Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Maaf kelupaan, tdi rencananya mau jam 7 upnya, malah keasyikan nonton.

Maaf ya Om.


Aisya


Firda


Dewi


Aziza

Hujan terus mengguyur deras, membasahi tubuhnya, tapi sedikitpun ia tidak bergeming. Ia bersimpuh di atas tanah merah dengan air mata terurai deras, membasahi kedua pipinya yang merah.

Tangan kanannya tak henti-hentinya mengusap batu nisan yang ada di depannya.

"Maafkan Umi Nak... Maafkan Umi..." Isaknya pilu.

Masih teringat jelas, bagaimana ia berjuang melahirkan anak semata wayangnya dari hasil hubungan terlarangnya yang berakhir tragis. Mantan pacarnya tidak mau bertanggung jawab dan memilih menikah dengan wanita lain, alhasil ia terlunta-lunta dalam keadaan hamil.

Sementara keluarga besarnya menolak menerima dirinya kembali, karena aib yang ia buat, hingga akhirnya anak tak berdosa itu lahir prematur yang membuatnya hanya hidup beberapa jam saja.

"Umi... Umi... akan membalaskan dendam ini Nak... Umi akan hancurkan kehidupan mereka." Ia menyapu air matanya yang seakan tak mau berhenti seiring dengan guyuran hujan yang deras.

Dia merebahkan tubuhnya, sembari memeluk erat gumpalan tanah yang ada di hadapannya.

"Maafkan Umi Nak..." Gumamnya lemah.

------------

Azam mendengus kesal sembari melihat seorang pria yang baru saja pergi meninggalkan kossannya. Entah kenapa ia tidak menyukai pria tersebut, yang tak lain adalah tunangan kakaknya sendiri.

Selepas kepergian pria tersebut, Azam membantu Kakaknya membawa sisa-sisa gelas kopi yang tadi di suguhi oleh Kakaknya.

Mereka membawanya masuk kedalam kamar, dan meletakan gelas kotor tersebut di tempatnya.

"Terimakasih ya Dek sudah mau nemenin Kakak." Ujar Firda seraya tersenyum manis.

Azam duduk di pojokannya sembari bersandar. "Iyalah Kak, gak mungkin aku biarkan Kakak sendirian sama dia, walaupun Ustad Zaki adalah tunangan Kakak, tapi kalian belum muhrim." Jelas Azam cuek, ia memainkan hp miliknya.

"Tumben Adik Kakak pintar." Goda Firda.

"Uda dari dulu Kak." Jawab Azam.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras di sertai angin kencang, membuat dua saudara itu tampak terkejut. Firda buru-buru berlarian keluar kamar menuju tempat jemuran, kemudian Azam menyusul.

Ia membantu kakaknya mengambil pakaian yang baru saja di cuci kini kembali basah.

Mereka tidak menyangka, cuaca yang tadinya cerah kini mendadak turun hujan. Buru-buru mereka membawa masuk kedalam kamar, dengan kondisi tubuh yang basah kuyup.

Firda berlarian kembali keluar untuk mengambil sisa pakaian yang masih terjemur, dan kembali lagi dengan keadaan pakaiannya yang kini benar-benar basah.

Pakaian Firda yang basah, membuatnya menjadi sedikit transparan, Azam dapat melihat tanktop hitam yang di kenakan Kakaknya di balik gamis yang di kenakan Firda. Ada sensasi tersendiri bagi Azam melihat dalaman Kakaknya.

Pakaian mereka yang basah, tanpa di sadari membuat lantai kamar mereka ikut basah, karena terburu-buru Firda menjadi kurang hati-hati, dan hasilnya tanpa bisa di cegah, kakinya terpeleset.

Buuukk....

"Auwww...."

Lantai yang licin, membuat Firda hilang keseimbangan, alhasil pantatnya mendarat keras di atas lantai.

Buru-buru Azam menghampiri Kakaknya yang masih terduduk di lantai, sembari memegangi kakinya yang tampak terkilir.

"Kakak gak apa-apa?" Tanya Azam khawatir.

Firda meringis sembari memegang kakinya. "Aduh... Sakit Dek..." Erang Firda.

"Yang mana yang sakit Kak?"

"Pergelangan kaki Kakak." Jawab Firda.

Azam menyingkap sedikit bagian gamisnya, hingga terlihat kaki jenjang Firda yang tertutupi kaos kaki sepanjang betisnya. Perlahan Azam menekan pergelangan kaki Kakaknya. "Aduh... sakit." Firda mengaduh kesakitan.

"Kaos kakinya di lepas aja ya Kak, biar Azam pijitin agar gak terlalu parah." Tawar Azam.

"Iya Dek, tapi pelan-pelan."

Azam hendak melepas kaos kaki Kakaknya, tapi kesulitan ketika ia ingin menarik keatas leging hitam yang di kenakan kakaknya, karena terlalu mengetat di betis jenjangnya.

"Susah Kak! Legingnya di lepas juga ya Kak."

"Eh... harus ya Dek?"

"Iya Kak, soalnya kaos kaki Kakak ke tutup leging. Susah bukanya." Jelas Azam. "Aku ambilin minyak kayu putih dulu ya Kak." Lanjut Azam, ia beranjak menuju kotak p3k yang ada di dalam lemari.

Sementara Firda tampak bimbang harus membuka legingnya, tapi setelah mengingat kalau Azam adalah kandungnya sendiri, tidak ada alasan bagi Firda untuk merasa malu. Sembari duduk di lantai ia melepas celana legingnya, karena celana itu terlalu ketat, ia terlihat kesulitan saat menarik lepas celananya.

Pada saat bersamaan, Azam mematung memandangi Kakaknya yang tanpa sadar menyingkap rok panjangnya dari balik cermin yang ada di depannya.

Mata Azam menelusuri betis mulus Kakak kandungnya, terus masuk kedalam, memandangi paha putih Kak Firda yang tanpa cacat. "Sempurna." Gumam Azam di dalam hatinya ketika melihat celana dalam Firda berwarna hitam, sangat kontras dengan warna kulitnya.

Setelah selesai melepas legingnya, Firda buru-buru membenarkan bagian bawah gamisnya. Azam kembali menghampiri Kakaknya.

"Tahan ya Kak, agak sakit." Ujar Azam.

Firda mengangguk kan kepalanya. "Pelan-pelan ya Dek." Pinta Firda.

Azam menaburi minyak kayu putih di pergelangan kaki Kakaknya, lalu ia mulai mengurut pergelangan kaki Kakak kandungnya yang sedikit membengkak.

Pemuda itu dapat merasakan betapa halusnya kulit kaki Kakaknya, sungguh ini adalah pengalaman pertama baginya menyentuh langsung kulit Kakak kandungnya yang belum pernah di sentuh oleh pria manapun.

Dia sedikit menekan di bagian yang terlilir, membuat Firda meringis kesakitan. "Aduh..." Erang Firda.

"Sakit ya Kak?"

"Iya Dek... pelan-pelan." Pinta Firda. Ia merebahkan tubuhnya, mencari posisi yang membuatnya merasa sedikit nyaman.

"Iya Kak, ini juga udah pelan." Jawab Azam.

Ia mengurangi tenaganya agar Kakaknya tidak kesakitan, tapi hasilnya sama saja, ketika jarinya menekan di bagian terkilir, Kakaknya langsung meringis kesakitan.

Firda yang kesakitan tanpa sadar menekuk kaki kanannya yang tidak terkilir, alhasil gamis yang ia kenakan kembali tersingkap, menampakan paha mulusnya dan celana dalamnya yang berwarna hitam. Azam menelan air liurnya yang terasa hambar, sembari menatap nanar kearah selangkangan Kakaknya yang terlihat gemuk.

Tangan Azam baik kebetis Kakaknya yang tak terlindung oleh apapun, ia merasakan kelembutan dan kehalusan betis Kakak kandungnya.

Firda menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sembari menahan rasa sakit di kakinya, dan tanpa ia sadari gamis bagian bawahnya kini terbuka lebar, menampakan sepasang kaki jenjang yang mulus.

Sebagai pria normal sudah sewajarnya kalau Azam mulai terangsang. Penisnya kini telah ereksi sempurna, membuat pemuda tanggung itu berulang kali membenarkan posisi penisnya tanpa sepengetahuan Kakak kandungnya.

"Aduh... Ahkk.. "

"Tahan ya Kak..." Pinta Azam dengan suara serak.

Kini jemarinya naik keatas menuju lutut Firda, membuat ujung gamisnya makin tersingkap, sementara Firda dengan perlahan mulai menikmati pijitan sang Adik, rasa sakit yang tadi ia rasakan kini tak begitu terasa.

Masih dengan memejamkan matanya, ia menikmati setiap inci kulitnya yang sedang di sentuh oleh Adiknya.

"Eesstt...." Firda mendesis.

Jemari Adam kembali turun kebawah menuju pergelangan kaki Kakaknya. "Masih sakit Kak?" Tanya Azam khawatir, ia takut Kakaknya minta berhenti.

"Mendingan... kamu ternyata pintar ya mijitnya." Puji Firda tanpa membuka matanya.

"Hehehe... siapa dulu dong Kak." Jawab Azam bangga.

Kembali jemarinya naik keatas, menyingkap lebih banyak gamis Kakaknya, hingga ke pangkal pahanya. Firda menggeliat merasakan sensasi geli bercampur nikmat ketika jemari kasar Adiknya menyentuh kulit paha mulusnya.

Firda menggigit bibirnya, ia merasa kegelian ketika jari jempol adiknya masuk kedalam paha bagian dalamnya, nyaris mengenai selangkangannya yang di balut celana dalam berwarna hitam.

Karena tak ada reaksi dari Kakaknya, Azam semakin berani, yang tadinya memijit kini berubah menjadi elusan erotis.

"Eenghk..." Lenguh Firda.

Tangan Azam semakin keatas, menyingkap lebih banyak gamis Firda. Alhasil... kini celana dalam Firda terlihat semakin jelas. Azam dapat melihat bercak lendir di celana dalam Kakaknya.

Matanya nanar memandangi lipatan vagina Kakaknya yang menjiplak di celana dalamnya.

Jari jempol Azam kembali masuk kedalam lipatan paha Kakaknya, naik perlahan menuju selangkangannya. "Uhkk... Dek..." Desah Firda ketika jarinya menggesek bibir kemaluan Firda yang basah.

Rasanya nikmat itu perlahan menyadarkan Firda, sentuhan tangan Adiknya mengadakan ia kalau apa yang di lakukan Adiknya terlalu berlebihan.

"U... udah Dek..." Pinta Firda.

Ia membuka matanya, dan alangkah kagetnya ia saat melihat kondisi gamisnya yang tersingkap sangat tinggi, memperlihatkan celana dalamnya.

Buru-buru Firda membenarkan gamisnya yang tersingkap. Sebagai seorang wanita, sudah sewajarnya kalau ia merasa malu, walaupun saat ini hanya ada Adik kandungnya seorang.

---------

Pov Aziza

"Aaarrtt..."

Aku menangkup wajahku dengan kedua tanganku, sementara di hadapanku setumpuk pakaian yang baru saja kucuci dalam keadaan basah kuyup, di perparah dengan pakaianku sendiri yang juga telah basah.

Sementara di dalam lemari pakaianku, sudah tak menyisakan sehelai benangpun kecuali jilbab berwarna biru laut. Karena kesibukanku kemarin aku jadi lupa mencuci pakaianku.

"Sekarang aku harus gimana?" Keluhku.

Padahal rencananya malam ini aku mau nonton konser Opick, artis idolaku, yang dulunya sebagai penyanyi rock kini hijrah menjadi penyanyi Islami. Di setiap lirik lagunya, selalu mengandung dakwah.

Apa aku batalkan saja acaranya? Tidak... tidak.. kapan lagi aku bisa melihatnya tampil.

Ting..

Kulihat ada pesan WhatsApp di hpku, saat kulihat ternyata dari Rani. "Say... malam ini jadikan?" Tanya Rani, aku buru-buru membalasnya.

"Iya jadi... nanti aku jemput kamu." Balasku.

Kemudian aku mencari kontak Mbak Dewi. "Assalamualaikum Mbak..." Buru-buru aku mengirim pesan kepada Mbak Dewi.

Selagi menunggu balasannya, aku memutuskan untuk mandi, dan menunaikan ibadah kewajiban ku. Selesai beribadah. Aku kembali mengambil hpku, tapi ternyata belum juga di balas.

Aku segera melepas mukennaku, karena aku takut mukennaku kotor, karena di balik mukenna yang kukenakan aku tak memakai apapun.

Sebagai gantinya aku memakai handuk dan jilbab lebar untuk menutupi ketelanjangan.

Sejenak aku terpaku melihat penampilanku saat ini, terlihat begitu menggoda dan seksi. Tidak terbayang di benak ku, seandainya saja ada orang lain melihatku dalam keadaan seperti ini.

"Seksi... terlalu seksi." Gumamku.

Di balik pantulan cermin aku melihat diriku mengenakan jilbab biru laut yang menutupi pundak telanjangku beserta payudaraku yang berada di balik jilbab dan handuk yang kukenakan saat ini.

Aku berdiri menyamping, lalu dengan sengaja aku menggerakkan tanganku, seakan aku sedang berinteraksi, dan hasilnya, dari samping aku dapat melihat lilitan handuk yang membungkus handukku, seandainya saja aku tidak mengenakan handuk, maka payudaraku akan terekspose.

"Ughk... alangkah beruntungnya pria yang berada di sampingku." Gumamku pelan.

Kuputar tubuhku membelakangi kaca, kemudian aku menjatuhkan sisir yang ada di tanganku. Reflek aku membungkuk hendak mengambil sisirku, sembari menoleh kebelakang, dan kulihat dari pantulan kaca kamarku, tampak vagjnaku yang tembem mengintip malu-malu di balik handuk yang kukenakan.

"Ewnghk..." Nafasku terasa begitu berat.

Kulihat bibir tembem berwarna kemerah-merahan tampak basah, mengundang seseorang untuk memandanginya. Sungguh aku merasa begitu seksi.

Masih di posisi yang sama, aku membayangkan beberapa pria saat ini berada di belakangku, mereka memandangi bibir vagina ku, dengan tatapan kagum. Sayup-sayup aku mendengar pujian dari mereka.

"Wow... seksi... Indah sekali... luar biasa..." Kugigit bibirku, dan rasanya komentar mereka terdengar semakin gila. "Memeknya merah... memeknya tembem... jembut memeknya sedikit..." Aahkk... tubuhku terasa gemetar mendengar komentar mereka. "Aku ingin menjilati memeknya... ingin ku gigit klitorisnya... kontolku ingin merobek memeknya." Gilaaa... aku gak kuat lagi mendengarnya. "Ahkwat pelacur... Ahkwat lonte... Ahkwat Murahan...." Aarrrt.... kakiku gemetar, ada rasa geli di bibir vagina ku. "Aku ingin menjadikannya sebagai simpananku... aku ingin dia menjadikannya budak sexku... aku ingin memperkosanya." Creeettss... Creeettss... Creeettss...

Kurasakan lendirku keluar semakin banyak, dan tanpa bisa kutahan orgasme itu meluluhlantakan tubuhku. "Seeeeerrr...." Aku mengalami squirt hanya karena membayangkan komentar erotis mereka, pria mata keranjang yang dulu sangat kubenci.

---------

Dengan bersusah payah akhirnya aku bisa kembali keatas tempat tidurku, kurebahkan diriku dengan nafas yang memburu. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sangat muda terangsang.

Tiba-tiba hpku berbunyi, kulihat Mbak Dewi menelpon diriku. Buru-buru aku mengangkat telpon ku.

"Assalamualaikum."

"Wa... waalaikumsalam... ada apa Za, tadi WA Mbak... Ohk..." Tanya Mbak Dewi dengan suara yang terdengar asing di telingaku.

"Anu Mbak... aku mau pinjam baju Mbak?" Tanya ku. "Bajuku kotor semua Mbak, Ziza lupa nyuci." Lanjutkan memberinya alasan.

"Oohkk... Aahkk... Ssstt... pelan-pelan..." Terdengar suara Mbak Dewi berbisik. "Duh... Ahkk... bo... boleh kok Za... pakai saja baju Mbak, ta... tapi kayaknya baju Mbak juga kotor semua... Aahkk... tapi coba... Auww..." Aku mendengar Mbak Dewi memekik.

"Mbak... Mbak... Mbak kenapa?" Tanyaku khawatir.

Tapi tak ada jawaban dari Mbak Dewi, yang kudengar hanya lenguhan di seberang sana dan suara. "Ploookss... Ploookks... Ploookkss..." yang terdengar sangat familiar di telingaku.

"Mbak gak apa-apa Za... Ahkk... udah dulu ya Za... Mbak masih ada urusan."

"Iya Mbak..."

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Jawabku cepat.

Kukatakan kembali hpku kesamping tempat tidurku, sementara mataku menerawang memandangi langit kamarku. "Apa yang sedang di lakukan Mbak Dewi?" Pikirku di dalam hati.

Selagi aku melamun yang tidak-tidak, sayup-sayup aku mendengar suara aneh itu lagi. "Aahkk... Aahkk... Pak... Aahk... jangan keras-keras." Suara itu milik Mbak Dewi, Oh Tuhan...

Kuambil hpku yang ternyata panggilannya masih menyala, mungkin Mbak Dewi lupa mematikan panggilannya.

Kuambil headset agar bisa mendengar suara serangannya lebih jelas di telingaku. Lalu dalam diam aku mendengar suara lenguhan Mbak Dewi, nafasnya terdengar memburu, dan sayup-sayup aku mendengar suara tubrukan antara kelamin mereka berdua.

"Pak Praaam... Dewi mau keluar..." Erang Mbak Dewi.

Oh Tuhan....
Ternyata Mbak Dewi sedang bersetubuh dengan Pak Pramono, padahal saat ini Suaminya sedang ada di kota ini. Entah sedang apa Mas Furqon, sehingga ia tidak tau kalau Istrinya sedang di jamah orang lain.

Mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu, membuatku kembali bergairah.

Perlahan jemariku menuntunku untuk kembali bermasturbasi. Aku menggosok vaginaku dengan perlahan, hingga syahwatku kembali membara.

"Nungging Nak..." Suruh Pak Pramono.

Aku membayangkan saat ini Mbak Dewi sedang menungging, sementara di belakangnya Pak Pramono berlutut di belakangnya. "Aahkk..." Teriak Mbak Dewi, menandakan penis Pak Pramono telah masuk kedalam vagina Mbak Dewi yang telah becek.

"Sempit sekali memekmu Nak..." Ceracau Pak Pramono.

"Ampuuun Pak... Aahkk... Aahkkk... Memek Dewi gak kuat Pak... Aahkkk... Pak... Ini memek Suami saya..." Pekik Mbak Dewi keras.

Aku mendekap mulutku agar suara desahan ku tak sampai keluar, sementara jariku semakin keras menggosok clitorisku yang terasa semakin basah. "Eehmp..." Setengah mati aku menahan suaraku.

Gila... gilaa... gilaa...
Aku membayangkan diriku saat ini tengah di setubuhi oleh pria tua seperti Pak Pramono.

"Aaahkkk... Aku keluaaar..." Pekik Pak Pramono.

Dan pada saat bersamaan akupun mengalami orgasme. Kurasakan cairan cintaku keluar sangat banyak, membasahai tempat tidurku.

Creeeettss... Creeettss... Creeeettss...

----------
 
Kemarin masih malu-malu....tiba-tiba langsung 2 creetttt aja. Owh....Ziza...ziza...sini abang kekepin :getok:
 
Dulu ketika Masih polos, Secara tidak sengaja Ziza nonton mereka main Gila Di ruang tamu dari balik pintu kamar ... Satu Kali crotz

Sekarang seiring fantasi sex yg menjadi plus tutorial JAV, tanpa sengaja dia mendapati live audio performance yg menjadikan fantasinya semakin liarrrr, ... Dua Kali crotz plus squirt

Next apa mungkin mereka mengajak ziza melihat Secara live Di dalam kamar sementara mereka bermain Gila ... Hahaha
 
Terakhir diubah:
Cerita zizah yg terakhir ini sesuai bgt sama imajinasi ane suhu, terimakasih sudah mau mewujudkannya :ampun:
 
Bimabet
Mantap djiwa.
Sepertinya ada dendam masa lalu juga nih
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd