9. Mendung Kelabu Dunia Persilatan
Untuk kesekian kalinya, sungai telaga kembali bergoncang dengan berita serbuan partai Mo- Kauw di perkabungan ketua Hoa-San-Pai, Master Yu-Kang di markas besar Hoa-San-Pai. Pada pertempuran tersebut masing-masing pihak terluka baik di pihak kaum persilatan Tiong-goan maupun di pihak Mo-Kauw namun dengan demikian genderang perang telah berbunyi, untuk selanjutnya dunia persilatan akan mengalami pertempuran berdarah. Dalam pertempuran tersebut partai Hoa-San-Pai mengalami kerusakan yang paling parah, murid-muird Hoa-San-Pai banyak yang binasa di tangan anggota Mo-Kauw. Memang sejak awal, partai Mo-kauw sudah merencanakan untuk menghancurkan partai Hoa-San-Pai terlebih dahulu, baru berikutnya partai- partai lainnya.
Berita yang tak kalah menghebohkan lainnya adalah tentang jago muda yang disebut-sebut tunas muda paling berbakat selama ratusan tahun terakhir yaitu Li Kun Liong, diberitakan merupakan anggota partai Mo-Kauw bahkan paman gurunya adalah salah satu tetua Mo-Kauw. Kaum persilatan rata-rata sangat menyayangkan hal ini sebab harapan untuk kembali berhasil mengusir partai Mo-Kauw dari Tiong-Goan semakin tipis dengan bergabungnya jago paling lihai di angkatan muda saat ini dengan partai Mo-kauw.
Angkatan muda yang menonjol lainnya seperti Tiauw-Ki, Kok Bun Liong dari Kay-Pang, Lu-Gan dari Go-Bi-Pai, Sie-Han-Li dari Bu-Tong-Pai, masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan Li Kun Liong.
Berita tersebut menyebar dengan cepat dengan kecepatan kilat, namun sangat disayangkan seperti umumnya terjadi, berita yang sampai sudah berubah versinya, ada yang dilebih-lebihkan sehingga efeknya jauh lebih dramatis.
Mendung mulai menyelimuti rimba persilatan, dalam beberapa bulan ke depan partai Mo-Kauw mulai mengerakkan semua kekuatannya. Setelah partai Hoa-Sa-Pai dihancurkan, giliran Go-Bi-Pai di serbu partai Mo-Kauw. Tanpa perlawanan berarti, markas besar Go-Bi-Pai dapat dihancurkan, banyak murid-murid Go-Bi-Pai yang mati dan tertawan pihak Mo-Kauw. Keberhasilan pihak Mo- Kauw dalam penyerbuan di Go-Bi-Pai juga tidak terlepas dari belum sembuhnya ketua Go-Bi-Pai, Ong-Sun-Tojin yang telah terluka parah pada pertempuran di Hoa-San-Pai oleh bokongan tetua Mo-Kauw, Tok-tang-lang. Dalam penyerbuan kali ini, Ong-Sun-Tojin tewas mengenaskan di tangan murid utama Mo-Kauw Ciang-Gu-Sik sedangkan murid utamanya Lu-Gan berhasil melarikan diri dengan luka-luka berat dan menghilang tak ketentuan rimba.
Setelah Go-Bi-Pai berhasil dihancurkan, pergerakan pihak Mo-Kauw berhenti sementara untuk mengumpulkan tenaga sebelum menyerbu partai-partai lainnya. Namun partai-partai kecil seperti Ceng-Sia-Pai, Khong-Tong-Pai, Ciong-Lam-Pai, dan lain-lain telah ditaklukan partai Mo-kauw dengan mudah.
Melihat keadaan tersebut, ketua biara Shao-Lin, Siang-Jik-Hwesio berinisiatif mengundang para ciangbujin tujuh partai utama untuk melakukan pertemuan puncak di Shao-Lin-Pai guna membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk menghalangi rencana pihak Mo-Kauw menguasai rimba persilatan Tiong-Goan.
--- 000 ---
Kuil Shao-lin berdiri di lereng barat Gunung Song-shan, tidak jauh dari keresidenan Henan. Kuil Shao-lin terkenal sebagai pemimpin dunia persilatan dengan ilmu silat para bhiksunya yang melegenda di seluruh rimba persilatan, di samping dikenal sebagai pusat kelahiran dan pengembangan agama Buddha aliran Cha'n di Tiong-Goan.
Kuil Shao-lin pada awalnya dibangun tahun 495 atas perintah Kaisar Xiaowen sebagai tempat beribadah seorang rahib Buddha asal India bernama Bartuo. Baru kemudian tahun 527 rahib asal India lainnya bernama Dharma (yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tatmo Cauwsu) datang dan mengajar di kuil ini. Dharma merupakan generasi ke-28 dari Buddha Kasgapa atau Buddha Sakyamuni.
Kuil Shao-lin telah mengalami beberapa kali musibah yang menghancurkan kuil dan dibangun kembali pada jaman kerajaan Ming dan kerajaan Ching.
Sekalipun mengalami beberapa kali musibah, kuil Shao-lin masih tetap berdiri megah. Sebelum memasuki kuil Shao-lin, para pengunjung akan masuk melewati gerbang utama yang disebut Gerbang Gunung. Ini gerbang terdepan. Di atas gerbang masuk ini adalah papan nama dengan tulisan kaligrafi yang berbunyi Shao-Lin-She ( Kuil Shao-lin). Tulisan kaligrafi ini dibuat oleh Kaisar Kangxi dari kerajaan Qing.
Begitu memasuki gerbang ini, para pengunjung akan memasuki bangunan utama kuil. Sebelum memasuki bangunan utama kuil, mereka harus melewati satu bangunan gerbang yang berpintu kokoh terbuat dari kayu. Bangunan ini disebut Bangunan Para Dewa Penjaga dan merupakan gerbang masuk lapis kedua ke bangunan utama. Di kanan-kiri pintu gerbang lapis kedua ini berdiri gagah sepasang patung vajra setinggi sekitar dua meter, yang disebut Jenderal Heng dan Jenderal Ha. Di balik pintu masuk lapis kedua ini berdiri empat patung yang disebut sebagai patung dewa penjaga pintu masuk.
Bangunan utama merupakan bangunan terbesar di antara bangunan-bangunan dalam lingkungan kuil Shao-lin. Bangunan yang dibangun pada zaman kerajaan Jin ini memiliki tiga patung Buddha dipuja di dalam bangunan utama ini. Bangunan ini merupakan tempat utama kegiatan para bhiku Shao-lin.
Selain bangunan utama ini, masih ada beberapa bangunan lainnya diantaranya, dua bangunan yang paling menarik adalah bangunan Aula Seribu Buddha yang dibangun pada zaman kerjaani Ming dan bangunan Aula Jubah Putih yang dibangun pada zaman kerajaan Qing. Pada dinding Aula Seribu Buddha ada lukisan yang menggambarkan "lima ratus Arhat sedang menyembah Buddha". Hal yang menarik dari aula ini adalah lantainya. Pada lantai aula ini beberapa bagian tampak amblas akibat bertahun-tahun kena jejak kaki para bhiksu yang berlatih kungfu di ruangan tersebut.
Di dalam Aula Jubah Putih terdapat lukisan ilmu silat Shao-Lin pada dindingnya. Lukisan ini menggambarkan beberapa pola gerakan kungfu Shao-lin sebagai petunjuk bagi para bhiksu Shao- Lin dalam melatih ilmu silatnya.
Di belakang kuil Shao-Lin merupakan tempat keramat, tidak sembarang bhiksu diijinkan memasuki daerah tersebut. Konon kabarnya di daerah terlarang tersebut terdapat sebuah bongkah batu gunung yang disebut Batu Bayangan karena pada batu tersebut secara samar- samar tampak guratan-guratan yang menyerupai orang sedang duduk meditasi. Konon gambar tersebut dihasilkan dari pantulan bayangan rahib Dharma (Tatmo Cauwsu) yang duduk meditasi menghadap dinding sebuah goa di Gunung Song-shan selama 9 tahun (527-536). Sekarang ini goa tersebut menjadi tempat samadhi para tiang-lo Shao-Lin.
Di lingkungan kuil Shao-Lin banyak terdapat puluhan pohon tua, batang pepohonan tersebut terdapat lubang-lubang bekas tusukan kedua jari telunjuk dan jari tengah. Rupanya pohon-pohon tersebut menjadi sasaran para bhiksu Shao-lin berlatih ilmu totok atau ilmu jari besi.
Pada awalnya para bhiksu kuil Shao-Lin tidak mempelajari ilmu silat, mereka hanya mempelajari ajaran Buddha, namun hal tersebut berubah sejak P'u-t'i Tamo (Bodhi Dharma), seorang pendeta Budha bangsa India yang datang ke Tiongkok sekitar tahun 505 - 556 AD. P'u-t'i Tamo menetap di kuil Shao-Lin, mengembangkan ajaran Buddha Ch'an (Zen).
Suatu hari beliau tampak terkejut karena hampir sebagian besar para bhiksu terlihat terkantuk- kantuk saat mengikuti pelajaran agama. Sejak itu para bhiksu Shao-Lindiwajibkan berlatih 18 jurus kungfu Penyehat Tubuh yang dibawa dari India. Kungfu tersebut ditujukan untuk menyehatkan tubuh para bhiksu, karena mereka harus duduk berjam-jam mendengarkan pelajaran agama. Kungfu tersebut ternyata di kemudian hari memberikan warna khusus pada ilmu silat Shao-Lin-Pai.
Dengan berjalannya waktu, apalagi sepeninggal P'u-t'i Tamo, kedelapanbelas jurus kungfu penyehat tubuh tersebut hampir saja hilang, dilalaikan oleh para bhiksu. Untunglah, seorang muda ahli Kung Fu tangan kosong dan pedang masuk menjadi bhiksu di kuil Siauw Liem. Beliau, yang kelak kemudian berjuluk Ciok Yen Shang Ren, dengan tekun dan sungguh-sungguh mulai membenahi ke-18 jurus tersebut dan mencampurnya dengan ilmu Kung Fu-nya. Terciptalah ilmu yang baru, 72 jurus, yang dinamakan Shao-lin Kung Fu, karena tercipta di kuil Shao-Lin.
Untuk mencari pendekar ahli Kung Fu yang bisa menyempurnakan ilmunya, beliau mengembara. Ketika berada di kota Lancow, beliau melihat seorang tua dihadang oleh seorang penjahat yang bertubuh kekar. Anehnya, ketika penjahat itu melancarkan serangan, hanya dengan ketukan jari tangan yang tampaknya dilakukan dengan ringan membuat penjahat itu jatuh pingsan. Beliau memperkenalkan diri dan secara jujur menceritakan tujuan pengembaraannya. Ternyata orang tua itu adalah pendekar Kim Na Jiu (Jujitsu versi Kung Fu). Orang tua itu cuma menyebut nama marganya, Lie. Dengan perantaraan orang tua itu, beliau dapat berkenalan dengan pendekar Pai Ie Fung, pendekar tanpa tanding dari keresidenan Shansi, Henan dan Hopei. Ketulusan hati Ciok Yen Shang Ren dapat mengetuk hati kedua pendekar tersebut, sehingga mereka mau tinggal di kuil Shao-Lin untuk menyusun suatu ilmu baru berdasar ke-18 jurus Kungfu Penyehat Tubuh warisan Tatmo Cou Su, ditambah ke-72 jurus Kung Fu Ciok Yen Shang Ren, dan digabungkan dengan ilmu kedua pendekar itu sendiri. Demikian, akhirnya tercipta 182 jurus Shaolin Kung Fu yang dapat dibagi dalam lima macam permainan Kung Fu: Liong-Kun (Jurus Naga), Houw-Kun (jurus harimau), Pa-Kun (Jurus Macan Tutul), Coa-Kun (Jurus Ular) dan Ho-Kun (Jurus Bangau).
Suatu pagi yang cerah tanpa kabut di puncak gunung Song-Shan dimana kuil Shao-Lin berdiri dengan megah tampak lima orang orang tua sedang bercakap-cakap dengan serius di dekat hutan yang rimbun di bagian sebelah kiri kuil Shao-Lin.
Mereka adalah ketua biara Shao-Lin-Pai Siang-Jik-Hwesio, ketua Bu-Tong-Pai Tiong-Pek-Tojin, ketua Thai-San-Pai Master The-Kok-Liang, ketua Kay-Pang Kam-Lokai, dan ketua Kun-Lun-Pai Sie- Han-Cinjin. Ketujuh partai utama sekarang hanya tertinggal lima partai saja, partai Hoa-San-Pai dan Go-Bi-Pai telah tercerai berai dihancurkan pihak Mo-Kauw.
Dalam pembicaraan tersebut mereka sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan masing- masing dan saling memberi khabar secepatnya bila partai mereka di serbu pihak Mo-Kauw hingga partai lainnya dapat segera memberi bantuan.
Mereka juga meyinggung tentang Li Kun Liong yang dituduh sebagai antek pihak Mo-Kauw, Master The-Kok-Liang dengan tegas tidak percaya Li Kun Liong adalah anggota Mo-Kauw, dia lalu menceritakan sepak terjang susiok Li Kun Liong, Tok-tang-lang yang telah di usir dari perguruan bahkan hampir membunuh suhengnya sendiri Gan-Khi-Coan yang berjuluk Sin-Kiam-Bu-Tek (Dewa pedang tanpa tanding) yang adalah guru Li Kun Liong, hingga tidak mungkin Li Kun Liong bekerjasama dengan susioknya yang murtad tersebut.
"Omitohud, memang masalah ini kita tidak boleh terburu-buru menuduh seseorang sembarangan sebelum adanya bukti-bukti kuat" kata Siang-Jik-Hwesio bijaksana.
"Mudah-mudahan Kun Liong dapat membersihkan nama baiknya dan dapat membantu dunia persilatan yang saat ini dalam keadaan genting" sahut Master The-Kok-Liang.
"Shao-Lin saat ini sudah mengutus murid penutup Tiang-Pek-Hosiang (ketua biara Shao-Lin terdahulu) yaitu bhiksu muda Hun-Lam-Hwesio untuk menyerapi keadaan dunia persilatan saat ini sekaligus mencari tahu rencana berikutnya pihak Mo-Kauw." Kata Siang-Jik-Hwesio.
"Taysu, kabarnya Hun-Lam-Hwesio ini merupakan tunas muda paling berbakat dari Shao-Lin dan sudah menguasai ilmu silat Shao-Lin yang hebat-hebat, bahkan penjahat-penjahat muda terlihai Liok-Lim yaitu Cap-sah-thian-mo (13 iblis besar) berhasil di basmi Hun-Lam-Hwesio, apakah berita tersebut benar?" tanya Tiong-Pek-Tojin.
Sambil tersenyum Siang-Jik-hwesio mengangguk dan menjawab "Memang saat ini sute Hun- Lam merupakan murid Shao-Lin yang paling berbakat selama seratusan tahun ini di kalangan murid-murid Shao-Lin, namun ilmu silat sangat luas, masih banyak tunas-tunas muda lainnya yang mungkin belum kita kenal atau tidak mau menonjolkan diri seperti sute Tiong-Pek-tojin, Sie-Han-Li atau murid utama Sie-Han-Cinjin, Tio Sun atau murid Master The-Kok-Liang, Tang Bun An serta murid-murid Kay-Pang seperti Tiauw-Ki dan Kok Bun Liong."
"Wah, rupanya diam-diam taysu yang jarang berkelana di sungai telaga memiliki kuping yang tajam juga" kata Kam-Lokai tertawa terbahak-bahak.
"Yaah, kita yang sudah tua ini patut bersyukur partai kita memiliki tunas muda yang dapat mengangkat nama harum partai masing-masing" kata Sei-Han-Cinjin sambil mengelus jenggotnya.
Selagi para tokoh utama Bu-lim ini bercakap-cakap, nampak seorang bhiksu muda berjalan mendekat dengan terburu-buru. Bhiksu tersebut menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Siang-Jik-Hwesio. Segera setelah membaca pesan yang tertera di tulisan tersebut, Siang-jik- Hwesio berkata dengan wajah serius "Lohu mendapatkan berita penting dari sute Hun-Lam yang mengawasi gerak-gerik pihak Mo-Kauw. Menurutnya pihak Mo-Kauw sekarang sedang bersiap-siap menyerbu Shao-Lin dalam waktu dekat ini, menunggu kedatangan kauwcu mereka, Sin-Kun-Bu- Tek yang akan terjun langsung memimpin penyerangan kali ini.
Berita tersebut diterima dengan rasa kaget oleh para ketua partai utama, serta merta mereka berunding cara terbaik menghadapinya.
"Sebaiknya kita menjadikan Shao-Lin sebagai pusat pertahanan dalam pertempuran dengan pihak Mo-Kauw" saran Sie-Han-Cinjin.
"Lohu setuju, daripada melawan mereka sendiri-sendiri, lebih baik kita bersatu, hasilnya mungkin dapat menahan serbuan mereka" sambung Tiong-Pek-Tojin.
"Menurut kabar yang tersiar, Sin-Kun-Bu-Tek telah berhasil menembus tingkat tertinggi ilmu Thian-Te-Hoat (ilmu langit bumi), melebihi gurunya terdahulu. Sebaiknya kita mempersiapkan siapa yang akan menandingi kauwcu tersebut?"
"Dulu dalam pertempuran lima puluh tahun yang lalu, suhu Tiang-Pek-Hosiang pernah bergebrak dengan Sin-Kun-Bu-Tek dan hasilnya berimbang, tapi waktu itu Sin-Kun-Bu-Tek baru menguasai tingkat ke lima ilmu tersebut, entah bagaimana sekarang. Sedangkan suhu sekarang setelah mengundurkan diri dari kedudukan ketua biara, bertapa di belakang kuil ini bersama para tiang-lo, tidak pernah keluar lagi." kata Siang-Jik-Hwesio
"Mungkin lohu juga perlu memberitahu insu untuk meminta pendapatnya" kata Tiong-Pek- Tojin.
"Kita juga perlu berhati-hati dengan murid utama Sin-Kun-Bu-Tek, Ciang-Gu-Sik. Dengan jujur harus lokai akui ilmu silatnya lebih tinggi, waktu pertempuran di Hoa-San-Pai kalau tidak dibantu sutit Kok-Bun-Liong, mungkin lokai sudah menelan kekalahan yang memalukan" kata Kam-Lokai serius.
Akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan Shao-Lin-Pai sebagai pusat pertahanan untuk menahan serbuan pihak Mo-Kauw.
Tiong-Pek-Tojin segera kembali ke Bu-Tong-Pai yang letaknya tidak jauh dari Shao-Lin-Pai bersama-sama Master The-Kok-Liang. Untuk sementara karena letak partainya jauh sekali, Master The-Kok-Liang berdiam di tempat sahabat karibnya Tiong-Pek-Tojin sedangkan Sie-Han-Cinjin yang letak partainya juga cukup jauh sementara menginap di Shao-Lin-Pai. Kam-Lokai menetap di markas cabang terdekat Kay-pang dan memerintahkan anggota-anggota Kay-Pang segera datang ke Shao-Lin-Pai untuk membantu Shao-Lin-Pai.
10. Pertempuran Besar