Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Poèmes et poésie d'amour - KUMPULAN SAJAK-SAJAK NUBI

Bimabet


Lembar Impian Usang

Kita sama sama terpejam.....
Aku memeram kelam
Sedangkan kau lelap dlm peraduan

Kita sama sama berjalan,
Ku tapaki jalan jalan tak bertuan
Sementara kau petakan arah menuju pulang

Dalam guci tanah liat....di bawah ranjang
Ku simpan lembar lembar impian usang

Kelak akan kuceritakan
Bila kau terbangun dari mimpi panjang....

 


Sekeranjang mimpi

Tumpukan rindu dalam ku
Aku tak yakin, apa akan sampai padamu
Atau tergeletak begitu saja
Tak bernyawa
Tak mampu berkata

Sekali saja, sayang
Bayang gelombang itu
Hampiri landai sisa waktu kita

Lalu aku akan pergi
Bawa sekeranjang mimpi itu

Apa aku kan sampai pada teduh matamu?
Sekali saja kuukir cinta disitu

Lalu akan kusembah
Segala dewa dalam segala rupa bunga
Jika saja aku tahu bagaimana rasanya, memilikimu
 


Mimpi yang tak dibeli

Pemimpi dari kaki-kaki sunyi.
Pindai seruni tarian kali...
Rintih lirih-lirih gelatik putih
Disini..disini pernah tercecer hati pemimpi itu
Amisnya seperti baru tadi pagi

Sajak sajak merenggang...
Senja enggan singgah, sekedar rebah
Pemimpi kesepian.....
Dipinggiran jalan lepuh diejek siang
"mimpimu kosong!"

Pemimpi sendiri
Punguti pecahan-pecahan mimpi
Tangisi iba lambat-lambat pergi...
 


Sejengkal Ranjang

Selalu ada celah
Tempat gelisah bergulung,
Mengubah alur cerita

Melesat dari kata
Tajamkan rasa,
Yang kian patah...

Jikapun aku dewa
Masih saja tak mampu ku ubah arah cahaya

Padahal ranjang hanya sejengkal
Tapi kau membuatnya begitu lebar
Hingga masing masing kita tidur berlainan sisi

Dan tiba tiba hujan mengusik....
Memaksa kita menerima malam
Yang basah kuyup oleh airmata!
 


Gadis Di Bangku Taman

Seorang gadis,
Duduk manis di bangku taman...
Menunggui kekasihnya datang

Kenangan tentang kembang dan ciuman,
Membuatnya mampu bertahan.

Kerelaan belia memancar dari matanya yang berbinar
Meski jilatan terik matahari terasa lebih barbar dan liar.

Ia meremas gaun birunya
Membayangkan bahu kekasihnya yang kekar.

Ah.***dis di bangku taman....
Gemar bermain dengan khayalan

Gadis di bangku taman,
Tak pernah lagi terlihat di taman

Kudengar ia telah diperdaya oleh khayalannya sendiri
Yang tak pernah menjanjikannya ciuman ataupun kembang!
 


Nestapa Jiwa

Tak perlu suguhkan air
Walau airmata tak lagi mengalir
Dan bilur-bilur telah mengering di bibir
Serta ucapanmu yang terngiang getir

Jemari telunjuk tunjuk ke dada
buyar lelehan airmata
disini bermuara, aliran menuju jiwa

Dari sekian bintang ku pilih
tak satu kerlip melirih

dari sekian gelap malam ku rintih
tak satu tangan datang meraih

Lekuk luka setubuhi aliran sungai lena
Karang-karang lelah berantukan pada musim begitu nestapa

Elang merah kehilangan arah,
Jelata diperdaya angin yang marah

Ahh...masih tak sanggup aku terka
Apa yang dulu buatmu gelap mata?

Namun sang waktu terlanjur bersauh
Larungkan ku kian menjauh

Tak perlu punguti abu masa lalu
Kekasihku,

Pejamkan kelopak mata
Dan saat kau buka
Aku tiada!
 


Kembang Kuning

Setangkup kembang
Mungkin tak akan cukup untuk ditabur diatas mimpi tlah suri

Sebaik sajak kan terasa naif
Untuk mengenang musim yang tersapu angin

Ufuk timur seakan menutup diri
Dari cahaya yang mengiba pada kaki pagi

Setibanya aku di depan pintu hatimu
Membawa serta remah remah mimpi yg terlanjur lebur dikoyak emosi

Rumput semedi
Hujan menyirami dirinya sendiri

Sunyi

 


Perasaan Hampa

Kekosongan separuh baya
Menjelma pada rupa pelupuk jiwa
Pucat cahaya purnama pada kelopak mata
Terpaannya begitu buatmu gelisah

Apa yang harus kuhantar pada sang dewa
Airmatamu kah?
Atau bunga kasmaran-mu yang mengusang?

Langit begitu sepi
Tepian taman masih muram

Kilau ungu kecubung
Yang urung tersemat
Kepergian mu yang terlampau cepat....
 



Lara Hati

Masih sempat terekam dalam ingatan
Sebelum petang menjelma malam,
Dan kutang-mu belum lagi terpasang
Sesekali kan kutemui kau disini...

Sebelum bayangmu berkelabat
Kubebat luka dengan kain hitam
Aku merunduk menahan kesepian
Entah telah sampai mana ribuan duka rayapi sukma

Seliris lagu miris menyapaku saat gerimis
Serupa anak panah yang robeki raga
Aku masih termangu
Menantikan mu

Ah sang maha lembut, segerakanlah musim dingin ini berakhir...
Agar kubangun rumah dari batu dan kayu
Dengan cintamu sebagai perekat nadir.

 


Kuda Betina

Kau terlepas...
Bagai kuda betina sedang birahi
Airmata,
Bahkan lantunan doa sang nabi,
Tak cukup kuat memagarimu..

Aku dungu..termangu
Sesat di buai gairah semu
Sayang, cintamu tak seharum syair syairmu,
Yang kau tebarkan kesegala penjuru mata angin kuil sepi
Lalu dipuja para pengagung mimpi....

Maka berlalulah..wanita musim semi ku
Biarlah pria lain yang mengintip dari lukaku

Menghampirimu...
 


Lelah

Mata sudah jenuh
Bahu ku berlumuh peluh
Cintamu memekik tinggi sampai ke surga

Kulum demi kulum kutangisi dengan darah
Tak kembali ...ataupun singgah

Malaikat bintang rupanya telah mengajakmu berkelana
Tinggalkan celah celah hatiku yang dulu katamu indah

Aku lelah dengan romansa
Lelah dengan gairah
Dengan bibir basah yang haus cinta

Aku sudah lelah dengan ranjang
Dan hasratmu yang murahan!

 


Nelangsa

Mengapa begitu bernafsu mengumbar kata
Lalu terburu buru bercinta
Besok aku masih disini
Bersemadi dari sunyi ke sunyi

Mengapa berdegup jantungmu begitu rupa
Besok mungkin akan ada luka

Mengapa nelangsa saat berpisah?
Jika raga selalu bertemu, lalu mau apa?
Lalu kita bisa apa?
Hidup tak cuma soal bercinta,bukan?

Hidup tak sekedar tutupi kekosongan dengan tawa
Hidup adalah kehampaan yang mesti dilalui
Detik demi detiknya

 


Rana sendu

Jentik bulan sabit
Cahayanya melisik
Lembut namun pasti

Senandung haru
Gelayuti rana sendu
Mata sayu terhanyut

Lemah denyut diatas dipan tipis
Lemah terbaring menahan tangis

Isak pecah.. Lumuri malam dengan duka
Bidadari tak kuasa menari
Walau harum sejuta kembang dan mantra

Semesta resah
Semakin lemah denyut tersisa

Lembut namun pasti
Cinta perlahan beranjak pulang....

 


Kembang Yang Tak Lagi Wangi

Ada yang tak mampu ku jelaskan
Selepas bentang petang
Dibalik matahari yang perlahan muram

Selalu ada gelisah tak tertuang
Pada jiwa paling dalam
Saat rindu rambati malam

Dan lagi lagi aku terperosok
Ke lubang hitam

Harga sebuah diri yang mati...
Nurani terkhianati
Di jalanan sepi
Kembang yang tak lagi wangi

Sunyi....
 


Musim Sendu

Musim sendu..musim sendu
Melahirkan bagiku bulir bulir rindu
Semai sebelum nyaris luka membiru

Lihatlah kelopak mahkota yang terjatuh adalah putra-putri mimpi ku yang layu
Tersemat pada rambut duka yang sesat

Lalu angin bulan Desember datang merenggut! Terserabut!
Terlena
Nestapa

Betapa hampir aku lupa lenggok pinggang di malam cinta.... Adalah awal semua derita!

 


Malam ini, kau dan aku

Apa masih kau simpan, senyummu yang dulu sempat kucumbui?
Malam ini, ingin rasanya mengembara dalam-dalam
Rasuki magis masa silam

Peradaban menyiksa ku begitu rupa
Menggiring luka yang tak sempat terekam pada lembar-lembar kertas

Lena ...
Lalu senja pagi mampir sekedar menyapa

Renta..
Hari hari berjalan begitu saja, dan kulitku... kurasa menua

Masih saja kau, entah dimana!
Cinta memang sudah tak ada
Tapi mengapa masih menggilai mu

Aneh...
Mungkin aku gila
Mungkin, kau yang gila!

Entahlah
Sejak dulu kita tak mampu maknai jiwa!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd