Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petualangan Rimba [LKTCP 2015]

alat_pemuas

Adik Semprot
Daftar
25 Aug 2015
Post
115
Like diterima
26
Bimabet
Akhir-akhir ini matahari mungkin sedang malu menampakkan wajahnya,ia lebih suka berselimut diantara awan-awan hitam yang cukup tebal, berjejalan dengan bulir-bulir air hujan yang nyaris tumpah, bahkan ditengah hari seperti ini.

Cuaca memang sedang tak bersahabat, dari pada mengutuk seperti kebanyakan manusia pada umumnya, aku lebih memilih menikmati suasananya, menikmati sensasi malas yang ditimbulkan ketika bulir-bulir air berlomba menuju tanah, sensasi itu akan bertambah ketika bulir-bulir air menghujami stratosfer, hujan akan membawa oleh-oleh berupa udara dingin, udara inilah yang kini sedang berdesakan memenuhi ruangan 5x6 meter ini.
Kalau sudah begini kopi hangat dan batang SUPER adalah kolaborasi yang pas, ditambah lagi akhir pekan sedang melanda, kamar-kamar kos yang biasanya penuh tawa canda dan segala macam hiruk pikuknya kini lenyap sudah, mayoritas pemiliknya lebih memilih bertemu keluarga, menghabiskan akhir pekan bersama, atau sekedar meminta jatah uang bulanan. Sehingga tak ada pilihan lain yang cukup tepat selain menikmati cangkir KAPAL API plus asap SUPERnya.

Aku memamg sudah terlalu biasa disuguhi suasana seperti ini, dingin dan sendiri seolah telah menjadi bagian dari hidupku. Aku adalah seorang mantan ketua umum MAPALA disebuah kampus swasta yang cukup terkamuka, bahkan aku sempat menjadi salah satu anggota tim seven submit Indonesia, sebuah tim yang dibentuk untuk mengibarkan merah putih dipuncak-puncak tertinggi di dunia.
Suhu ekstrim sudah begitu mainstream terhadap tubuh kekarku ini. Inilah bentuk tubuh yang aku dapat sebagai hadiah setelah bertahun tahun bersahabat dengan puncak – puncak gunung. Namun kini aku sedang berjuang menaklukkan puncak yang paling sulit dikalahkan, tubuh kekar ini seolah hilang jika sudah bertemu dengan kaca mata berlensa tebal serta kumis yang terlihat mengerikan. Yang paling mengerikan adalah jika ia telah mengambil pena, ia akan terlihat mencakar-cakar ganas, detik berikutnya wajahku akan terasa perih, seolah ditampar kanan, kiri, kiri,kanan lalu kanan lagi. Tapi semuanya harus dihadapi demi sebuah gelar prestis dibelakang nama, inilah aku mahasiswa semester “digit dua” yang jatuh bangun mengejar gelar SARJANA.

Kadang aku merasa sedikit frustasi juga, berbulan-bulan hanya mendapat coretan-coretan yang lebih mirip huruf sansekerta, ditambah lagi jika “sang naga” telah menyemburkan kata-kata apinya. Ia selalu mengancam dengan sebuah kata yang mengganjal saluran telinga, DROP-OUT !!!
Jika sudah begini yang kulakukan adalah menenangkan diri, dan lagi-lagi gunung adalah pilihan yang tepat. Disana aku akan puas bercumbu dengan keheningan, melupakan semua beban. Kebetulan karena reputasiku sebagai salah satu anngota 7submit, job sebagai pemandu jalan para pendaki banyak berdatangan. Kebetulan juga kini mendaki gunung adalah tren baru dikalangan anak muda. Selain menenangkan diri aku pun kini tak perlu takut lagi kehabisan uang.

*********
Minggu - 20.03


Malam pun mulai menjelang, hujan kini telah reda, namun tidak dengan rasa bosan, ia baru saja datang berkunjung, untuk menghalau kebosanan, kusambar sebuah layar kecil bercahaya, tanganku kini sedang menari-nari diatasnya. Aku mencoba mencari seseorang yang sedang sama bosannya.

“BINGGO Ketemu juga akhirnya …. !!!” Teriakku dalam hati

Namanya Ita (Bukan nama sebenarnya), adik kelasku yang beberapa bulan lalu pernah kupandu untuk mencapai puncak, ia seorang gadis dengan lesung pipi, menampakkan kesan manis nan menggoda.

Di akun sosoialnya ia memasang status yang cukup mengenaskan.
“Bosan adalah ketika kos sepi dan pacar ibarat mitos yang tak pernah ada”

Aku tertawa dalam hati, lalu kuputuskan untuk menyapa.
“Malem” Ketikku
“Iya malem kakak” balasnya

Tahap selanjutnya kami larut dalam obrolan, mulai dari acara mendaki, kuliahnya, pacarnya, temen temennya, cuciannya, kosnya, pokoknya semua dia ceritakan, dan aku menjadi pendengar yang baik, walaupun rasanya enek juga. Tapi setelahnya obrolan menuju arah yang lebih sensitif, aku memancingnya dengan emoticon “KISS”, tak disangka dia balas “KISS” juga. Aku berteriak kegirangan sembari tertawa jahat.
“SAATNYA SSI !” Tahap ssi berjalan dengan cukup lancar, bahkan jauh melebihi ekspektasi, sehingga sangat sayang jika tak dilakukan publikasi.hahaha

Biarlah SS dibawah yang berbicara :

1.

2.

3.

4.
Obrolan pun bertambah lebih panas !!!
5.

6.

7.

8.


Speak-speak iblis yang lazim disebut SSI kurang afdol rasanya jika tanpa foto payudara sang TO,
9.

10.

11.

12.

13.

14.
Jika SSI sudah mencapai tahap tetek TO, SSI menuju exe tinggal dijalankan,
Pada kasus ini TO sendiri yang meminta untuk segera bertemu.

15.

16.

17.

18.



Diakhir obrolan aku memang sengaja tidak membalas. Hal ini dikarenakan aku cukup kaget juga, seorang adik kelas yang memiliki wajah manis nan rupawan berhasil aku SSI dengan sekali percobaan, bahkan kini ia ingin bertemu, mimpikah??

Tentu saja jawabannya tidak hal ini diperkuat fakta bahwa seseorang mengetuk pintu kos ku.
“tok tok tok”
“kak Rimba?”

Aku memang biasa dipanggil dengan nama Rimba, namaku asli sebenarnya adalah Ridwan Malik Badrudin, Rimba adalah nama yang diberikan teman-teman MAPALA selain karena aku telah begitu akrab dengan alam, RIMBA merujuk pada nama ku yang disingkat.

Siapa coba malem-malem ke kos ku, aku mencoba menerka-nerka,
“tok, tok, tok” pintu kembali diketuk
“Kak . . . “Suara cewek disebrang pintu,

Aku lalu berdiri membuka, pintu kini telah terbuka, seditik kemudian wangi tubuhnya menghambur didepan wajahku, aku masih kaget, termangu seperti patung tak bernyawa, ia hanya tersenyum manis sambil memeprlihatkan lesung pipinya.

“Boleh masuk ? di luar dingin kak”. Pertanyaan yang membuatku kembali bernyawa.
“oh ya, maaf, abisnya gag nyangka tiba-tiba ada kamu”
“hehehe, abisnya dikos sepi kak gag ada temen”

Kini ia sudah ada didalam kamarku, karena udara yang cukup dingin tentu saja pintu aku tutup rapat. Terciptalah suasana serba canggung didalam kamar. Aku mencoba mencairkan suasana dengan memainkan lagu dari laptopku, sementara ita hanya bermain-main dengan ponselnya.
“kak mau liat flm dong” tanyanya tiba-tiba
“ya sini lah, cari aja sendiri” jawabku

Aku dan dia kini duduk bersebelahan, ia sedang mengobok-obok isi laptopku, aku hanya melihat ulahnya.

Belum juga ia menemukan film yang dicarinya, tiba-tiba listrik padam, laptopku juga ikut mati,
“Aaauw” dia menjerit kecil
“eh tenang deg” jawabku sambil berdiri meraih lilin yang ada diatas lemari kamar


Sialnya lilin panjang yang biasa dipakai jika lampu padam tak kutemukan, yang ada hanya sebuah lilin aroma terapi, tak ada pilihan lain selain memakainya. Lilin itu kuletakkan diatas meja disarming laptopku. Samar samar kulihat wajah ita sedikit ketakutan.

“kenapa deg?”
“Takut gelap kak”
“kan ada aku deg” aku lalu berpindah duduk disampingnya

Duaaaarrrrrr !!!!
Petir besar tiba-tiba berbunyi mengusik ketenangan,
“Aaaaauwwww” jerit keras ita sambil melompat ke arahku lalu membenamkan wajahnya diatas dadaku.

Kasihan juga anak ini, pikirku. Namun tidak dengan penisku, tangan ita pasti merasakan penisku yang sudah cukup tegang.
“Udah gpp deg” bisik ku pada daun telingnya.
“Ia kakak, makasih ya” ia menjawab dengan sedikit mengangkat wajah

Kini mata kami sudah saling bertemu, aku lalu mengelus lembut pipinya, ia hanya memejamkan mata. Wajah kami kini semakin berdekatan, sedetik kemudian bibirnya telah kulumat-lumat, awalnya dia tak membalas. Namun ketika aku memasukkan lidahku kemulutnya, lidahku langsung tersedot kedalam rongga mulutnya.
Aku membopongnya menuju tempat tidur tanpa melepaskan ciuman. Kubuka sweaternya yang berwarna ping, kini ia hanya memakai tangtop hitam tanpa bh.

Aku mulai menjilati bagian leher sampai daerah sekitar dadanya, ia hanya mendesah-desah kenikmatan. Kusingkap tangtop hitam miliknya, putingnya berwarna ping, perutnya rata, keindahan tiada tara.
Yang kulakukan kini adalah menjilati putting susunya. Desahannya semakin keras saja, ia lalu mencoba meloloskan kaosku, kini kita berdua sudah bertelanjang dada.

Sambil masih menjilat putting sebelah kanan, tangan kiriku bergerak melepapas celana beserta cd nya, kini ia sudah benar benar bugil tanpa sehelai benang pun.
Lidahku kumainkan disekitar putingnya, lalu turun kebawah menjilati daerah sekitar pusarnya, dia hanya bias mendesah pelan, tanganku meraba memeknya yang sudah sangat basah, ciumanku lalu turun pada area vagina, kujilati rakus, ia menggelinjang penuh kinikmatan


“ooooooooooohhhhhhhhhhh enak kak”
“emmmm, aku diapain kak, kok enak banget”
Pahanya begitu keras mengapit kepalaku, aku agak sedikit susah bernafas,

“aahhhhhhhhhhhhhh, emmmmmmmmmm kakak”
Ia hanya merancu penuh nafsu. Dengan sebelah tangan aku mencoba melepas celana ku sendiri, kini kami berdua sudah sama-sama bugil.

“Owhhhhhhhhhhhhhhhh kak mau pipis”,

Aku terus saja memainkan lidah di area vaginanya, pahanya lagi-lagi menekan dua sisi kepalaku.

“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kaaaakaak”

Himpitan kedua pahanya kini melemah, nafasnya tersenggal-senggal, keringat membasasi tubuhnya, ia lalu tersenyum manis. Kuhampiri wajahnya lalu kucium keningnya.

Aku yang belum terpusakan lalu kembali mencium bibirnya,

“emmmmmmmmmmmm” Hanya erangan yang keluar dari mulutnya, aku arahkan penisku menuju rongga mulutnya, awalnya dia agag ragu, namun akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya, sensasi kenikmatan yang tiada taranya.

Aku berpindah menuju bagian tubuhnya, pantatnya kuganjal dengan bantal, sambil meremas payudarnya, penisku kugesek-gesekan di area vaginanya.

"Hmmmmm....sshhhhhhh....emmmmmm" desahnya lagi ketika ujung penisku kugesekan pada permukaan vaginamu.

“ahhhhhhhhhhhhh kakak sayang”, tanpa sadar ita malah mendekatkan vaginanya, sehingga penisku separuhnya masuk, menimbulkan sensasi nikmat, darah segar lalu menetes keluar dari vaginanya. Kukecup bibirnya,lalu dengan gerakan sangat perlahan penisku kini telah terbenam sepenuhnya.

“ahhhhhh sayang perih”, erangnya. Kubiarkan penisku berhenti sejenak, memberi kesempatan pada ita agar terbiasa dengan kehadirannya. Beberapa menit kemudian pantatnya bergerak-gerak liar.

“ahhhhhhh, emmmmmmm, sshhhhh”
Ita merancu tak karuan. Vaginanya terasa mencengkram erat penisku.
“mmmppphh kak rimba…oh nikmat banget kak”

“ah kaaaaaak aaa-akuuu peeengeeen keeeeeluar lagiiiiiiiiiii” teriaknya sambil pinggulnya bergoyang tak beraturan. Diperlakukan seperti itu spermaku tak sanggup lagi dibendung. Berbarengan dengam melemasnya gerakan ita, aku mencabut penisku,

“Oooohhhhhhhhhhhh ita sayang………….aku keluar”

Spermaku kini membasahi perutnya. Tubuhku roboh disamping tubuhnya. Nafas kami masih tersenggal-senggal.
“emmm, enak gag dek ita?’
“ahhh…enak bgt kak.”
“mau lagi?” tanyaku pada ita
“heem” jawabnya sambil menganggukan kepala

Setelah membersihkan badan masing-masing dan istirahat sebentar kami lalu memulai ronde kedua, malam itu ita aku ajari beberapa gaya. Malam ini aku bimbing ia menuju PUNCAK lain yang tak kalah indah. INILAH PUNCAK KENIKMATAN.


************************************************************************************************************
Senin - 07.54

Dering ponsel membangunkan tidurku, aku bangkit lalu menyambar ponselku. Sebuah nomer dengen kode lokasi 021.
“Halo selamat pagi, dengan mas Rimba?” suara orang diujung telfon
“iya mbak saya sendiri?”
“Saya Dewi mas, yang tempo hari muncak sama mas di gunung Lawu”

Dewi adalah salah satu client, ia bersama beberapa temannya memintaku sebagai pemandu ketika mereka mengunjungi gunung Lawu. Terjadilah percakapan diantara kami.

Rimba = Aku
Dewi = Wanita disebrang telfon

Rimba : “Oh ya mbak dewi, ada yang bisa dibantu?”

Dewi : “Iya saya butuh bantuan lagi nih mas”

Rimba : “Siap mbak, mau hari apa?”

Dewi : “Besok mas, tapi ini beda mas”

Rimba : “Beda gimana mbak?”

Dewi : “Saya kan kerja di salah satu televisi swasta mas, nha salah satu program acara kami namanya BERBURU mas, mas RIMBA tau kan?”

Rimba : “Ya taulah mbak, aku ngefans banget sama hostnya mbak, hehehe Terus masalahnya mbak?”

Dewi : “wah kebetulan mas, kalo mas ngefans, soalnya kami lagi cari leader yang Yang cukup paham kondisi gunung Lawu mas, mas bisa gag kira-kira
jadi pemandu tim kami?”

Rimba : “Jelas bisa lah mbak”

Dewi : “Oke deh mas, siang ini kita berangkat dari Jakarta, silakan nanti malam sekitar Datang pukul 8 malem datang aja kehotel Sunan, saya dan
crew rencananya Akan menginap disana”

Rimba : “Oke mbak siap”



Dewi lalu menutup telfonnya. Kuletakkan ponsel diatas meja. Mataku tertuju pada sobekan kertas diatas laptopku Sebuah pesan tertulis diatasnya.


Makasih yang semalem ya kak Rimba
Aku bener-bener puas, kapan-kapan lagi yah…
Oh ya kak aku buru-buru pulang kekost ada kuliah pagi,
Maaf gag sempet pamitan, abisnya gag tega sih bangunin kak rimba


:* ITA

*************************************************************************************************************
Senin - 19.44

Kini aku telah berada di lobi hotel tempat dimana para crew BERBURU menginap. Akupun lantas bertemu dengan sang produser, kami berbincang bincang tentang semua persiapan mengenai acara. Mulai non teknis berupa honor dan kewajibanku serta faktor teknis yang berkaitan dengan acara.

Sang produser lalu membawaku menuju café hotel yang terletak ditepi kolam renang, disana para crew dan pendukung acara telah berkumpul untuk menyantap hidangan makan malam. Sang produserpun membuka acara malam itu, dtak lupa pula beliau memperkenalkan aku kepada para crew, dengan bercanda sang produser menyebut aku adalah juru kunci lawu, semua tertawa tak terkecuali sang primadona acara, JENNY CORTEZ.

Jenny malam itu terlihat seksi dalam balutan kaos merah tanpa lengan, ia terlihat duduk bersama seorang wanita, wanita itu mungkin saja managernya, wajahnya terus saja fokus pada ponsel yang tengah digengagamnya, sesekali ia berbicara dengan sang wanita, lalu ia kembali membenamkan pandangannya pada sang ponsel.

Sebelumnya aku sudah cukup kenyang ketika aku datang, hidangan-hidangan yang cukup mewah terlihat hambar. Ah sialan kenapa tadi aku harus makan dulu. Aku mengutuk diriku sendiri. Cukup segan juga berkumpul bersama tanpa mencicipi hidangan, kuputuskan menjauh dari titik keramaian, kusambar segelas jus lalu melangkah keseberang kolam, kebetulan smoking area memang berada disana.

Smoking area dibangun menyerupai gubuk gubuk sawah, cukup nyaman juga pikirku. Aku dikagetkan suara berdehem ketika tenagh menikmati batang rokokku.

“ehemm….” Aku menoleh kebelakang, kekagetanku tak berhenti disitu, sang pemilik suara kini berdiri dihadapanku sambil merogoh saku celanannya. Dia adalah JENNY CORTEZ. Terbius sudah aku dengan kecantikan dan keseksian tubuhnya. Ia lalu berdehem lagi

“eheem…..mas punya korek?”
“oh ada mbak,……..monggo” jawabku sambil menyerahkan sebuah korek gas, ia lalu menyulut rokoknya lalu duduk didekatku.

“makasih mas”
“iya sama-sama mbak”

Cukup lama kami berdua hanya diam, namun tiba-tiba jenny membuka obrolan.
“Mas Rimba masih kuliah?”
“Owh, iya mbak masih, masih belum kelar skripsinya, hehe”

Dan obrolan-obrolan pun berlanjut setelahnya, malam itu ditengah kepungan asap aku berbincang santai dengannya,dan saat itulah pertama kali melihat senyum manisnya tanpa rekayasa kamera.

*************************************************************************************************************
 
Selasa - 14.34

Saya beserta para crew telah tiba di pos 4 jalur pendakian cemoro sewu, karena kelelahan crew berencana mendirikan tenda ditempat ini. Proses syuting yang rencananya dilakukan 2 hari, tempat ini akan dijadikan base camp tempat crew dan pendukung acara berkumpul dan mempersiapkan semua keperluan.

Tenda-tenda barak yang berukuran cukup besar dipersiapkan sebagai tempat tidur kami, sebenarnya aku membawa tenda berukuran kecil didalam ranselku, namun karena crew sudah mempersiapkan tenda yang lebih nyaman kuputuskan untuk tidak memakainya.

Waktu menunjukan pukul 16.23, tenda dan sumber penerangan kini sudah terpasang, para crew sedang mempersiapkan peralatan untuk esok hari, ada juga beberapa crew yang sedang mempersiapkan makan malam. Kulihat Jenny duduk diam diatas sebuah batu besar, tatapan matanya terlihat begitu nanar, aku menghampiri lalu duduk disebelahnya, ia tak menyadari atau mungkin cuek saja dengan kehadiranku.

"Rokok mbak?" Kusodorkan sebungkus rokok dihadapannya, ia sedikit kaget lalu melihat kearahku.
"Ohh, iya mas" Jenny membuka sarung tangannya, sehingga menampakkan lentik indah jari-jemarinya. Ia lalu mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.

"Kenapa mbak galau ya?" dia tak menjawab, kuteruskan pertanyaanku.

"lagi galau sama tukang parfum ya mbak?" tanyaku sambil tertawa, mengajaknya bercanda

Saat itu JENNY sedang digosipkan dengan seorang supplier parfum yang mengaku sebagai pengusaha dari luar negeri.

Tiba-tiba saja Jenny menatapku tajam, matanya melotot. Sedetik kemudian ia menghela nafas panjang. Lalu menurnkan pandangnya.
"Huffftt.....lucu bgt ya mas gue". Duh aku yang pengen bercanda malah membuat dia tambah galau, merasa bersalah juga rasanya.
"eh mbak maaf......cuma bercanda mbak"
"ah iya mas gpp kok"
"emm, mas mau gag temanin aku jalan-jalan, mas kan juru kunci lawu pasti tau kan tempat-tempat asik disini?"
"eh aku bukan juri kunci lawu lho mbak, tapi aku emang tau sih tempat-tempat asik disini"
"Tapi ntar dicari in crew gimana mbak?"
"Ah gag penting lah mas, yang penting mas mau gag?"
"Ya udah deh mbak, aku ambil ransel dulu kalo gitu"
"Oke !"

Sepanjang jalan aku bercerita tentang hal-hal pribadiku, tentang skripsi, dosen yang gag banget, sampai lika-liku menjadi seorang pendaki, aku mencoba terbuka tentang kehidupanku. Ada sebuah petuah yang benar-benar aku praktekkan saat itu.

JIKA INGIN MEMBUAT ORANG MEMBUKA HAL PRIBADINYA, COBALAH UNTUK MEMBUKA DIRIMU DIHADAPANNYA

Namun usaha itu belum berhasil juga. Ia masih enggan membahas masalah pribadinya, terlebih tentang pertanyaan yang kerap dilontarkan media, pertanyaan yang membuatku cukup penasaran juga. PERNAHKAH IA BERSETUBUH DENGAN TUKANG PARFUM YANG SEDANG DIGOSIPKAN DENGANNYA.

Aku melihat arloji ditanganku, pukul 5 tepat, berarti sudah sekitar setngah jam berjalan, karena takut kemalaman, akku menawarkan untuk kembali ke camp, tapi hal itu tak digubrisnya, ia malah berjalan lebih cepat. Aku coba sedikit berteriak kepadanya
"mbak balik yuk udah sore nih, ntar kemaleman lho"
"jam berapa sih mas sekarang?"
"jam 5 lho mbak"
"ah ntar dulu deh mas"

Aku turuti saja dia, tapi Jenny berjalan keluar dari jalur pendakian, aku yang sedari tadi dibelakangnya, aku hanya bisa mengekor, menikmati gerakan indah pantatnya. Ia memakai celana panjang bercorak TNI, sementara bagian atasnya menggunakan sebuah jaket yang cukup tebal, membuat payudaranya nyaris tak terlihat. Bagian tubuh yang dapat aku nikmati hanyalah bokong indahnya.

Kini kita berjalan diluar jalur pendakian, hari sudah mulai gelap, kabut mulai turun membatasi jarak pandang, aku lalu menyalakan senter, dan lagi aku mengajak Jenny kembali ke camp.
"mbak, udah gelap balik yuk"

Jenny lalu berhenti, duduk, lalu mengatur nafasnya, ku tawari sebotol air, ia merainya lalu meminumnya dengan cukup rakus, sampai-sampai beberapa liter air tumpah membasahi jaketnya. Setelah nafasnya teratur ia manjawab pertanyaanku.

"gue pengen disini aja mas?"
"hah?" jawabku terkejut, aku baru tau rencana ini telah di persiapkan olehnya sejak awal
"gue lagi males mas sama manager tengik itu, berita tentang tukang parfum itu sengaja di blow up sama dia, alesannya biar gue bisa lebih terkenal mas, padahal kan itu aib mas"

"tap.............." belum selesai kalimatku Jenny kembali menyahut
"Belum lagi si produser yang gila uang itu mas, besok gue disuruhnya pakai baju yang terbuka banget, katanya biar rating naik, padahal kan dingin banget mas disini"

"Gue lagi gag pengen ada ditengah-tengah keramaian"
"Tapi mbak, ntar aku dikira nyulik mbak!" akhirnya kalimatku kali ini selesai.
"Ya terserah mas kalau mau balik sih, tapi gue tetep disini". Tak mungkin juga aku meninggalkan ia sendirian, akhirnya aku mengalah.
"Ya udah deh mbak, tapi kalau aku dikira macem-macem mbak tanggung jawab ya?"
"iya mas nanti biar aku jelasin ke mereka" Jenny kini mengganti kata "gue" menjadi "aku" hal ini membuat suaranya lebih manis.
"Untungnya ranselku belum sempet tak bongkar mbak."
"makasih ya mas"

Aku lalu mendirikan tenda diantara 2 buah batu besar, hal ini kulakukan untuk menggurangi udara dingin, tak lupa kugantung senter diatas tenda sebagai sumber cahaya. Sementara Jenny mulai mengumpulkan ranting-ranting pohon lalu menyusunnya menjadi api unggun. Aku kini telah selesai mendirikan tenda, Jenny belum berhasil menghidupkan api unggunnya, hal ini dikarenakan semalam hujan turun, sehingga ranting-ranting menjadi basah. Aku mencoba membantunya, setelah beberapa saat api berhasil dinyalakan, aku mengeluarkan panci untuk memasak air. Sementara Jenny telah masuk kedalam tenda.

Aku membawakannya segelas kopi, ketika akan masuk kedalam tenda tanganku bergetar, mataku nyaris lepas dari tempatnya, sementara jantungku seperti berdegup kencang. Jenny telah melepas jaket tebal dan celana panjangnya, ia hanya menggunakan tangtop berwarna hijau dan celana pendek yang begitu pendek sampai-sampai pangkal pahanya nyaris terlihat. Diperhatikan seperti itu Jenny Nampak biasa saja.

"Kenapa mas?" ia bertanya sambil tersenyum
"eh, anu mbak gpp." Lalu kuletakkan gelas dihadapannya, aku sedikit membungkuk masuk kedalam tenda, sekilas payudara Jenny terlihat sangat jelas, bahkan hingga puting susunya.

Aku lalu kembali keluar menuju api unggun, kupersiapkan makan malam bagi sang putri yang cantik nan seksi. Mie instan adalah satu-satunya bekal makanan yang kubawa, tak jauh dari tempat kami banyak tumbuh tanaman sawi, maka aku mengambil beberapa helai daunnya untuk kutambahkan dalam mie instan. Disaat sedang memetik daun sawi aku melihat tumbuhan yang memiliki daun berbentuk hati, batangnya menjalar diatas tanah, tumbuhan itu memiliki nama ilmiah Pimpinella alpina K.D.S atau orang biasa menyebutnya purwoceng. Purwoceng dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat untuk menambah stamina, iseng kumasukkan beberapa daunnya. Beberapa menit kemudian mie instan sudah siap disantap.

Dengan cepat mie instan dihadapan kami kini telah raib, sejak siang tadi perut kami memang belum sempat terisi. Selepas itu kami menjadi begitu akrab, Jenny sampai terpingkal-pingkal ketika aku menceritakan hal-hal yang konyol. Kadang juga ia bercerita tentang sisi lain kehidupannya sebagai artis. Beberapa menit kami mengobrol tiba-tiba saja aku merasa udara di dalam tenda sangat panas, kurasa Jenny juga merasakannya, ia berulang kali mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya. Jenny terlihat begitu seksi, dengan bulir-bulir keringat pada daerah leher hingga dadanya, bahkan tangtop hijau yang dipakai basah pada bagian dada, terlihat seksi dan menggairahkan. Nafasnya terlihat begitu berat, payudaranya bergerak naik turun seirama dengan nafasnya. Ia lalu mengibas-ngibaskan rambutnya, membuat payudaranya nyaris melompat keluar.

Disuguhi suasana demikian penisku tak dapat lagi menahan ereksi, ereksi ini terasa begitu kuat, sama halnya dengan Jenny aku juga merasa gerah, tak ada pilihan lain untuk tidak menanggalkan jaket dan kaos ku, kini aku bertelanjang dada. Bulir-bulir keringat membasahi nyaris seluruh tubuhku, tubuhku terlihat mengkilap,

Jenny menatapku seperti singa yang hendak menerkam mangsanya, sementara aku menatapnya sebagai singa yang harus dipuaskan, bangga juga ketika Jenny memuji badanku.

"Mas badannya bagus yah" Jenny lalu menggeser tubuhnya beberapa senti didepanku, jarak kami sangat dekat, mungkin saja Jenny mendengar dentum jantungku, ia lalu menyentuh perutku, lalu dadaku kini dengan kedua tanagnnya. Diperlakukan seperti itu penisku benar benar tersiksa, aku lalu membetulkan posisi dudukku. Tapi dengan pengamatan yang begitu jeli Jenny bertanya.

"Kenapa mas penisnya, lagi nafsu ya?"
"Ehh. Iya mbak, ehh engg...ak ding"
"Hehehe, iya apa enggak nih mas, mana sini coba aku liat"

Selanjutnya Jenny meraba penisku, lalu mencoba membuka ikat pinggangku, seperti kerbau yang dicocok hidungnya aku berdiri dengan kedua lututku, memudahkan Jenny melepas sabuk dan megeluarkan penisku. Dikocoknya penisku dengen gerakan lumayan cepat, aku hanya bisa memejamkan mata, menikmati handjob dari seorang publik figur ternama.

"emmmmm....ahhhhhhhh"aku mendesah tak karuan, kini Jenny membungkukkan sedikit badannya, aku masih memejamkan mata. Selanjutnya sensasi itu bertambah nikmat, penisku kini sudah raib menyesaki rongga mulutnya, lidahnya tak henti-hentinya menjilati lubang kencingku.

"Sruuup.....sruppp...emmmmm", suara yang keluar dari mulutnya menambah sensasi nikmat yang tak pernah bisa digambarkan. Aku meremas payudaranya, membuat sedotan pada penisku bertambah makin kencang.

Setelah puas menimati penisku, Jenny memposisikan dirinya sejajar denagnku,ia berdiri menggunakan kedua lututnya. Kudekatkan wajahku, kucium lembut bibirnya, lalu kulepaskan sejenak, lalu kucumbu lagi bibirnya kini kumainkan lidahku didalam mulutnya. Ia membalas dengan lidahnya.

Tangan kiriku menopang tubuh Jenny sementara tangan kanan meremas-remas payudaranya.

"ahhhhhhhhhhhhhhh.................emmmmmmmmmmmmm" Jenny mendesah desak kenikmatan. Aku mendorong pelan tubuh Jenny, kini ia tubunya terbaring pasrah, aku mencium lagi bibirnya, Jenny melingkarkan tangannya pada leherku.

"Emmmmmmm............emmmmmmmmmmmmmm" aku mencoba menyingkap bajunya diatas kedua payudara. Jenny melepas ciumannya, diangkat kepalanya sehingga dengan tangtop hijau itu lepas dari tubuhnya.

Aku lalu menjilati bagian perutnya, Jenny dengan cepat membuka kait BH lalu melepasnya, kini ia telah bertelanjang dada, payudara indahnya terhampar didepan mata, begitu sempurna, aku kembali menjilati putting susunya, sehingga putingnya semakin menonjol saja.

"ahhhhhhhhhhhh.......massssssssssssss......enak........ahhhhhhhhhhh"

Ia meraih penisku, aku menggeser 1 kakiku melewati tubuhnya, penisku kini tepat berada diantara kedua payudaranya. Dengan sigap Jenny menahan kedua sisi payudaranya, sehingga penisku terjepit diantara keduanya. Aku mendorong tubuhku, mengakibatkan ujung penisku muncul-hilang lalu muncul lagi, Jenny megeluarkan lidahnya sehingga kepala penisku merasakan geli karena gesekan payudara dan lidahnya.

Aku lalu terun dari tubuhnya, lalu meloloskan celana pendeknya, kini aku sedang mamainkan lidah diantara kedua pangkal pahanya, vaginanya mulus tanpa sehelai bulu, walaupun cairan membasahi permukaannya, baunya tetap saja wangi, aku dengan semangat memainkan lidahku.

"Ahhhhhhhhhhh........aduuuuhhhhhhhh.......ahhhhhhhhhhhhh....sayaaaaaang" ia menjerit kenikmatan, tanganya tak henti-hentinya menjambak rambutku.

"ahhhhhhhhhhhhhh.........sayaaaaanggg ......eeegggak.........tahhaaaan,....ahhhhh"

Sepertinya Jenny telah mengalami orgasme yang pertama, tapi sepertinya ia memiliki tenaga super, pasalnya ketika aku menggesekan ujung penisku di area vaginanya, Jenny malah meraihnya, lalu penisku dibimbingnya masuk kedalam lubang yang hangat dan nikmat, aku memompa penisku perlahan.

"ahhhhhhhhhhhhhhhh.............heeeeeeeeemmmmmmmmmmmmmm" kini ia menggoyangkan pinggulnya, penisku terasa mengenai rahimnya. Aku lalu mengangkat 1 kakinya, lalu menopang kaki kanannya dengan tangan kiriku.

"ahhhhhhhh.........enak bangeeeet............ahhhhhhhhh..........kontolmu sayang"


Suara-suara erotis semakin membuatku bertambah semangat, aku memepercepat gerakan maju-mundur pantatku, Payudara Jenny bergoyang-goyang tak beraturan semakin berisik saja.

"ahhhhhhhh..........kontoooooooooollllllllll.........biaadabbbbbbbbb.........ooooooohhhhhhhhhhhhhh..............enaaaaaakk........bangeettttttt."

Tiba-tiba penisku terasa dicengkram dengan kuat oleh vaginanya, penisku rasanya tersedot masuk kedalam vaginnya,

"ahhhhhhhhhhhhhhhh...........................sayaaaaaaaangggggggggg..................akuuuuuuuuuuuu..........pengeeeeeeeennnn.........kkkkkeeeeeeee-luuuar........laaaa-giiiiiiiiiii........."

Penisku masih perkasa namun vaginanya sudah benar-benar basah karena dua orgasmenya, nafasnya tersenggal-senggal, namun tenaganya sama sekali belum terkuras, ia lalu bangkit dari tidurnya, melepaskan penisku dari vaginanya, lalu memberi isyarat padaku untuk merebahkan diri.

Ia lalu menaiki tubuhku, tangannya bertumpu kebelakang, kutekuk sedikit lututku sebagai tempat untuk bertumpu, Jenny lalu bergerak naik turun, ia terlihat sangat menikmati, ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata, aku menikmati setiap detiknya. Menikmati setiap inci tubuhnya, yang paling mengguda tentu saja payudara yang bergoncang seirama dengan tubuhnya, dengan kedua tanganku aku menggenggamnya, sementara Jenny semakin cepat bergerak naik turun. Kini aku sudah tak tahan lagi menahan penisku.

"ahhhhhhhhh....mbak aku mau keluar.........ahhhhhhhhhhhhhh"

Ia malah menambah lagi kecepatannya

"ahhhhhhhh........keluarin bareng yah mas sayang"

Kembali lagi aku mengalami hal yang sama, vaginanya terasa menyedot-nyedot peniskuk, kali ini aku tak tahan lagi.

"ahhhhhhhhhhhh.....mbak aku keluar..."
"ohhhhhhhhhhhhhhhhhh.........masssssssssss.............aku jugaaaaa"

Jenny lalu ambruk diatas tubuhku nafasnya tak karuan, kubiarkan penisku mengecil didalam vaginanya, aku lalu menggeser tubuhnya,

"plop" suara peniskku yang lepas dari lubang senggamanya.

Senyum puas tampak menghiasi wajahnya, kucium keningnya, lalu menarik selimut untuk kami berdua, malam itu kami tidur bersama, tanpa busana.

*****************************************************************************************
Rabu – 06.00

Kami akan bersiap kembali menuju base camp, Jenny kini terlihat lebih seksi dari sebelummnya, sebelum ia sibuk hari ini aku mencoba memotretnya.



*****************************************************************************************
Selama 2 hari syuting berjalan lancar, sementara aku dan Jenny semakin lengket saja. Kini saatnya kembali ke kota, aku berjalan agak jauh dibelakang para rombongan yang sudah tak cukup hafal jalan pulang. Jenny melambatkan langkahnya, ia lalu berbisik ditelinga.

"Mas kemaren kok aku bisa nafsu banget ya sama mas"
"Selain itu aku jadi punya tenaga super gitu mas, gag punya capek"
"Kamu juga mas, kok bisa perkasa banget, biasanya kalau aku bercinta sama orang, mereka cepet banget keluarnya"

Aku tak menjawab hanya tersenyum kecil.

"kok malah senyum-senyum sendiri mas?"
"Haha, sebenernya aku iseng aja mbak masukin daun purwoceng ke mie yang kita makan, tak kira itu buat nambah stamina, eh ternyata marai ngaceng juga mbak"
"hah? Itu daun apa mas?"

Aku berhenti sejenak, sedikit berjongkok lalu mengambil sehelai daun, kuberikan pada Jenny.

"Ini lho mbak"

Jenny mengambil daun itu dari tanganku, lalu tersenyum penuh arti.

"Mas, fotoin dong"



*******************************************************************************************
SEKIAN CERITA YANG DAPAT SAYA SUGUHKAN, SEMOGA DAPAT MENGHIBUR SUHU-SUHU SEKALIAN
 
Terakhir diubah:
Wah menarik nih ceritanya dilanjutin donk gan kalo ada foto ssi nudenya jenny cortez lebih mantab lagi :semangat:
 
Posting ini mungkin mengandung spam.
Jangan Quote.
Laporkan ke staff forum dengan klik link "Laporkan".
 
Yang penting jangan muncak ke lawu dulu bro, gw aja abis ikut madamin api disono kemaren :D. .
 
iki temen ta hayalan sih...wkwkwkkwkw btw...manteb..critanya...di tunggu cerita2 purwaceng yg laen brooo
 
Cerita : Petualangan Rimba
Penulis : alat_pemuas

Isi cerita : dibuka dengan narasi yang cukup menarik, majas-majas yang bagus sebagai penggambaran suasana. Lalu scene berlanjut ke chat antara rimba dan ita, lalu penulis menampilkan banyak skrinsut percakapan, ini sangat-sangat mengganggu dan terkesan penulis malas menjabarkannya kedalam sebuah cerita, ditambah kata2 "Biarlah SS dibawah yang berbicara :" seolah penulis ingin bilang, 'baca aja sendiri chatnya'

Scene berlanjut ke pertemuan rimba dan ita, lalu terjadilah permainan sex antara mereka, Masuk pertengahan dimuai petualangan bersama jeni cortez untuk acara televisi. Disini kemistri antara rimba dan jeni kurang tergali, alurnya juga kurang berkembang.

Petualangan rimba sebuah tema cerita yang menarik, dibuka dengan narasi yang sangat berkelas, tapi sayang penulis tidak mampu mempertahankannya, hingga kelanjutan cerita menjadi terkesan buru-buru. Juga tidak ada kesinambungan antara scene dicerita ini, terkesan putus begitu saja.

Sex scene : cukup panas meski tidak ada pembangunan sisi erotisme di dalam cerita.

Layout : banyak tanda baca yang salah, terutama saat dialog. Dan juga banyak kata yang disingkat seperti gpp.

Sekian review dari saya, mohon maaf kalo ada kata yang kurang berkenan :ampun:
 
Cerita : Petualangan Rimba
Penulis : alat_pemuas

Isi cerita : dibuka dengan narasi yang cukup menarik, majas-majas yang bagus sebagai penggambaran suasana. Lalu scene berlanjut ke chat antara rimba dan ita, lalu penulis menampilkan banyak skrinsut percakapan, ini sangat-sangat mengganggu dan terkesan penulis malas menjabarkannya kedalam sebuah cerita, ditambah kata2 "Biarlah SS dibawah yang berbicara :" seolah penulis ingin bilang, 'baca aja sendiri chatnya'

Scene berlanjut ke pertemuan rimba dan ita, lalu terjadilah permainan sex antara mereka, Masuk pertengahan dimuai petualangan bersama jeni cortez untuk acara televisi. Disini kemistri antara rimba dan jeni kurang tergali, alurnya juga kurang berkembang.

Petualangan rimba sebuah tema cerita yang menarik, dibuka dengan narasi yang sangat berkelas, tapi sayang penulis tidak mampu mempertahankannya, hingga kelanjutan cerita menjadi terkesan buru-buru. Juga tidak ada kesinambungan antara scene dicerita ini, terkesan putus begitu saja.

Sex scene : cukup panas meski tidak ada pembangunan sisi erotisme di dalam cerita.

Layout : banyak tanda baca yang salah, terutama saat dialog. Dan juga banyak kata yang disingkat seperti gpp.

Sekian review dari saya, mohon maaf kalo ada kata yang kurang berkenan :ampun:

Terima kasih suhu willdick atas reviewnya, keterbatasan waktu mungkin menjadi kendala saya, karena takut kehabisan waktu, beberapa scene yang sudah saya pikirkan terpaksa saya skip. SS sebenarnya sebagai pemanis sehingga cerita lebih terlihat nyata. kalo sempat akan cerita ini akan coba perbaiki dan akan dipost ulang, , TERIMA KASIH LKTCP 2015 ATAS PANGGUNG YANG SUDAH DIBERIKAN ! ! !
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd