GheorgeHagi
Suka Semprot
- Daftar
- 12 Sep 2019
- Post
- 13
- Like diterima
- 204
Cerita ini hanyalah fiktif belaka.
ENJOY THE SHOW!
“Put!”
“Putri!”
“Putri Marcelina!”
Teriakan terdengar memanggil seorang gadis cantik berhijab. Wajahnya imut dan menggemaskan, namun memliki body yang tidak kalah menggoda. Putri Marcelina, namanya. Dia kini merupakan seorang mahasiswi di salah satu kampus di ibukota provinsi tatar sunda. Berasal dari salah satu kota penyangga ibukota negara, putri memiliki dandanan modis yang membuatnya kerap menjadi lirikan senior-senior yang mencoba menarik perhatiannya.
“Apa sih, Win?” Balas Putri
“Hari ini jadi ngga? Makalah harus selese minggu ini lho. Kapan lagi mau ngerjain coba. Lo kan so sibuk mulu”
“Yee... enak aja lo. Yaudah dimana?”
“Di rumah gue aja. Ntar gue ajak Lusi juga”
“Yaudah, sampai nanti non winda”
“Kampret lo, Put. Awas aja kalo sampe nanti gak dateng”
Putri nyengir kecil. Ia bergegas menuju kamar mandi. Membetulkan kerudungnya. Cukup sepi, mengingat toilet wanita ini terletak di lantai 4 dan berposisi di ujung gedung D. Cukup terpencil. Apalagi hari sudah lewat siang bolong dan berangsur-angsur menuju sore. Dan, benar aja. Tidak ada orang lain di sepanjang lorong. Di toilet pun sama. Putri melihat keadaan sekitar, cukup sepi. Ia membuka, kerudungnya. Membiarkan hitam rambutnya tergerai. Cukup cantik, ketika ia memandang wajahnya sendiri. Dengan paras cantik dan body yang cukup menggoda, menjadi sebuah anomali jika Putri tidak memiliki pacar. Memang tidak, ia terlalu pemilih.
Putri memperhatikan setiap garis wajahnya. Ia cukup bersyukur dan sedikit heran, di usianya yang hampir 21 tahun. Ia masih memilki wajah seperti anak baru SMA. Sangat imut, menggemaskan dan baby face. Ia berpikir ia masih bisa berpura-pura mengenalkan diri sebagai ABG sekolah menengah kepada orang yang tidak kenal.
Pandangannya kembali turun pada dadanya. Sejenak ia memperhatikan payudaranya. Merubah posisi berdiri supaya ia bisa melihat payudaranya dari angle lain. Tidak terlalu besar, tapi sekal dan padat. Payudara yang belum tersentuh oleh tangan lelaki manapun. Walaupun ia sangat mendambakannya. Hal yang terjadi kemudian adalah ia kerap membelai-belai halus payudaranya sendiri. Membuat darahnya menjadi naik. Putri menarik bajunya kebelakang yang membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas.
Dadanya, ramping tubuhnya membuat ia menjadi terangsang. Perlahan membuka tiga buah kancing atas kemejanya, mengeluarkan bra hitam yang menahan bongkahan payudara ranum. Bra hitam itu mengintip malu-malu. Putri menurunkan bahu kemejanya, membuat sebelah bra dan payudaranya menyembul keluar dan terpampang cukup berani. Ahh ... Putri meremas halus. Mukanya memerah, ia menggigit bibir bawahnya. Dan tanpa sadar, sebelah tangganya mulai merambah area selangkangannya yang terbalut celana bahan hitam panjang. Sentuhan halus di area vagina sedikit membuat putri tersengat listrik.
“Ah gila gue kalo sange sendiri disini” desahan Putri ringan.
Putri sedikit tersadar, bahaya kalau ada yang memergokinya yang sedang bermasturbasi di toilet kampus. Kalau perempuan yang memergoki, mungkin ia akan dilaporkan. Malu? Pasti. Kemungkinan juga bakal dikeluarkan.
Kalau laki-laki yang memergoki, ah dia tidak bisa membayangkan. Dia pasti akan habis dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu birahi. Walaupun dia sange sendiri, tapi gila saja. Putri tidak ingin keperawanannya diambil oleh orang yang bahkan dia tidak tau siapa. Apalagi diperawani di toilet kampus. Fuck, bitch. I won’t happen.
Putri merapihkan kembali pakaiannya, memasang kembali pashmina dan kembali berdandan agar ia nampak cantik. Setelah selesai, ia bergegas keluar.
Pulang.
Eh, bukan. Jangan pulang. Putri baru ingat seharusnya datang ke rumah Winda sore ini. Teman kuliahnya yang sudah akrab sejak masa ospek jurusan dulu.
Winda juga cantik. Dadanya lebih besar dari Putri. Dia tidak bisa menebak berapa ukurannya. Tidak aneh mengingat badan Winda lebih berisi. Tidak gendut, semok mungkin istilahnya. Pinggulnya juga lebih besar dari Putri. Winda punya pacar, seingat Putri. Ah sudahlah, Putri tidak mau tau urusan itu. Pun perihal apakah Winda pernah having sex atau tidak, Putri juga tidak peduli.
Sedangkan Lusi, dengan tubuh yang tinggi. Lusi cukup proporsional. Tinggi tubuh, berat badan, ukuran payudara, semuanya pas! Lusi juga sangat cantik. Putri pernah berpikir Lusi sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang bintang porno. Lusi tidak berdandan atau ber-fashion apapun juga cowok-cowok bakalan ngaceng. Oh, tidak, bukan, bukan. Salah, harus di revisi.
Putri, Winda, dan Lusi, tidak ngapa-ngapain juga akan membuat cowok ngaceng!
ENJOY THE SHOW!
PUTRI MARCELINA
PART 1“Put!”
“Putri!”
“Putri Marcelina!”
Teriakan terdengar memanggil seorang gadis cantik berhijab. Wajahnya imut dan menggemaskan, namun memliki body yang tidak kalah menggoda. Putri Marcelina, namanya. Dia kini merupakan seorang mahasiswi di salah satu kampus di ibukota provinsi tatar sunda. Berasal dari salah satu kota penyangga ibukota negara, putri memiliki dandanan modis yang membuatnya kerap menjadi lirikan senior-senior yang mencoba menarik perhatiannya.
“Apa sih, Win?” Balas Putri
“Hari ini jadi ngga? Makalah harus selese minggu ini lho. Kapan lagi mau ngerjain coba. Lo kan so sibuk mulu”
“Yee... enak aja lo. Yaudah dimana?”
“Di rumah gue aja. Ntar gue ajak Lusi juga”
“Yaudah, sampai nanti non winda”
“Kampret lo, Put. Awas aja kalo sampe nanti gak dateng”
Putri nyengir kecil. Ia bergegas menuju kamar mandi. Membetulkan kerudungnya. Cukup sepi, mengingat toilet wanita ini terletak di lantai 4 dan berposisi di ujung gedung D. Cukup terpencil. Apalagi hari sudah lewat siang bolong dan berangsur-angsur menuju sore. Dan, benar aja. Tidak ada orang lain di sepanjang lorong. Di toilet pun sama. Putri melihat keadaan sekitar, cukup sepi. Ia membuka, kerudungnya. Membiarkan hitam rambutnya tergerai. Cukup cantik, ketika ia memandang wajahnya sendiri. Dengan paras cantik dan body yang cukup menggoda, menjadi sebuah anomali jika Putri tidak memiliki pacar. Memang tidak, ia terlalu pemilih.
Putri memperhatikan setiap garis wajahnya. Ia cukup bersyukur dan sedikit heran, di usianya yang hampir 21 tahun. Ia masih memilki wajah seperti anak baru SMA. Sangat imut, menggemaskan dan baby face. Ia berpikir ia masih bisa berpura-pura mengenalkan diri sebagai ABG sekolah menengah kepada orang yang tidak kenal.
Pandangannya kembali turun pada dadanya. Sejenak ia memperhatikan payudaranya. Merubah posisi berdiri supaya ia bisa melihat payudaranya dari angle lain. Tidak terlalu besar, tapi sekal dan padat. Payudara yang belum tersentuh oleh tangan lelaki manapun. Walaupun ia sangat mendambakannya. Hal yang terjadi kemudian adalah ia kerap membelai-belai halus payudaranya sendiri. Membuat darahnya menjadi naik. Putri menarik bajunya kebelakang yang membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas.
Dadanya, ramping tubuhnya membuat ia menjadi terangsang. Perlahan membuka tiga buah kancing atas kemejanya, mengeluarkan bra hitam yang menahan bongkahan payudara ranum. Bra hitam itu mengintip malu-malu. Putri menurunkan bahu kemejanya, membuat sebelah bra dan payudaranya menyembul keluar dan terpampang cukup berani. Ahh ... Putri meremas halus. Mukanya memerah, ia menggigit bibir bawahnya. Dan tanpa sadar, sebelah tangganya mulai merambah area selangkangannya yang terbalut celana bahan hitam panjang. Sentuhan halus di area vagina sedikit membuat putri tersengat listrik.
“Ah gila gue kalo sange sendiri disini” desahan Putri ringan.
Putri sedikit tersadar, bahaya kalau ada yang memergokinya yang sedang bermasturbasi di toilet kampus. Kalau perempuan yang memergoki, mungkin ia akan dilaporkan. Malu? Pasti. Kemungkinan juga bakal dikeluarkan.
Kalau laki-laki yang memergoki, ah dia tidak bisa membayangkan. Dia pasti akan habis dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu birahi. Walaupun dia sange sendiri, tapi gila saja. Putri tidak ingin keperawanannya diambil oleh orang yang bahkan dia tidak tau siapa. Apalagi diperawani di toilet kampus. Fuck, bitch. I won’t happen.
Putri merapihkan kembali pakaiannya, memasang kembali pashmina dan kembali berdandan agar ia nampak cantik. Setelah selesai, ia bergegas keluar.
Pulang.
Eh, bukan. Jangan pulang. Putri baru ingat seharusnya datang ke rumah Winda sore ini. Teman kuliahnya yang sudah akrab sejak masa ospek jurusan dulu.
Winda juga cantik. Dadanya lebih besar dari Putri. Dia tidak bisa menebak berapa ukurannya. Tidak aneh mengingat badan Winda lebih berisi. Tidak gendut, semok mungkin istilahnya. Pinggulnya juga lebih besar dari Putri. Winda punya pacar, seingat Putri. Ah sudahlah, Putri tidak mau tau urusan itu. Pun perihal apakah Winda pernah having sex atau tidak, Putri juga tidak peduli.
Sedangkan Lusi, dengan tubuh yang tinggi. Lusi cukup proporsional. Tinggi tubuh, berat badan, ukuran payudara, semuanya pas! Lusi juga sangat cantik. Putri pernah berpikir Lusi sudah lebih dari cukup untuk menjadi seorang bintang porno. Lusi tidak berdandan atau ber-fashion apapun juga cowok-cowok bakalan ngaceng. Oh, tidak, bukan, bukan. Salah, harus di revisi.
Putri, Winda, dan Lusi, tidak ngapa-ngapain juga akan membuat cowok ngaceng!