Awal Rencana Perkosaan Vania
Posting satu lagi.
Mulustrasi Vania
Mulustrasi Melisa
Mulustrasi Vania Tanpa Cadar
Aku dendi umur 50 tahun, memiliki istri bernama melisa. Keseharian melisa menggunakan hijab. Ya meski melisa bukan type seorang akhwat.
Seminggu yang lalu aku memergoki istriku selingkuh dengan tetanggaku. Aku shock dan marah.
Di rumah aku uring-uringan tetapi aku tidak mau membongkar dan membuka aib keluargaku. Perselingkuhan istriku tetap aku tutup-tutupi seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Untung saja di rumah ada istri ponakanku vania, melihat dia perasaanku adem. Kemarahan yang tadi meledak-ledak seakan-akan sirna.
Ya meski aku jarang sekali mengobrol dengannya. Maklum dia adalah akhwat bercadar. Sikap malu-malunya membuatku tertarik dengannya.
Tapi aku mencoba sadar, dia adalah istri ponakanku. Tidak mungkin aku merusak keluarga mereka. Apalagi sampai berbuat kurang ajar dengan vania.
Pagi nia, kok buru-buru amat mau kemana? Tanyaku.
Oh ini om, ada keperluan mendadak ke rumah ummi maksum. Besok akan diadakan pengajian di rumah beliau. Jawab vania.
Kulihat vania menuntun motornya, menstarternya lalu menghilang dari pandanganku. Rumah ummi maksum agak jauh dari rumah yang kami tinggali, meski masih satu kompleks.
Dadaku berdesir, melihat mata vania aku menelan ludah. Ingin sekali aku singkap cadarnya dan aku lumat bibirnya. Kutepok jidatku, apa-apaan sih kamu den kataku mencoba sadar.
Lalu aku pergi ke dalam berpapasan dengan istriku.
Mau kemana ma? Tanyaku.
Ini, mau bantu-bantuin buat pengajian pa. Kata istriku.
Oalah kenapa tadi gak barengan sama nia? Tanyaku.
Aduh mama gak tau pa kalo nia juga ke rumah ummi maksum. Istriku cengengesan.
Lalu istriku pergi begitu saja setelah mengobrol sebentar denganku. Tapi aneh gelagat istriku sepertinya dia berbohong. Sekarang dia memakai kaos ketat dengan celana jeans ketat, dipadukan dengan hijab pendek yang menampakkan cetakan payudaranya yang mengkal.
Ah paling kau mau kencan sama selingkuhanmu ma, tebakku dalam hati.
Saking penasarannya aku membuntuti istriku, istriku tidak tau kalau mobil di belakangnya adalah aku.
Istriku masuk ke dalam rumah pak amir. Motornya masuk ke dalam gerbang rumah pak amir yang mewah.
Ah siyal, cuma sampai disini aku bisa membuntuti istriku. Karena aku tidak menyerah, kutunggu saja istriku.
Setelah tidak begitu lama, ada mobil mewah keluar dari gerbang. Kulihat dari kaca yang terbuka istriku duduk di samping pak amir.
Kuikuti mobil itu, ntah mau kemana mereka. Kini mobil sudah memasuki kota. Aku kesal, hampir saja aku kehilangan jejak mereka.
Kondisi jalanan hari ini cukup padat, aku kesulitan mengejar mereka. Ya aku salah, seharusnya aku membawa sepeda motor agar aku bisa leluasa mengejar mereka.
Nah, akhirnya mobil yang ditumpangi istriku bisa terkejar. Mobil itu memasuki parkiran hotel.
Kubuntuti mereka, sudah mirip detektif aja aku. Pikirku.
Tapi setelah aku ikut check in kamar hotel, bingung bagaimana caranya aku bisa mengintip ke kamar sebelah.
Akhirnya usahaku sia-sia, bukan hanya buang-buang uang. Keinginanku melihat apa yang dilakukan istriku tidak membuahkan hasil.
Di rumah aku hanya bisa mengocok membayangkan istriku disenggamai oleh pak amir.
Memang suami gila aku, yang seharusnya aku cemburu justru aku nafsu membayangkan persetubuhan istriku yang terlarang.
Kulihat vania memarkirkan motornya ke garasi rumah. Oh ternyata vania baru pulang pikirku.
Assalamualaikum om. Sapa vania.
Waalaikum salam. Jawabku.
Senang sekali aku mendengar salam dari vania. Pikiran-pikiran cabulku seakan-akan hilang tetapi tidak lama.
Kini aku berpikir, bagaimana caranya aku bisa menaklukkan vania.
Malam ini kuajak beberapa orang temanku, ada 10 orang. Kita merencanakan bagaimana caranya memperkosa vania.
Karena halaman rumah belakang meski kompleks cukup luas. Jadi kita bisa nongkrong bebas di belakang rumah.
Mata teman-temanku jelalatan memperhatikan vania.
Tunggu om nia, lihat om akan menaklukkanmu. Kamu akan mendesah dan menjadi penggila kontol. Kataku dalam hati.
TAMAT
Posting satu lagi.
Mulustrasi Vania
Mulustrasi Melisa
Mulustrasi Vania Tanpa Cadar
Aku dendi umur 50 tahun, memiliki istri bernama melisa. Keseharian melisa menggunakan hijab. Ya meski melisa bukan type seorang akhwat.
Seminggu yang lalu aku memergoki istriku selingkuh dengan tetanggaku. Aku shock dan marah.
Di rumah aku uring-uringan tetapi aku tidak mau membongkar dan membuka aib keluargaku. Perselingkuhan istriku tetap aku tutup-tutupi seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Untung saja di rumah ada istri ponakanku vania, melihat dia perasaanku adem. Kemarahan yang tadi meledak-ledak seakan-akan sirna.
Ya meski aku jarang sekali mengobrol dengannya. Maklum dia adalah akhwat bercadar. Sikap malu-malunya membuatku tertarik dengannya.
Tapi aku mencoba sadar, dia adalah istri ponakanku. Tidak mungkin aku merusak keluarga mereka. Apalagi sampai berbuat kurang ajar dengan vania.
Pagi nia, kok buru-buru amat mau kemana? Tanyaku.
Oh ini om, ada keperluan mendadak ke rumah ummi maksum. Besok akan diadakan pengajian di rumah beliau. Jawab vania.
Kulihat vania menuntun motornya, menstarternya lalu menghilang dari pandanganku. Rumah ummi maksum agak jauh dari rumah yang kami tinggali, meski masih satu kompleks.
Dadaku berdesir, melihat mata vania aku menelan ludah. Ingin sekali aku singkap cadarnya dan aku lumat bibirnya. Kutepok jidatku, apa-apaan sih kamu den kataku mencoba sadar.
Lalu aku pergi ke dalam berpapasan dengan istriku.
Mau kemana ma? Tanyaku.
Ini, mau bantu-bantuin buat pengajian pa. Kata istriku.
Oalah kenapa tadi gak barengan sama nia? Tanyaku.
Aduh mama gak tau pa kalo nia juga ke rumah ummi maksum. Istriku cengengesan.
Lalu istriku pergi begitu saja setelah mengobrol sebentar denganku. Tapi aneh gelagat istriku sepertinya dia berbohong. Sekarang dia memakai kaos ketat dengan celana jeans ketat, dipadukan dengan hijab pendek yang menampakkan cetakan payudaranya yang mengkal.
Ah paling kau mau kencan sama selingkuhanmu ma, tebakku dalam hati.
Saking penasarannya aku membuntuti istriku, istriku tidak tau kalau mobil di belakangnya adalah aku.
Istriku masuk ke dalam rumah pak amir. Motornya masuk ke dalam gerbang rumah pak amir yang mewah.
Ah siyal, cuma sampai disini aku bisa membuntuti istriku. Karena aku tidak menyerah, kutunggu saja istriku.
Setelah tidak begitu lama, ada mobil mewah keluar dari gerbang. Kulihat dari kaca yang terbuka istriku duduk di samping pak amir.
Kuikuti mobil itu, ntah mau kemana mereka. Kini mobil sudah memasuki kota. Aku kesal, hampir saja aku kehilangan jejak mereka.
Kondisi jalanan hari ini cukup padat, aku kesulitan mengejar mereka. Ya aku salah, seharusnya aku membawa sepeda motor agar aku bisa leluasa mengejar mereka.
Nah, akhirnya mobil yang ditumpangi istriku bisa terkejar. Mobil itu memasuki parkiran hotel.
Kubuntuti mereka, sudah mirip detektif aja aku. Pikirku.
Tapi setelah aku ikut check in kamar hotel, bingung bagaimana caranya aku bisa mengintip ke kamar sebelah.
Akhirnya usahaku sia-sia, bukan hanya buang-buang uang. Keinginanku melihat apa yang dilakukan istriku tidak membuahkan hasil.
Di rumah aku hanya bisa mengocok membayangkan istriku disenggamai oleh pak amir.
Memang suami gila aku, yang seharusnya aku cemburu justru aku nafsu membayangkan persetubuhan istriku yang terlarang.
Kulihat vania memarkirkan motornya ke garasi rumah. Oh ternyata vania baru pulang pikirku.
Assalamualaikum om. Sapa vania.
Waalaikum salam. Jawabku.
Senang sekali aku mendengar salam dari vania. Pikiran-pikiran cabulku seakan-akan hilang tetapi tidak lama.
Kini aku berpikir, bagaimana caranya aku bisa menaklukkan vania.
Malam ini kuajak beberapa orang temanku, ada 10 orang. Kita merencanakan bagaimana caranya memperkosa vania.
Karena halaman rumah belakang meski kompleks cukup luas. Jadi kita bisa nongkrong bebas di belakang rumah.
Mata teman-temanku jelalatan memperhatikan vania.
Tunggu om nia, lihat om akan menaklukkanmu. Kamu akan mendesah dan menjadi penggila kontol. Kataku dalam hati.
TAMAT
Terakhir diubah: