Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PETUALANGAN CINDY SEMASA REMAJA [POV CINDY]

CHAPTER 4 : PEMBANTU PEMBANTU NAKAL

113-1000.jpg

Terbangun jam 09.30, aku melihat kanan dan kiriku, Anton sudah tidak ada di tempat tidur, aku beranjak keluar kamar dan tidak menemukan siapapun. Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan sarapan sambil menunggu mereka kembali. Tapi hingga pukul 11.00 mereka tidak kunjung kembali. Mobilnya pun tidak terlihat di halaman Villa. Ditinggal? Tidak lah, karena aku cek semua tas masih ada di kamar masing-masing. Aku menunggu mereka hingga akhirnya ketiduran di sofa hingga samar-samar mendengar suara mesin mobil yang dimatikan. Aku terbangun dan menyambut mereka yang membawa banyak bahan makanan dari desa setempat. Bram bilang kalau mereka dari dulu memang selalu membeli hasil-hasil desan untuk di bawa ke Jakarta sebelum balik, ada susu, sayur-sayuran dan sebagainya. Kami bersiap untuk meninggalkan puncak dan kembali ke Jakarta.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang spesial, lagipula antara aku dan anton dengan teman-teman yang lain berbeda mobil sehingga aku bisa sedikit bermanja-manja dengan pacarku. Kami banyak bercerita tentang pengalaman kemarin, termasuk aku ceritakan saat subuh aku digarap kembali oleh teman-temannya. Anton agak kaget mendengar aku masih bermain nakal dengan teman-temannya. Tapi aku orangnya lebih suka jujur daripada ketahuan di belakang. Untungnya Anton orangnya asyik aja sih. Dia malah ingin aku menceritakan bagaimana kejadiannya sampai-sampai aku harus melayani nafsu teman-temannya itu. Lucunya, adiknya yang tidur dibalik celana perlahan-lahan mengeras dan Anton mulai tidak nyaman dengan duduknya.

Akhirnya kami masuk ke sebuah rest area lalu kami parkir agak ke pojok, di sana Anton memintaku untuk mengocok penisnya sebentar, agaknya dia terangsang mendengar ceritaku barusan. Aku mulai menaik turunkan tanganku, dnegan tempo pelan, tidak terlalu kencang dan tidak perlu terburu-buru, karena kaca film mobil pacarku ini sangat gelap. Sesekali aku menunduk untuk mengecup penisnya. Anton sendiri bersandar sambil merem melek keenakan. Selama 15 menit aku mainkan hasratnya hingga dia menyuruhku untuk menelan spermanya.

“Yank, telen yank.. biar ga belepotan,” Katanya sambil menepuk-nepuk kepalaku

Aku hanya bisa mengangguk dan terus mengulum penisnya hingga akhirnya spermanya memenuhi mulutku, aku langsung menelannya agar bau amis ini tidak terlalu terasa di mulutku. Setelah merapihkan celananya, kami turun untuk membeli snack dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sepanjang jalan kita ditemani kemacetan yang melelahkan, terutama begitu masuk daerah semanggi. Kapan kemacetan ini bisa selesai, rasa-rasanya tidak ada satu gubernurpun yang mampu mengurai kemacetan ini. Yes! I’m proud Jakarta is better then before. But now I’m in Singapore. Sesampainya di rumah, aku berpamitan dengan Anton, lalu dia melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya.

“Non, sudah pulang ya,” Sapa sesorang di belakangku yang ternyata adalah Bang Jo yang lagi menyirami tanaman.
“hehe… iya bang,” balasku. “Papa di rumah?”
“Nggak non, Bapak dan ibu pergi ke Singapore hari ini. Tadi dianter Pardi,” Jawabnya.

Aku masuk ke dalam rumah, lalu menelepon kedua orang tuaku. Seperti biasa mereka ada saja alasannya untuk menemani klien dan sebagainya. Cukup bosan sih aku mendengar alasan-alasan yang dibuat oleh mereka. Mungkin mereka memang benar sedang melakukan itu, tapi setidaknya aku juga butuh kasih sayang bukan semuanya diselesaikan dengan uang. Pikiran-pikiran ini membuatku memejamkan mata ini. Aku tidur bukan hanya karena kelelahan fisik setelah beradu badan dengan teman-teman tapi juga kelelahan mental karena orang tuaku seperti tidak mengurus anaknya ini.

Dalam tidurku merasakan kakiku seperti di buka orang seseorang, aku mencoba membuka mata, aku langsung tercekat melihat ketiga pembantuku itu sudah mengelilingi aku, bahkan Bang Jo dengan asyiknya melihat selangkanganku yang masih ditutupi celana dalamku. Aku ingin sekali menjerit karena ketidak sopanan mereka. Namun, begitu mereka melihatku membuka mata, Pak Di langsung membekap mulutku dengan tangannya yang cukup kekar, aku sudah tidak bisa kemana-mana karena kedua tanganku langsung digenggam erat oleh Pak Pri, sedangkan kakikupun sudah digenggam oleh Bang Jo. Aku mau menangis melihat kelakuan mereka terhadapku. Mereka yang sudah menjaga aku dari kecil tega-teganya bersikap seperti ini terhadapku.

“Non, lebih baik non nurut sama kita,” Pak Di mulai berbisik.
“Kita cuma mau seneng-seneng kok,” Kata Bang Jo.
“Lagian non kan sering ngelayanin pacarnya, gantian dong,” Pak Di melanjutkan.

Aku hanya mengangguk sambil meneteskan air mata. Aku takut sekali mereka bersikap seperti ini. Lagipula bagaimana mereka tahu kalo aku memang suka melayani pacarku bahkan mantan-mantanku terdahulu. Hanya bisa pasrah dengan kondisiku sekarang ini, sambil menunggu apa lagi yang akan mereka lakukan terhadap diriku. Pak Di mengatakan jika aku menurutinya, bekapan mulutku akan dilepaskannya, aku hanya bisa mengangguk. Lalu aku didudukkan di pangkuan Pak Di, sambil badanku diusap-usapnya. Aku masih tetap sesegukan menangis tidak membayangkan para pembantu-pembantunya yang sudah ikut lama bersikap seperti itu. Mereka mulai merabai setiap jengkal tubuhku, aku malu dan takut sekali melakukan apapun, aku hanya bisa diam sambil sesekali mendesah saat mereka menggelitiki bagian tubuhku yang sensitif.

“Non, mau kan ngelayanin kita,” Kata Bang Jo. “Non pasti bakal puas deh.”

Aku mulai bisa menerima keadaanku dan mengangguk perlahan. Melihatku sudah lebih pasrah mereka mulai melepaskan genggamannya, namun, kaos dan celana yang aku langsung mereka lucuti, mungkin supaya aku tidak berani lari karena kondisiku sudah setengah bugil ini. Mereka bercerita kalau sudah lama menunggu moment ini, lalu mereka juga bercerita kalau sering kali mereka coli dengan membayangkan diriku. Semua itu mereka ceritakan sambil merangsang bagian-bagian sensitifku. Lama-lama aku mulai mendesah karena gesekan-gesekan tangan mereka pada puting payudara dan vaginaku.

Pak Di mulai berani mencium bibirku, dilumatnya bibirku ini sesukanya sampai-sampai air liurnya membasahi bibir hingga daguku. Aku sampai gelagapan saat dia melumat bibirku dengan ganas. Bang Jo juga kini mulai berani melepas celana dalamku dan mengusap bibir vaginaku sambil sesekali mencucukkan jarinya ke dalam liang vaginaku. Pak Pri sendiri asyik duduk di samping sambil meremas-remas kecil payudaraku sambil sesekali memasukkan tangannya ke dalam bra dan memainkan putingku. Gesekan-demi gesekan akhirnya membuatku merasakan orgasme yang cukup hebat, tubuhku bergetar, dan mataku mulai sayu merasakan orgasme yang ke sekian kalinya di akhir minggu ini. Malu sih, tapi orgasme ini begitu hebat mungkin karena aku sendiri sempat beberapa kali membayangkan jika harus melayani para pembantuku dan saat ini aku sudah ada di dalam kondisi itu. Bayangan-bayangan itulah yang membuat orgasmeku makin dasyat, saking dasyatnya sampai-sampai pinggulku tertekuk ke atas dan cairan vaginaku langsung keluar membasahi kasurku. Ini benar-benar gila sih, belum pernah sekalipun aku berhubungan badan mendapatkan squirting pada orgasme pertama.

“Gila si non sampe muncrat-muncrat,” Kata Bang Jo yang mukanya basah oleh carianku.

Birahi yang hebat ini masih terus menghantuiku. Bang Jo tidak memberikan aku istirahat, setelah orgasme tadi, dia malah menjilat dan mencucup vaginaku. aku sendiri kembai mneggelinjing kegelian saat Bang Jo dengan asyik menyeruput cairan yang keluar dari liang vaginaku. Akibat ulahnya, aku terus bergetar sampai-sampai kedua telapak tanganku ku genggamkan pada speri kasurku ini selagi aku berjuang sendirian menahan nikmat yang berkepanjangan ini. Desahan nafasku semakin hebat ketika Bang Jo menusukkan lidahnya ada vaginaku, sedangkan Pak Pri dan Pak Di semakin bernafsu menjilati dan mengecup masing-masing payudaraku. Kelakuan mereka ini akhirnya membuatku terus menggeliat dan akhirnya aku merasakan kembali orgasme walaupun tidak sehebat yang pertama. Ini membuat nafasku makin tersenggal-senggal dan betisku makin pegal, mungkin karena weekend ini aku harus merasakan orgasme berkali-kali.

Setelah memberiku istirahat sekitar 5 menit, mereka mulai melepas celana dan baju satu persatu. Aku ini di hadapkan dengan tiga pembantuku yang sudah bugil dihadapanku, Bang Jo yang paling muda meminta izin pada yang lain untuk mencicipi tubuhku lebih dahulu, setelah mendapatkan izin, Bang Jo mulai mengambil posisi di depan selangkanganku dan penis itu mulai meggesek-gesek bibir vaginaku membuat aku kegelian setengah mati. Bang Jo memiliki penis yang tidak terlalu besar, namun cukup panjang bahkan kutaksir punya Bang Jo lebih panjang dari milik Anton, pacarku. Bang Jo perlahan memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku dan aku sendiri berusaha untuk menikmati proses penetrasi ini. Mungkin karena kemarin sudah terbiasa bermain rame-rame, vaginaku tidak terlalu merasakan sakit yang berarti. Setelah penis itu menacap sempurna, Bang Jo mulai memaju mundurkan penisnya itu sambil sesekali mengusap pipiku dan mencium lembut bibirku. Payudaraku tetap menjadi bulan-bulanan Pak Pri dan Pak Di, mereka asyik memainkan putingku membuat aku merem melek keenakan.

“Shh.. terus bang..,” aku mulai meracau keenekan.

Pak Di kini mulai menyodorkan penisnya ke wajahku membuat mataku terbelalak, Penis orang tua ini ternyata besar dan hitam, sampai membuatku ragu untu mengulumnya. Penis ini lebih besar daripada penis mantanku, pacarku bahkan teman-temannya, yang tentu saja tidak akan muat untuk masuk semua di mulutku. Sesekali penis itu tertanam sampai di kerongkonganku membuat air mataku mengalir keluar, ingin muntah, besar sekali penisnya. Untungnya Pak Di tidak melakukannya dengan kasar, mereka tetap memperlakukanku seperti gadis kecil yang penuh kasih sayang. Pompaan penis Bang Jo juga memiliki irama yang luar biasa sehingga bisa bertahan cukup lama di dalam liang vaginaku. Bahkan hingga aku mendapatkan orgasme setelah vaginaku dipompa selama lima belas menit, Bang Jo belum terlihat ada tanda-tanda akan berejakulasi.

Namun melihat aku dilanda orgasme, bang Jo mencabut penisnya dan menyodorkannya ke depan mulutku, menggantikan Pak Di yang sudah berjalan menuju selangkanganku. Pak Pri yang dari tadi asyik mengecup dan memilin putingku kini membantu Pak Di untuk membalikkan posisi badanku menjadi terngkurap. Pak Di kini bersiap memasukkan penisnya dari belakang, pinggulku dianggat hingga aku harus menumpu badan dengan kedua tanganku menjadi posisi doggy style. Penis Pak Di yang besar dan keras itu mulai menusuk liang vaginaku dan cukup menyakitiku. Aku merintih karena perih yang aku rasakan di selangkanganku ini walau cairan vaginaku sudah mengucur deras melumasi penisnya. Namun penisnya yang besar itu tetap menyakiti liang vaginaku.

“Uhhh… shhh sakit… pak… pelan… pelan…,” Kataku sambil menahan sakit.

Pak Di mencabut kembali penisnya dan mencoba menembus liang vaginaku, beberapa kali dia mencoba tapi memang sepertinya vaginaku ini masih cukup sempit untuk menerima penisnya yang cukup jumbo menurutku. Namun perlahan tapi pasti penis itu mulai masuk ke dalam vaginaku. Rasa sakit itu perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat, gesekan demi gesekan ditambah rangsangan dari puting payudaraku yang dimainkan oleh Pak Pri membuat aku merasakan getaran orgasme untuk kesekian kalinya. Genjotan Pak Di semakin lama semakin cepat membuat aku harus mengerang terus menerus merasakan antara nikmat dan sakit. Selama kurang lebih lima menit Pak Di mempompa vaginaku dengan kecepatan sedang akhirnya dia mencabut penisnya serta membalikkan aku kembali ke posisi terlentang dan menyemburkan spremanya di payudaraku, tidak berhenti sampai di situ, Pak Di meratakan spermanya ke seluruh payudaraku lalu memasukkan penisnya ke dalam mulutku seakan minta untuk dibersihkan.

332-1000.jpg

Selagi aku mengulum penisnya itu, Pak Pri langsung menancapkan penisnya ke dalam vaginaku. Namun tidak begitu terasa perih, walau vaginaku terasa penuh, Pak Pri menggenjotku dengan sangat bernafsu, setelah Pak Di beranjak dari tubuhku, Pak Pri langsung memeluk dan melumat bibirku. Pinggulnya terus bergoyang menusuk ke dalam vaginaku membuat aku harus mengerang keenakan sambil merasakan orgasme untuk yang kesekian kalinya. Tubuhku benar-benar lemas saat ini, Pak Di dan Bang Jo asyik mengobrol tentang diriku sambil duduk di sofa dekat jendela kamarku sambil menikmati tubuhku yang bergoncang-goncang ditindih Pak Pri sambil terus menusukkan penisnya. Cukup lama aku berada dalam posisi ini tiba-tiba tubuhku dipeluk dan diangkatnya, hingga sekarang aku dalam posisi diatas dan Pak Pri di bawah sambil terus menusukkan penisnya dari bawah.

Bang Jo tidak tinggal diam, dia meninggalkan Pak Di yang masih mengatur nafas dan meremasi bongkahan payudaraku, sambil sesekali melumat bibirku, Bang Jo terus bermain dengan kedua payudaraku. Posisi ini membuat aku benar-benar payah, capai sekali dan vaginaku seakan terbelah menerima sodokan-sodokan penis Pak Pri dari bawah. Aku sendiri harus mengulum penis Bang Jo yang sudah mengacung di depan mulutku, dia meracau keenakan saat tangannya mendorong kepalaku untuk menancapkan penisnya sampai ke kerongkonganku.

“Hoekk…”

Beberapa kali aku sampai tersedak ingin muntah tapi kutahan, bukan karena bau amis, tapi karena penis Bang Jo dipaksa untuk masuk ke dalam kerongkonganku. aku sudah sangat terbiasa dengan bau badan dan bau amis dari penis para pejantan yang berhubungan badan denganku, justru itu bisa membuat aku terangsang. Mungkin di sanalah letak fetishku. Tiba-tiba, badanku dibalikkan kembali dalam posisi terlungkup, Pak Pri kembali memasukkan penisnya dari belakang, namun kali ini pinggulku tidak diangkatnya, aku ditindihnya sambil menggenjot penisnya dengan irama yang lebih cepat, wajahku diarahkan ke Bang Jo yang sudah kembali ke sofa serta Pak Di yang sedari tadi ada disana.

“Liat mukanya non Cindy… hot banget kan,” Kata Pak Pri sambil terus menggenjot diriku.
“Iya dong, majikan kita satu ini emang hot abis,” Bang Jo menambahi.

Aku benar-benar merasa malu diejek seperti itu, namun entah kenapa di satu sisi yang berbeda aku sangat terangsang diperlakukan seperti ini. Pak Pri kemudian mempercepat genjotan penisnya dan mencabutnya, serta menumpahkan penisnya itu ke pungungku. Aku yang sudah benar-benar payah, hanya bisa berbaring terlungkup sambil mengistirahatkan tubuhku. Waktu Bang Jo bersiap memasukkan penisnya dari belakang, aku meminta waktu untuk beristirahat.

“Bang… istirahat sebentar yah, aku capek banget,” Kataku mengiba.
“Iya non silahkan,” katanya.
“Pak Di, tolong ambilkan saya minum ya,” Kataku.
“Oke,” Balasnya sambil beranjak dari sofa.

Sesaat kemudian Pak Di kembali ke kamarku dengan membawa segelas air dingin yang langsung kuteguk sampai habis, setelah itu aku lanjut beristirahat untuk memulihkan kondisi. Namun, istirahatku tetap diwarnai dengan rabaan pada area-area sensitifku. Bang Jo sepertinya tidak sabar untuk menunggu aku pulih, langsung saja memposisikan dirinya di depan selangkanganku yang sudah becek dan menghujamkan penisnya. Aku kembali harus mengerang keenakan menikmati perlakukan Bang Jo. Dia mulai dengan gerakan-gerakan lambat, mungkin agak birahiku yang sempat padam karena istirahat tadi bisa naik kembali. Tapi lama-lama aku bosan dengan gerakan lambat ini akhirnya aku sendiri yang mulai aktif menggerakkan pinggulku. Pak Di dan Pak Pri tertawa-tawa melihat majikannya ini menggoyangkan pinggul seakan haus seks, aku terus memaju mundurkan pinggulku agar penis Bang Jo bisa menancap lebih dalam. Hal ini membuat Bang Jo sangat bernafsu melihatku menggoyangkan pinggulku dihadapannya, dia langsung memelukku dan menggenjotku dengan kecepatan cukup tinggi sambil menciumi bibirku, sesekali menjilati seluruh mukaku.

Aku sendiri harus mulai terbiasa dengan hujaman-hujaman kasar yang dilakukan oleh Bang Jo, mungkin karena usianya masih muda, tenaganya masih lebih kuat dibanding Pak Pri dan Pak Di. Sudah setengah jam kita beradu selangkangan, berbagai posisi sudah kita coba, mulai missionary, doggy-style, cowgirl, dan sebagainya. Aku benar-benar payah dibuatnya, bayangkan satu orang ini bisa membuatku orgasme tiga kali dalam lima belas menit. Pinggulku serasa mau patah, badanku sudah lemas dan malas untuk aku gerakkan. Badanku sudah terombang ambing kesana kemari mengikuti tuannya ini.

“Non, gimana main sama kita-kita, asyik kan,” kata Bang Jo sambil terus menggenjotku.
“Enak… ah… Bang J… Jo… terusin,” kataku meracau.
“Enak mana sama pacar non?” katanya lagi.
“E… Enak ppu… punya Bang Jo,” aku menjawab sambil merem melek keenakan.

Gila Pembantuku satu ini benar-benar membuatku sampai basah kuyup. Keringat ini mengucur deras mengaliri seluruh tubuhku dan bahkan Bang Jo belum ejakulasi. Sudah lewat setengah jam dia mengenjotku dalam berbagai macam posisi sampai-sampai membuatku orgasme berkali kali. Baru setelah hampir lima puluh menit kita beradu, Bang Jo meracau dan mempercepat genjotannya, lalu melepas penisnya dan menyuruhku mengulum penisnya. Belum sempat aku masukkan penisnya ke mulutku, Bang Jo mengkocok penisnya itu hingga spermanya muncrat di dalam mulutku, bibir sampai ke pipiku. Setelah itu, Bang Jo memasukkan penisnya yang mulai kendor itu ke mulutku untuk dibersihkan.

Akhirnya kita berdua ambruk terlentang di kasurku yang besar ini, masih bersebelahan di atas ranjang dalam keadaan bugil, begitupun Pak Pri dan Pak Di yang masih bugil di sofa ngobrol sambil menonton TV yang ada di kamarku ini. Aku sendiri masih menikmati sisa-sisa kenikmatan yang aku rasakan tadi dengan mata terpejam, perlahan tapi pasti aku mulai bisa mengatur nafas. Bahkan waktu Bang Jo bangkit dan menindih kembali tubuhku sambil menciumi bibir serta puting payudaraku, aku hanya bisa pasrah menikmati sensasi-sensasi yang merek tinggalkan untukku. Sesaat kemudian aku mulai bangkit dan mengenakan bra dan celana dalamku, setelah itu, aku duduk bersama mereka di sofa.

“Pak, jangan sampe ketauan papa…” Kataku memelas.
“Ya iyalah non, kalo papa non tau, kita bisa dipecat,” Bang Jo langsung memotong.
“Bener Jo, kalo ketahuan kita ga bisa seneng-seneng lagi sama non Cindy,” Pak Pri menambahkan. “Tapi lain kali kita boleh minta jatah lagi kan non.”
“Boleh pak, asal pas aku ga mens, atau males ya boleh-boleh aja,” Kataku menyerah dengan keadaan.

Walau aku bilang tidak boleh, mereka pasti akan berusaha memperkosaku. Daripada hal aneh-aneh terjadi, lebih baik aku meng-iya-kan saja kemauan mereka, asal bukan waktu aku mens. Lagipula aku juga sudah tidak perawan, jadi ya lebih baik aku nikmati saja dunia baruku ini. Kini aku tidak kesepian lagi banyak sekali orang yang memperhatikan diriku. Bahkan setelah kejadian ini, para pembantuku ini lebih care padaku. Entah untuk mencari kesempatan menyetubuhiku lagi ataukah memang mereka perhatian padaku. Malam itu mereka pamit untuk kembali ke kamarnya. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, berarti hampir 3jam mereka mengerjaiku. Aku yang sudah lemas ini akhirnya tertidur walau hanya mengenakan bra dan celana dalam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd