Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Real Story] GAIRAH TABU

Status
Please reply by conversation.
PRESTASI PENGANTAR TABU PART 4

Kini aku tengah terbaring sendirian dalam sebuah kamar yang jaraknya berdekatan dengan sebuah ruang dapur. Seberang pintu kamarnya berhadapan langsung dengan sebuah ruang terbuka tempat berjemur pakaian. Bukan ruang terbuka tapi sebuah ruang yang atapnya terbuat dari acrylic sehingga cahaya matahari bisa langsung menembusnya. Dipojok Sebelah ruang jemuran tersebut terdapat sebuah kamar yang ditempati Bi Eha.

Aku yang masih terjaga berdiri menghampiri kaca jendela yang tertutup tirai. Tampak dibalik tirai terlihat remang-remang rintik hujan yang kian mereda. Jam dinding yg menempel dalam sebuah kamar yang tidak begitu luas Itu sudah menunjukan pukul 11 malem. Dengan suasana kamar yang asing ini cukup membuatku sulit memejamkan mata, terlebih akan memikirkan kejadian yang telah terjadi tadi ketika melihat cover kaset VCD di kamar bu Dedeh.

Aku masih diam mematung duduk diujung kasur. Dan mataku melihat-lihat sekeliling kamar ini yang konon katanya dulu ditempati oleh seorang sopir pribadi suaminya yang kini sudah berhenti bekerja.

Perutku yang agak sedikit kekenyangan merasa ingin buang air. Mungkin ini efek tadi kebanyakan makan malem yang disajikan bu Dedeh. Akupun berniat keluar kamar untuk sekedar mampir menuju toilet yang jaraknya tidak begitu jauh dari kamar yang aku tempati.

Entah kenapa aku yang sudah lega buang air, jiwa petualang ku mengajak untuk berjalan menuju ruang keluarga. Semua terasa sepi dan ruangan tampak gelap. Hanya Lampu beranda depan rumah yang selalu setia menerangi. Suasana Ruang tamupun yang tadi sore Terang benderang kini hanya tersoroti remang-remang cahaya Lampu dari luar.

Akupun berniat untuk kembali ke kamar. Namun langkah kakiku terhenti di dekat bibir tangga menuju ke kamar bu Dedeh dan kamar evan. Ada rasa penasaran yang begitu mendalam ketika melihat ke atas, hanya ruang kamar bu Dedeh yang lampunya Masih terlihat menyala, padahal kamar evan tampak hanya cahaya Lampu kecil yg menyala. Cahaya Lampu tersebut terlihat dari kaca jendela kecil yang posisinya berada diatas pintu masing2 kamar.

Akupun berjalan pelan-pelan menaiki tangga. Sesampainya di ujung atas tangga, jantungku berdegup kencang, bahkan semakin cepat ketika sampai tepat didepan pintu kamar beliau. Dibalik pintu itu aku mendengar sebuah suara, yang pastinya menandakan bahwa bu Dedeh belum tidur. Rasa penasaranku membuatku memaksa untuk menempelkan daun telinga tepat dikulit pintu. Suara Itu semakin jelas seperti orang yg sedang kesakitan, bahkan terkadang sesekali melenguh pelan seperti layaknya orang yang sedang menangis.

Apakah telah terjadi sesuatu dengan bu Dedeh??? Aku yang waktu itu begitu polos sangat mengkhawatirkan keadaan beliau. Ingin rasanya aku mendobrak pintunya dan beraksi layaknya pahlawan kemaleman, namun Itu adalah hal konyol yang mungkin menimbulkan pertanyaan yg akan membuatku semakin tampak bodoh Karna di malam2 begini ngapain juga aku berada diatas tepatnya depan kamar beliau.

Akupun sempat ingin mengetuk pintu, namun mengurungkannya, tatkala melihat sebuah lubang kunci. Aku menyipitkan mata ingin melihat apa sebenarnya yang terjadi melalui celah tersebut. Apa yg kulihat saat Itu tampak ga jelas Karna terhalang kunci yang menempel dilubang tersebut. Aku terdiam. Akupun segera bergegas kembali turun menuju kamar.

Didalam kamar aku semakin gelisah akan keadaan bu Dedeh. Aku khawatir dan terdapat perasaan takut akan terjadi sesuatu dengan beliau. Ada sebuah tanda Tanya besar yang terus melingkari isi kepala. Lalu aku teringat akan sebuah ungkapan :

"HIDUP ADALAH KEBERANIAN MENGHADAPI TANDA TANYA"
Soe Hoek Gie.

Itu adalah sebuah statement yang pernah kubaca dan slalu kuingat dlm sebuah buku di perpustakaan sekolah. Mengingat akan hal Itu membuatku semakin kuat bertekad untuk kembali keatas. Konyol emang cara berfikirku saat Itu.

Kubuka pintu kamar pelan-pelan. Dan tanpa sengaja aku melihat sebuah kursi didekat jemuran. Timbul ideku untuk mengambil kursi tersebut keatas untuk dijadikan pijakan agar aku bisa melihat apa yg sedang terjadi di dlm kamar bu Dedeh melalui kaca jendela kecil yang tepat berada di atas pintu.


Foto Hanya Ilustrasi

Kursi Itu kini sudah bertengger didepan pintu kamar beliau. Dan Suara Itu Masih terdengar samar ditelingaku. Akupun berdiri menaiki kursi tersebut. Sepintas aku melihat daster luaran kimononya tergeletak di karpet lantai begitu saja.


Foto Hanya Ilustrasi

Dan tiba2 mataku terbelalak melihat apa yg sedang terjadi di dalam kamar. Bulu kudukku berdiri layaknya org yg baru ketemu jurig (setan). Sungguh suasana pandang yang tak biasa bahkan belum pernah aku melihatnya dan mustahil terjadi jika aku membayangkannya. Melihatnya aku hanya bisa menelan ludah berkali2. Keringet dinginpun bercucuran di wajahku. Aku melihat bu Dedeh membuka lebar2 kedua belah pahanya dengan tangan kanan berada diantara keduanya. Didepannya tampak beliau sambil melihat layar TV yang sedang menyala. Rupanya beliau sambil menonton VCD player. Kepalaku Seketika terasa pusing, bahkan aku merasakan celana suaminya yg kupakai kedodoran Itu tampak semakin menyempit di area pinggang.

"Ibuuu.....!!!"

Sontak aku kagetnya bukan main, ketika terdengar sebuah teriakan diiringi tangisan dikamar Evan. Evan menangis keras terbangun dari tidurnya. Tanpa berfikir panjang akupun langsung lari turun kebawah dan kembali ke kamar tidurku. Tak lama kemudian sebelum aku sempat membuka pintu kamarku, terdengar suara pintu kamar diatas terbuka.

Setibanya didlm kamar, aku hanya berdiri kaku dan bersender dibalik pintu. Baru saja merasakan Kakiku yg terasa gemeteran, aku teringat pada kursi yg tadi kubawa keatas.

"Aaarrghh Sialan, bener2 gawat, aku lupa menurunkan kembali kursinya", fikirku.

Nasi sudah menjadi bubur, dan waktupun tidak bisa diulang kembali. Andai saja aku kembali ke atas dan mengambil buat menurunkan kursi, pasti akan lebih menimbulkan kecurigaan bu Dedeh.

Aku hanya diam termenung. Keringet dinginpun masih menyelimuti tubuh. Aku merasakan sesuatu yang sulit aku jelaskan diwaktu Itu. Aku rasa seperti ada sebuah hasrat keinginan yang belum dan harus dituntaskan. Entah apalah Itu. Sepanjang malam Itu aku gelisah. Mondar mandir gak karuan dalam kamar.

Selang beberapa menit, dgn masih diliputi penuh rasa penasaran, akupun memutuskan untuk kembali keluar kamar. Pelan tapi pasti akupun kembali membuka pintu kamar. Tampak suasana kamar atas sudah kembali hening. Namun ketika hendak menaiki tangga, aku melihat kini Lampu kedua kamar atas Itu menyala. Tampak sinarnya keluar dari celah kaca jendela diatas pintu kamarnya masing2. Hal Itu membuatku menjadi mengurungkan niat untuk kembali ke atas. Aku takut ketahuan sama bu Dedeh, yang ketika Itu mungkin saja bu Dedeh ada dikamar Evan, atau evanlah yg berada dikamar ibunya.

Aku berjalan kembali menuju kamarku dengan perasaan yg tidak menentu. Ketika masih diluar pintu kamar Itu aku hanya berjongkok. Kedua tanganku masih memegang erat kepalaku. Nafasku menderu-deru seolah habis balapan lari marathon. Akupun membalikkan badan dan bersender terduduk di dinding tembok luar kamar sebelah pintu. Di tengah kegalauan Itu, tampak pemandangan jemuran tepat didepan mataku, aku samar-samar melihat pakaian bu Dedeh yg dipakai saat tadi pagi disekolah menggantung pada jemuran. Disana juga terdapat banyak pakaian evan yg menggantung.

Entah bisikan dari mana, aku langsung mendekati jemuran pakaian Itu. Dan tampak terdapat pakaian dalam beliau. Ditengah nafasku yg semakin menderu, tanpa berfikir panjang lebar, tanganku yg pada saat Itu masih terasa gemeteran langsung menyambar pakaian dalam dan pakaiannya yg entah apa yg ku ambil. Aku langsung membawanya masuk ke dalam kamar dan segera menutup rapat pintu.

Aku dengan segera membuka genggamanku. Aku melihat pakaian beliau yg aku ambil ternyata Rok span hitamnya, BH hitam, dan 2 buah celana dalam berwarna putih dan biru tua.

(Intermezzo : waktu Itu sempat Hatiku tergelitik rasanya, memikirkan jangan2 pakaian dalam yang aku ambil Itu miliknya Bi Eha hahahahaha,,tapi sudah aku pastikan kalo Itu milik bu Dedeh, Karna jemuran bi Eha berdiri terpisah Dipojok tepat depan kamarnya.)

Fantasi ku akan melihat pakaian dalamnya itu seolah merasakan beliau tengah berada kehadirannya didalam kamar bersamaku. Aku menciumi BH hitamnya dan celana dalamnya. Terasa sekali bau aroma tubuh beliau. Namun disela-sela fantasi ku itu aku merasa bersalah Karna telah mengambilnya. Terlebih lagi aku merasa takut akan ketahuan. Sejenak aku terdiam menatapi pakaian dalam tersebut. Dan akupun menyadari apa yang aku lakukan ini adalah sebuah kesalahan. Maka dari itu aku berfikir lebih baik mengembalikannya ke tempat semula.

Aku berniat mengembalikan tidak sekaligus, soalnya aku bener2 takut ketahuan. Aku mengambil BH hitam dan celana dalam putihnya yg halus Itu untuk dikembalikan terlebih dahulu. Pintu kamar aku buka perlahan, kutengok kanan kiri depan pintu kamar untuk memastikan tidak ada orang. Aku berjalan perlahan menuju jemuran dan segera menempatkannya di posisi semula. Namun baru saja selesai meletakannya.....

"Riyan, sedang apa kamu malam2 begini?",

Aku serasa disambar petir dan hampir saja berteriak saking kagetnya terdengar sebuah suara yg bisa dipastikan kalau Itu Bu Dedeh.


Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
mantap huu, ditunggu update selanjutnya gurih gurih nyoyyt hihi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd