Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rahasia Lukisan Kuno

9. Mendung Kelabu Dunia Persilatan

Untuk kesekian kalinya, sungai telaga kembali bergoncang dengan berita serbuan partai Mo- Kauw di perkabungan ketua Hoa-San-Pai, Master Yu-Kang di markas besar Hoa-San-Pai. Pada pertempuran tersebut masing-masing pihak terluka baik di pihak kaum persilatan Tiong-goan maupun di pihak Mo-Kauw namun dengan demikian genderang perang telah berbunyi, untuk selanjutnya dunia persilatan akan mengalami pertempuran berdarah. Dalam pertempuran tersebut partai Hoa-San-Pai mengalami kerusakan yang paling parah, murid-muird Hoa-San-Pai banyak yang binasa di tangan anggota Mo-Kauw. Memang sejak awal, partai Mo-kauw sudah merencanakan untuk menghancurkan partai Hoa-San-Pai terlebih dahulu, baru berikutnya partai- partai lainnya.

Berita yang tak kalah menghebohkan lainnya adalah tentang jago muda yang disebut-sebut tunas muda paling berbakat selama ratusan tahun terakhir yaitu Li Kun Liong, diberitakan merupakan anggota partai Mo-Kauw bahkan paman gurunya adalah salah satu tetua Mo-Kauw. Kaum persilatan rata-rata sangat menyayangkan hal ini sebab harapan untuk kembali berhasil mengusir partai Mo-Kauw dari Tiong-Goan semakin tipis dengan bergabungnya jago paling lihai di angkatan muda saat ini dengan partai Mo-kauw.

Angkatan muda yang menonjol lainnya seperti Tiauw-Ki, Kok Bun Liong dari Kay-Pang, Lu-Gan dari Go-Bi-Pai, Sie-Han-Li dari Bu-Tong-Pai, masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan Li Kun Liong.

Berita tersebut menyebar dengan cepat dengan kecepatan kilat, namun sangat disayangkan seperti umumnya terjadi, berita yang sampai sudah berubah versinya, ada yang dilebih-lebihkan sehingga efeknya jauh lebih dramatis.

Mendung mulai menyelimuti rimba persilatan, dalam beberapa bulan ke depan partai Mo-Kauw mulai mengerakkan semua kekuatannya. Setelah partai Hoa-Sa-Pai dihancurkan, giliran Go-Bi-Pai di serbu partai Mo-Kauw. Tanpa perlawanan berarti, markas besar Go-Bi-Pai dapat dihancurkan, banyak murid-murid Go-Bi-Pai yang mati dan tertawan pihak Mo-Kauw. Keberhasilan pihak Mo- Kauw dalam penyerbuan di Go-Bi-Pai juga tidak terlepas dari belum sembuhnya ketua Go-Bi-Pai, Ong-Sun-Tojin yang telah terluka parah pada pertempuran di Hoa-San-Pai oleh bokongan tetua Mo-Kauw, Tok-tang-lang. Dalam penyerbuan kali ini, Ong-Sun-Tojin tewas mengenaskan di tangan murid utama Mo-Kauw Ciang-Gu-Sik sedangkan murid utamanya Lu-Gan berhasil melarikan diri dengan luka-luka berat dan menghilang tak ketentuan rimba.

Setelah Go-Bi-Pai berhasil dihancurkan, pergerakan pihak Mo-Kauw berhenti sementara untuk mengumpulkan tenaga sebelum menyerbu partai-partai lainnya. Namun partai-partai kecil seperti Ceng-Sia-Pai, Khong-Tong-Pai, Ciong-Lam-Pai, dan lain-lain telah ditaklukan partai Mo-kauw dengan mudah.
Melihat keadaan tersebut, ketua biara Shao-Lin, Siang-Jik-Hwesio berinisiatif mengundang para ciangbujin tujuh partai utama untuk melakukan pertemuan puncak di Shao-Lin-Pai guna membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk menghalangi rencana pihak Mo-Kauw menguasai rimba persilatan Tiong-Goan.

--- 000 ---

Kuil Shao-lin berdiri di lereng barat Gunung Song-shan, tidak jauh dari keresidenan Henan. Kuil Shao-lin terkenal sebagai pemimpin dunia persilatan dengan ilmu silat para bhiksunya yang melegenda di seluruh rimba persilatan, di samping dikenal sebagai pusat kelahiran dan pengembangan agama Buddha aliran Cha'n di Tiong-Goan.

Kuil Shao-lin pada awalnya dibangun tahun 495 atas perintah Kaisar Xiaowen sebagai tempat beribadah seorang rahib Buddha asal India bernama Bartuo. Baru kemudian tahun 527 rahib asal India lainnya bernama Dharma (yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tatmo Cauwsu) datang dan mengajar di kuil ini. Dharma merupakan generasi ke-28 dari Buddha Kasgapa atau Buddha Sakyamuni.

Kuil Shao-lin telah mengalami beberapa kali musibah yang menghancurkan kuil dan dibangun kembali pada jaman kerajaan Ming dan kerajaan Ching.
Sekalipun mengalami beberapa kali musibah, kuil Shao-lin masih tetap berdiri megah. Sebelum memasuki kuil Shao-lin, para pengunjung akan masuk melewati gerbang utama yang disebut Gerbang Gunung. Ini gerbang terdepan. Di atas gerbang masuk ini adalah papan nama dengan tulisan kaligrafi yang berbunyi Shao-Lin-She ( Kuil Shao-lin). Tulisan kaligrafi ini dibuat oleh Kaisar Kangxi dari kerajaan Qing.

Begitu memasuki gerbang ini, para pengunjung akan memasuki bangunan utama kuil. Sebelum memasuki bangunan utama kuil, mereka harus melewati satu bangunan gerbang yang berpintu kokoh terbuat dari kayu. Bangunan ini disebut Bangunan Para Dewa Penjaga dan merupakan gerbang masuk lapis kedua ke bangunan utama. Di kanan-kiri pintu gerbang lapis kedua ini berdiri gagah sepasang patung vajra setinggi sekitar dua meter, yang disebut Jenderal Heng dan Jenderal Ha. Di balik pintu masuk lapis kedua ini berdiri empat patung yang disebut sebagai patung dewa penjaga pintu masuk.

Bangunan utama merupakan bangunan terbesar di antara bangunan-bangunan dalam lingkungan kuil Shao-lin. Bangunan yang dibangun pada zaman kerajaan Jin ini memiliki tiga patung Buddha dipuja di dalam bangunan utama ini. Bangunan ini merupakan tempat utama kegiatan para bhiku Shao-lin.
Selain bangunan utama ini, masih ada beberapa bangunan lainnya diantaranya, dua bangunan yang paling menarik adalah bangunan Aula Seribu Buddha yang dibangun pada zaman kerjaani Ming dan bangunan Aula Jubah Putih yang dibangun pada zaman kerajaan Qing. Pada dinding Aula Seribu Buddha ada lukisan yang menggambarkan "lima ratus Arhat sedang menyembah Buddha". Hal yang menarik dari aula ini adalah lantainya. Pada lantai aula ini beberapa bagian tampak amblas akibat bertahun-tahun kena jejak kaki para bhiksu yang berlatih kungfu di ruangan tersebut.

Di dalam Aula Jubah Putih terdapat lukisan ilmu silat Shao-Lin pada dindingnya. Lukisan ini menggambarkan beberapa pola gerakan kungfu Shao-lin sebagai petunjuk bagi para bhiksu Shao- Lin dalam melatih ilmu silatnya.
Di belakang kuil Shao-Lin merupakan tempat keramat, tidak sembarang bhiksu diijinkan memasuki daerah tersebut. Konon kabarnya di daerah terlarang tersebut terdapat sebuah bongkah batu gunung yang disebut Batu Bayangan karena pada batu tersebut secara samar- samar tampak guratan-guratan yang menyerupai orang sedang duduk meditasi. Konon gambar tersebut dihasilkan dari pantulan bayangan rahib Dharma (Tatmo Cauwsu) yang duduk meditasi menghadap dinding sebuah goa di Gunung Song-shan selama 9 tahun (527-536). Sekarang ini goa tersebut menjadi tempat samadhi para tiang-lo Shao-Lin.

Di lingkungan kuil Shao-Lin banyak terdapat puluhan pohon tua, batang pepohonan tersebut terdapat lubang-lubang bekas tusukan kedua jari telunjuk dan jari tengah. Rupanya pohon-pohon tersebut menjadi sasaran para bhiksu Shao-lin berlatih ilmu totok atau ilmu jari besi.

Pada awalnya para bhiksu kuil Shao-Lin tidak mempelajari ilmu silat, mereka hanya mempelajari ajaran Buddha, namun hal tersebut berubah sejak P'u-t'i Tamo (Bodhi Dharma), seorang pendeta Budha bangsa India yang datang ke Tiongkok sekitar tahun 505 - 556 AD. P'u-t'i Tamo menetap di kuil Shao-Lin, mengembangkan ajaran Buddha Ch'an (Zen).

Suatu hari beliau tampak terkejut karena hampir sebagian besar para bhiksu terlihat terkantuk- kantuk saat mengikuti pelajaran agama. Sejak itu para bhiksu Shao-Lindiwajibkan berlatih 18 jurus kungfu Penyehat Tubuh yang dibawa dari India. Kungfu tersebut ditujukan untuk menyehatkan tubuh para bhiksu, karena mereka harus duduk berjam-jam mendengarkan pelajaran agama. Kungfu tersebut ternyata di kemudian hari memberikan warna khusus pada ilmu silat Shao-Lin-Pai.

Dengan berjalannya waktu, apalagi sepeninggal P'u-t'i Tamo, kedelapanbelas jurus kungfu penyehat tubuh tersebut hampir saja hilang, dilalaikan oleh para bhiksu. Untunglah, seorang muda ahli Kung Fu tangan kosong dan pedang masuk menjadi bhiksu di kuil Siauw Liem. Beliau, yang kelak kemudian berjuluk Ciok Yen Shang Ren, dengan tekun dan sungguh-sungguh mulai membenahi ke-18 jurus tersebut dan mencampurnya dengan ilmu Kung Fu-nya. Terciptalah ilmu yang baru, 72 jurus, yang dinamakan Shao-lin Kung Fu, karena tercipta di kuil Shao-Lin.

Untuk mencari pendekar ahli Kung Fu yang bisa menyempurnakan ilmunya, beliau mengembara. Ketika berada di kota Lancow, beliau melihat seorang tua dihadang oleh seorang penjahat yang bertubuh kekar. Anehnya, ketika penjahat itu melancarkan serangan, hanya dengan ketukan jari tangan yang tampaknya dilakukan dengan ringan membuat penjahat itu jatuh pingsan. Beliau memperkenalkan diri dan secara jujur menceritakan tujuan pengembaraannya. Ternyata orang tua itu adalah pendekar Kim Na Jiu (Jujitsu versi Kung Fu). Orang tua itu cuma menyebut nama marganya, Lie. Dengan perantaraan orang tua itu, beliau dapat berkenalan dengan pendekar Pai Ie Fung, pendekar tanpa tanding dari keresidenan Shansi, Henan dan Hopei. Ketulusan hati Ciok Yen Shang Ren dapat mengetuk hati kedua pendekar tersebut, sehingga mereka mau tinggal di kuil Shao-Lin untuk menyusun suatu ilmu baru berdasar ke-18 jurus Kungfu Penyehat Tubuh warisan Tatmo Cou Su, ditambah ke-72 jurus Kung Fu Ciok Yen Shang Ren, dan digabungkan dengan ilmu kedua pendekar itu sendiri. Demikian, akhirnya tercipta 182 jurus Shaolin Kung Fu yang dapat dibagi dalam lima macam permainan Kung Fu: Liong-Kun (Jurus Naga), Houw-Kun (jurus harimau), Pa-Kun (Jurus Macan Tutul), Coa-Kun (Jurus Ular) dan Ho-Kun (Jurus Bangau).

Suatu pagi yang cerah tanpa kabut di puncak gunung Song-Shan dimana kuil Shao-Lin berdiri dengan megah tampak lima orang orang tua sedang bercakap-cakap dengan serius di dekat hutan yang rimbun di bagian sebelah kiri kuil Shao-Lin.
Mereka adalah ketua biara Shao-Lin-Pai Siang-Jik-Hwesio, ketua Bu-Tong-Pai Tiong-Pek-Tojin, ketua Thai-San-Pai Master The-Kok-Liang, ketua Kay-Pang Kam-Lokai, dan ketua Kun-Lun-Pai Sie- Han-Cinjin. Ketujuh partai utama sekarang hanya tertinggal lima partai saja, partai Hoa-San-Pai dan Go-Bi-Pai telah tercerai berai dihancurkan pihak Mo-Kauw.

Dalam pembicaraan tersebut mereka sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan masing- masing dan saling memberi khabar secepatnya bila partai mereka di serbu pihak Mo-Kauw hingga partai lainnya dapat segera memberi bantuan.

Mereka juga meyinggung tentang Li Kun Liong yang dituduh sebagai antek pihak Mo-Kauw, Master The-Kok-Liang dengan tegas tidak percaya Li Kun Liong adalah anggota Mo-Kauw, dia lalu menceritakan sepak terjang susiok Li Kun Liong, Tok-tang-lang yang telah di usir dari perguruan bahkan hampir membunuh suhengnya sendiri Gan-Khi-Coan yang berjuluk Sin-Kiam-Bu-Tek (Dewa pedang tanpa tanding) yang adalah guru Li Kun Liong, hingga tidak mungkin Li Kun Liong bekerjasama dengan susioknya yang murtad tersebut.
"Omitohud, memang masalah ini kita tidak boleh terburu-buru menuduh seseorang sembarangan sebelum adanya bukti-bukti kuat" kata Siang-Jik-Hwesio bijaksana.
"Mudah-mudahan Kun Liong dapat membersihkan nama baiknya dan dapat membantu dunia persilatan yang saat ini dalam keadaan genting" sahut Master The-Kok-Liang.

"Shao-Lin saat ini sudah mengutus murid penutup Tiang-Pek-Hosiang (ketua biara Shao-Lin terdahulu) yaitu bhiksu muda Hun-Lam-Hwesio untuk menyerapi keadaan dunia persilatan saat ini sekaligus mencari tahu rencana berikutnya pihak Mo-Kauw." Kata Siang-Jik-Hwesio.
"Taysu, kabarnya Hun-Lam-Hwesio ini merupakan tunas muda paling berbakat dari Shao-Lin dan sudah menguasai ilmu silat Shao-Lin yang hebat-hebat, bahkan penjahat-penjahat muda terlihai Liok-Lim yaitu Cap-sah-thian-mo (13 iblis besar) berhasil di basmi Hun-Lam-Hwesio, apakah berita tersebut benar?" tanya Tiong-Pek-Tojin.

Sambil tersenyum Siang-Jik-hwesio mengangguk dan menjawab "Memang saat ini sute Hun- Lam merupakan murid Shao-Lin yang paling berbakat selama seratusan tahun ini di kalangan murid-murid Shao-Lin, namun ilmu silat sangat luas, masih banyak tunas-tunas muda lainnya yang mungkin belum kita kenal atau tidak mau menonjolkan diri seperti sute Tiong-Pek-tojin, Sie-Han-Li atau murid utama Sie-Han-Cinjin, Tio Sun atau murid Master The-Kok-Liang, Tang Bun An serta murid-murid Kay-Pang seperti Tiauw-Ki dan Kok Bun Liong."
"Wah, rupanya diam-diam taysu yang jarang berkelana di sungai telaga memiliki kuping yang tajam juga" kata Kam-Lokai tertawa terbahak-bahak.
"Yaah, kita yang sudah tua ini patut bersyukur partai kita memiliki tunas muda yang dapat mengangkat nama harum partai masing-masing" kata Sei-Han-Cinjin sambil mengelus jenggotnya.

Selagi para tokoh utama Bu-lim ini bercakap-cakap, nampak seorang bhiksu muda berjalan mendekat dengan terburu-buru. Bhiksu tersebut menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Siang-Jik-Hwesio. Segera setelah membaca pesan yang tertera di tulisan tersebut, Siang-jik- Hwesio berkata dengan wajah serius "Lohu mendapatkan berita penting dari sute Hun-Lam yang mengawasi gerak-gerik pihak Mo-Kauw. Menurutnya pihak Mo-Kauw sekarang sedang bersiap-siap menyerbu Shao-Lin dalam waktu dekat ini, menunggu kedatangan kauwcu mereka, Sin-Kun-Bu- Tek yang akan terjun langsung memimpin penyerangan kali ini.

Berita tersebut diterima dengan rasa kaget oleh para ketua partai utama, serta merta mereka berunding cara terbaik menghadapinya.
"Sebaiknya kita menjadikan Shao-Lin sebagai pusat pertahanan dalam pertempuran dengan pihak Mo-Kauw" saran Sie-Han-Cinjin.
"Lohu setuju, daripada melawan mereka sendiri-sendiri, lebih baik kita bersatu, hasilnya mungkin dapat menahan serbuan mereka" sambung Tiong-Pek-Tojin.
"Menurut kabar yang tersiar, Sin-Kun-Bu-Tek telah berhasil menembus tingkat tertinggi ilmu Thian-Te-Hoat (ilmu langit bumi), melebihi gurunya terdahulu. Sebaiknya kita mempersiapkan siapa yang akan menandingi kauwcu tersebut?"

"Dulu dalam pertempuran lima puluh tahun yang lalu, suhu Tiang-Pek-Hosiang pernah bergebrak dengan Sin-Kun-Bu-Tek dan hasilnya berimbang, tapi waktu itu Sin-Kun-Bu-Tek baru menguasai tingkat ke lima ilmu tersebut, entah bagaimana sekarang. Sedangkan suhu sekarang setelah mengundurkan diri dari kedudukan ketua biara, bertapa di belakang kuil ini bersama para tiang-lo, tidak pernah keluar lagi." kata Siang-Jik-Hwesio
"Mungkin lohu juga perlu memberitahu insu untuk meminta pendapatnya" kata Tiong-Pek- Tojin.
"Kita juga perlu berhati-hati dengan murid utama Sin-Kun-Bu-Tek, Ciang-Gu-Sik. Dengan jujur harus lokai akui ilmu silatnya lebih tinggi, waktu pertempuran di Hoa-San-Pai kalau tidak dibantu sutit Kok-Bun-Liong, mungkin lokai sudah menelan kekalahan yang memalukan" kata Kam-Lokai serius.

Akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan Shao-Lin-Pai sebagai pusat pertahanan untuk menahan serbuan pihak Mo-Kauw.
Tiong-Pek-Tojin segera kembali ke Bu-Tong-Pai yang letaknya tidak jauh dari Shao-Lin-Pai bersama-sama Master The-Kok-Liang. Untuk sementara karena letak partainya jauh sekali, Master The-Kok-Liang berdiam di tempat sahabat karibnya Tiong-Pek-Tojin sedangkan Sie-Han-Cinjin yang letak partainya juga cukup jauh sementara menginap di Shao-Lin-Pai. Kam-Lokai menetap di markas cabang terdekat Kay-pang dan memerintahkan anggota-anggota Kay-Pang segera datang ke Shao-Lin-Pai untuk membantu Shao-Lin-Pai.

10. Pertempuran Besar
 
Wah bakal seru nih lanjutannya..
Gak sabar menunggu hari esok..
Hehehehehe..
 
Semoga TS bisa update secara reguler,biar 'feels'nya dapat atau gregetnya tetap terjaga. Maaf kalo reply begini,tapi,,, jujur saja,saya yakin ini mewakili para reader penggemar cerbung silat panas dari suhu Frantines. Ini merupakan suatu bentuk apresiasi saya untuk anda. Tetap semangat suhu :beer:
 
Wah ternyata cendol nggak bisa dikirim tiap hari bro....
Semangat brader...:)
 
Semoga TS bisa update secara reguler,biar 'feels'nya dapat atau gregetnya tetap terjaga. Maaf kalo reply begini,tapi,,, jujur saja,saya yakin ini mewakili para reader penggemar cerbung silat panas dari suhu Frantines. Ini merupakan suatu bentuk apresiasi saya untuk anda. Tetap semangat suhu :beer:

Siippp,......and thanks berat atas perhatiannya. Saya selalu berusaha untuk update tiap hari di sela-sela kesibukan saya nich, kecuali Sabtu dan Minggu kadang sempat kadang ngga cause harus ternak teri :p
 
10. Pertempuran Besar

Berita akan diserbunya Shao-Lin-Pai oleh pihak Mo-Kauw menyebar dengan cepat dan menjadi pembicaraan di mana-mana. Banyak kaum persilatan yang mendengar berita tersebut segera berbondong-bondong menuju kuil Shao-Lin. Diantara mereka ada yang ingin membantu, namun banyak juga yang sekedar ingin melihat keadaan, belum pernah dalam sejarah puluhan tahun ini, umat persilatan bersatu padu melawan pihak Mo-Kauw. Rasa persatuan yang ditunjukkan antara sesama kaum kangouw ini telah membuat kaum bu-lim merasa optimis dapat membendung gerakan Mo-Kauw.

Kuil Shao-Lin mendadak kebanjiran tamu-tamu yang berdatangan dari segala penjuru, mereka yang datang terdiri atas bermacam-macam orang, ada pengemis, pendeta, wanita, ada yang berpotongan seperti siucai bahkan dengan lagak orang gila pun ada. Semua diterima dengan tangan terbuka oleh para bhiksu Shao-Lin, mereka semua menginap di sekitar gunung Song-Shan di tempat yang telah disediakan oleh pihak Shao-Lin-Pai. Namun saking banyaknya tamu yang datang, tempat yang disediakan tidak mencukupi sehingga dengan inisatif sendiri, kaum kangouw banyak yang tidur beratapkan langit atau di atas pepohonan besar yang banyak terdapat di sekitar gunung.

Banyak pula kaum kangouw yang tidak mau menyusahkan pihak tuan rumah, mereka membawa makanan sendiri dan mendirikan semacam tenda untuk menginap. Diperkirakan ribuan orang telah berdatangan dan semakin bertambah setiap harinya.

Penjagaan kuil Shao-Lin makin diperketat, berjaga-jaga terhadap mata-mata Mo-Kauw yang menyusup di antara para tamu.
Suasana gunung Song-Shan yang biasanya tenang dan sepi mendadak berubah menjadi ramai. Di waktu malam cahaya rembulan dan kelap-kelip bintang menyebar ke seluruh angkasa, bersinar sangat indah sekali. Suasana malam yang gemerlap tampak sangat menakjubkan dilihat dari kaki bukit dengan kelap-kelip cahaya lilin menerangi sekitar puncak gunung Song-Shan.

Untuk mengisi waktu, kaum kangouw yang terpelajar mendendangkan syair yang berjudul "Ketika kembali ke gunung Song-Shan" buah tangan penyair terkenal Wang-Wei...

Kedua tepi sungai bening
terbayang hamparan rumput digenangi air
kereta yang kutumpangi melaju
dengan tenang, santai dan nyaman
oh, aliran air, seakan membersitkan rasa cinta yang dalam
burung-burung senja berbondong-bondong,
satu per satu pulang ke sarang

Benteng tandus dan sunyi
tepat di depan dermaga purba
sisa cahaya mentari senja
penuh sinari gugusan gunung di musim gugur,
perjalanan panjang tak kunjung henti
akhirnya aku kembali ke kaki gunung Song San,
sekali kembali takkan kuterima tamu
sering pula kututup pintu ini.....


Di timpali oleh siucai lainnya...

Kunang-kunang, hendak ke mana......
Kelap-kelip indah sekali
Gemerlap, bersinar seperti bintang di malam hari


Semakin malam suasana semakin ramai, di lamping gunung agak jauh ke dalam nampak kaum kangouw yang menyendiri menjauhi keramaian, mereka lebih suka menunggu di keheningan malam yang sunyi. Mereka umumnya adalah pengelana-pengelana tanpa partai hingga sudah terbiasa hidup di alam terbuka tanpa perlu merepotkan siapa pun dan tidak ingin di ganggu oleh siapa pun. Ilmu silat mereka rata-rata kelas satu, tidak kalah dengan murid-murid partai utama.

Nampak di antara mereka, seorang pemuda berjalan menyendiri menyusuri lereng gunung sebelah dalam. Pemuda tersebut adalah jago kita, Li Kun Liong, yang baru saja tiba di puncak gunung Song-Shan ini. Setelah berpisah dengan Kim Bi Cu yang kembali ke Persia, Li Kun Liong melanjutkan perjalanannya seorang diri, tiap kali berpapasan dengan kaum kangouw yang mengenal dirinya, mereka segera membuang muka atau segera menyingkir dengan pandangan menghina. Rupanya berita mengenai dirinya telah menyebar dengan cepat, namun Li Kun Liong tidak peduli sepanjang mereka tidak menganggunya. Namun diperlakukan demikian terus menerus membuatnya sedikit terganggu, diam-diam ia mengutuk Ong-Sun-Tojin yang telah membuatnya menjadi cemoohan kaum sungai telaga. Di salah satu kota, ia mendapat kabar tentang akan diserangnya Shao-Lin oleh pihak Mo-Kauw. Awalnya ia tidak mempunyai minat untuk ikut campur, dia tidak ingin salah paham semakin tajam dengan kehadirannya di Shao-Lin namun akhirnya hati nuraninya yang menang. Di samping itu Li Kun Liong tahu susioknya pasti berada di sana sedangkan pesan gurunya sampai sekarang belum dapat dilaksanakan hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Shao-Lin. Begitu tiba di kaki gunung Song-Shan, Li Kun Liong menggambil jalan setapak menghindari pertemuan dengan kaum kangouw. Dia memasuki hutan pegunungan tersebut semakin jauh ke dalam dan memutuskan untuk tinggal sementara di situ sambil menunggu kedatangan pihak Mo-Kauw.

Dalam beberapa hari ke depan, para tokoh dan murid-murid utama ke tujuh partai utama telah tiba di kuil Shao-Lin. Dalam gerakan kali ini mereka mengerahkan semua kekuatan partai, mereka sadar nasib partai mereka sekarang tergantung dari hasil pertempuran kali ini. Dari pihak Thai- San-Pai, tampak Tang Bun An berjalan bersama gurunya Master The-Kok-Liang. Tang Bun An yang ditugaskan gurunya untuk mencari jejak Cin-Cin, mendengar berita tersebut di kota Gui-Yin. Ia menduga Cin-Cin pun pasti telah mendengar juga kabar tersebut dan pasti datang ke Shao-Lin hingga ia memutuskan untuk langsung menuju Shao-Lin. Tetapi di sana bukan Cin-Cin yang ia jumpai melainkan suhunya sendiri.

Dari pihak Kay-Pang, mereka telah mengerahkan anggota-anggota terlihai untuk membantu mengusir pihak Mo-Kauw. Mereka di pimpin langsung oleh Kam-Lokai beserta Tiauw-Ki dan Kok- Bun-Liong. Juga terlihat murid-murid Bu-Tong-Pai di pimpin oleh Tiong-Pek-Tojin diiringi sutenya Sie Han Li. Dari pihak Kun-Lun-Pai juga telah datang bersama Sie-Han-Cinjin, murid utamanya Tio Sun yang berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Wajah Tio Sun cukup tampan dengan bentuk rahang yang kokoh dan dahi yang menonjol menandakan ilmu silat yang dikuasainya tidak dapat di anggap remeh. Di samping itu juga nampak hadir sisa-sisa murid-murid Hao-San-Pai dan Go-Bi- Pai yang telah dihancurkan pihak Mo-Kauw sebelumnya. Kedatangan mereka di sambut dengan rasa simpati oleh kaum persilatan yang hadir, mereka umumnya hendak membalas dendam terhadap Mo-Kauw atas kebinasaan suhu dan saudara-saudara seperguruan mereka. Diantara mereka tidak tampak murid terlihai Go-Bi-Pai, Lu-Gan. Sampai sekarang tidak ada kabar beritanya sejak menghilang dalam serbuan Mo-Kauw di markas besar Go-Bi-Pai. Tidak ada yang tahu apakah Lu-Gan masih hidup atau telah binasa akibat luka-lukanya yang parah.

--- 000 ---


Waktu menyingsing fajar
Pagi sunyi senyap
Matahari bersinar
Mengganti malam g'lap
Nampak sekuntum bunga persik
Di dalam hutan
Bermekaran dengan indahnya


Suasana puncak gunung Song-Shan masih sepi di pagi yang cerah ini, belum nampak kegiatan dari kaum kangouw, hanya beberapa di antara mereka yang sudah bangun, kecuali di kuil Shao- Lin. Pagi-pagi sekali para bhiksu sudah bangun dan melakukan doa bersama sebelum melakukan kegiatan masing-masing.

Ada yang menyapu halaman, mengotong air, membersihkan lantai dan bagian-bagian gedung. Di ruangan berlatih silat nampak puluhan bhiksu sedang berlatih bersama di pimpin seorang bhiksu senior dengan aba-aba yang keras untuk menambah semangat berlatih.

Kegiatan hari itu baru saja di mulai namun di kaki bukit Song-San sudah kelihatan kesibukan yang luar biasa, nampak dua barisan yang panjang berkelok-kelok bagaikan tubuh naga mendaki menuju puncak gunung. Barisan tersebut terdiri atas ribuan orang dengan memakai seragam tempur berwarna kuning dan merah, masing-masing di pimpin oleh seorang komandan di bagian depan. Mereka adalah barisan Mo-Kauw yang telah tiba di kaki gunung sejak tengah malam tanpa diketahui pihak kaum persilatan Tiong-goan. Gerakan meraka kali ini memang dilakukan secara diam-diam, kedatangan mereka memang disengaja tiba pada tengah malam hingga memiliki tempo beberapa jam untuk beristirahat.

Di pagi harinya baru mereka bergerak kembali menuju kuil Shao-Lin di puncak gunung Song- Shan.
Kedatangan pihak Mo-Kauw ini segera di ketahui oleh para murid Shao-Lin yang sedang berjaga-jaga, dengan cepat mereka mengabarkan berita tersebut ke atas gunung. Bunyi lonceng kuil Shao-Lin yang bertalu-talu menandakan sesuatu yang penting terjadi membangunkan kaum persilatan yang sebagian besar masih tidur nyenyak. Dengan mata kemerahan dan wajah yang kaget, mereka mendengar kabar tibanya pasukan Mo-Kauw. Situasi segera menjadi kalang kabut, mereka yang berjiwa pengecut dan datang hanya datang untuk gagah-gagahan saja supaya dapat menceritakan kepada khalayak ramai bahwa mereka ikut serta dalam pertempuran ini menjadi pucat wajahnya dan diam-diam segera mengeloyor pergi ke arah berlawanan.

Sedangkan murid-murid partai utama sedikit lebih tenang dan tertib, mereka segera berkumpul menjadi satu menuju ruangan utama untuk menerima petunjuk dari guru masing-masing.

Kedatangan pasukan Mo-kauw pagi-pagi sekali memang mengagetkan dan diluar perkiraan sehingga dari segi strategi pihak Mo-Kauw selangkah lebih maju. Namun untuk mencapai kuil Shao-Lin sebenarnya masih dibutuhkan waktu yang cukup lama sehingga sebenarnya kaum persilatan Tiong-goan tidak perlu panik, justeru kepanikan yang ditunjukkan menandakan persiapan mereka yang kurang.

Para tokoh partai utama semuanya nampak hadir di ruangan utama kuil Shao-Lin, wajah mereka tenang dan siap sedia menghadapi segala sesuatu. Ketenangan ini membantu meredakan kepanikan sesaat yang barusan terjadi bahkan mereka yang tadi ikut-ikutan panik sekarang merasa sedikit malu hati, mereka mengambil posisi masing-masing. Dengan tegang mereka menanti munculnya pasukan Mo-kauw.

Tak berapa lama kemudian, sayup-sayup terdengar derap langkah barisan Mo-kauw menaiki puncak gunung Song-Shan. Mula-mula kelihatan ke dua pimpinan barisan Mo-Kauw tersebut. Pemimpin barisan berpakaian kuning adalah seorang pria berusia empat puluh tahunan, dengan tubuh yang besar dan sedikit kumis, berjalan dengan tegap memimpin barisannya. Dia sudah belasan tahun mengabdi di pihak Mo-Kauw, dulunya ia seorang bandit besar yang malang melintang di Tiong-goan barat sebelum ditaklukan Ciang Gu Sik dan bersedia menjadi anggota Mo- Kauw. Julukannya adalah Thi-kah-kim-kong (si raksasa berbadan baja). Ilmu silatnya terutama mengandalkan kekuatan badannya yang tak mempan senjata hasil latihan ilmu weduk yang luar biasa, Ciang-Gu-Sik sendiri butuh waktu ratusan jurus untuk menaklukannya sehingga tidak heran ia dipercaya memimpin barisan pasukan kuning dari Mo-kauw.

Sedangkan pemimpin pasukan merah adalah seorang pria kurus berusia limapuluh tahunan, wajahnya terdapat goresan melintang menambah keangkeran wajahnya. Dia berjuluk Hek-Houw (harimau hitam), dulunya ia adalah pemimpin seluruh bajak laut di perairan Po-Hai. Sejak dikalahkan Tok-tang-lang ia masuk menjadi anggota Mo-Kauw dan memimpin pasukan merah ini. Di masa mudanya pun ia pernah kebentur dengan Kiang-Ti-Tojin.

Di bagian tengah barisan tersebut nampak beberapa buah tandu tempat pemimpin utama partai Mo-Kauw. Begitu memasuki puncak gunung barisan tersebut mengeluarkan pekikan bergemuruh ke seluruh puncak gunung Song-Shan. Tujuan mereka adalah untuk melunturkan semangat lawan, lalu dengan tertib mereka mengurung kuil Shao-Lin. Dari tandu-tandu tersebut nampak kelaur Ciang Gu Sik, Ceng Han Tiong, Tok-tang-lang dan kauwcu Mo-Kauw, Sin-Kun-Bu- Tek. Wajahnya segar kemerahan, dalam usia tujuh puluh tahunan ini, semangatnya masih kelihatan bagus. Mereka berjalan memasuki ruangan utama kuil Shao-Lin dan berhenti di tengah- tengah ruangan. Ruangan utama ini penuh sesak oleh kaum rimba persilatan Tiong-goan yang ingin melihat dari dekat tokoh-tokoh puncak Mo-kauw.

Rombongan Mo-Kauw di sambut ketua biara Shao-Lin, Siang-Jik-Hwesio. "Omitohud, selamat datang di kuil kami ini, kauwcu" sapa Siang-Jik-Hwesio.
"Ha..haa..ha..selamat, selamat bertemu. Rupanya taysu yang menjabat sebagai ciangbujin
Shao-Lin-Pai saat ini. Entah bagaimana kabarnya Tiang-Pek-Hosiang?" tanya Sin-Kun-Bu-Tek.
"Insu sekarang sudah tidak mencampuri urusan sehari-hari dan lebih banyak bersamadi di belakang kuil ini untuk memahami lebih mendalam ajaran sang Buddha."

Sambil memandang para ciangbujin partai utama yang berdiri dihadapannya, Sin-Kun-Bu-Tek berkata "Bagaimana dengan Kiang-Ti-Tojin dari Bu-Tong-Pai, apakah turut datang ke sini?"
"Suhu juga telah cuci tangan dari urusan kangouw dan menyerahkan jabatan ketua pada lohu" sahut Tiong-Pek-Tojin.
"Hmm rupanya begitu, kelihatannya teman-teman lama lohu sudah pada mengundurkan diri, tidak ada lagi yang berani keluar menyambut kedatangan lohu" sahut Sin-Kun-Bu-Tek memandang rendah para ketua partai utama ini.

Sambil tersenyum, Siang-Jik-Hwesio berkata "Entah apa maksud kedatangan kauwcu kali ini yang datang jauh-jauh dari negeri Persia?"
"Lohu ingin mewujudkan cita-cita suhu sebelumnya yang sampai akhir hayatnya belum kesampaian. Kelihatannya saatnya memang tepat sekali bagi Mo-Kauw untuk memimpin dunia persilatan Tiong-goan yang semakin lama semakin mundur. Lohu rasa diperlukan bengcu (pemimpin) yang dipatuhi semua kaum sungai telaga.

Pernyataan ketua Mo-Kauw yang sangat takebur dan terang-terangan untuk menguasai dunia persilatan di sambut dengan rasa marah oleh para tetamu yang hadir. Bahkan ketua Ceng-Sia-Pai, Hong-Gun yang berjuluk Thi-ciang-siau-pa-ong (si raja tombak) tidak dapat menahan kemarahannya lagi dan berkata "Selama ini dunia persilatan Tiong-goan justeru tentram-tentram saja bahkan sejak partai Mo-Kauw di usir lima puluh tahun lalu, keadaan kaum sungai telaga damai sama sekali."
"Hmm..siapa engkau berani bicara begitu terhadap lohu" kata Sin-Kun-Bu-Tek sambil mengebaskan tangannya ke arah ketua Ceng-Sia-Pai. Ketua Ceng-Sia-Pai tahu Sin-Kun-Bu-Tek telah melancarkan serangan dibalik kebasan tangannya tersebut namun ia tidak takut. Diam-diam sejak tadi ia telah bersiap siaga sepenuhnya. Dirasakannya serangkum hawa panas mendatangi dirinya, dengan hati tercekat ia menyambutnya dengan mengerahkan seluruh bagian tenaga dalamnya. Kesudahannya membuat kaget seluruh hadirin, tubuh ketua Ceng-Sia-Pai bergoyang- goyang keras menahan hawa tenaga dalam ketua Mo-Kauw ini. Di wajahnya tersembul rasa kejut yang luar biasa, hawa panas yang diterima dirasakanya membakar bagian dalam tubuh. Tenaga dalam yang telah ia kerahkan sepenuhnya tidak dapat menandingi hawa panas tersebut dan menembus jauh ke dalam badannya. Dia ingin mengeluarkan teriakan kesakitan tapi tak sepatah kata pun yang berhasil keluar dari mulutnya, jiwanya telah melayang sebelum tubuhnya perlahan- lahan terkulai jatuh ke lantai. Tubuh ketua Ceng-Sia-Pai ini yang tadinya gagah perkasa, walaupun dari luar kelihatan tidak apa-apa, sebenarnya bagian dalamnya sudah hancur termasuk seluruh tulang tubuhnya.
 
Pertamax ... :haha:

Seru bro tapi sayang li kun liong belum sampai ... :hua:

Cepatlah kau sampai li kun liong ... :haha:

Btw nice update bro ... :jempol:
 
gw cuma bilang"wow! Aku tercengang!"
 
Wow....mesti belajar sabar nih......tokoh kita belum muncul....
 
Wew., pertempurannya dimulain besok niy kyknya :haha:

:semangat: suhuuu :suhu:
:jempol:

ƍak sabaran nunggu apdetan :mindik:

Kalo sabtu minggu ternak teri* berarti libur yah boz :o

*anter anak anter istri
:Peace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd