Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Dewi oh dewi
Pasrah saja qm nduk sama pak pramono...
 
patroli dulu suhu. ternyata udah page 48 nih. ditunggu up nya
 
Selamat menikmati Om, semoga menghibur


Aisya


Firda


Dewi


Aziza

Cletek...

Aku membuka kunci pintu rumahku, lalu mempersilahkan Ustadza Aisya masuk kedalam rumah kontrakanku. Aku mempersilahkannya duduk, sementara aku kembali kedapur membuatkan minuman untuknya.

Entah kenapa aku merasa sangat senang dengan kehadirannya di rumahku.

Bagiku Ustadzah Aisya sudah kuanggap seperti orang tua kandungku sendiri, selain karena sikapnya yang ke ibu-ibuan, beliau juga sahabat orang tuaku, sehingga aku merasa sangat nyaman bersamanya.

Selesai membuatkan dua gelas teh hangat, aku kembali menemuinya di ruang tamu, dan meletakan kedua gelas tersebut di atas meja.

"Di minum Ustadza." Kataku sopan.

Dia tersenyum lembut kepadaku. "Terimakasih ya Uhkti, selain cantik kamu juga sangat baik. Sama seperti Ibumu." Pujiannya membuatku tersipu malu.

"Ustadzah bisa saja." Jawabku.

Sembari menikmati malam yang cerah, kami mengobrol tentang masa lalu Ustadza Aisya dan Ibuku ketika mereka sama-sama kuliah di sini, tak jarang aku tersenyum geli mendengar cerita Ustadzah Aisya, membuatku menyadari sesuatu, ternyata Umi masih muda dulu sangat nakal.

Mendengar cerita Ustadz Aisya, membuatku merasa bernostalgia dengan masa lalu Ibu kandungku.

"Jadi Umi masih muda pernah pacaran?" Tanyaku.

Umi Aisya tersenyum. "Bukan pacaran tepatnya ta'aruf Uhkti." Ralat Ustadza Aisya, tapi menurutku apa yang di lakukan Umi semasa mudanya adalah berpacaran, karena proses ta'aruf biasanya di ketahui oleh wali mereka, tapi Umi malah sebaliknya, ia menjalin hubungan backstreet.

"Beda pacaran sama ta'aruf apa Ustadza?" Tanyaku penasaran.

Ustadzah Aisya kembali meminum minumannya. "Sebenarnya sama aja, hanya saja namanya yang berbeda, kalau di kita biasanya di sebut pacaran, tapi kalau di timur sana, orang menyebutnya ta'aruf." Jelas Umi Aisya, aku hanya menganggukan kepalaku.

"Hmm... tapi kata orang kalau pacaran itu banyak Zinanya Umi, tapi kalau ta'aruf gak."

"Siapa bilang." Umi Aisya merenyitkan dahinya.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Katanya si gitu Umi." Jawabku sembari tersenyum tipis, mungkin presepsiku tentang pacaran selama ini salah.

"Zina itu tergantung orangnya, ta'aruf juga bisa zina kok, dan pacaran juga bisa tidak melakukan Zina." Jelas Ustadzah Aisya. "Balik lagi ke niatnya Uhkti, kalau niat Uhkti Aziza pacaran atau ta'aruf karena mengikuti tren jelas salah, tapi kalau niatnya ingin menyempurnakan iman, menurut Ustadza tidak masalah." Lanjut Ustadzah Aisya kepadaku.

Entah kenapa mendengar penjelasan Ustadzah Aisya membuatku merasa senang, seakan aku baru saja mendapatkan hidayah.

Tapi seandainya saja aku melakukan ta'aruf dengan seorang pria, tapi belum ada kejelasan akan segera menikah, apa itu di perbolehkan. Seingatku ta'aruf juga ada syaratnya.

"Apa syaratnya ta'aruf Umi?" Tanyaku

"Syaratnya muda." Jawab Ustadza Aisya singkat. "Yang penting sudah Akil balik, dan niat yang baik." Jelas Ustadza Aisya.

"Bukankah kalau ta'aruf itu hanya sebentar? Sementara berpacaran bisa bertahun-tahun lamanya."

"Bukan sebentar tapi harus di segerakan." Ustadza Aisya tersenyum. "Ta'aruf bertahun-tahun tidak masalah sayang, kalau memang kalian belum siap." Lanjut Ustadza Aisya membuatku sedikit mendapat pencerahan.

Jujur aku percaya dengan semua yang di katakan Ustadza Aisya, tapi entah kenapa aku merasa masih ada yang mengganjal di hatiku.

Kuambil gelas minumanku, lalu kubiarkan teh hangat bikinanku membasahi tenggorokanku yang terasa kering. Entah karena aku terlalu banyak bicara, atau karena aku saat ini sedang tegang.

"Tapi... kalau terlalu lama, takutnya malah menjadi fitnah, dan..." Aku menggantungkan kalimatku. "Dan... dan... malah mendekatkan diri kita dengan zina Ustadza." Suaraku terdengar bergetar.

Ustadzah Aisya merangkul pundak ku. "Kamu benar Uhkti Aziza, tapi bukannya segala sesuatu itu ada solusinya." Jawab Ustadza Aisya sembari tersenyum.

"Apa solusinya Ustadzah."

"Masturbasi.... atau...."

----------

Pov Author

Slooppss... Sloooppss... Slooooppss... Sloooppss... Sloooppssss.... Slooooooppsss....

Slooppss... Sloooppss... Slooooppss... Sloooppss... Sloooppssss.... Slooooooppsss....

Di dalam kamar mandi tampak seorang pemuda duduk di atas closet sembari mengocok penisnya, matanya menerawang menatap langit-langit kamar mandinya, sementara tangan kanannya sibuk mengurut kemaluannya maju mundur, sementara tangan kirinya memegang secarik kain berbentuk segitiga.

Dari raut wajahnya, ia tampak menikmati aroma pakaian dalam Kakak kandungnya. Sementara khayalannya melambung jauh.

"Oohk... Kak... Aahkk... aku mau keluar." Erangnya.

Slooppss... Sloooppss... Slooooppss... Sloooppss... Sloooppssss.... Slooooooppsss....

Dia semakin cepat mengocok penisnya, hingga akhirnya ia menembakan spermanya di atas lantai kamar mandi miliknya. Lalu ia menggunakan celana dalam Kakaknya untuk membersihkan penisnya.

Tok... tok... tok...

"Assalamualaikum... Dek."

Azam tersadar dari khayalanannya. "I... iya Kak, sebentar." Pekik Azam, lalu ia menggantungkan celana dalam kakaknya di dinding kamar manadi, dan segera mengenakan kembali pakaiannya.

Cukup lama Firda menunggu di luar kamarnya, hingga akhirnya Azam membukakan pintu kamar kossannya.

"Kok lama banget Dek?" Tanya Firda heran.

Azam hanya tersenyum nyengir sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Baru bangun Kak." Jawab Azam berbohong, tentu tidak mungkin ia mengatakan kalau ia baru saja selesai masturbasi.

"Udah shalat belum?" Tegur Firda.

Ia masuk kedalam kamarnya, lalu di susul Adam sembari menutup pintu kamar.

Firda melepas jilbabnya, membiarkan rambutnya yang hitam terurai indah di hadapan adiknya, yang tampak terpukau dengan keindahan rambut Kakak kandungnya. Walaupun mereka saudara kandung, tetap saja kecantikan Firda mampu membuat Adam lupa diri.

Berbeda dengan Firda, baginya Adam tetaplah Azam, adik kecil yang sangat ia sayangi, tanpa ia sadari sang Adik kecil kini telah berubah menjadi serigala.

"Sudah Kak." Jawab Azam.

Firda duduk diatas kasurnya, lalu ia sedikit menyingkap gamisnya, sembari menarik lepas kaos kakinya yang berwarna putih.

Mata Azam berbinar memandangi kulit mulus betis Kakak kandungnya yang indah.

"Sudah makan?" Tanya Firda sembari melepas kaos kakinya yang satunya lagi.

"Su... su...sudah." Jawab Azam gugup.

"Belajar?"

"Sudah juga Kak..."

Firda kembali berdiri, lalu ia mengucek kepala Adiknya dengan manja. "Anak pintar." Ujar Firda senang, sementara Azam hanya tersenyum malu.

Firda membuka lemari, dan mengambil pakaian dalam berikut dengan piyama tidur. Lalu ia menuju kamar mandi hendak mengganti pakaian, padahal Azam berharap Kakaknya mau berganti pakaian di hadapannya.

Selepas pintu kamar mandi tertutup, Azam segera mengendap-endap menuju kamar mandinya. Dia menarik sebuah kursi lalu menaikinya dengan perlahan.

Dari atas fentilasi kamar mandi, Azam melihat aktivitas Kakaknya yang berada di dalam kamar mandi, tanpa di ketahui oleh Kakak kandungnya yang sedang mengganti pakaiannya.

Gleek...
Azam menelan air liurnya yang terasa hambar, ketika melihat Kakak kandungnya sedang berusaha menanggalkan gamis yang ia kenakan. Dengan perlahan Firda melepas gamisnya, menyisakan tanktop dan leging yang masih melekat di tubuhnya.

Dari atas Azam dapat melihat belahan payudara kakaknya yang mengintip malu-malu.

Firda yang tak sadar sedang di intip, melanjutkan aktivitas menelanjangi dirinya. Dia mengangkat tanktop yang ia kenakan, memperlihatkan perutnya yang mulus tanpa lemak, alhasil penis Azam langsung memberontak, tak tahan melihat keindahan tubuh Kakak kandungnya.

"Kak... Aahk!" Desah Azam.

Tangan Azam turun kebawah merabahi penisnya yang telah tegang maksimal. Ingin rasanya ia menjilati perut mulus Kakaknya.

Perlahan Firda melepas pengait bra yang ada di belakang punggungnya. 'Cletek" Pengait itupun terlepas, dan dengan entengnya, Firda melepas bra-nya, membiarkan payudaranya yang berukuran 34b menggantung bebas, lalu ia meletakan bra miliknya ke gantungan kamar mandinya.

Kedua tangan Firda beralih ke sisi pinggangnya, dengan sedikit menggoyang pinggulnya, Firda menarik turun leging yang menutupi tubuhnya.

Ia menariknya dengan perlahan, hingga suasana yang di rasakan Azam terasa semakin erotis, dan hasilnya, Azam semakin cepat mengocok penisnya, sembari membayangkan kalau dinya saat ini sedang melepaskan celana yang di kenakan Kakaknya.

Slooppss... Sloooppss... Slooooppss... Sloooppss... Sloooppssss.... Slooooooppsss....

"Oohkkk... seksi sekali kamu Kak." Ceracau Azam.

Firda memutar tubuhnya, memamerkan bulatan pantatnya yang sekal. Dia sedikit membungkuk, sembari melepas celana dalamnya yang berwarna merah muda dan sedikit transparan.

Dari belakang Azam dapat melihat jelas bibir vagina Firda yang terlihat masih sangat rapat dan tembem.

Slooppss... Sloooppss... Slooooppss... Sloooppss... Sloooppssss.... Slooooooppsss....

Azam semakin cepat mengocok penisnya, sementara matanya melotot memandangi belahan vagina Kakak kandungnya yang masih perawan.

Kemudian Firda duduk di atas closet. "Seeeeeerrr...." Sayup-sayup terdengar suara air seni Firda yang mengucur deras dari lobang kawinnya. Dan hal tersebut tak luput dari pengamatan Azam.

Walaupun setiap hari Azam selalu mengintip Kakaknya mandi, ganti pakaiannya, maupun buang air, tetap saja Azam tidak pernah bosan dan absen melihat tubuh indah Kakak kandungnya, seakan ia tak pernah kehabisan stok sperma di dalam penampungan spermanya.

"Kak... Aahkk... aku keluaaar...." Erang Azam.

Crooootss... Croooootss... Crooootsss....

-----------

Sepulang dari rumah Aziza, Aisya tidak langsung pulang kerumahnya melainkan mampir ke sebuah villa yang di jadikan pondokan yang berada cukup jauh dari pusat kota. Pemondokan tersebut cukup luas, dan terdiri dari beberapa bangunan klasik, tapi bernuansa modern.

Dua orang satpam yang sedang berjaga segera keluar dari posnya, setelah melihat mobil Aisya yang hendak masuk, sang satpam buru-buru membuka pintu pagar.

Tin... tin... tin...
Aisya membuka kaca mobilnya, sembari tersenyum kearah sang satpam.

"Malam Ustadza!"

"Selamat malam bapak-bapak." Jawab Aisya, lalu ia segera memarkirkan mobilnya.

Walaupun malam semakin larut, tapi aktivitas di pedepokan ini masih terlihat ramai. Beberapa akhwat tampak sedang duduk di temani beberapa botol minuman berwarna warni.

Aisya mengalihkan pandangannya kearah seorang Ahwat yang sedang duduk di pangkuan seorang pria.

Sementara di sudut lainnya, di dalam gazebo seorang wanita berhijab sedang berlutut, sembari mengoral penis seorang pria Chinese.

Aisya tersenyum lebar, lalu ia.kembali melanjutkan langkahnta dengan perlahan, Aisya memasuki sebuah rumah yang berukuran paling besar di bandingkan dengan bangunan lain.

Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, tidak heran kalau suasana rumah ini tampak terlihat sepi, tidak seperti di siang hari yang selalu terlihat ramai. Aisya naik ke lantai dua, menuju sebuah kamar yang ada di lantai dua.

Tok... tok... tok...

"Masuk...." Terdengar suara pekikan dari dalam kamar.

Aisya segera membuka pintu kamar, ia tersenyum melihat seorang ahkwat muda yang sedang berbaring tak berdaya dalam keadaan telanjang bulat, sementara seorang pria berusia 64 tahun sedang menindihnya, menyodok penisnya kedalam vagina sang wanita.

Sadar kalau sang pemilik kamar sedang sibuk, Aisya memilih untuk duduk di sebuah sofa, sembari menonton adegan tak senonoh yang di lakukan sang pemilik pedepokan.

"Enak sekali memekmu lonte..." Ceracau sang pria.

Tubuh wanita berhijab itu tersentak-sentak. "Aahk... Tuaaan... pelan-pelan...Aahkk... ampuuun... Aahkk... Aahkkk...." Gadis itu melolong, antara tersiksa dan menikmati hubungan terlarangnya.

Ploookkss... Ploookkkss... Ploookkkss... Ploookkss... Plooookkssss.... Plooookkkkss.... Plooookkss....

Pria tersebut memiringkan tubuhnya, lalu ia kembali menyodok vagina sang wanita berhijab dari belakang, sembari meremasi kedua gunung kembar sang wanita berhijab.

"Ouhkk... Saya mau keluar." Erang sang tua Bangka.

Tubuh kurusnya bergetar, seiring dengan tembakan lahar panasnya kedalam vagina sang Ahkwat yang masih mengenakan jilbab berwarna hitam.

Crooootsss.... Croooootsss....

Ploppss....
Pria itu mencabut penisnya, membiarkan lelehan spermanya meleleh keluar.

Pria itu mengistirahatkan tubuhnya, sembari duduk bersandar di samping sang wanita yang tergolek lemas karena kelelahan.

Sluut...

"Fuuuuh..." Ia menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

Dari wajah sang pria tua, tampak ia terlihat begitu puas dengan mainan barunya.

"Gimana lancar?" Tanya sang pria.

"Kita baru dapat satu Tuan, besok dia baru mau ke sini." Jawab Aisya.

"Perawan?"

"Masih perawan ting-ting."

"Hahahaha... kamu memang dapat diandalkan!" Ujar sang Pria tertawa puas. "Rencana balas dendam kamu gimana? Lancar?" Tanyanya lagi.

"Agak susah Tuan! Anaknya terlalu keras kepala."

"Sabar, nanti juga kamu pasti bisa membalaskan sakit hatimu itu. Hahahaha..." Tawa pria tersebut sembari mengenakan pakaiannya. "Akhir-akhir ini penjualan kita merosot tajam, saya berharap kamu bisa membantu penjualan kita." Jelasnya.

"Agak sulit Tuan, tapi saya akan mengusahakannya."

"Bagus..." Pria itu tersenyum. "Kamu pasti lelahkan?" Aisya menganggukan kepalanya. "Kebutulan saya punya barang baru, kesukaan kamu." Lanjut pria tersebut.

"Kirim dia ke kamar saya Tuan." Pinta Aisya.

"Hahahaha..." Tawanya. "Hei lonte... tolong kamu antarkan dia ke kamarnya Ustadzah Aisya." Suruh pria tersebut kepada sang Ahkwat.

Dengan wajah tertunduk, sang Ahwat segera meninggalkan kamar tersebut.

Selepas kepergian sang ahkwat, pria tua itu menghampiri Aisya, kemudian Aisya meraih penis pria tua tersebut yang kembali berdiri, dengan perlahan ia mengocok kemaluannya, sembari menciumi kepala penisnya, membuat pemiliknya menggelinjang.

"Masih kuat Tuan?" Goda Aisya.

"Untukmu saya selalu siap." Jawabnya, sembari meraih dagu Aisya, dan melumat bibir manis Aisya dengan perlahan.

--------------

"Sa.... sayang...."

Furqon berusaha menggapai Istrinya yang saat ini sedang di kelilingi banyak pria. Mereka secara bergantian menyetubuhi Istrinya yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur dalam keadaan tubuh bermandikan keringat yang sangat banyak.

Tak terasa air mata Furqon mengalir deras, meratapi nasibnya yang harus melihat Istrinya di gagahi pria lain.

"Umi...."

"Aahkk... enak Abi... Aahkk... kontol mereka sangat enak sekali... Aahkk..." Erang Dewi seraya tersenyum manja kearahnya.

Furqon menggelengkan kepalanya. "Cukup... Cukup... Cukup... sayang... berhenti... Abi mohon...." Melas Furqon, ia ingin menarik Istrinya tapi ia tidak mampu melakukannya, yang bisa ia lakukan hanyalah melihat Istrinya di setubuhi pria lain.

"Abiii... Umi mau keluar... Abiii... Aahkk... kontol mereka besar-besar Bi." Erang Dewi, tak urung membuat Furqon yang mendengar erangan Dewi hatinya semakin hancur.

"Umiiii... cukup."

"Gak bisa Bi... ini salah Abi, karena tidak pernah bisa memuaskan Umi... Aahkk... Dan Abi gak bisa ngehamili Umi.... Abi Mandul... Aahk... Abi imponten." Histeris Dewi sembari menikmati sodokan penis pria tersebut.

"Maafkan Abi... Maafkan Abi, Umi...."

"Aahkkk... tolooong hamiliiii aku..." Pekik Dewi.

Croootss... Crooootss....... Croooootss... Crooootss... Croootss.... Crooootsss.....

--------------
 
Anjaaay aisya ternyata germo ... Waduh bahaya kalo ziza dijebol bos prostitusi, bisa Rusak negri ini ... Trus gimana caranya juga furqon Ada Di tengah arena dewi yg lagi Di gangbang ... Yg jelas Di episode ini fantasi mesum Azam Makin Gila sama Firda, tuh bocah kalo ngga ditahan alamat perkosa kakaknya juga .. hahaha
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sepertinya seru ini, ada aroma dendam. Syukur-syukur endingnya tragis. :army: Hehehe

Keep it up suhu!
 
Wah cakeb nih apdetan nya... Keep apdet ya suhu... Karyamu mengecrotkan konciku...:mantap::beer::cif:
 
Bimabet
Jujur, ini salah satu cerita yang ane suka, tapi update terakhir buat ane kecewa, itu terlalu liar, agak ga bisa di terima aja sih sama pikiran ane.
sorry hu, cuma menuangkan isi hati.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd