Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PETUALANGAN CINDY SEMASA REMAJA [POV CINDY]

Don_Ignacio

Semprot Baru
Daftar
17 Jan 2019
Post
40
Like diterima
200
Lokasi
Surabaya, Yogyakarta, Jakarta
Bimabet
PROLOG

Sesuai dengan kesepakatan, maka gw akan membuat cerita tentang kehidupan sex mantan gw. Semua cerita yang gw ungkapin di sini adalah cerita real, sebelum sama gw, selama sama gw, dan setelah doi pisah sama gw. Jadi banyak cerita-cerita menarik yang bisa gw share daripada pengalaman gw sendiri sama doi. Semua cerita sudah izin yang bersangkutan. Gw bakal menceritakan dengan bahasa yang lebih soft menggunakan aku-kamu daripada lu-gw. Selamat menikmati guys. Oh ya, buat yang polling kemarin tidak suka dgn cerita dengan POV mantan ane, silahkan tunggu kisah-kisah gw dengan doi di judul "[TRUE STORY] Pengalaman Waktu SMA" . karena beberapa plot cerita disini akan sama dengan cerita yang ada di judul tersebut hanya POV-nya ada di mantan ane, supaya para pembaca bisa mengeksplorsi pikiran nya dari sudut pandang yang berbeda. Cerita ini inspire by true story dari yang bersangkutan ya guys. Jadi plot dan alur cerita Cindy serta feeling-feeling yang ada semua gw dapat dari sumbernya langsung di email ke ane supaya bisa buat dalam bentuk cerita dan di post ke forum ini. Hanya doi menolak untuk join di forum ini mohon maaf. Sebagai bonus, di cerita gw dengan POV Cindy, gw berikan mulustrasi yang kurang lebih body dan mukanya kayak doi. Sorry guys, gw ga diizinkan untuk ngepost foto doi. Dan gw mengaja privasi tsb. Selamat menikmati ya guys. Salam Semprot!

CHAPTER 1 : HILANGNYA KEPERAWANAN DI TANGAN PACARKU
CHAPTER 2 : KEMBALINYA GAIRAH BERSAMA ANTON
CHAPTER 3 : PENGALAMAN BARU DI VILLA
CHAPTER 4 : PEMBANTU-PEMBANTU NAKAL
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 1 - HILANGNYA KEPERAWANAN DI TANGAN PACARKU

422-1000.jpg

Halo semua, namaku Cindy. Cindy Fransiska. Aku terlahir sebagai anak tunggal seorang direktur sebuah perusahaan konstruksi berskala nasional dan seorang pialang saham di ibukota. Jadwal kerja yang sangat padat membuatku merasa kesepian. Rumah yang cukup besar hanya ramai dengan beberapa pembantu. Papa mama serasa tidak memiliki waktu untuk anaknya. Memang pada saat liburan sekolah, orang tuaku selalu mengajak tour keliling dunia. Tapi bukan itu poinnya, aku ingin kedua orang tuaku menemani masa remajaku yang jujur saja penuh tantangan baik di sekolah maupun di kehidupan nyata. Yang mereka pikirkan adalah bisnis dan bisnis. Mungkin kerena itu aku justru malas bahkan tidak tertarik sedikitpun dengan usaha yang sudah didirikan orang tuaku selama belasan tahun ini. Now, I live in Singapore. I proud of it, working at the multinational finance company and everybody care of me. That’s all I want. Mungkin hal itu pula yang membuat aku terjerumus ke dalam dunia yang mungkin sebagian orang itu menjijikkan, tabu atau hal lainnya. tapi jujur saja, aku sangat menikmati hal itu. Ada sebagian hidupku yang selama ini hilang aku dapatkan kembali dari sana. Cerita mengenai hilangnya keperawananku juga imbas dari kurangnya kasih sayang dan komunikasi orang tua kepadaku. Mungkin hal itu yang akhirnya membuat aku mencari alternatif solusi lain yang “aku” rasa itu “benar”. Jadi benar atau salah, silahkan kalian yang membaca nilai sendiri.

Bermula dari aku yang baru saja masuk ke bangku SMA, aku mempunyai seorang pacar yang cukup ganteng menurutku namun usianya cukup jauh diatasku. Dia bernama Ethan. Kami bertemu di sebuah foodcourt mall di jakarta pada saat aku kongkow bersama teman-teman sekitar rumahku. Dia datang dan mengajak berkenalan, yang ternyata dia memiliki apartement di sana. Dia bekerja di sebuah hotel sebagai bartender. Setelah beberapa bulan kami berkenalan, orangnya cukup asyik dan punya wawasan yang cukup luas membuat aku sangat nyaman dengan dia. Dari perkenalan itu akhirnya kita lanjut ke hubungan yang lebih serius, yaitu pacaran. Walau usia kami beda 10 tahun, tapi aku merasa nyaman dengan dia. Mungkin nyaman darii versiku. Sosok orang tua yang hilang sepertinya bisa digantikan dengan dia yang “selalu” ada buat aku. Setidaknya untuk saat ini itulah yang aku butuhkan. Dari Ethan aku banyak belajar mengenai kehidupan bartender, dari semula cupu hingga bisa meracik beberapa minuman.

Suatu hari Ethan mengajak ku untuk berkeliling ke hotelnya. Hotelnya cukup strategis di Jakarta pusat. termasuk hotel berbintang dengan nama yang cukup familiar di dunia perhotelan. Dia mengajakku berkeliling mulai dari lobby, restoran, kolam renang, hingga beberapa kamar yang membuatku cukup tercengang. Presidential Suite, kamar yang sangat besar lengkap dengan balcony yang lebar serta jacuzzi. Kamar ini sangat spektakuler dengan ranjang yang sedemikian lebarnya ditambah dengan TV 60” yang tertanam di tembok tersebut.

Tiba-tiba dari belakang aku dipeluk oleh Ethan sambil menciumi tengkuk ku, di situ jujur aku merasa geli. Aku mencoba berdamai dengan diriku dan mengikuti apa yang dia mau. Ternyata dia tidak berhenti di situ. Tangannya mulai nakal meraba tubuhku, mulai dari perut hingga payudaraku. Ini pertama kalinya tubuhku disentuh oleh orang lain selain orang tuaku atau dokter. Dokterpun biasa hanya menyentuh bagian perut. Sesuatu ada yang menjalar di tubuhku ini. Seperti aliran darah panas yang naik ke otak yang aku sendiri tidak tahu itu apa. Emang aku pernah beberapa kali melihat adult video di komputer, tapi ini aku merasakannya langsung. Ada sebuah perasaan yang aneh dan otakku ingin sekali melawan untuk menyudahi permainan ini. Tapi sepertinya tubuhku tidak bisa menolak. Tubuh ini terlalu jujur kepada pacarku, Ethan.

Tidak tahu siapa yang memulai tapi kakiku perlahan melangkah menuju sofa panjang yang ada di sudut ruangan ini. Tubuhku di dudukkan olehnya di sofa ini sambil terus menciumi tengkuk ku dari belakang. Jemarinya juga masih asyik menari di kedua payudaraku. Aku sendiri baru pertama kali merasakan hal seperti, ada perasaan yang aneh yang masuk di dalam hatiku. Jantungku berdetak kencang sambil otakku memikirkan perlakuan apalagi yang akan dilakukan pacarku ini. Ethan mulai masuk kedalam T-shirku dan mulai memainkan payudaraku dibalik bra yang aku kenakan, sesekali tangan nakalnya masuk ke dalam bra itu dan memainkan putingku. Tahu tidak rasanya pertama kali putingmu disentuh oleh laki-laki. Aku tidak bisa bayangkan rasanya. Ada sengatan listrik dari dalam tubuhku dan membuat sekujur tubuhku bergetar dan aku mulai merasakan sesuatu membasahi celana dalamku.

Tubuhku dibuatnya berdiri dan entah bagaimana ceritanya, T-Shirtku sudah lepas dari tubuh ini, beberapa detik kemudian akupun melihat celana pendekku sudah berada di lantai, tanda bahwa kini aku hanya mengenakan bra dan celana dalam. Ethan mulai membuka kaitan braku dan meremas pelan payudaraku. Dia membalikkan badanku dan mencium lembut bibirku. Entah mengapa otakku berpikir untuk menyudahi perlakuan ini tapi tubuhku serasa tidak mau berkompromi. Seperti tadi yang aku bilang, tubuh ini terlalu jujur terhadap Ethan. Beberapa menit dia puas dengan payudaraku, tangan kanannya kini berganti masuk ke dalam celana dalamku ini. Sengatan listrik lebih tinggi dari yang awal. Aku merasa kegelian diperlakukan seperti itu. Ethan juga tidak ada henti-hentinya menciumi lembut bibir dan pipiku.

“Cin, gw buka ya celana dalam loe,” Bisik Ethan

Tanpa sadar aku mengangguk. Entah karena aku ini masih terlalu polos, atau memang badanku sudah tidak bisa diajak kompromi. Tapi yang jelas, aku tidak ingin perlakuan ini berhenti. Aku merasa benar-benar diparlakukan seperti bidadari. Dia meraba hampir seluruh jengkal tubuhku, menciumi rambutku yang menurutnya wangi hingga aku kegelian karena ketiakku tidak lepas dari bibirnya itu. Ethan mulai menggosok pelan vaginaku, iramanya berubah-ubah dari yang pelan lalu temponya dinaikkan sedikit, namun tidak terlalu kencang. Mungkin dia tahu bahwa aku masih sangat amatir. Jika aku mulai meringis perih, dia melepaskan tangannya sambil mencium bibirku. Benar-benar suasana yang sangat romantis. Sesaat kemudian, tangannya kembali ke vaginaku dan menggerakannya perlahan hingga satu titik tubuhku bergetar hebat. benar-benar hebat namun aku tidak tahu kondisi apa yang aku alami hingga Ethan memberitahuku jika itu adalah orgasme. Orgasme pertama kali dalam hidupku dan itu benar-benar spektakuler. Aku dibuatnya melayang hingga pandanganku agak kabur. Aku tidak bisa deskripsikan bagaimana rasanya. Tapi itu benar-benar luar biasa.

Melihatku yang masih bergetar, Ethan membiarkanku istirahat semenit dua menit. Lalu dia mulai berdiri dan melepas celana jeans dan celana dalamnya. Ini adalah moment teraneh di dalam hidupku. Untuk pertama kalinya aku melihat penis laki-laki. Bentuknya lucu dan agak kehitaman. Dia menyuruhku meraba penisnya dan entah mengapa, tanganku langsung meraih benda yang menggantung itu. Pengalaman waktu lihat adult video membantuku melakukan apa yang harus kulakukan. Ethan mulai memegang kepalaku dan mendorongnya kepada penisnya.

“Ayo Cin, dikulum,” Katanya.

Aku mencoba memasukkan penisnya kedalam mulutku. Hoek.. rasanya tidak enak, baunya khas, yang aku sendiri tidak bisa deskripsikan. Aku mencoba memaju mundurkan penis itu dan anehnya penis itu membesar dalam mulutku. Lucu sekali. Tapi tiba-tiba dia mengeluarkan penisnya dari mulutku dan berkata kalau penisnya terkena gigiku. Aku sendiri masih amatir untuk melakukan blowjob. Pertama kali aku mengemut penis pria. Emutanku yang paling dasyat adalah pada saat aku makan es krim batang. Namun, Ethan dengan sabar membimbingku sampai aku bisa mem-blowjob dia dengan “benar”. benar menurut dia karena aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. Hanya perasaan yang gembira melihat Ethan merem melek keenakan pada saat aku sedot penisnya. Beberapa kali aku tersedak dan ingin muntah pada saat Ethan memasukkan penis itu sampai di tenggrokan. Pada saat aku tidak bisa bernapas, aku pukul pahanya dan dia mengeluarkan penisnya dalam mulutku. Tapi beberapa kali dia lakukan seperti itu sampai aku lihat penisnya benar-benar basah. Setelah puas memainkan mulutku, dia membaringkan aku di ranjang lalu bersiap memasukkan penisnya itu kedalam liang vaginaku.

“Yank,” Biasa aku panggil dia dengan sebutan itu. “jangan dimasukkan ya, aku masih perawan.”

Tapi sepertinya dia tidak memperdulikan hal itu, setelah mengolesi vagianku dengan gel lubrikasi, dia perlahan memasukkan penisnya kedalam vaginaku. Itu rasanya ingin meledak. Sakit banget. Bayangkan saja lubangku ini belum pernah dimasukkan benda apapun tiba-tiba ada sebuah benda tumpul yang memaksa masuk kedalamnya. Namun jika aku terlihat meringis kesakitan, Ethan menarik penisnya keluar dan memasukkannya lagi perlahan. Hampir setengah jam penetrasi pertama ini dilakukan. Dari yang hanya meringis sakit hingga terengah-engah. Maklum aku belum pernah melakukan ini dengan siapapun. Dalam pikiranku hanya mengucapkan selamat tinggal pada keperawananku. Ethan sendiri yang berusaha memasukkan penisnya ke lubang yang sempit itu berceracau keenakan. Aku sendiri tidak tahu bagian mana yang enak, mungkin karena masih sempit jadi terasa menjepit. Setelah penisnya masuk setengah, dia memberiku aba-aba untuk menahan sakit. Dan…

“Arrgghh… shh… sakit… ampun…” aku menjerit.

Ethan terlihat terengah-engah setelah menyentakkan penisnya masuk terbenam di dalam vaginaku. Gairaku benar-benar padam dengan kondisi seperti ini, daerah selangkanganku benar-benar terasa perih. Namun, ternyata itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa goyangan, perih itu berangsur-angsur hilang. Berganti dengan rasa yang aneh. Aku sepertinya mulai menikmati persetubuhan ini. Persetubuhan terlarang karena kami belum menikah. Seperti tadi, tubuhku terlalu jujur dalam kondisi seperti ini. Buktinya? Terkadang Ethan menghentikan gerakannya, malah aku sendiri mulai memaju mundurkan selangkanganku. Malu untuk mengungkapkan tapi tubuh ini sekali lagi terlalu jujur.

Puas dengan posisi missionary, Ethan membalikkan tubuhku dengan posisi doggy-style. aku tidak bisa melihat ke arah Ethan karena dia memasukkan penisnya dari belakang. Perlahan penisnya masuk ke dalam vagianku. Namun rasanya tidak sesakit yang pertama. Mungkin cairan lubrikasi dan cairan dari vaginaku mulai membasahi dinding-dindingnya. Posisi ini sangat mengntungkan Ethan, dia bisa menekan penisnya masuk lebih dalam. Setiap kali penis itu masuk, aku menjerit kecil, hingga aku merasakan orgasme yang kesekian kalinya. Tidak berhenti sampai disitu, Ethan kembali membalikkan badanku dengan posisi menyamping dan terus menggenjotku tanpa henti. Aku yang semua hanya melengguh kecil mulai berani mengeram lebih keras. Bahkan ketika dengan sengaja Ethan menghentikan genjotannya aku dengan tidak sadar memaju mundurkan pinggulku sendiri. Sungguh hilang sudah urat maluku. Yang aku pikirkan adalah kapan aku bisa mencapai orgasme lagi.

Beberapa menit kemudian aku merasakan sesuatu yang berbeda, orgasme ku kali ini datang bertubi-tubi. Ethan juga tidak menghentikan genjotannya pada saat aku orgasme. Antara geli dan perih sudah bercampur aduk sampai aku tidak bisa menahan lagi. Cairanku keluar seperti pipis. Deras menyembur keluar dari vaginaku. Belakangan aku baru tahu kalau itu namanya squirting. Selain puas, vaginaku benar-benar terasa geli dan berkedut-kedut. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan. Tapi dalam posisi begitupun, Ethan terus menggenjotku dengan semangat, terlihat dia akan menyemburkan spermanya. Mukanya mulai merem melek, tangannya menggenggam pinggangku dengan kuat. Tak lama kemudia dia mencabut penisnya itu lalu mengocoknya dengan kencang. Aku yang sudah lemas ini terbaring terlentang melihat Ethan asyik mengocok penisnya itu sampai akhirnya dia memuntahkan spermanya itu di dadaku. Tidak berhenti sampai di situ, dia meratakan sperma itu ke seluruh payudaraku, sambil meremasnya perlahan. Aku yang masih terengah-engah ini hanya bisa pasrah melihat kelakuannya.

Puas memainkan payudaraku dengan spermanya, dia lantas memasukkan jarinya ke dalam vaginaku yang sudah sangat becek itu, dan mengocokkan tangannya. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku menerima siksaan nikmat tangannya itu. Jemarinya menari-nari di liang vaginaku membuatku kalah untuk kesekian kalinya. Aku orgasme lagi, aku lemas lagi. Bahkan pinggulku sedikit terangkat pada saat aku merasakan kenikmatan duniawi ini. Sungguh pengalaman yang tidak akan aku lupakan. Setelah puas, Ethan mencium keningku dan menuju kamar mandi. Aku sendiri berusaha mengatur irama nafasku dan mengikuti Ethan ke kamar kami. Disana kami mandi bersama hingga bersih lalu mengenakan pakaian kami.

Setelah kejadian itu, beberapa kali kami melakukan hubungan intim baik di kost-nya Ethan ataupun di rumah dalam keadaan kosong. Aku yang tadinya malu-malu, sekarang jadi tidak tahu malu. Bahkan beberapa moment aku yang minta Ethan untuk menggahiku. Aku senang dia memainkan birahiku. Penisnya tidak panjang tapi staminanya tidak bisa diremehkan. 4 bulan aku menjalin hubungan dengan Ethan akhirnya kandas karena pertengkaran hebat antara aku dan dia. Aku tidak bsia cerita mengenai apa karena itu privasiku, tapi setelah aku berpisah dengan Ethan aku beberapa kali memiliki pacar yang usianya jauh lebih tua. Mungkin karena aku mendambakan sosok papa yang “hilang” dari kehidupanku. Namun, beberapa kali pacaran beberapa kali juga kita bersenggama namun tidak pernah menemukan kepuasan yang hakiki seperti yang aku dapat dari Ethan. Entah aku yang mulai hyper? Ataukah pacar-pacarku itu yang tidak bisa memuaskan nafsuku. Akupun tidak mengerti.

Akhirnya pada saat kelas 2 SMA, aku melihat seorang cowok yang menurutku oke. Bukan keturunan Tionghoa seperti Ethan, tapi orangnya termasuk supel. Aku diajak kenalan olehnya di lapangan. Dia banyak teman dan menyukai olahraga. Bahkan aku sering memberi semangat dia pada saat dia bertanding futsal atau basket antar kelas. Walaupun dia bukan keturunan tapi orangnya menurutku sangat keren. Apalagi jika berkeringat, aduh pikiran ini melayang kemana-mana. Hampir 5 bulan kita menjalin hubungan perteman dan akhirnya dia menembakku pada saat pulang sekolah. Aku terima cintanya dan ini pertama kalinya aku pacaran dan cowok yang hampir sepantaran dengan aku. Namanya Anton.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
CHAPTER 2 : KEMBALINYA GAIRAH BERSAMA ANTON

165-1000.jpg

Setelah putus dengan Ethan, aku berganti pacar beberapa kali. Selalu aku mencari pacar yang usianya agak jauh lebih tua daripada aku. Tapi semuanya selalu kandas di tengah jalan. Tidak ada yang bisa menjaga komitmen hingga lebih dari 3 hingga 4 bulan. Komitmen itu bukan masalah selingkuh menyelingkuhi tapi banyak kebohongan yang mereka ciptakan hanya untuk ena ena denganku. Itu yang paling aku tidak suka. Mereka hanya mencari kesempatan untuk bisa make love beberapa kali lalu susah dihubungi, seakan mereka hanya ingin menikmati tubuhku sesaat. Tapi mungkin juga karena da gairah dalam diriku yang terpendam, yang “mungkin” membuat mereka kewalahan terhadapku. Aku sendiri tidak pernah tahu bagaimana mengatasi gairah yang terpendam ini. Menurutku, itu hanya pelampiasan karena orang tuaku yang terlalu sibuk sehingga aku mencari kesenangan lain. DAN kebetulan, di dalam hubungan seksual aku mendapatkan kembali kehangatan, rasa dilindungi dan sebagainya. Semoga saja itu benar.

Sejak putus dengan pacarku yang terakhir, aku lebih memilih untuk menikmati kesendirianku untuk sementara waktu. Setiap hari sepulang sekolah aku menikmati hidupku dengan menonton beberapa film termasuk blue film tentunya, sambil membayangkan akulah yang menjadi objek seksual seseorang. Browsing porn site jadi kebiasaanku di tengah kesendirian ini. Dampak dari tidak adanya kasih sayang orang tua secara utuh benar-benar membuatku terjerumus ke dalam lembah seksual jauh lebih dalam. Tidak cukup hanya menonton film porno, aku juga semakin hari semakin berani dalam berpakaian, toh orang tuaku juga tidak pernah melarang anaknya untuk berpakaian seperti ini. Saat aku coba berpakaian agak ketat orang tuaku hanya tersenyum kecil. Sungguh bukan orang tua yang aku dambakan. aku ingin seperti beberapa temanku di sekolah. Keluarganya bukan dari yang berada, namun kasih sayang orang tuanya sungguh terasa. Karena itulah aku sering sekali main ke rumah Jennie, teman sebangku di sekolah. Karena orang tua Jennie menganggap aku sudah seperti anaknya sendiri. Kami berteman sudah sejak kecil karena rumah kami tidak begitu jauh. Hanya ukuran size rumahnya saja yang berbeda. Aku memiliki rumah dua lantai yang megah dengan kolam renang di halaman belakang dan memiliki 3 pembantu laki-laki untuk membersihkan kolam, kebun dan kaca-kaca tinggi di rumah. Berbeda dengan Jennie yang hanya memiliki rumah kecil dengan 2 kamar sederhana, namun sangat ceria. Walaupun aku tahu Jennie harus berbagi kamar dengan 2 adiknya.

Seperti di cerita sebelumnya, akhirnya di sekolah ini aku menemukan seseorang yang memperhatikanku, dia kakak kelasku. Entah dia memperhatikan wajahku atau tubuhku. Namun aku selalu melihat dia seperti cari-cari perhatian. Sejak kulihat dia memperhatikanku, dia tiba-tiba sering ke kelasku untuk bercanda dengan “teman”nya. Yang aku yakin hanya akal-akalan dia. Setelah berkenalan, dia mulai aktif mengirimkan chat. Hampir setiap hari dia menanyakan hal-hal yang menurutku hanya cari-cari perhatian saja seperti “sudah makan belum”, “lagi apa” dan lain sebagainya. Aku yang semula malas menanggapi lama-lama iba dengan kegigihannya. Mulailah satu per satu chat aku balas, orangnya ternyata asyik juga menurutku. Dia berbeda dengan mantan-mantanku yang terlihat seperti ada maunya. Karena mungkin mereka lebih tua jauh dari diriku, berbeda dengan Anton yang hanya terpaut 10 bulan dariku.

Berawal dari chat, akhirnya aku masuk ke tahap yang lebih serius. Dia akhirnya menyatakan cintanya padaku. Waktu itu aku ingat sekali Anton mengajakku ke sebuah cafe yang cukup romantis. Kami berdua menghabiskan malam dengan candle light dinner ditemani alunan musik alto saxophone. Itu adalah pertama kalinya aku menikmati malam valentine bersama orang yang bahkan belum menjadi pacarku. Pada saat itulah Anton menyatakan cintanya padaku. Aku terima cintanya dan inilah pertama kali aku berpacaran dengan orang yang umurnya sepantaran denganku. Setelah melewati malam ditemani segelas wine dan kembang api yang cantik, Anton mengantarku pulang karena tidak terasa sudah jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Di dalam mobil itu aku mulai mengantuk dan tertidur. Apalagi Anton sangat menyukai musik-musik instrumental, membuat rasa kantuk ini makin menjadi-jadi.

“Cin, sudah sampai rumah,” Anton mencoba membangunkanku.
“umph.. Iya. Lu mau masuk dulu,” kataku mencoba mencairkan suasanya.
“Nggak lah, masa malam-malam gini masuk rumah cewek, nanti gw dihajar sama bokap lu,” katanya berkelakar.
“Nggak ada Bokap Nyokap lagi di luar kota seminggu ini,” kataku. “Santai aja.”

Akhirnya aku telepon rumahku agak membukakan pintu bagi kami. Parjo, tukang kebun andalan bokap yang membukakan pintu pagar dan mempersilahkan mobil kami masuk hingga garasi.

“Eh, non Cindy baru pulang, kok malam sekali? Habis candle light ya sama pacar barunya?” tanya Parjo padaku, namun tidak terlalu aku tanggapi.
“Iya, udah ah, aku mau masuk. Jangan ganggu kita ya,” kataku sambil memeletkan lidahku pada tukang kebunku ini.

Memang 3 pembantuku ini yang paling mengerti kelakuanku. Dari dulu aku memang suka sekali mengajak pacar-pacarku terdahulu masuk ke rumah, untuk sekedar bersantai atau bahkan melakukan hubungan seksual di kamarku. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena memang bukan urusan mereka juga. Mereka sudah cukup puas melihat majikannya ini selalu memakai kaos yang longgar di dalam rumah yang mana terkadang bra di balik kaosku terlihat dari potongan lengan yang lebar. Sampai saat ini mereka tidak pernah kurang ajar kepadaku mungkin karena hutang budi mereka kepada orang tuaku. Yap, walau orang tuaku tidak sebegitu perhatian dengan anaknya, dia sangat perhatian dengan kaum marginal. Banyak sekali tukang bangunan di bawah bendera perusahaan konstruksi orang tuaku adalah mantan narapidana. Papa selalu mengatakan kepadaku bahwa selalu ada kesempatan bagi orang yang benar-benar menyesal dan ingin berubah. Staff di kantor juga banyak sekali yang mantan PSK yang dilatih oleh orang tuaku untuk mengerjakan tugas-tugas kantor. Ironis ya, Bokap memberikan pelatihan bagi mantan PSK, tapi anaknya yang tanpa sepengetahuan dia juga sama-sama berada di lembah kegelapan.

Nah, Anton aku persilahkan duduk di ruang tengah yang cukup besar dengan ceiling yang tinggi hingga ke plafond lantai atas. Aku nyalakan TV agar dia bisa melihat acara-acara sambil menungguku membuatkan minuman di pantry yang tidak jauh dari ruang keluarga ini. Sambil meneguk sirup buatanku kami kembali ngobrol panjang lebar mengenai hal-hal umum seperti kehidupan keluargaku dan pekerjaan orang tuaku. Mungkin Anton penasaran melihat anak perempuan satu-satunya dibiarkan sendiran di rumah dengan tiga orang pembantu laki-laki.

“Mereka tidak pernah kurang ajar sama kamu?” Anton penuh tanya.
“Kurang ajar maksudnya?” Balasku pura-pura tidak mengerti.
“Ya ngambil kesempatan gitu, kan kamu sendirian,” Dia berusaha menjelaskan.
“Idih, amit-amit. Nggak lah, lagian mereka juga di belakang dan aku di atas,” Balasku.

Kami mulai mendekat hingga akhirnya Anton memelukku, sambil menonton TV yang acaranya ga jelas, Anton mulai mencium aroma rambutku, sesekali mencium keningku. Gairah yang beberapa bulan ini padam akhirnya bisa bangkit lagi. Aku melihat Anton mulai bergerak lebih jauh, tangannya mulai meraba pahaku lalu naik trus hingga menuju tengah-tengah selangkanganku. Dia mulai menggosok-gosokkan tangannya perlahan, tangannya yang lain juga serasa tidak mau kalah, langsung meremas pelan payudaraku ini. Cumbuan demi cumbuan aku terima darinya dan membuat bagian bawahku mulai agak basah. Aduh, hal ini seperti yang aku dapat dari Ethan. Kenangan lama mulai muncul lagi dalam benakku. Aku tahu jika aku tidak menghentikan aktivitas ini, maka ujung-ujungnya aku harus melayani nafsu seksual dari Anton. Bukannya tidak mau, tapi ini adalah moment pertama kali aku melakukannya dengan teman sekolahku sendiri. Orang yang bakal tiap hari aku temui baik di rumah saat kita pacaran ataupun di sekolah. Disamping itu, Anton bukan seperti mantan-mantanku yang sama-sama keturunan chinese. Dia adalah pribumi asli. Bukan maksud mengdiskriditkan ras, namun ini benar-benar pengalaman pertama. Pikiran demi pikiran melayang-layang diatas kepalaku membuat aku seperti terdiam beberapa saat.

“Oi, Yank… kamu mikir apa kok diem,” Bisiknya di dekat telingaku.
“Oh, gak apa-apa yank, enak terusin,” Balasku mulai berani. “Pindah ke kamar yuk.”

Tidak tahu aku ini kerasukan setan apa, kok aku yang tadi masih bimbang malah mengajaknya masuk kamarku. Kami berdua berjalan berpelukan seperti orang mabuk menaiki tangga menuju kamarku. Begitu sampai di kamar, aku kunci pintu kamarku, supaya lebih privasi. Lalu mengajak Anton duduk di sofa yang ada di dekat kasurku. Kamarku ini cukup luas terbagi menjadi 3 bagian, begitu masuk kamar, ada sofa dan TV dan meja komputer, di ruangan sebesar 3x4 inilah biasa aku berkumpul bersama Jennie dan teman yang lain untuk mengerjakan tugas atau bermain console game. Lalu di sebelah kiri bisa terlihat kamar tidurku, dilengkapi ranjang dan lemaru baju yang kupakai sehari-hari dan lemari boneka, serta balkon untuk melihat ke depan rumah. Berbeda dengan disebelah kanan, ada sebuah ruangan 3x3 yang berfungsi sebagai walk-in closet. Di situ aku menyimpan baju dan tas serta sepatu branded, lalu ruangan itu juga menuju kamar mandi lengkap dengan bathup dan shower.

Nah, posisi kami sekarang berada di sofa yang ada di ruangan tengah, tidak perlu waktu lama, Anton langsung melepas baju dan celanaku, lalu pakaianku itu diletakkan di meja TV supaya tidak menghalangi aktivitas kami. Anton menciumi bibirku serta pipi dan keningku. Kini dia lebih berani, mungkin karena di bawah tadi dia takut ketahuan para pembantuku, di kamar ini dia lebih berani memainkan jarinya ditengah-tengah selangkanganku dan menerobos masuk tanpa izin ke liang vaginaku. Aku hanya bisa melengguh pelan sambil menikmati ciuman demi ciuman yang diberikan oleh Anton. Kini tidak hanya tangannya yang nakal memainkan payudaraku, tangannya kini berganti meraih kaitan bra yang ada di punggungku ini dan melepaskan dari tempatnya. Bersamaan dengan itu, celana dalamku juga sudah tidak pada tempatnya. Kini aku benar-benar bugil di depan pacarku yang baru saja jadian beberapa jam yang lalu.

Kini, payudaraku tidak lepas dari bibir manisnya Anton, mulai dijilati dan dikulum pelan, aku sendiri hanya bisa merem-melek merasakan sensasi geli yang ditimbulkan lidah Anton ditambah permainan jarinya di liang vaginaku. Rasa geli ini membuatku meraih orgasme yang pertama setelah beberapa bulan tubuhku tidak pernah disentuh oleh laki-laki. Namun aku tidak memberitahukan Anton jika aku memang pernah bersetubuh dengan laki-laki lain. Aku sendiri siap jika ternyata dia memutuskan aku seperti beberapa mantanku karena aku sudah tidak perawan. Sudah cukup kebal aku dengan beberapa alasan yang jujur saja tidak bisa diterima dengan akal sehat. Setelah orgasme pertamaku selesai, ternyata Anton masih saja asyik bermain-main dengan payudaraku, memang jarinya yang tadi berputar-putar di liang vaginaku sudah tidak terasa, mungkin karena membiarkan vaginaku beristirahat. Beberapa menit kemudian, jarinya kembali bermain di dalam vaginaku. Dan akhirnya aku memperoleh orgasmeku yang kedua. Bahkan permainan jari dan mulut Anton bisa membuat aku beberapa kali orgasme lagi membuatku benar-benar merasa lelah, tapi puas. Kenapa? Karena akhirnya aku bisa melakukan squirt lagi setelah sekian lama. Bahkan hanya dengan menggunakan jari.

Aku dibiarkannya beristirahat sejenak, Anton beranjak dari sofa dan membopong tubuhku yang sudah bugil ini ke kasurku. Kini dia mulai melepaskan baju dan celana panjangnya. Mataku otomatis tertuju pada gundukan yang ada di balik celana dalamnya. Benar-benar menyembul beda dengan mantan-mantanku termasuk mantan terindah, Ethan. Benar saja, waktu Anton menurunkan celana dalamnya, aku melihat penisnya benar-benar berbeda dengan mantan-mantanku. Entah karena dia pribumi atau memang karena tinggi badannya. Aku melihat penisnya begitu besar langsung menutup mulutku. Bagaimana kalau Anton minta di blowjob? Bisa sampe tenggorokan itu, besar sekali penisnya. Sepertinya pikiranku tidak pernah meleset, peralahan Anton membuka tangan yang menutupi mulutku dan memasukkan penisnya ke dalam rongga mulutku. Aku sendiri berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuka lebar-lebar mulut ini agar jangan sampai tersedak. Tapi apa mau dikata, Anton mulai memaju mundurkan penisnya itu ke dalam mulutku sehingga akhirnya aku benar-benar tersedak. Aku menepukkan tanganku ke pahanya tanda bahwa aku benar-benar tidak nyaman dan sedang tersedak. Sepertinya Anton memahami dan melepaskan penisnya dari mulutku.

Setelah puas bermain-main dengan mulutku, dia mulai meyiapkan posisiku terlentang. Anton bersiap memasukkan penisnya yang aku rasa lebih besar dari mantan-mantanku itu ke dalam vaginaku. Sebelum dimasukkan, Anton menggesek-gesekkan nya dulu di bibir vaginaku sehingga membuat aku kegelian. Tak berselang lama, Anton memasukkan penisnya itu perlahan ke dalam vaginaku yang masih cukup sempit itu.

“Enggh... aduhh… pelan-pelan… sakit,” Kataku mengiba

Dia tidak menanggapiku sama sekali malah menyentakkan penisnya itu hingga terbenam di dalam liang vaginaku. Aku merasa vaginaku ini berkedut-kedut menjepit penis yang sudah ada di dalamnya. Raut muka Anton ada sedikit kekecewaan saat melihat tidak adanya darah perawan yang mengalir dari liang vaginaku. Aku hanya mengusap dadanya sambil mulai memutar pinggulku agar penisnya bergoyang mengaduk liang senggamaku. Aku tidak perduli apa yang akan dia lakukan terhadapku melihat aku yang sudah tidak perawan sebelum berpacaran dengannya. Raut kekecewaan itu pula yang membuat dia berhenti sejenak dan tidak memaju mundurkan penisnya itu.

“Kamu sudah ga perawan ya?” Katanya.

Aku hanya bisa mengangguk. Hanya bisa pasrah dengan apapun yang akan dilakukan Anton terhadapku. Aku seakan sudah bisa melihat akhir kisah cinta kita beberapa jam kedepan. Beberapa menit Anton terdiam, dia mulai memaju mundurkan penisnya. Tapi aku tetap melihat sedikit kekecewaan di dalam raut wajahnya. Aku sendiri berusaha untuk meningkatkan gairahnya dengan memainkan putingnya namun sepertinya belum berhasil. Jepitan vaginaku pada penisnya itulah yang perlahan membuat gairahnya kembali naik, sepertinya dia sudah mulai bisa menerima keadaan, dia mempercepat genjotannya membuat gairahku kembali naik. Melihat Anton yang mulai bersemangat kembali, aku sangat gembira, mulai aku memainkan putingnya, namun kedua tanganku digenggamnya, dia mempercepat genjotan penisnya dan membuatku orgasme kembali.

Anton mencabut penisnya lalu menyuruhku naik diatasnya. Aku posisikan penisnya ke liang vaginaku dan seketika aku benamkan penis itu masuk ke dalamnya. Posisi ini membuat penis itu menusuk semakin dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Aku menutup mata sambil mulai mengggoyangkan pinggulku. Penis yang berurat itu mulai naik turun di dalam vaginaku membuat aku semakin terangsang. Sesekali aku buka mata melihat ke arah Anton, suasana sudah mulai cair,tangannya mulai memainkan putingku, sesekali diremas dengan lembut. Selang beberapa menit, dia mendudukkan aku berhadapan dengannya, bibirku tidak dibiarkannya menganggur, dia ciumi bibirku. Kali ini dengan penuh nafsu. Sesekali tangannya dengan nakal memegang pinggulku dan menekan penisnya masuk lebih dalam. Setelah puas menciumiku dia peluk aku sambil mempompa penisnya lebih cepat. Posisi ini membuatku squirting. Cairan cintaku mengucur deras membasahi selangkangannya. Kasurku jadi bulan-bulanan, basah dimana-mana. Tapi aku tidak perduli, orgasme ini begitu membuatku melayang. Seperti yang dilakukan Ethan dulu padaku.

Kini dia membalikkan posisiku menajdi doggy style. Inilah posisi kesukaanku. Aku tidak terlalu capek, tapi bisa merasakan penis Anton terbenam di dalam vaginaku. Dia memasukkan lagi penisnya ke dalam vaginaku dan mulai memaju mundurkannya. Tidak butuh waktu lama, aku mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya. Walau tidak squirt sederas tadi, tapi tetap saja ada carian yang keluar dari vaginaku membuatnya semakin becek. Sesekali tanganku digenggamnya ke arah belakang sambil terus menggenjot dengan cepat seperti orang yang hampir mancapai puncaknya. Ternyata benar, lima menit dalam posisi itu dia langsung mencabut penisnya dan memuntahkan lahar panasnya itu di punggungku. Aku yang sudah benar-benar lemas ini hanya bisa terlungkup di ranjangku sendiri yang sudah basah karena cairan cintaku sendiri.

Tiga puluh menit kemudian, Anton mulai bangkit, dia beranjak menuju kamar mandi dan terdengar suara air mengalir. Beberapa menit kemudian dia kembali ke kamar ini sudah mengenakan pakaiannya memeluk tubuhku yang masih bugil. Disenderkannya aku sambil ngobrol sejenak.

“Kapan lu pertama kali ML?” Tanyanya.
“Tahun lalu dengan mantan aku,” Balasku. Kalau kamu ga suka tidak apa kok.”
“Gw mah asik aja, cuma emang tadi agak shock,” Balasnya. “Ga jadi deh belah duren.”

Suasana sudah benar-benar cair, Anton bisa menerima keadaanku. Malam itu aku menceritakan semuanya, tentang mantan-mantaku, kehidupan seksualku dan sebagainya. Cerita itu malah membuatnya semangat. Dia berkata bahwa pacaran denganku adalah anuregah buatnya. Aku tidak mengerti sih, cuma emang dia bilang hubungan pacaran itu antara hati dengan hati, hubungan seksual itu antara nafsu dengan nafsu jadi harus dibedakan. Itu sih omongan dia yang aku pegang hingga saat ini aku menulis cerpen ini atas usulan dia. Walau saat ini aku dan dia sudah tidak pacaran lagi karena satu dua hal yang tidak mungkin aku ceritakan, tapi sampai saat ini aku masih menganggap dia sebagai kakak ku. Aku respect banget sama dia, walau gara-gara dia, sisi liarku akhirnya mengikutiku selama bertahun-tahun.
 
Bimabet
CHAPTER 3 : PENGALAMAN BARU DI VILLA

410-1000.jpg


Subuh pukul 2.30, setelah kami melakukan hubungan seksual di kamar tidurku, kami bercanda sesaat sembari memulihkan tenaga. walau durasi kita bermain tidak terlalu lama, mungkin hanya sekitar 1 jam, tapi cukup melelahkan. Selangkanganku masih berdenyut. Kami berdua berjalan berpelukan turun ke lantai dasar menuju garasi mobil dan membukakan pintu garasi serta pintu pagar agar mobil Anton bisa keluar dari rumahku. Begitu aku mau menutup pintu aku sedikit dikagetkan oleh Supri, salah seorang pembantu di rumah ini. Dia tiba-tiba saja muncul dari belakangku dan melanjutkan tugasnya menutup pintu. Setelah memastikan pintu pagar terkunci kembali, aku berjalan masuk ke dalam rumah bersama dengan Supri. Di dalam garasi dia sedikit menggodaku, namun aku tidak terlalu menanggapinya.

“Non, tadi sama pacarnya abis gituan ya,” katanya sambil tersenyum
“Biarin dong, apa urusannya sama elu,” kataku sedikit sewot
“Ga apa non, kapan-kapan ajakin kita dong enak-enak,” Katanya mulai menjurus.
“Wek!” aku meleletkan lidaku dengan sedikit menggodanya.
“Walah, cantik-cantik tapi gitu kelakuannya,” Supri yang juga sedikit menggodaku dengan tersenyum.

Di Rumah ini ada tiga orang pembantu yang semuanya laki-laki. Bokap lebih suka pembantu laki karena tidak baperan waktu diomelin katanya. Beda dengan pembantu wanita yang baru diomelin sebentar sudah minta keluar. Apalagi para pembantuku ini sudah ikut lama dan sudah mengenalku sejak masih bayi. Bahkan Supardi, yang biasa aku panggil Pak Di, sudah menjadi supir papaku sejak belum menikah. Supardi saat ini berusia 48 tahun paling senior diantara yang lainnya, lalu ada Supri, biasa aku memanggilnya Pak Pri. Usianya 36 tahun, tugasnya adalah membersihkan setiap sudut rumah serta memoles marmer. Yang terakhir adalah Parjo, aku biasa memanggil dia Bang Jo, karena usianya tidak terlalu jauh dariku dia masih berusia 26 tahun, sebagai tukang kebun di rumah ini, dia sangat suka merawat tanaman. Bahkan di halaman belakang kami memiliki hidroponik yang Bang Jo pelihara sehingga kebutuhan sayuran di rumah kami selalu terjamin. Untuk kebersihan rumah sapu dan pel serta membersihkan kamar, bokap memanggil beberapa professional Cleaner yang ada di kantornya untuk membersihkan kamar dan ruangan lainnya. Yah, Begitulah keluargaku.

Kini ada Anton yang menemani hari-hariku. Tidak lagi sendiri, tidak bingung bagaimana menghabiskan hari yang bagiku sangat panjang. Hampir setiap hari Anton mengantarku pulang, kita habiskan banyak waktu bermain bersama, mulai dari game console hingga mencoba berbagai macam posisi sex yang kita lihat di koleksi adult video di laptopnya. Banyak sekali koleksi video jepang yang menampilkan adegan aneh-aneh mulai dari threesome, foursome, gangbang, BDSM, dan lain sebagainya. Anton pula yang membuatku terlihat lebih seksi, dia banyak membelikanku baju, bra warna-warni, dan beberapa alat bantu seksual seperti vibrator dan dildo. Sejak berpacaran dengan Anton, aku jadi lebih banyak memiliki teman pria daripada teman wanita. Bahkan aku kini jarang berkomunikasi dengan Jennie di luar kelas. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Anton dan teman-temannya saat istirahat. Beberapa teman cowok di kelaskupun kini banyak sekali yang memperhatikanku karena saat ini aku lebih banyak memakai seragam yang ketat dengan bra warna warni yang pasti terlihat samar-samar dari balik seragamku.

Suatu hari, Anton mengajakku untuk main ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku, hanya ukuran rumahnya yang lebih sederhana Bokap Anton bekerja di perusahaan swasta sebagai manager produksi, sedangkan nyokapnya menjalankan bisnis franchise makanan yang ada di salah satu pusat perbelanjaan dekat rumahnya sehingga sehari-hari rumahnya selalu kosong hingga sore hari, hanya ada Anton dan kedua adik perempuannya. Aku sering sekali bermain dengan adik-adiknya pada saat berkunjung ke rumahnya. Dan pada hari itu, kebetulan rumah itu sedang kosong karena kedua adiknya sedang mengikuti kegiatan di sekolahnya. Kesempatan itu tentu tidak disia-siakan oleh Anton, dia mengajakku ke kamarnya dan yang pastinya diwarnai dengan menonton film dewasa serta berhubungan badan. Setelah selesai berhubungan, aku yang masih hanya mengenakan bra dan celana dalam bersandar dipelukan Anton sambil menderngarkan rencana yang menurutku sangat aneh tapi juga menantang.

Jadi sebelum berhubungan badan kita nonton film dewasa dengan kategori gangbang, dimana ada seorang cewek jepang yang dikeroyok oleh 4 laki-laki. Sebenarnya beberapa kali kita juga nonton film dengan genre ini sih, tapi mungkin Anton belum memiliki pikiran aneh-aneh. Tambah hari, melihat intensitas hubungan kita baru terpikir untuk mengajakku melakukan hal tersebut. Awalnya Anton hanya menggodaku, tapi lama-lama dia menanyakan hal tersebut dengan mimik muka yang lebih serius, mungkin juga karena melihat wajahku yang sedikit mupeng. Jujur aja sih, setelah Anton beberapa kali mengajakku nonton film dengan genre gangbang, ada terbesit dalam pikiranku untuk mencoba, penasaran lah intinya. Tapi kan tidak mungkin kalau aku yang harus minta duluan. Gengsi dong, lagipula harga diriku bisa jatuh. Jadi aku pendam saja keinginanku sampai pada akhirnya dia mengutarakan hal tersebut.

“Hoi… lu kepingin ya kayak gitu?” Tanyanya sambil menggodaku.
“Nggak Lah, masa sih lu tega biarin gw dikeroyok kayak gitu?” Balasku pura-pura tidak mengerti
“Loh, kalo lu mau coba boleh kok, santai aja, lagian kita butuh variasi,” Balasnya lagi
“Hahaha… gila… emang lu seriusan?” Aku masih tidak percara dengan jawabannya.
“Serius! Mau coba? Lu pasti puas lah disodok banyakan gitu. Biar gw juga ga cape-cape amat, gantian sama yang lain,” Anton berkelakar.
“Ya udah, kalo lu ga apa, ayok dicoba,” Aku mulai ganti menantangnya. “Kuat ga ya?”
“Ya kalo Cape minta istirahat dong,” balasnya.
“Hahaha… Kuy lah dicoba,” Kataku lagi.

Jujur aja aku masih tidak menyangka Anton bakal bicara seperti itu. Satu sisi aku penasaran dengan perilaku seksual yang agak menyimpang itu. Aku sering mengamati tokoh wanita dalam adegan-adegan gangbang di dalam film dan aku melihat ada sisi mengerikan dimana dia harus merelakan dirinya dijamah beberapa laki-laki hingga digilir, tapi aku juga melihat kepuasan yang lebih saat mereka bisa berkali-kali orgasme, bahkan bisa mencapai squirt yang aku sukai. Di sisi lain, aku juga takut bagaimana kalau ternyata Anton itu orang jahat yang akhirnya menjualku seperti banyak berita pergadangan manusia. Tapi ternyata hasrat seksualku lah yang menang dan mengiyakan Anton untuk mencoba bermain sex lebih dari seorang. Mungkin aku sudah mulai gila, tapi bukankah masa remaja itu harus menimba pengalaman selebar-lebarnya? Pikiran-pikiran itu terus menghantuiku selama seminggu ini. Anton mengajakku ke Villanya sabtu besok, masih ada sekitar 3 hari lagi untuk mempersiapkan semuanya. Khusunya mental, jadi selama itu aku lebih sering melihat film dewasa dengan genre gangbang dan meresapi setiap adegannya, aku akan menjadi wanita yang ada di dalam film itu akhir pekan besok. Untuk meningkatkan stamina aku terus melakukan threatmill dan cycling di rumahku.

Hari sabtu yang aku nanti-nantikan tiba. Sengaja aku bangun lebih awal. Biasa jika hari libur aku bangun agak siang. Tapi aku harus memperisapkan diri dan mental. Sejenak aku menenangkan diri sampai-sampai aku dapat mendengar suara detak jantungku sendiri!. kamar yang semula rapih dalam sekejap aku buat berantakan. Aku benar-benar memilih baju apa yang akan kupakai nanti walaupun aku tahu endingnya adalah bugil tapi paling tidak aku harus pakai baju yang menggoda, tapi tidak kelihatan murahan. Susah kan jadi cewek? Bersyukurlah wahai pria yang hanya pakai kaos dan celana pendek sudah oke. Seletah suskes membongkar seluruh kamar akhirnya aku putuskan untuk memakai T-shirt yang agak ketat dan hotpants. Aku mengenakan bra warna biru muda cerah kesukaanku. Jujur aku memang suka menggunakan bra dengan warna cerah seperti merah, kuning, biru muda, oranye, dan lainnya. Aku mengambil tas yang berisi beberapa baju dan camilan dan kuselempangkan di bahuku. Lalu aku keluar kamar dan turun ke ruang tengah di mana ternyata Anton sudah datang dan ngobrol dengan bokap dan nyokapku. Hebat bener cepet akrab padahal belum pernah ketemu.

“Pa, aku pergi dulu ya sama Anton,” Kataku.
“Ya. Hat-hati di Jalan,” Bokap menjawab pamitku
“Tolong Cindy di jagain ya Ton,” Nyokap menimpali

Setelah berpamitan, kami langsung menuju mobil dan siap berangkat menuju Villa. Sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam, selain Anton hanya bersiul kecil sambil menikmati padatnya ibukota. Jantungku berdegub kencang, serasa mau copot dari tempatnya, pikiranku melayang membayangkan apa yang akan terjadi pada diriku nanti, apakah aku kuat menghadapi Anton dan teman-temannya sendirian? Pikiran-pikiran yang selama seminggu ini berputar-putar dalam otakku tidak pernah menunjukkan tanda perpisahan. Semakin ingin melupakan, pikiran itu semakin nempel kayak perangko.

“Ton, lu bawa berapa pasukan sih? Jangan banyak-banyak ya gw takut,” Aku bertanya.
“Ga Lah, gw cuma ajak 3 orang kok. Sama gw jadi 4,” Balasnya.
“Jadi Parno gw, Semalem gw ga bisa tidur gara-gara lu bikin acara ginian,” Ujarku.
“Hahaha… Seru kan,” Timpalnya.

Dari situ mulai percakapan demi percakapan akhirnya terbuka, kami mulai menikmati perjalanan ini tanpa terasa, gedung-gedung tinggi sudah mulai menghilang berganti dengan gunung dan awan serta pepohonan yang rindang, tanda kita sudah melewati padatnya kota Jakarta melewati kota bogor hingga akhirnya kita sampai di Puncak. Kami langsung menuju ke Villa yang dimiliki oleh keluarga Anton, Villanya cukup luas, walau tidak terlalu besar bangunan rumahnya, namun Villanya agak terpencil, agak jauh dari beberapa villa yang lain karena letaknya agak di sudut jalan, baiknya, dari halaman belakang villa tersebut kita bisa melihat air terjun kecil dengan beberapa sungai mini. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Kami turun dari mobil kemudia meletakkan tas di kamar utama yang terletak dibelakang dengan pemandangan yang sangat menakjubkan.

Kami bersantai di ruang tengah menonton TV kabel. Aku menyandarkan pundakku pada Anton, sambil menonton Anton mulai menciumi pipiku, tangannya juga mulai berani nakal masuk ke dalam T-shirtku sambil meremas payudaraku yang masih terbungkus bra. Remasan pelan ini membuat gairahku sedikit naik, tangankupun sudah tidak bisa aku kendalikan, aku mulai berani mengusap celana Anton dan merasakan batang kenikmatannya perlahan-lahan mulai mengeras. Sekali dua kali Anton mecium bibirku sambil meremas pelan payudaraku, tangan satunyapun mulai menggesek-gesek celanaku. Namun kami tidak sampai berhubungan badan, hanya saling sentuh area sensitif meningkatkan gairah muda yang sudah terpendam beberapa hari. Selepas film yang kami tonton usai, kami memutuskan untuk berjalan-jalan santai sambil menghirup udara pengunungan yang benar-benar masih sangat segar walaupun hari sudah mulai petang. Kami berhenti di sebuah warung makan lesehan sunda, kami mengambil posisi di sudut sambil menikmati pemandangan yang sangat asri, perpaduan antara komplek villa dengan alam yang hijau.

“Pacaranya ya Bang,” Tiba-tiba Pelayan yang mengantarkan makanan berbicara pada kami.
“Iya lah Bang, emang kenapa?” Anton membalasnya.
“Sorry ya Bang, body pacarnya seksi banget, gw sampe mupeng,” Katanya sambil melirik ke arahku.
“Haha… mantap kan Bang,” Anton menimpali sambil mencuci tangan.

Jujur aku sampai salah tingkah saat pelayan tersebut melirik ke arahku. Ke arah kaosku lebih tepatnya, matanya tajam melirik payudaraku ini. Senyum kecil merebak di bibirku, melihat tingkah pelayan tersebut ternyata mupeng melihat pakaian yang aku kenakan, padahal bagiku ini pakaian biasa, tidak ada yang terbuka juga selain bra yang memang agak membayang di balik T-Shirt putihku. Setelah puas makan, kami kembali berjalan-jalan di daerah ini sebelum akhirnya kembali ke Villa saat matahari sudah benar-benar terbenam.

Begitu masuk ke dalam rumah, Anton langsung memelukku dari belakang, dia menciumi tengkuk ku sampai aku kegelian, tangannya dengan nakal menari-nari di selangkangan dan payudaraku, sesaat kemudian berpindah ke pinggangku, lalu perlahan membuka celana hot pants ku. Aku diam saja menikmati semua perlakuan Anton, dia menuntunku ke sofa dan mendudukkanku persis di sebelahnya. Dia membuka bajuku dan melemparkannya ke arah meja di depan kami. Kini aku hanya mengenakan bra dan celana dalam. Anton terus merangsangku dengan meremas pelan kedua payudaraku serta menggesek-gesekkan tangannya di selangkanganku. Dia terus menerus merangsangku hingga libidoku perlahan-lahan naik kembali. Baru beberapa menit kami saling cumbu, tiba-tiba pintu Villa terbuka, ada tiga anak yang aku kenal, Bram, Martin, dan Iksan. Mereka adalah teman sekelas Anton. Semuanya adalah kakak kelasku. Mereka dengan santai masuk dan meletakkan tas nya di meja, lalu bergabung bersama kami di sofa.

“Waduh, udah indehoy aja nih,” Bram meracau
“Iya nih, Cindy ternyata cantik banget kalo cuma pake bra dan celana dalem,” Martin juga berkata sambil menatapku
“Gw paling suka sama susunya, bulet gede,” Iksan menimpali.

Aku malu banget mendengar celotehan-celotehan mereka. Pertama karena aku tidak terlalu kenal dengan mereka bertiga. Memang kita sering ngobrol di kantin waktu jam istirahat tapi ya hanya sebatas ngobrol, tidak sampai sering ketemu. Itupun karena mereka teman-temannya Anton, jadi otomatis kita saling kenal, begitu pula teman-temanku banyak juga yang mengenal mereka. Melihatku sudah setengah telanjang, langsung mengerumuniku bagai semut bertemu gula. Anton beranjak ke belakangku memangku tubuhku, dan mereka bertiga langsung mengambil posisi di kanan, kiri dan depanku. Tangan-tangan jahil mereka mulai menyentuh kulitku yang mulus ini, Iksan bahkan berani melepas celana dalamku. Kini selangkanganku terlihat olehnya dengan bulu-bulu halus disekitarnya. Bram mulai mencium bibirku aku masih dalam kondisi jaim, belum berani melakukan apapun, meski braku akhirnya juga terlepas dari tubuhku. Kini aku benar-benar bugil di hadapan mereka berempat. Sedangkan mereka tidak berhenti memuji kemulusanku, mengusap-usap perut, payudara, hingga selangkanganku.

Tiba-tiba, Anton beranjak dari kursinya seakan dia membiarkan diriku dijamah oleh teman-temannya itu. Aku melirik Anton duduk di sofa samping sambil melihatku dicumbui oleh teman-temannya. Gairahku semakin naik saat Iksan mulai memasukkan jarinya ke dalam liang vaginaku. Martin yang sedari tadi sibuk menggeranyangi tubuhku dengan tangannya kini mulai berani memainkan puting payudaraku. Aku yang dirangsang dari segala arah ini tidak perlu waktu lama untuk meraih orgasmeku yang pertama. Orgasme bersama orang lain di depan pacarku sendiri. Bagiku ini seksi sekali, membayangkan diriku seperti artis-artis film dewasa yang biasa kutonton. Mereka bertiga bergantian menjelajahi tubuhku, Martin menciumi bibirku, Iksan mengambil posisi Bram disamping sambil menjilati putingku, sedangkan Bram dengan asyiknya menjilati liang vaginaku. Aku merasa melayang diperlakukan seperti ini membuat aku meraih orgasme kedua dan ketigaku, hingga akhirnya aku squirt diperlakukan seperti ini.

Squirt kali ini terasa sangat berbeda dibandingkan sebelum-sebelumnya. Kali ini aku squirt karena tubuhku ini dikerjain tiga orang, hampir seluruh bagian sensitifku tidak lepas dari rabaan atau jilatan, benar-benar geli sampai ke ubun-ubun. Orgasme kali ini bahkan bisa dibilang orgasme yang paling hebat selama aku mengenal sex. Dalam keadaan tubuh yang masih lemas ini, Bram memindahkan posisi tubuhku menjadi jongkok, dia lalu mengeluarkan penisnya dan memintaku mengulumnya. Aku yang sudah tau harus bagaimana langsung memegang penisnya dan memasukkannya ke dalam mulutku, aku maju mundurkan perlahan sambil melirik pemiliknya yang merem melek keenakan. Tapi posisi ini membuatku tidak bisa bergerak saat Martin duduk di belakangku sambil memainkan putingku, aku merasakan geli yang luar biasa sampai-sampai aku harus menggerakkan tubuhku tanda ingin berhenti, karena mulutku tidak bisa berbicara akibat sumpalan penis Bram. Iksan sendiri dari samping mengusap-usap vaginaku. Dia dengan santai sambil menciumi tubuhku dari samping mengusap sambil sesekali memasukkan jarinya ke dalam liang vaginaku. Mereka bertiga terus bergantian posisi dan terus memperlakukanku seperti itu hingga aku harus merasakan orgasme yang kesekian kalinya.

Setelah mereka puas mengerjai aku, Bram memposisikan diriku terlentang lalu mencoba memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, dia menggesek-gesekkan penisnya ke vaginaku, perlahan dia memasukkan penisnya ke vaginaku, aku mulai merasakan perlahan vagianku terbuka akibat masuknya penis Bram, perlahan tapi pasti dia mulai memaju mundurkan penisnya sambil melihatku yang sudah mendesis sambil menutup mata, aku ingin benar-benar menikmati proses penetrasi ini. Lagipula malu juga aku disodok orang lain yang bukan pacarku, sedangkan pacarku asyik melihatku disodok temannya sambil mengocok penisnya sendiri. Iksan tidak mau kalah, dia jongkok di depan mukaku sambil memintaku memainkan pensinya, aku turuti saja kemauannya. Masalahnya adalah, posisi ini aku tidak bisa melihat siapa yang ada di belakang tubuh Iksan, aku habis mereka kerjain posisi ini. Bram dan Martin bergantian memasukkan penisnya ke dalam vaginaku hingga aku harus mengerang orgasme untuk yang kesekian kalinya. Kali ini mataku mulai berkunang-kurang karena orgasme yang berkali-kali itu.

Kini tubuhku dibalikkan menjadi posisi doggy, kali ini Iksan yang ada di belakangku memasukkan penisnya sambil menggenjotku, dari depan Bram memasukkan penisnya ke dalam mulutku. betapa melelahkannya melayani dua orang sekaligus, terlebih Martin tidak tinggal diam, payudaraku yang menggantung jadi mainannya, dijilati, diraba, diremas hingga menimbulkan bekas kemerahan pada kulitnya.

“Cin, gila… enak banget lu,” Iksan meracau sambil terus menggenjotku.
“Iya sepongannya juga mantap,” Bram menimpali.

Aku tidak bisa menjawab mereka karena mulutku yang masih tersumpal penis Bram, mereka terus menerus bergantian menyodokku, saat Iksan puas dengan vaginaku, Bram mengambil posisinya. Begitu terus hingga hampir satu jam. Hal ini membuatku orgasme berkali-kali hingga pinggangku terasa mau patah. Hampir 2 jam mereka mengerjai diriku hingga akhirnya satu persatu mereka menumpahkan spremanya di wajah dan perutku. Pacarku Anton juga ikut menumpahkan spermanya di wajahku sebelum akhirnya aku ambruk di karpet ruang tengah ini. Aku benar-benar sudah payah, bahkan untuk berdiri saja tidak bisa. Vaginaku benar-benar nyut-nyutan dibuatnya. Mataku berkunang-kunang dan nafasku ngos-ngosan, bayangkan ini baru bertiga, Anton tidak ikut menggarapku, dia hanya menonton sambil mengocok penisnya saja. Mereka membiarkanku tergeletak di karpet sambil menungguku mengatur nafas, sedangkan mereka sendiri sudah memakai pakaiannya masing-masing. Setelah memiliki cukup tenaga, aku berusaha bangkit lalu memakai bra dan celana dalamku, namun belum sempat aku memakai kembali T-Shirtku, aku ditarik Anton untuk duduk di Sofa bersama dia dan teman-temannya.

“Mantep ya yank, lu orgasme berapa kali?” Kata anton sambil mengusap rambutku
“Gila lemes gw, memekku panas nih, but it’s wonderful experience,” Kataku
“Cin, memek lu masih sempit ya, enak banget tadi pas nyodok,” Bram menimpali.
“Gw olahraga rutin sih, kayak senam kagel, yoga, dll,” Jawabku.
“Ukuran BH lu berapa sih Cin? Susu lu gede, enak buat diremes,” Martin bertaya sambil mengusap-usap payudaraku, seakan belum puas.
“34B, ga gede-gede amat kok,” balasku.

Kami ngobrol sejenak sampai jam menunjukkan pukul sepuluh, mataku sudah tidak kuat akhirnya aku tertidur, sepertinya waktu aku tertidur, Anton memindahkanku ke kamarnya, karena pada saat aku bangun karena kebelet pipis jam 2 subuh, aku sudah berada di kamar. Aku melihat Anton tertidur pulas, udara cukup dingin walau ruangan kamar ini tidak memiliki AC. Aku keluar menuju kamar mandi untuk pipis lalu menuju ke pantry untuk minum. Tiba-tiba aku dikagetkan dari belakang, Iksan memelukku sambil memainkan payudaraku. Lalu dia mencium bibirku dan menggandengku ke kamarnya. Sesampainya di kamarnya aku melihat teman-teman yang lain sudah siap tempur dan aku jadi bulan-bulanan malam itu. Mereka bergantian menggagahiku hingga aku kembali merasakan orgasme untuk kesekian kalinya dan beberapa kali squirting hingga membasahi sprei kamar mereka. Pukul 3.30 pagi aku keluar dari kamar mereka dengan tertatih karena vaginaku kembali nyut-nyutan digilir oleh teman-teman pacarku. Aku kembali ke kamar Anton melihat dia tidur pulas, lalu ku peluk dia dan tidur sampai pagi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd