkuk, tubuhmbak pur aku sodok maju mundur. Kedua tanganku memegang dua bongkah pantat mbak Pur dan berusaha mengimbangi gerakanku. Sesekali tangan kananku meraih payudaranya yg mengayun bebas di balik tubuhnya.


“plookk.. plookk .ploook plooohhhgg…!” suara pantat mbak Pur bertabrakan dengan tubuhku.

“ahhh.. masss… pelaaangh… mas… jangan buru-buruuughh..! aaahh..” perintah mbak Pur.

“aaahhhhh…” desah panjang mbak Pur.

Aku merasakan cengkraman vaginanya pada kontolku. Suara becek vagina mbak Pur yg sudah orgasme membuat aku semakin kalap memompa kontolku. Tanganku meraih lehermbak Pur dan menariknya dari belakang. Kupercepat genjotanku ke vaginanya. Tubuh mbak pur seakan melemas menerima serangan dariku.

“clllekkkk… plleeekk..plekkk.. pleekkghh..” suara vagina mbak Pur yg sudah becek oleh lendir orgasmenya.

“aaahh.. ahh… agghhh…” suara erangan kami berdua.

Aku yg sudah berada di puncak kenikmatan segera mencabut kontolku dari lubang vagina mbak Pur. Aku mengocok kontolku dan mengeluarkan pejuku ke pantat putih mbak pur. Cairan spermaku terlihat membasahi kedua pantatnya. Tanganku membuka belahan pantat mbak Pur dan menjepitkan kontolku di kedua belahan pantatnya. Sensasi ngentotin mbak Pur yg sedang nyuci memang berbeda saat aku ngentot mbak Pur di kamarnya. Birahiku terasa begitu meluap memenuhi seluruh ruang kamar mandi ini. mbak Pur yg kelelahan dengan sigap membalikkkan tubuhnya dan mulai berjongkok dihadapanku. Dia meraih batang kontolku dan membersihkan sisa sperma di kontolku dengan mulutnya. Mbak Pur menjilati batang kontolku dan biji pelerku hingga bersih. Aku mengelus mukanya dan memandanginya.

“makasih ya mbak” ucapku.

“kok dikeluarin diluar sih mas!” protesnya sambil menggenggam kontolku.

Aku hanya tersenyum dan berusaha membangkitkan tubuh mbak Pur yg berjongkok. Aku memberikan kecupan kecil di bibirnya dan beranjak keluar meninggalkannya. Aku memakai kembali celana pendekku dan berjalan keluar.

“mas Aji! Mbak Pur mana?” suara Dio yg membuatku terkejut.

“ee.. mbak Pur lagi nyuci di dalem” jawabku sekenanya.

“mas Aji dari mana? Mau renang ya?” tanyanya polos.

“ee.. tadi abis bantu mbak Pur benerin kran air rusak. Mas Aji mau mandi dulu.” Jawabku berusaha menghindar.

Aku cukup kaget dengan kemunculan Dio, aku hanya bisa berharap Dio tidak tau yg aku lakukan. Aku tidak mau anak sekecil dia melihat yg tidak-tidak. Aku pun bergegas masuk kedalam kamarku dan segera mandi membersihkan diri.



Keesokan harinya,

Seperti biasanya aku berada di meja makan untuk menikmati sarapan dan memandangi kedua tubuh tante-tanteku, tante Iren dan Mbak Pur. Tante Iren terlihat memakai kaos hitam longgar dengan celana pendeknya. Sedangkan mbak Pur terlihat memakai daster seperti biasanya. Aku tidak menyangka akan berada di posisi ini, melihat dua wanita paruh baya yg pernah aku nikmati tubuhnya dalam satu rumah meskipun beda kasta.

“Ji, pagi-pagi udah ngelamun aja. Mikirin siapa hayoo!” tegur tante Iren membuyarkan lamunanku.

“eh, engga tante! Oh iya tante, nanti siang aku mau ketempat temen ya. Mumpung kerjaan libur.” Ucapku mengalihkan pembicaraan.

“yaudah, pake mobil sana. Sekalian kamu mampir ke bengkel service. Udah lama ga di service kayaknya.” Suruh tante Iren.

“siap tante!” jawabku singkat sambil mengunyah makanan di mulutku.

“nanti duitnya tante transfer” tegasnya.

Sebenarnya aku paling malas kalau disuruh bawa mobil. Karena tidak sepraktis menggunakan motor. Rata-rata tempat tinggal temanku di gang-gang sempit. Tentu saja akan merepotkan ketika parkir. Selain itu aku memang tidak suka memanfaatkan fasilitas rumah untuk kebutuhan pribadiku. Aku merasa apa yg diberikan tante Iren sudah lebih dari cukup. Apalagi aku diperbolehkan menikmati tubuhnya. aku sudah banyak bersyukur.

Siang itu aku berangkat menuju tempat temanku yg berada agak jauh dari rumah. perjalanan sekitar 30 menit jika ditempuh menggunakan motor. Karena aku menggunakan mobil, aku merasa pasti akan menempuh waktu yg cukup lama. Aku memutuskan untuk ke bengkel dulu. Mengingat ini hari minggu biasanya bengkel hanya buka setengah hari. Bengkel tersebut tidak jauh dari rumah. aku memarkirkan kendaraanku dan menunggu untuk antrian service.

“mas, warung rokok deket sini mana?” tanyaku ke salah satu supir.

“lurus aja mas, ke kanan. Nanti ada warung kecil deket situ.” Jawabnya.

Aku berjalan kaki menuju warung yg tak jauh dari bengkel. Saat aku menuju kembali ke bengkel aku melihat seseorang yg aku kenal. Dari kejauhan dia mirip dengan mbak Dewi istri mas Karyo. Wanita itu terlihat keluar dari sebuah salon. Aku mendekat dan menghampirinya.

“mbak Dewi” sapaku.

“mas Aji?” jawabnya sedikit terkejut.

“sedang apa disini mas?” Tanya mbak Dewi.

“oh.. itu lagi service mobil disitu. Mbak dewi sedang apa? Abis nyalon ya?” tanyaku kembali.

“ehh.. engga mas. Lagi nyari kerjaan. Aku dulu kan lulusan SMK tata rias. Jadi nyoba nyari kerja di salon. Tapi pada ga ada lowongan.” Jawabnya ragu.

“ooh.. kita ngobrol disana yuk mbak!” ajakku.

Dengan sedikit malu dan ragu mbak dewi berjalan dibelakangku menuju ruang tunggu bengkel. Dia mengenakan blazer hitam lusuh dan celana kain hitam dengan sepatu flat shoes. Map coklat terlihat dia tenteng tanpa menggunakan tas. Penampilannya memang seperti sedang mencari pekerjaan. Di ruang tunggu, mbak Dewi banyak bercerita dan berkeluh kesah tentang nasibnya setelah mas Karyo dipenjara. Dia terpaksa mencari kerja serabutan untuk memenuhi hidupnya dan satu anaknya yg masih kecil. Aku yg mendengar itu merasa sangat kasihan dengan apa yg dialami mbak Dewi. Raut wajahnya terlihat letih berjalan memasuki satu persatu salon untuk melamar kerja. Matanya berlinang air mata sambil menceritakan nasibnya.

“sabar ya mbak, aku akan bantu semampuku.” Ucapku sambil memeluk pundaknya.

“aku bisa membantu mbak Dewi jika mbak Dewi mau. Aku akan tanggung biaya hidup mbak Dewi. Asal mbak dewi mau nurut sama aku.” Ucapku berusaha membantunya.

“makasi mas, tapi aku malu jika harus bekerja di rumah ibu Iren. Mas Karyo sudah membuatku dan keluargaku malu.” Ucapnya.

“tenang mbak, mbak Dewi ga akan bekerja di rumah tante Iren. Mbak dewi kerja sama saya aja. Saya akan bantu mbak dewi.” Ucapku menenangkan mbak Dewi.

“beneran mas? Kerja apa mas? Aku mau, kerja kasarpun aku mau.” Jawab mbak Dewi dengan raut muka mulai bahagia.

“nanti mbak Dewi ikut aku ya.. nanti aku jelaskan.” Ucapku disambut pelukan terima kasih dari mbak Dewi.

Kini raut muka mbak dewi sudah terlihat bahagia mendengar mendapatkan pekerjaan. Aku memahami perasaan mbak dewi yg bahagia. Di zaman sekarang memang sangat susah mencari pekerjaan dengan menggunakan ijazah SMK. Kamipun beranjak pergi meninggalkan bengkel. Mbak Dewi yg duduk disebelahku pun mulai tersenyum bahagia dan mulai banyak berbicara. Aku mengemudikan mobilku dengan tujuan yg entah kemana. Aku sengaja mengajak mbak Dewi untuk makan terlebih dahulu sambil mencairkan suasana. Aku yg awalnya berencana bertemu temanku seketika membatalkan rencana demi mbak Dewi. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil. Aku berencana membawa mbak Dewi ke sebuah hotel di pingiran kota Yogyakarta yg jauh dari keramaian.

“kita mau kemana lagi mas? Kok jauh banget.” Tanya mbak Dewi keheranan.

“mau pacaran mbak. Jadi harus jauh. Biar ga ada yg tau.” Jawabku.

Seketika muka mbak Dewi pun memerah malu.

“ihh.. mas Aji bisa aja. Pacaran kok sama orang tua kayak aku.” Ucap mbak dewi tersenyum.

“siapa yg bilang mbak dewi tua? Mbak dewi masih cantik kok.” Jawabku menggoda.

Secara spontan mbak dewi memeluk tangan kiriku dan bersandar di bahuku. Aku pun membalas perlakuan mbak dewi dengan mengecup keningnya.

“mbak Dewi ga gerah pake blazer gitu? Kan mbak dewi udah dapet kerja. Copot aja gpp.” Ucapku ke mbak Dewi.

Dengan malu-malu dia menyopot blazer hitamnya. Meletakkannya di samping tempat duduknya. Aku cukup terkaget melihat mbak Dewi. Dia hanya mengenakan tanktop putih dengan putting yg terlihat samar menyembul dari balik tanktopnya.


“mbak ga pake BH?” Tanyaku.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, tubuhnya langsung mendekap lenganku. Aku merasakan tonjolan payudara menyentuh kulit tanaganku dari balik tanktop putihnya. Sepanjang perjalanan, kami pun seolah dua sejoli yg sedang dimabuk cinta. Mbak Dewi kini tidak canggung menghadapiku. Senyumnya terukir lebar menerima perlakuan dariku. Sesekali aku menyuruhnya menurunkan tali tanktop. Memperlihatkan daging kenyalnya di sepanjang perjalanan. Kaca mobilku memang terlihat gelap di sisi samping dan menggunakan tirai. Maklumlah, mobil ini adalah mobil keluarga. selama perjalanan menuju hotel aku memaksa untuk mbak Dewi tetap menunjukkan payudaranya. beberapa pengendara yg berpapasan dengan kami banyak yg terbelalak melihat tingkah laku mbak Dewi. Secara perlahan aku membentuk mbak dewi menjadi exhibitionis.


Sesampainya di hotel kami berdua bergandengan tangan kearah resepsionis yg berjaga. Mbak dewi aku paksa berjalan hanya mengenakan tanktop putihnya tanpa ditutupi blazer. Tangannya terus memeluk lenganku. Berusaha menutupi tonjolan putting yg tercetak dibalik bajunya. Sesekali aku melihat karyawan hotel melirik kearah dada mbak dewi. Aku tersenyum ketika memergoki mata resepsionis yg terfokus pada tonjolan putting mbak dewi. Hotel yg kami tuju memang sudah terkenal sebagai tempat eksekusi banyak lelaki hidung belang. Selain harganya yg terjangkau, keamanan dan privasi tamu sangatlah terjaga.

Kami sampai di kamar yg terbilang cukup luas. Kami sengaja menyewa kamar dengan system setengah hari karena memang tidak ada rencana untuk menginap. Waktu menunjukkan sekitar jam 14.00. akupun mengatur suhu AC di 16 derajat karena suhu di luar begitu panas. Aku sengaja tidak langsung menyergap mbak Dewi. Aku biarkan dia sebebas mungkin dan merasa nyaman bersamaku. Tanpa aku suruh, mbak Dewi menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Dia keluar kamar mandi hanya mengenakan tanktop dan celana dalam berwarna putih kusam. Melenggak-lenggok berusaha menggodaku yg berbaring di atas kasur. Sesekali aku tersenyum melihat tingkahnya yg seperti anak kecil. Aku memotretnya beberapa kali dengan HP ku. Tak ada protes dari mbak dewi, malahan dia sesekali berpose selayaknya model. Mempertontonkan lekuk tubuhnya.



“bahagia banget mbak?” tanyaku menggoda.

Wajahnya sedikit memerah. Mbak dewi malu-malu menghampiriku dan berbaring disampingku. Kepalanya ia letakkan dipundakku. Kedua tangannya mulai memeluk tubuhku seolah aku adalah suaminya. Sejenak kami menatap acara TV bersama. Tanganku mulai meraba kearah payudaranya yg masih tertutup kain tipis. Perlahan aku meremasnya tanpa paksaan. Entah sejak kapan mulutku mulai mencumbu bibirnya dan melupakan suara bising TV.

“hmmm.. slurp..muuachh.. hmmm…” suara mulut kami yg saling beradu.

Aku memainkan lidah ku di dalam mulutnya. Tangannya menggerayangi kontolku yg mulai mengeras dibalik celanaku. Tanganku memeluk tubuhnya dan meremas payudaranya. aku menggigit kecil bibir tipisnya. Kancing kemejaku mulai dilucutinya. Jari-jarinya kini mengelus dadaku dan memainkan putingku. Mulut mbak Dewi mulai mengecup dadaku dan berusaha meninggalkan bekas. Lidahnya bermain disekitar putinggku. Aku merasakan sensasi baru yg diberikan mbak Dewi kepadaku. Kini dia lebih aktif dan binal ketimbang dulu saat aku setubuhi. Mungkin karena beban suaminya sudah hilang dalam benaknya. Aku pun membiarkan dia mengontrol situasi dan melayani nafsuku.

“sluuurppphhh…. Slluuurrppphh..”suara mulut dan lidahnya menyapu dada bidangku.

Ciumannya kini mulai turun kearah bawah. Menjilati pusar dan perutku. Membuat sensasi geli yg tak terhingga. Tangannya kini berusaha membuka sabuk celanaku menarik lepas celana jeans yg aku kenakan. Aku pun berusaha melepas kemejaku yg masih melekat ditubuhku. Mbak Dewi pun melepas seluruh bajunya. Kini kami sama-sama telanjang tanpa sehelai kainpun. Kontolku yg sudah berdiri tegak diraihnya dengan tangan kanan. Dikocoknya perlahan dengan tangannya dan dijilatnya biji pelerku dan dilumatnya. Tanganku mengelus wajah dan rambutnya.melihat wajah binal mbak Dewi.

“slooopphhh…sloopph..sloop…slooopgghh..” suara kontolku keluar masuk mulut mbak Dewi.

“aaahhh.. enak mbaaghkk… ter.***sss…” desahku menahan nikmat.

Permainan mulut mbak Dewi semakin mahir. Perbedaan skill yg sangat jauh aku rasakan. Kini dia seolah professional yg sedang menyepong kontol suaminya.

“kamu makin mahir ya mbak? Aahhh..” tanyaku.

“sloopph… aku belajar mas, abis diajarin mas Aji aku makin sering nonton bokep. Apalagi semenjak suamiku ketangkep.” Jawabnya centil sambil melanjutkan aksinya.

Aku menyuruh mbak Dewi membalikkan tubuhnya menduduki mukaku. Aku mengarahkannya posisi 69 untuk mengimbangi permainannya. Vaginanya yg dihiasi bulu jembut tipis kini berada tepat dihadapan mukaku. Aku mencium bau wangi sabun dan amis khas vagina yg mulai basah. Dengan leluasa aku mendaratkan lidah ku menyapu bibir vaginanya. Tubuhnya sedikit menggeliat saat lidahku menyentuh vaginanya. Mulut mbak Dewi sedikit tertahan mensaat menyepong kontolku. Aku terus melancarkan serangan ke vaginanya. Berharap agar cepat basah. Hidungku sedikit mengarah ke lubang anusnya. Membuatku sedikit sulit bernapas. Kedua tanganku memelu pantat mbak dewi dan meremasnya. Permainan kami sangat panas.

“aaghhhkk.. masss… enakkk ma..sss” desah mbak dewi.

Aku mulai merasakan cairan hangat membasahi vagina mbak dewi. Melekat lengket di hidungku dan terasa asin di lidahku. Aku mengakhiri posisi 69 kami. Aku mengarahkan mbak dewi untuk melakukan WOT. Tubuhnya mulai menduduki kontolku dan mengarahkan kontolku masuk kedalam vaginanya.



“blesssshhh…”

Kami terdiam sejenak. Kontolku sepenuhnya masuk menghujam liang vagina mbak Dewi. Dia mendesah panjang. Tanganku meremas payudara yg menggantung tepat didepanku. Mbak dewi mulai bergoyang memutar membuat kontolku ngilu. Aku menarik dan mendekap tubuh mbak Dewi. Melumat bibirnya sambil mengangkat pinggulku naik turun menyodok rahimnya selama 5 menit. Mbak Dewi beberapa kali menggeram saat kontolku menyentuh rahimnya. Dia menggigit bibirku menjepit erat kontolku. Menandakan dia mencapai orgasme keduanya.

“aahhh…hmmm.. masss… aku keluar…” desahnya.

Aku yg mendengar perkataan itu segera mendorong tubuh mbak Dewi kesamping. Aku tindih tubuhnya yg mulai terkulai lemas. Aku mulai menghentakkan kontolku secara perlahan menusuk vagina yg mulai basah.

“cleeekk..clekkk cleeephhh..” suara vagina basah Mbak dewi dihujam kontolku perlahan.

Aku mengangkat kedua kakinya dan meletakkannya ke bahuku. Aku mepercepat tusukan kontolku ke vagina yg sudah basah. Tubuhku menghantam pantat dan pahanya secara cepat.

“plookhgg..plogghkk..ploookkkhh…” suara genjotanku.

“ahh.. ahh.. ahhghh.. enaakk maaa..ss…. hmmm” suara desahan mbak Dewi mengimbangi permainanku.

“aku mau keluar mbakkkhhh…” ucapku ke dia.

“di dalem aja maaashhh… aku udah KB kok” ucapnya disambut dengan sempuran spermaku di dalam vaginanya.

Aku tidak menghentikan genjotanku. Aku malah mengatur ritmenya semakin kencang. Membuatnya berteriak meminta ampun.

“ammmpppuuhhhnn maasshh…akuu keluaarhhh…” desahnya sambil mencengram kedua tanganku yg menyangga tubuhku.


Aku mencabut kontolku setelah merasakan cairan hangat memenuhi vaginanya. Aku melihat cairan putih kental keluar menetes dari dalam vaginanya. Cairan itu campuran dari spermaku dan spermanya. Tubuhnya terkulai lemas diatas ranjang. Aku pun membaringkan tubuhku disampingnya. Secara cepat dia memeluk tubuhku. Kami pun saling berpelukan melepas lelah. Beberapa menit kemudian aku memulai permainan ronde kedua dan ketiga hingga waktu menunjukkan pukul 19.00. kamipun memutuskan meninggalkan hotel dan mengantar mbak Dewi pulang. Dalam perjalanan pulang kami bertukar nomor telfon dan aku memberinya sedikit uang untuk dibawanya pulang.

“ini mbak, upah mbak hari ini. pokoknya mbak nurut sama saya. saya yg tanggung biaya hidup mbak Dewi.” Ucapku sambil mengecup bibirnya.

“banyak banget mas?” jawabnya heran.

“buat mbak simpen. Nanti kalo butuh uang wa aku aja. Kapan-kapan aku kasih kerjaan lagi” ucapku pada mbak Dewi.

Mbak Dewi pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Dia mencium pipiku dan beranjak keluar turun dari mobil. Aku pun kembali kerumah dengan tubuh sedikit lelah.

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd