Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RUMAH KUNO PENINGGALAN IBU NUNING

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 6

Daniel mengantarkan Pasha dan Bram hanya sampai pintu utama. Setelah kedua temannya pergi, Daniel menutup pintu lalu berjalan ke dapur. Ketiga wanita cantik penghuni rumah yang sudah tampak segar walau tak berpakaian berkumpul di sana. Daniel pun duduk di salah satu kursi meja makan. Matanya menatap payudara kiri Adelia. Daniel melihat ada bekas ‘gigitan cinta’ di payudara kiri Adelia.

“Bukannya kamu baru keluar dari kamarmu?” Tanya Daniel dengan wajah heran.

“Ya.” Jawab Adelia singkat dan santai. Adelia terus menikmati es krimnya.

“Aku tidak melihat ada orang lain berada di kamarmu.” Kata Daniel sembari menatap mata Adelia yang baru saja menatapnya.

“Memang. Emangnya ada apa? Kok kamu melihatku seperti aku ini penjahat?” Ucap Adelia merasa heran dengan pandangan Daniel.

“Apakah kamu melukai sendiri susumu. Coba kamu perhatikan. Itu ada cupang di susu kirimu.” Daniel menunjuk cupang kecil di payudara kiri Adelia.

Adelia langsung melihat payudara kirinya yang ditunjuk Daniel. Bukan saja Adelia tetapi Nidya pun memperhatikannya. Bahkan Hanna yang sedang memasak pun harus menghentikan masaknya untuk melihat cupang yang ditunjuk Daniel di payudara Adelia.

“Benar ... Ini cupang ... Dan tidak mungkin Adelia bisa mencium susunya sendiri.” Nidya berkomentar.

“Adel ... Bagaimana itu bisa ada di situ?” Tanya Hanna. Meskipun tersenyum namun rona heran ada di wajahnya.

“Em ... Itu ...” Adelia terlihat salah tingkah.

“Siapa yang bersama di kamarmu?” Tanya Daniel serius.

“Oke ... Oke ... Semuanya tenang ... Namanya Dimas. Dia anak Ibu Nuning.” Jawab Adelia bernada tinggi.

“Anak Ibu Nuning?” Hanna dan Nidya berkata serempak.

Daniel teringat saat pertama kali melihat Ibu Nuning. Saat itu ia pun melihat seorang pemuda bersamanya. Apakah itu adalah Dimas? Daniel menatap tajam mata Adelia ingin kebenaran. Ekspresi Daniel seperti itu membuat Adelia kesal ditandai dengan gadis itu memanyunkan bibirnya.

“Benar ... Adelia bersama anakku.” Tiba-tiba Ibu Nuning sudah berada di kursi samping Adelia. Tangan Ibu Nuning langsung membelai rambut Adelia dengan penuh kasih sayang.

“Tuh ... Dengar ...” Ucap Adelia yang masih kesal.

“Jadi, Ibu Nuning punya anak?” Tanya Nidya tak percaya yang langsung dijawab dengan anggukan kepala.

“Dimas ... Keluarlah ...!” Ibu Nuning berkata.

Dalam sekejap mata muncul sosok pemuda tampan tanpa pakaian. Hantu pemuda itu berdiri tepat di belakang Ibu Nuning. Dia langsung membungku dengan tangan tertangkup di dada, memberikan hormat pada Daniel, Hanna dan Nidya. Ketiga orang yang diberi salam penghormatan itu pun membalas dengan anggukan kepala. Daniel malah tersenyum. Benar apa yang Daniel pikirkan, Ternyata pemuda itu adalah pemuda yang dilihatnya saat pertama kali bertemu dengan Ibu Nuning.

“Dia anak yang pemalu. Jadi, jarang sekali menampakan diri pada kalian.” Ujar Ibu Nuning sambil tersenyum.

“Kenapa malu? Kita kan keluarga.” Kata Hanna sembari mendekati Dimas.

“Dia pacarku, Bu ... Jangan menggodanya.” Tiba-tiba Adelia sewot, dan Hanna pun berhenti melangkah.

“Hi hi hi ... Kamu cemburu, sayang?” Canda Ibu Nuning yang kembali mengusap rambut Adelia.

Semua tertawa melihat tingkah Adelia. Pipi gadis itu pun memanas dan merona. Adelia bangkit lalu menarik tangan Dimas meninggalkan dapur. Hanna terkekeh sambil memperhatikan Adelia yang menyeret Dimas keluar dari dapur dan menghilang di balik pintu. Sementara itu, Daniel menggeleng-gelengkan kepala. Tak percaya Adelia bersikap kekanak-kanakan.

“Rasanya mereka sedang jatuh cinta.” Kata Nidya.

“Ya, aku rasa seperti itu.” Sambung Hanna lalu kembali ke masakannya.

“Kalian semua dengarkan.” Ibu Nunning bersuara serius membuat ketiga orang yang ada memperhatikan Ibu Nuning. “Aku merasa perutku ini semakin besar. Dan aku merasa bertambah berat membawanya. Mulai sekarang, aku mungkin akan lebih banyak beristirahat. Aku akan jarang keluar menemui kalian. Tapi, sebelum aku benar-benar beristirahat, ada satu permintaan yang harus kalian lakukan.” Ujar Ibu Nuning kemudian.

“Katakan saja Ibu Nuning ... Aku akan melakukan apa yang Ibu Nuning inginkan.” Kata Daniel sungguh-sungguh.

“Kalian tahu kalau aku dan bayiku memerlukan energi. Dan energi itu berasal dari aura kesenangan yang kalian hasilkan karena kalian sudah terikat denganku dan bayiku. Itu berarti semakin banyak orang yang terikat denganku dan bayiku, maka energi yang akan aku peroleh semakin banyak, dan bayiku semakin matang dan cepat lahir. Tugas kalian adalah bawa sebanyak-banyak orang untuk melakukan kontrak denganku. Mereka tidak harus menghadapku. Aku sudah membuat ramuan yang harus orang-orang itu minum. Dengan sendirinya orang-orang itu akan terikat denganku dan bayiku.” Jelas Bu Nuning lagi.

“Ramuan ...?? Ramuan apa?” Tanya Daniel.

“Sejenis ramuan sihir yang bisa mengikat aura kesenangan seseorang padaku. Setelah meminum ramuan itu secara tidak sadar mereka akan memberikan aura kesenangannya padaku. Aku sudah simpan ramuan itu di kamar Daniel. Tuangkan beberapa tetes saja ramuanku pada segalon air minum. Berikan air minum itu pada mereka. Sekali lagi aku tekankan, aku akan mendapat aura kesenangan mereka hanya di rumah ini.” Ucap Ibu Nuning dan langsung menghilang begitu saja.

Sambil makan malam, ketiganya menyusun rencana. Tanggal 14 tinggal lima hari lagi, namun sebelum itu para peserta akan dipertemukan dengan Ibu Nuning. Hanna berencana akan membicarakannya besok dengan semua peserta yang terdaftar. Daniel juga akan bergerak cepat mengumpulkan teman-temannya yang bersedia melakukan kontrak dengan Ibu Nuning. Sementara itu, Nidya akan menghubungi teman-temannya dan mencoba membujuk mereka untuk bergabung.

Setelah makan malam selesai, Daniel bergerak ke kamarnya. Tubuhnya terasa letih karena hampir seharian bersenggama dengan Nidya. Daniel memerlukan istirahat. Kini Daniel berbaring santai sambil menerawang. Tidak ada alasan untuk mengecewakan Ibu Nuning yang sudah begitu banyak menolong. Daniel bertekad untuk membantu sekuat tenaga agar Ibu Nuning bisa melahirkan bayi yang dikandungnya dengan waktu yang cepat. Daniel berpikir semakin banyak orang yang melakukan kontrak dengan Ibu Nuning, maka semakin banyak energi yang dihasilkan, dan semakin cepat Ibu Nuning melahirkan. Oleh karena itulah Daniel berencana untuk merekrut sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi ‘pelayan’ Ibu Nuning. Namun tetap Daniel akan mempertahankan kualitas keanggotaan. Syarat untuk pria adalah wajah yang rupawan maksimal.

Hampir 10 menit termenung, mata Daniel mulai memberat. Pemuda itu menguap berkali-kali. Perlahan matanya mulai terpejam. Tak lama, kesadaran Daniel pun memudar. Anehnya, pemuda itu kini merasa sedang berada di sebuah kamar yang lain. Ia mencoba untuk menahan rasa kantuknya dan membuka matanya lebar-lebar. Daniel mengedarkankan pandangan ke sekeliling. Ini bukan kamarnya. Kamar ini terlalu indah. Betapa indahnya kamar dimana Daniel berada, banyak barang mewah dan indah. Bahkan ada bunga-bunga dan lilin aroma terapi yang aromanya sudah menyebar menyerbak ke seluruh penjuru ruangan.

“Daniel ...” Suara lembut nan halus menyapa sang pemuda. Bayangan siluet itu berjalan mendekati Daniel dengan anggun.

“Ibu Nuning ...” Daniel bergumam tak percaya, menatap ke arah hantu wanita hamil penghuni rumahnya. Tetapi kali ini lain. Daniel melihat kecantikan dan keanggunan Ibu Nuning begitu terpancar membuat Daniel tak bisa berkutik dan terus menatap Ibu Nuning.

“Tidak perlu terkejut, Daniel ... Sekarang kamu ada di duniaku. Kamu berada di istanaku. Hhhmm, aku merindukanmu, Daniel ...” Ibu Nuning tersenyum dan naik ke tempat tidur menempatkan dirinya tepat di samping Daniel yang masih terlentang.

“Ibu ... Cantik sekali ...” Suara kagum Daniel begitu pelan sehingga hanya Ibu Nuning yang berada di dekatnya saja yang bisa mendengar.

Ibu Nuning semakin melebarkan senyumnya. Tanpa berkata-kata lagi, Ibu Nuning menarik celana yang Daniel kenakan. Kontol besar Daniel yang setengah hidup langsung digenggam tangan berhawa dingin milik Ibu Nuning. Sapuan tangan lembut yang dingin Ibu Nuning di kejantanannya sangat mempengaruhi Daniel dan membuat kejantanannya bereaksi secara drastis. Tapi selanjutnya Daniel tersentak saat Ibu Nuning memasukan penisnya ke dalam mulut hangat miliknya.

“Oh, Bu ... Mulut dan lidah Ibu ...!”

Daniel menekan kepalanya ke belakang saat tubuhnya diserang kenikmatan. Ia menggeram keras, ketika mulut Ibu Nuning tidak berhenti memanjakan penisnya. Daniel menjambak rambut Ibu Nuning. Mengingat penisnya dikulum oleh hantu yang berkuasa, membuat dirinya semakin bergairah. Daniel pun tersenyum samar di tengah-tengah rasa nikmatnya. Ini benar-benar seperti heaven.

"Ahhhhh… Nikmat sekali… Masukan lebih dalam, sayang..." Geram Daniel dikala tangannya mulai memaju-mundurkan pelan kepala Ibu Nuning. Ia sudah kehilangan pikirannya, dan otaknya hanya dipenuhi kabut nafsu. Bahkan panggilan baru untuk Ibu Nuning pun tiba-tiba muncul di tengah rasa nikmat yang melanda Daniel.

Ibu Nuning tersenyum miring, menjilati ujung penis Daniel dengan main-main, membuat precum langsung masuk ke dalam indera pengecapnya. "Ya. Aku sangat menyukainya, hingga menghayalkan untuk memotong penis ini, dan terus membawanya kemana pun aku pergi," Ibu Nuning mengulum kepala penis Daniel. "Aku ingin terus mengulum penis indah ini kemana pun aku pergi."

"Sssshhhhh…" Desis Daniel, ketika mulut Ibu Nuning kembali bertingkah. Lagi-lagi ia mengadahkan kepalanya, dengan kedua mata terpejam, membiarkan Ibu Nuning mengendalikan tubuhnya.

Otot-otot tubuh Daniel mengencang. Daniel semakin semangat menggagahi mulut Ibu Nuning. Ia mempercepat gerakan kepala Ibu Nuning, meremas rambut Ibu Nuning kuat-kuat, saat tubuhnya akan mencapai kepuasan. Daniel pun bersiap-siap menyemprot seluruh benihnya ke dalam mulut Ibu Nuning. Ah, ia tidak sabar untuk melihat wajah Ibu Nuning yang dipenuhi spermanya, ketika Ibu Nuning menahan tangannya, kemudian menarik penis Daniel dari dalam mulutnya.

“Ibu ... Apa yang Ibu lakukan?!” Kenikmatan yang tertunda membuat Daniel menggeram kesal.

Ibu Nunging membalas kekesalan Daniel dengan senyuman penuh misteri, membuat Daniel menelan suaranya. "Kamu tidak bisa pipis sekarang, sayang."

Daniel menatap Ibu Nuning heran. Dengan gerakan seduktif, Ibu Nuning bergerak dan memposisikan dirinya tertidur, dengan punggung menempel di kasur. Dengan perut buncit, Ibu Nuning menekuk kakinya, mengangkangkan kakinya, memperlihatkan lubang surgawinya yang berwarna merah muda di bawah sana. Daniel tersenyum miring, ketika melihat gerakan menggoda Ibu Nuning. Ia beranjak dari posisinya dan menerima undangan Ibu Nuning. Satu titik di tengah bola mata Daniel menandakan begitu bernafsunya pemuda ini. Daniel mengelus bagian dalam paha Ibu Nuning. Ia pun semakin bergairah ketika merasakan kelembutan dari paha Ibu Nuning. Ah, Daniel tidak sabar untuk menikmati lebih banyak tubuh indah ini.

Daniel memasukan penisnya secara perlahan membelah vagina Ibu Nuning yang ketat, pemuda itu memejamkan matanya menahan rasa nikmat dari jepitan vagina Ibu Nuning. Bagian di bawah sana mencengkram Ibu Nuning Kejantanan Daniel dengan sangat erat. Berusaha untuk menerima kejantanan Daniel yang sudah beberapa hari tidak ia rasakan. Pintu surga di bawah sana langsung beradaptasi mengikuti ukuran besar Daniel, merasakan kepenuhan yang dinanti-nanti. Tak lama kemudian, kekuatan cengkraman itu pun berkurang, menandakan kesiapan Ibu Nuning. Daniel yang merasakan hal itu pun mulai maju bergerak secara perlahan. Tiap maju mundurnya berlanjut dengan sangat hati-hati dan lembut. Dimulai dari sangat pelan, lalu menambah kecepatannya sedikit demi sedikit.

"Aaahh... hmm..." Desahan kecil yang lembut seperti erangan kucing kecil yang keluar dari mulut Ibu Nuning menggelitik telinga Daniel. Terus menambah api pada hasratnya.

Meskipun saat ini merasa nikmat, Ibu Nuning yang sudah terbiasa melakukan seks dengan kasar juga tak merasa puas dengan irama ini. Daniel pun juga tak kalah inginnya untuk mempercepat pergerakan nikmat ini. Tetapi hal itu dapat beresiko memberikan tekanan pada bayi yang dikandung Ibu Nuning. Dengan setetes kesadaran terakhirnya, ia terus menahan dirinya. Namun hantu wanita hamil di bawahnya ini tidak mengerti akan penderitaan yang Daniel rasakan.

“Lebih cepat, Daniel ...” Suara desahan dan godaan lembut terbisikan ke telinga Daniel.

Keraguan Daniel pun pudar setelah mendengar godaan Ibu Nuning. Mulai menambah kecepatan pada persatuan mereka. Kedua tangan Daniel mencengkram pinggul Ibu Nuning, memastikan agar tidak memberi tekanan yang tak diinginkan nantinya.

"Aahh... Aahhhh...! Yaaa...!!" Desahan lembut beserta suara tak senonoh memenuhi ruangan kamar mereka yang sunyi. Ibu NUning dapat merasakan kejantanan itu menabrak titik nikmatnya terus menerus dengan lembut.

Daniel dapat merasakan lubang itu kembali mengeratkan cengkraman pada kejantanannya. Gerakan Daniel pun ditambah sedikit lebih cepat, terus menabrak spot kesukaan Ibu Nuning di sana. Suara gesekan kelamin dan suara desahan membuat suasana panas sekali. Pergumulan keduanya semakin panas karena Daniel yang memasuk-keluarkan kejantanannya membuat Ibu Nuning melayang.

"Aaaaahhh... Kelluuaaaarrr... Aaaahhh...!" Desahan kecil Ibu Nuning yang sedikit tertahankan membuat suara erangan itu menjadi sangat erotik.

Daniel mengeluarkan kejantanannya dari lubang kenikmatan di bawah sana, lalu memuncratkan benihnya pada perut buncit Ibu Nuning. “Aaaaaaccchhhh....!!!” Erangan kecil nan berat terkeluarkan dari bibir Danaiel. Daniel menggeram puas menikmati klimaksnya yang dahsyat. Tak lama, pemuda itu lalu mengambil handuk kecil di sebelah mereka. Daniel pun membersihkan hasil keluarannya di tubuh Ibu Nuning.

“Daniel ... Di meja belajarmu sudah aku simpan semacam ramuan yang membuat seseorang yang meminumnya langsung mempunyai hubungan langsung denganku. Carilah orang-orang sebanyak-banyaknya untuk berhubungan badan di rumah kita. Jika perlu setiap hari kamu adakan pesta. Dan untuk tanggak 14, jangan kurang dari tiga pasangan, ya sekali lagi, semakin banyak semakin baik.” Ucap Ibu Nuning sambil bangkit dari terlentangnya.

“Aku dan Hanna akan melakukan setiap perintah Ibu Nuning sebaik-baiknya.” Kata Daniel bersungguh-sungguh.

“Selain itu, ada hal yang sangat perlu aku sampaikan padamu. Usahaku ini untuk mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya tentu ada pihak-pihak yang tidak menyukainya. Contoh nyata adalah ayahmu. Bila saja ayahmu mengetahui apa yang sedang kita lakukan pastilah dia akan sangat marah. Oleh karena itu, kamu harus mempersiapkan diri untuk kehilangan ayahmu karena jika dia merusak rencana kita, aku tak akan segan mencabut nyawanya.” Jelas Ibu Nuning.

Gelagapan panik dan tidak percaya terlihat jelas di raut wajah Daniel, membuat pemuda itu tidak yakin akan dirinya sendiri. Namun perasaan itu segera dengan cepat dibuang olehnya. Daniel merasa kehidupan yang ia rasakan sekarang sangat menjanjikan di masa depan. Lagipula, ia sudah melangkah sangat jauh, tidak ada langkah untuk kembali.

“Ya, Ibu Nuning ... Aku akan coba menghilangkan perasaanku pada ayahku.” Jawab Daniel penuh keyakinan.

“Bagus ...” Ibu Nuning tiba-tiba menghilang.

Pandangan Daniel kembali putih, tidak ada warna lain selain putih. Setelah itu gelap dan Daniel pun terlelap.

Daniel tidur dengan damai, bernapas secara teratur dan panjang, dadanya sedikit bergetar dengan napasnya. Tidur lelap tanpa mengingat apapun. Tidur yang menyebabkan terputusnya koneksivitas pikiran dan rasa dengan dunia luar. Semua organ tubuh diam bergeming, kecuali jantung yang tetap berdetak bergeliat giat. Tidur dalam lelap yang ia dapatkan tidak dalam sekejap. Tak berpikir, tak berasa, semuanya gelap.
---ooo---​

Pagi hari, Daniel terbangun karena mendengar suara orang sedang berbincang-bincang dan cekikikan dengan suara yang lumayan keras dari luar kamarnya. Suara mereka begitu terdengar heboh seakan perbincangan sangatlah mengasikkan dan dapat dipastikan kalau suara itu milik makhluk bergender wanita. Segera Daniel bangkit lalu melihat jam dinding. "Ya ampun, sudah jam 9..!" Daniel kaget ternyata ia tertidur begitu lama.

Daniel turun dari tempat tidur kemudian ke kamar mandi. Daniel berjalan hanya dengan celana basket menuju meja belajar setelah menyelesaikan mandinya. Ia mengambil sebuah botol berwarna hitam yang ia yakini itu adalah ramuan sihir yang dibicarakan Ibu Nuning. Segera saja Daniel keluar kamar. Pemuda itu tertegun sejenak sebelum menuruni tangga karena di lantai satu sudah banyak berkumpul wanita termasuk Hanna di dalamnya.

Daniel turun ke bawah meniti anak tangga satu demi satu. Si pemuda tampan yang sedang menuruni tangga hanya mengerjap karena menyadari seluruh mata tertuju padanya saat ini. Senyum lebar pun ia sunggingkan menjadi penghias di wajah tampannya yang disambut oleh senyuman semua wanita bersama dengan tatapan kagum dari mereka. Daniel menghitung dan ternyata ada delapan wanita cantik di sana.

“Pagi semua ...” Sapa Daniel sangat ramah.

“Pagi ...” Sahut para wanita hampir serempak.

“Nah ... Ini Daniel ...” Kata Hanna sembari berdiri menyambut Daniel. “Ini teman-teman ibu yang akan bergabung dengan kita.” Ucap Hanna kemudian kepada Daniel sembari melingkarkan tangannya di pinggang si pemuda yang baru saja datang.

“Oh, seksi sekali. Seorang anak menggauli ibunya.” Kata seorang wanita seusia Hanna yang berkaca mata.

“Aku juga mau kalau anakku setampan ini.” Sambung yang lain. Ruangan besar itu mulai dipenuhi suara riuh para wanita.

“Sudah ... Sudah ...” Hanna coba menenangkan mereka. “Daniel ... Ini Maya ...” Hanna mulai memperkenalkan teman-temannya kepada Daniel satu persatu.

Maya adalah orang pertama yang bersalaman dan cipika cipiki dengan Daniel. Kemudian, secara berturut-turut Daniel berkenalan dengan Bella, Amanda, Fiona, Nia, Lidia, Siska, dan Poppy. Hebatnya, wanita-wanita itu, semuanya berparas cantik dengan tubuh proporsional dan semampai plus rambut yang tergerai indah. Daniel pun langsung berbaur dengan mereka untuk memberikan keramahan tamahannya. Bahkan beberapa diantaranya sudah berani Daniel peluk bahkan duduk di pangkuannya.

“Tanteku semuanya ... Aku ke belakang dulu. Ada sesuatu yang harus aku persiapkan untuk tante-tante minum. Bukan apa-apa, cuma air putih sebagai pengikat kita sebagai tim.” Akhirnya Daniel berdiri.

“Oh, silahkan ... Tapi jangan terlalu lama.” Sahut Poppy yang sejak tadi berada di pangkuan Daniel.

“Apakah Tante Poppy bersedia membantuku?” Tanya Daniel sembari menyodorkan tangan pada wanita genit tersebut.

“Oh, dengan senang hati.” Poppy pun langsung berdiri dan menyambut tangan Daniel.

Semua tertawa mengiringi Daniel dan Poppy berjalan ke ruang belakang. Saat sampai di dapur, mata Poppy terbelalak karena melihat dua wanita telanjang sedang duduk di kursi meja makan. Terlihat keduanya menyambut Poppy dengan senyuman dan anggukan. Poppy yang awalnya kaku, segera mendekati Nidya dan Adelia.

“Apakah kalian sengaja tidak memakai baju?” Tanya Poppy sambil bersalaman dengan Nidya dan Adelia.

“Ya ... Kami di rumah selalu tidak memakai baju. Kecuali ada tamu kami.” Jawab Nidya masih dengan senyum.

“Wow ... Benar-benar kehidupan yang seksi.” Poppy langsung berkomentar takjub.

Daniel, Nidya dan Adelia terkekeh renyah. Sementara Poppy berbicara dengan Nidya dan Adelia, Daniel menyiapkan minuman yang dibubuhi ramuan sihir pemberian Ibu Nuning. Setiap gelas hanya diberi satu tetes ramuan sihir. Air yang berwarna bening berubah menjadi berwarna merah. Semuanya yang ada di situ cukup terkejut sebab air mineral itu kini berupa darah.

“Tante Poppy sebagai tester ... Silahkan ambil dan minum ...” Kata Daniel sembari memberikan segelas air campuan ramuan sihir.

“Apakah ini tidak berbahaya?” Tanya Poppy ragu-ragu walau tangannya menerima gelas pemberian Daniel.

“Percayalah! Ini aman ...” Jawab Daniel.

Perlahan Poppy meletakkan sisi gelas ke bibirnya. Mulutnya bergerak seperti sedang mencicipi. Tak berapa lama ia meminum cairan berwarna merah itu sampai habis. Poppy tersenyum sambil meletakkan gelas di meja. Hanya dalam hitungan detik, Poppy merasa kehangatan di kerongkongannya. Rasa hangat itu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh terutama ke bagian-bagian yang sensitif. Payudaranya serasa merekah ujungnya mengeras dan sangat sensitif. Kedutan-kedutan kecil terasa di kewanitaannya, tak terasa cairan mulai merembes, keringat menitik di dahinya.

Daniel memandang Poppy dengan tersenyum. Pemuda itu mendekati wanita yang sedang bertransformasi itu. Daniel memeluk erat Poppy, berusaha menenangkan wanita yang sedang dilanda keterkejutan. Tanpa disadarinya, tubuh Poppy kini mengencang, kulitnya menjadi lebih mulus tanpa cacat, kerutan di wajahnya hilang, payudara mengencang, dan di daerah kewanitaannya pun mengalami peremajaan.

“Bagaimana? Sudah hilang panasnya?” Bisik Daniel.

“Ya ...” Jawab Poppy singkat dan lirih.

Daniel mengurai pelukannya sambil mengamati wajah Poppy, “Sekarang tante terlihat lebih muda sepuluh tahun.” Ucap Daniel sembari membelai wajah Poppy.

“Hi hi hi ... Seperti anak gadis.” Timpal Adelia.

“Hhhhmm ... Dan cantik ...” Nidya bergumam kagum.

“Benarkah?” Poppy menatap tajam mata Daniel.

Daniel membawa Poppy ke cermin di atas wastafel. Poppy pun mengamati dengan seksama wajahnya. Wanita itu benar-benar tak percaya pada pantulan dirinya di cermin. Tangannya mengusap-usap wajah sendiri seakan tidak mengenali siapa yang terpantul di cermin. Beberapa kali Poppy mendesah melihat penampilan barunya. Sungguh sebuah keajaiban yang sama sekali tak pernah ia bayangkan.

“Bukan hanya wajah ... Tapi yang lain juga ... Seperti ini ...” Ucap Daniel yang berdiri di belakang Poppy. Daniel merapatkan tubuhnya ke tubuh Poppy. Tangan Daniel menggapai dada Poppy dan menyentuh gunung kembar yang sintal kenyal itu dengan lembut. Poppy melenguh pelan. Daniel tersenyum.

“Be..benar ... Bra-ku seperti mengetat ...” Lirih Poppy yang baru menyadari kalau payudaranya sedikit membesar.

“Hhhmm ... Sekarang tante menjadi lebih muda dan lebih seksi dari sebelumnya. Tante sangat menggairahkan.” Kata Daniel yang masih terus meremas lembut payudara Poppy.

“Benarkah?” Lirih Poppy kini terlihat kagum akan dirinya. Beberapa saat kemudian Poppy terkejut saat merasakan bagian belakang tubuhnya ada sesuatu yang keras dan hangat. Benda itu terasa besar, panjang dan kokoh.

“Ehem!” Nidya berdehem.

Daniel pun melepas pelukannya lalu berjalan menuju meja makan. Merasa batang kejantanannya menyembul mengikuti alur celana basketnya, Daniel pun menyuruh Poppy dan Nidya mengantarkan gelas-gelas berisi air berwarna merah itu ke ruang tengah. Setelah Nidya memakai jubah, kedua wanita itu lantas membawa gelas-gelas untuk para wanita di ruang tengah. Tak lama, suara pekikan masal menggema. Suara-suara terkejut dan tak percaya sampai terdengar oleh Daniel dan Adelia di dapur.

Hanna dan Poppy saling rangkul dan tersenyum. Kemudian Hanna menjelaskan bahwa keajaiban ini adalah pemberian Ibu Nuning. Hanna menjelaskan lumayan detail namun hati-hati agar semua temannya tidak merasa takut dengan eksistensi hantu wanita hamil yang ada di rumahnya. Semua wanita yang ada serempak mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nuning walau yang disebut tidak menampakan diri. Selanjutnya mereka meminum air ajaib dan sebagaimana yang Poppy rasakan semuanya merasakan pula. Tak ayal lagi semua bertransformasi menjadikan diri mereka lebih muda dan segar. Kerutan dan kulir kendor berubah menjadi kemulusan dan kekencangan. Sorak sorai kegembiraan pun begitu menggema. Heboh semua orang di ruang tengah membuat suasana menjadi keramaian.

Semnetara itu, Daniel dan Adelia cekikikan kecil sambil mengintip para wanita dengan kegilaaan mereka. Daniel dan Adelia melihat semua wanita di sana melepaskan pakaian mereka. Memperhatikan tubuh-tubuh mereka yang baru. Akhirnya Daniel dan Adelia masuk ke ruang tengah. Adelia bergabung dengan para wanita, sedangkan Daniel menuju kamarnya di lantai dua. Daniel segera menyambar smartphone miliknya yang tergeletak di atas kasur, lalu menghubungi Pasha.

Hallo, bro ... Bagaimana dengan ibumu? Apakah aku bisa ke rumahmu sekarang?” Pasha langsung bersemangat.

“He he he ... Di rumahku ada sepuluh wanita seksi yang siap dilayani. Jika kamu berani jadi mangsa mereka, datanglah ke sini.” Canda Daniel.

Apa?! Sepuluh?! Gila! Aku bisa mati kehabisan sperma!” Pekik Pasha tak percaya.

“Kumpulkan anak-anak ... Cepatlah! Sebelum mereka pulang.” Kata Daniel masih dengan nada candanya.

Oke ... Oke ... Aku kumpulkan dulu yang lain. Tahan mereka, bro ... Aku janji tak akan lama.” Ucap Pasha berapi-api.

Daniel langsung memutuskan sambungan telepon. Pemuda itu tersenyum sambil berjalan keluar kamar. Baru saja beberapa langkah dari ambang pintu, Daniel melihat Hanna sedang menghampirinya. Daniel menahan langkah hingga Hanna benar-benar berada di hadapannya.

“Suruh teman-temanmu datang.” Pinta Hanna dengan tangan bermain di batang semi keras milik Daniel.

“Sudah ... Mereka sedang bersiap-siap. Kalau bisa ibu tahan mereka. Bilang saja, akan ada banyak pejantan yang akan datang.” Jawab Daniel.

“Bagus ...” Respon Hanna sambil berlalu dari hadapan Daniel.

Daniel pun kembali ke dalam kamar. Dia merasa ngeri juga berada di antara sepuluh wanita di bawah sana. Benar kata Pasha, dikerubuti oleh sepuluh wanita bukanlah pilihan yang bijak. Bisa-bisa mati karena kehabisan air mani. Akhirnya Daniel memilih untuk menunggu Pasha dan kawan-kawannya. Pemuda itu berbaring di atas tempat tidur sambil menunggu kabar dari Pasha. Sekitar sepuluh kemudian, Daniel dikejutkan dengan kedatangan Hanna. Hanna memberitahukan bahwa ada dua orang teman Daniel sudah menunggu di ruang tamu. Daniel pun segera meloncat dari tempat tidurnya lalu memakai kaos. Dia setengah berlari menuruni anak tangga dan langsung menuju ruang tamu.

“Alvin ... Velix ...” Sapa Daniel setengah terkejut. Daniel tidak menyangka kalau kedua temannya sudah berada di rumahnya mendahului Pasha.

“Hai, Daniel ... Kita disuruh Pasha datang ke rumahmu. Em, katanya ada pesta di sini.” Ujar Alvin dengan wajah polosnya.

“Kedengarannya sih ramai di dalam. Pesta apa nih?” Tanya Velix membuat Daniel melongo.

“Apakah Pasha tidak memberitahumu?” Tanya Daniel ragu.

“Pasha hanya bilang di rumahmu ada pesta dan aku dipaksa untuk datang ke sini.” Jawab Velix tampak benar-benar tidak mengerti dengan situasi yang sedang ia hadapi.

“Oke ... Kalian tunggu sebentar di sini. Aku akan ambil minum dulu.” Kata Daniel sembari bergerak ke ruang tengah.

Daniel melewati para wanita cantik yang kini hanya mengenakan celana dalam saja. Daniel hanya tersenyum ramah saat para wanita menggodanya dengan tingkah mesum mereka. Setelah sampai di dapur, Daniel mengambil dua botol besar air mineral dengan dua gelas plastik. Tidak lupa juga ramuan sihir dalam botol hitam. Dengan langkah cepat Daniel kembali ke ruang tamu. Daniel pun meletakkan bawaannya di atas meja.

“Kalian benar-benar tidak tahu, pesta apa yang terjadi di sini?” Tanya Daniel sambil menatap kedua temannya bergantian.

“Tidak.” Jawab Alvin dan Velix hampir bersamaan.

“Kalau begitu ... Ikut aku!” Kata Daniel sambil berjalan keluar rumah.

Daniel membawa Alvin dan Velix ke samping rumah. Daniel berhenti di sisi sebuah jendela yang cukup besar. Pemuda itu kemudian menyuruh Alvin dan Velix mengintip ke dalam dari jendela tersebut. Baru sebentar kedua pemuda itu mengintip dari balik jendela, mereka lantas terkejut. Alvin dan Velix menegakkan tubuh sembari memandang wajah Daniel dengan mata membulat sempurna. Daniel menyuruh dengan isyarat tangan agar kedua temannya lebih lama mengintip. Alvin dan Velix pun mengintip lagi. Setelah dirasa cukup, Daniel mengajak Alvin dan Velix kembali ke ruang tamu. Tak berapa lama ketiga pemuda tersebut sudah berada di ruang tamu kembali.

“Mereka adalah peserta utama pesta ini. Aku yakin kalian tahu jenis pesta apa yang akan digelar.” Daniel berkata serius.

“Wow! Aku tidak ingin berbasa-basi. Aku ikut pestamu, Daniel.” Ucap Velix bersemangat.

“Aku juga!” Timpal Alvin.

“Oke ... Sebelum kalian aku beri izin. Kalian harus melakukan sesuatu dulu untukku.” Kata Daniel.

Daniel lantas menuangkan air mineral ke dalam gelas plastik dan membubuhinya dengan ramuan sihir. Kontan, air berubah warna menjadi merah darah. Alvin dan Velix tampak sedikit ragu menerima gelas dari tangan Daniel. Namun, kedua pemuda itu akhirnya meminum juga air yang diberikan Daniel. Tubuh Alvin dan Velix menghangat. Lama kelamaan menjadi agak panas. Tak lama, Alvin dan Velix meringis kepanasan terutama di bagian alat kelamin mereka. Keduanya mengerang pelan dan butiran-butiran keringat keluar dari dahi mereka. Hanya satu menit kurang, siksaan yang dirasakan Alvin dan Velix mereda.

“Apa itu barusan?” Tanya Alvin sambil mengatur napas.

“Tadi itu semacam kontrak kalau kalian adalah bagian dari komunitas kami. Sama dengan para wanita yang kalian lihat di ruang tengah. Mereka juga minum air merah dan mengikatkan diri dengan komunitas ini.” Jelas Daniel.

“Hhhmm ... Kamu bicara seperti sedang menyembunyikan sesuatu, Daniel ... Bicaralah terus terang.” Ungkap Velix merasa curiga.

“Nanti aku buka semuanya. Sekarang lebih baik kita bersenang-senang.” Jawab Daniel sambil mengedipkan mata.

Untungnya, Alvin dan Velix tidak terlalu peduli dengan apa yang baru saja mereka alami. Bahkan Alvin dan Velix merasa terkejut bercampur senang bukan kepalang setelah mengetahui kelamin mereka bertambah besar dan panjang. Daniel hanya tersenyum saat kedua temannya menanyakan keadaan kelamin mereka yang membesar dan memanjang. Lagi-lagi Daniel hanya berkata nanti mereka akan tahu dan jangan terlalu dipikirkan.

Sekitar setengah jam kemudian, Pasha dan rombongan datang. Seperti Alvin dan Velix, semua pemuda disuruh mengintip terlebih dahulu di tempat yang sama. Semua pemuda bisa menyimpulkan sendiri, pesta apa yang akan mereka lakukan. Kemudian mereka meminum air mineral yang dicampur dengan ramuan sihir. Setelah melewati masa siksaan, semuanya senang saat mengetahui organ intim mereka bertambah besar dan panjang. Memang banyak pertanyaan terlontar dari para pemuda. Pertanyaan sama yang ditanyakan Alvin dan Velix. Daniel pun menjawab dengan jawaban yang sama untuk mereka. Lagi-lagi Daniel berhasil meyakinkan teman-temannya agar mereka tidak terlalu memikirkan perubahan alat kelamin mereka. Daniel menekankan bahwa saat ini adalah waktunya untuk bersenang-senang.

“Apa kalian siap untuk bersenang-senang?” Tanya Daniel pada kesepuluh teman-temannya.

“Siap!!!” Semua menjawab serempak.

“Kalau begitu ... Lepas pakaian kalian. Kalian hanya diperkenankan memakai kolor saja.” Kata Daniel.

Tanpa ragu dan sungkan semua pemuda tampan tersebut melepaskan pakaian mereka hingga menyisakan kolor saja. Daniel menyerahkan kepemimpinan kepada Pasha dan Bram. Kesepuluh pemuda itu, dibawah pimpinan Pasha dan Bram, memasuki ruang tengah tempat di mana para wanita sudah menunggu. Daniel bertahan di ruang tamu karena tahu kalau Ibu Nuning sedari tadi berada bersamanya. Ibu Nuning hanya bisa dilihat oleh Daniel tanpa bisa dilihat oleh yang lain.

“Kamu bakar dupa ini di ruang tengah. Dupa ini berguna untuk membangkitkan gairah. Wanginya membuat orang terus bersemangat sampai benar-benar lelah.” Kata Ibu Nuning sambil memberikan sepuluh buah dupa pada Daniel. “Bakarnya satu persatu atau dua-dua. Jika wanginya menghilang, bakar yang lain.” Lanjut Ibu Nuning yang tiba-tiba menghilang.

Daniel masuk ke ruang tengah. Tampak semua orang telah berbaur. Semua peserta pesta dadakan ini riuh saling obrol satu sama lain. Walau hanya kopi dan makanan ringan, pesta ini begitu ramai dan seru. Bahkan suasana ruangan kini riuh oleh suara gelak tawa. Daniel segera membakar dupa yang ia letakkan di tengah meja. Wangi dupa ini bukan wangi dupa yang sesungguhnya, namun wanginya seperti aroma melati. Wanginya lembut dan manis.​

---ooo---​

Change Scene

Kepulan asap rokok beterbangan dan keluar dari jendela mobil. Sesekali Fredy meniup asap rokok yang menghalangi pandangannya. Banyak kendaraan yang terparkir di halaman rumah berarti di dalam rumah itu banyak orang yang sedang melakukan pesta. Sesuai buku yang diwarisi orangtuanya, Ferdy sangat tahu apa yang terjadi di dalam sana. Sesuatu yang sejak lama selalu dilakukan untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan hantu wanita penghuni rumah.

Sayang sekali, pria bule berkebangsaan Belanda itu tidak bisa mendekati rumah leluhurnya tersebut karena si penunggu rumah akan langsung mengetahui keberadaannya bila ia melewati gerbang. Bila hantu wanita itu mengetahui keberadaannya sama artinya dengan memberikan nyawanya secara cuma-cuma. Fredy harus terus menyembunyikan eksistensinya dengan tidak melewati gerbang rumah yang dihuni oleh hantu wanita hamil itu.

“Jadi ... Ini rumahnya mister?” Seorang pria dengan kamera tergantung di lehernya bertanya kepada Fredy.

“Benar ... Anda harus berhati-hati. Jangan sampai orang-orang di rumah itu tahu kalau anda sedang meliput di sana.” Jawab Fredy kepada seorang wartawan yang sengaja ia sewa untuk mendapatkan video dan foto kegiatan yang terjadi di dalam rumah megah di depannya.

“Baik ... Percayakan kepada saya.” Jawab sang wartawan dengan penuh percaya diri.​

Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd