NYAMBUNG UPDATE...
Masih dihari senin, saat itu jam bubaran sekolah telah tiba. Saat dimana para siswa dan siswi juga para staff baik itu para pengajar atau pekerja tatausaha berhamburan dari sekolah itu.
Di ruang kepala sekolahpun suasana tidak kalah ramainya. Suara desahan dari sekelompok orang yang tengah bersetubuh saling sahut menyahut diruangan tersebut.
Diatas sofa terlihat pak Risman sang kepala sekolah tengah terlentang menikmati goyangan bu Astri yang dengan binal menggoyangkan pinggulnya guna mencari kenikmatan dari kemaluan sang kepala sekolah yang menerobos vaginanya.
Sedangkan pergumulan yang terjadi diatas meja pak Risman pun tak kalah panasnya. Bu Indah hanya bisa mengangkangkan selangkangannya disana, tatkala mang Yono dengan buas mengeluarmasukan penis kebanggaannya kedalam vagina seorang guru cantik bernama Indah.
Tak mau kalah, dilantai beralaskan karpet diruangan itu. Bu Ernita tengah kerepotan mengimbangi keganasan pak Janudi dan Aldo. Dimana guru cantik dan semok itu kini sedang di sandwich oleh murid dan atasannya. Vagina dan anusnya terlihat dijejali penis-penis perkasa yang membuatnya hanya bisa menjerit-jerit histeris.
Sementara itu, diparkiran sekolah tampak bu Gita yang sedang gelisah. Sebentar-sebentar ia melihat jam tangannya atau mencoba menghubungi seseorang dengan handphonenya. "Duh kemana sih bu Astri, ko aku disuruh nunggu?" Gumam bu Gita yang terlihat tak sabar dan mencoba mengirim pesan dengan ponselnya.
"Yu berangkat bu...udah siap?" Sebuah suara yang membuat bu Gita kaget dan hampir menjatuhkan ponsel yang ia pegang.
"Eh bu Astri...kaget saya..!" Ucap bu Gita saat melihat seseorang yang barusan menyapanya. "Kemana dulu bu? Saya nunggu udah satu jam loh?" Lanjutnya lagi.
"Agak sibuk dikit bu sama bapak kepala sekolah...yuk berangkat...!" Jawab bu Astri sambil menjulurkan tangannya meraih tangan bu Gita.
Namun bu Gita agak heran saat itu, karena bu Astri tidak sendiri. Dengan berbisik bu Gita bertanya. "Bu...ko ada bu Ernita...malu ah!" Bisiknya pelan.
"Oh...tenang aja bu, justru bu Ernita yang kasih ide ini sama saya...dia udah tau ko, ya kan bu Erni?" Jawab bu Astri sambil menoleh ke arah bu Ernita yang membuat bu Gita semakin merasa malu dan mencubit pinggang bu Astri.
"Hmmm tenang aja bu Gita...kita akan bantu bu Gita ko..!" Ucap bu Ernita dengan senyuman yang menenangkan tersungging diwajahnya.
Setengah jam berlalu, tanpa terasa tiga orang guru cantik dan seksi itu telah sampai ditempat yang mereka tuju.
"ini dia rumahnya pak Wirya bu..." Ucap bu Gita didepan pagar sebuah rumah yang cukup mewah.
Ya, itu adalah rumah seorang rentenir yang mana telah diceritakan sebelumnya bahwa keluarga bu Gita terlilit hutang pada rentenir tersebut.
Beberapa kali bu Gita memijit bell rumah tersebut, hingga seseorang datang membukakan pintu gerbang rumah itu.
"Aa...ada perlu sama siapa?" Ucap orang yang membukakan pintu barusan, ia agak tergagap melihat tiga wanita cantik berpakaian pengajar mendatangi rumah majikannya.
"Pak Wiryanya ada...?" Tanya bu Astri mewakili teman-temannya.
Orang yang membukakan pintu tersebut lalu mempersilahkan ketiganya masuk dan menyuruh mereka menunggu di ruang tamu rumah tersebut.
Setengah jam mereka menunggu, hingga orang yang mereka tunggu datang. Terlihat sebelum menghampiri para guru cantik, sang tuan rumah mengantar seorang wanita cantik berdandan menor ke depan pintu rumahnya. Lalu setelah wanita itu pergi, dengan langkah santai ia menghampiri bu Gita dkk.
"Maaf menunggu lama ibu-ibu...barusan ada yang melakukan pembayaran bunga pinjaman..." Ucap pak Wirya sambil duduk diatas sofa didepan tamu-tamunya dengan mata tajam memperhatikan ketiga tamunya.
"Aduh pangling saya...neng Gita ternyata, ada apa neng?" Ucap pak Wirya setelah mengetahui siapa yang ingin bertemu dengannya.
Namun ketika ia melihat satu-persatu ketiga wanita tersebut, pak Wirya sangat kaget melihat bu Ernita. Ia masih ingat bagaimana goyangan wanita berjilbab ini ketika melayaninya ditempat lokalisasi kemarin. Rupanya selain terlihat alim wanita itu juga merupakan seorang guru.
Tak kalah kagetnya dengan pak Wirya, bu Ernita pun merasa sama. Tak disangka orang yang ditunggunya adalah orang yang berhasil merayunya kemarin ditempat lokalisasi saat dirinya tengah mengantar bu Indah menjual tubuhnya.
Namun bu Ernita segera menutupi kegugupannya. Dengan binal ia mengedipkan matanya kepada pak Wirya dan menjulurkan lidahnya menjilati bibir tipisnya sendiri.
Melihat itu kontan saja membuat pak Wirya belingsatan. Penisnya nampak menggelembung karena ia saat itu hanya memakai sarung.
"Pak saya mau minta keringannan atas hutang-hutang ayah saya" ucap bu Gita mengagetkan pak Wirya yang sedang berkhayal.
"Oh...iya...eh...apa?" Ucap pak Wirya tergagap karena kaget. "Keringanan apalagi yang neng mau..?" Lanjut pria paruh baya itu bertanya dengan nada yang agak tinggi.
"Begini pak, dalam sepuluh hari saya cuma bisa bayar pokok pinjamannya saja..." Ucap bu Gita kembali berucap yang kini membuat pak Wirya mengernyitkan dahinya.
"Ooohhh...nggak..***k bisa...saya gak mau tau sepuluh hari saya minta uang saya dikembalikan berikut bunganya..." Ucap pak Wirya sambil berdiri dan menunjuk-nunjuk bu Gita yang kini ikut berdiri.
"Kalau bunganya saya bayar dengan ini gimana pak?" Ucap bu Gita sambil membuka kancing-kancing baju seragamnya, dan sambil berjalan ia membuka bajunya memperlihatkan perut yang rata dan payudara yang menonjol yang masih dibalut BH warna hitamnya.
Pak Wirya hanya bisa melotot sambil beberapa kali menelan ludahnya melihat sosok indah dari tubuh bu Gita yang berjalan ke arahnya. Kulit putih, pantat menungging dan payudara menonjol menajadi daya tarik bu Gita. Belum lagi wajah cantik dengan mata agak sipit dan hidung bangir serta bibir tipis adalah sesuatu yang bisa membuat laki-laki tak bosan memandangnya.
Belum hilang keterkaguman pak Wirya terhadap bu Gita, ia kembali dikagetkan oleh lidah-lidah basah yang menjilati kulit rahang hingga mengulum telinga kiri dan kanannya. Rupanya bu Astri dan bu Ernita telah menggelayut mesra di pundak kiri dan kanan pak Wirya.
"Bagaimana pak Wirya...hhhh" ucap bu Gita sambil merangkulkan tangannya dan menggoyangkan pinggulnya di selangkangan pak Wirya.
Pak Wirya hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia menyetujui tawaran bu Gita.
EKSE...
Rentenir paruh baya itu nampak beruntung sekali. Terlihat ia sekarang tengah bergumul dengan tiga orang guru wanita cantik diatas sofa ruang tamu dirumahnya. Pak Wirya bagaikan seorang raja yang sedang dilayani selir-selirnya. Dimana ia sekarang tengah duduk telanjang.
Dibawah terlihat bu Ernita bersimpuh dan tengah mengulum penis besar pria paruh baya itu. Bu Ernita masih mengingat bagaimana penis pak Wirya membuatnya hampir tak bisa berdiri kemarin ditempat lokalisasi.
Sedangkan bu Gita terlihat mencengkram rahang pak Wirya dengan tangan kanannya seolah-olah memaksa pak Wirya untuk saling melumat bibir dengannya.
Rasa frustasi dan ketidak berdayaan bu Gita memikirkan hutang-hutang ayahnya terhadap pak Wirya membuatnya berani melakukan apa saja.
Sedangkan bu Astri yang saat itu tengah menggelitik puting sebelah kiri pak Wirya dengan lidah basahnya terus mendesah-desah nakal.
Bu Astri dan bu Ernita merasa iba dengan masalah yang dihadapi bu Gita hingga mereka berdua memutuskan untuk membantu bu Gita. Awalnya bu Ernita hanya memberi solusi terhadap bu Gita tanpa ingin ikut andil, namun ketika mengetahui siapa yang dihadapi bu Gita akhirnya ia pun memutuskan untuk membantu rekannya tersebut.
Jerit dan lenguhan bu Gita terdengar dirumah itu saat penis besar pak Wirya berhasil ia lesakan kedalam vaginanya.
"Hhhhhh...owhhhh...entot...innnih...ewe...memekh gitah wiryahhh an***g...!" Kata-kata kasar nan kotor terdengar keluar dari bibir seorang wanita yang berprofesi sebagai guru.
Seks memang bisa merubah segalanya. Bagaimana seorang alim sekalipun dapat berubah menjadi binal ketika kenikmatan seksual diperolehnya.
...Tritttt...triiitttt...triiittt...
Wasit terdengar membunyikan peluit tanda pertandingan babak pertama berakhir...
Kita nantikan babak kedua setelah pesan2 berikut ini...
Maaf yeee...waktunya ane gawe dulu...