Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rewrite : Pelajaran Mimin

Status
Please reply by conversation.
Mantap suhu..

Seneng banget genre seperti ini..

Gak buru2 hajar meki, mash ada kontrol nafsu ama nalar..

Justru pertentangan gitu yg bikin terbawa alur cerita..

:semangat:
 
wiiiih. Si Mimin malah jadi mentor temen"nya yak. Ga rugi si Babe ngasih pelijaran. Ech, pelajaran. xD
 
Terimakasih atas apreasiasi agan-agan. Ditunggu kripiknya. Lanjut pun.

***

BAB III. UJIAN AKHIR

"Mimin pernah masturbasi seperti itu sebelumnya?"

Tanyaku dua hari setelah kejadian "luar biasa" itu. Aku terus terang agak terkejut dengan keberanian Mimin mengajari teman-temannya. Tapi tak ada nada marah dalam pertanyaanku. Mimin tahu itu.

Ia tersenyum kecil. Kemudian mengangguk.

"Waktu itu malam hari, entah kenapa Mimin engga bisa tidur, terus kok kayanya Mimin denger denger suara Ibu dan Ayah ..."

Duh ...

"Ya, Mimin ngintiplah, liat Ayah lagi ..."

"Iya, cukup, terus, ..."

"Mimin horny yah liatnya, terus rasanya pengen meraba itu, dan ..."

"Enak Min?" tanyaku tersenyum.

Dia mengangguk dan tersenyum lebar.

Bisa jadi itu kesempatan terakhir Aku dan Mimin bersama-sama, karena setelah kejadian "luar biasa" itu, bisa dibilang Aku dan Mimin jarang sekali mempunyai waktu "berdua". Mungkin karena Aku juga mulai didera perasaan bersalah karena Aku berbuat yang tak pantas terhadap anak angkatku dan serasa berkhianat pada istriku, sehingga aku menghindari momen-momen dimana aku hanya berdua saja dengan Mimin. dan lagipula, aku pikir kurikulum yang aku berikan sudah cukup untuk "membekali" Mimin.

Mimin pun rasanya tahu gelagatku, dan bersikap senormal mungkin layaknya anak pada bapaknya, terutama di depan istriku. Aku menjadi tenang karena Mimin mampu menjaga jarak denganku. Mungkin dia pun sadar bahwa hubungannya mulai tak sehat dengan ayahnya. Dan pula, Mimin pun mulai fokus untuk menghadapi ujian nasional kelas tiga SMA.

Iya, Mimin sudah SMA kelas tiga, dan sebentar lagi dia lulus. Dan setelah lulus, dia pasti akan pindah ke Bandung, minimal harus begitu. Standar Aku dan istriku cukup tinggi mengenai pendidikan anak-anak kami. Aku sendiri lulusan I*S Surabaya, walaupun akhirnya cuman jadi sales mobil. Pernah aku mencuri dengar pembicaraannya dengan kedua abangnya, dan dia bilang pengen mengambil teknik arsitektur di I*B. Pilihan yang cukup masuk akal untuk gadis sepintar dia. Tentu saja dia pintar, dari mulai SMP sampai SMA, tak pernah dia lepas dari 3 besar.

Hari-harinya kemudian dipenuhi dengan les, try out, dan belajar bersama dengan teman-temannya. Kadang pula teman-temannya mampir ke rumah untuk belajar, dan aku sendiri berharap bahwa kejadian luar biasa itu bisa terulang kembali. Nyatanya tidak, mereka tekun sekali belajar. Tapi sore itu Mimin benar-benar usil, mungkin tak ia sengaja. Seperti biasa, aku sudah pulang lebih dulu dari istriku ketika Mimin dan teman-temannya belajar bersama di ruang tengah. Mereka memang jarang belajar di kamar Mimin karena katanya gerah kalo terlalu lama di kamar. Pada akhirnya mereka menguasai ruang tengah, ngedeprok di depan TV. Aku seperti biasa duduk sambil ngopi dan baca koran pagi yang belum sempet aku baca, dan seperti biasa dengan sarung.

Entah kenapa, sedari duduk sama teman-temannya, Mimin berada tepat di seberangku, dan teman-temannya duduk mengelilinginya. dalam keadaan dia duduk ngedeprok, kakinya yang mulus terlihat jelas olehku. Tentu saja aku sibuk "membaca" koran, tapi entah kenapa, mataku tak bisa lepas dari paha Mimin yang sering terlihat. Berkali-kali dia membenarkan posisi duduknya, mungkin karena kelelahan, dna berkali-kali itu pula aku "tak sengaja" melihat daleman Mimin. Putih polos! Sial, aku ngaceng melihatnya.

Tak bisa kubiarkan keadaan ngaceng ini berlarut, karena aku pake sarung dan pasti akan terlihat jelas oleh anak-anak. Aku akhirnya undur dari ruang tengah dan memilih duduk di teras belakang. Aku kaget ketika tak lama kemudian Mimin berbisik di sampingku

"Ayah ngintip ya, hihihihi."

Pada akhirnya energi seksku yang berlebih ini kuhabiskan bersama dengan istriku.

"Ayah kok hampir setiap hari sekarang minta sih?" tanya istriku suatu hari selepas persetubuhan yang nikmat.

"Ga boleh ya?" kataku sambil menciumi dadanya.

"Ya boleh aja, sih, ibu malah seneng. Temen-temen arisan aja katanya udah jarang dapet jatah," kata istriku.

"Jadi kalo arisan ngobrolnya ibu-ibu suka gituan ya?" kataku sambil terus menciumi puncak dadanya dan meremas lembut sisi lainnya.

"Hihihi, kadang-kadang. malah ada yang pernah nanya, gimana caranya supaya suaminya ga gampang ngecrit ..."

"Wah, wah,...."

"Ga kaya suamiku, jagoan, keras, panjang, dan tahan lama ...," katanya sambil mengelus penisku yang masih licin karena peju.

Aku tentu saja bangga dengan pernyataan istriku. Memang punyaku tak pernah gagal.

***

Mimin akhirnya lolos masuk ke teknik arsitektur I*B. Tak mengejutkan sama sekali. Kami semua berduyun-duyun kemudian mengantarnya ke Bandung, setelah sebelumnya kedua kakak kembarnya mencarikan kos buat Mimin.

Sesungguhnya sedih sekali melepas kepergian anak kami terakhir, karena itu berarti rumah kembali sepi, hanya kami berdua. Ibu Mimin sampai tersedu-sedu melihat kepergian anak perempuan satu-satunya. Aku pun lega. Tentu juga karena pertimbangan lain, dia harus jauh dari Aku, ketakutanku satu-satunya adalah ketika Aku tak bisa menahan diri ketika di dekatnya.

Setelah beberapa bulan di sana, yang jebol adalah jatah telpon bulanan kami. Ibunya Mimin sering sekali menelpon dia, begitu juga dengan dia yang sering menelpon ibunya, istriku. Ada saja yang diceritakannya, mulai dari OSPEK yang nyebelin sampai temen cowok yang mulai banyak mendekati dia, termasuk yang mulai menarik perhatian dia. Semua diceritakan kepada istriku. Aku paham, usia Mimin memang sudah saatnya masuk usia pacaran. Aku lega. Walau bagaimanapun, suatu saat dia bakal berpisah dengan kami dan membentuk sebuah keluarga.

Suatu hari sekitar 6 bulan setelah dia memulai kuliahnya, Mimin pulang tanpa memberitahu kepada kami. Tentu saja istriku gembira alang kepalang, begitu kangennya dia dengan suara dan keramaian rumah yang ditimbulkan Mimin.

"Ayah, ibuuuuu..."

Segera saja ibunya merangkul dan membawanya ke dalam untuk berbagi kangen dengan anak perempuan semata wayangnya. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas kemudian mereka asik berdua di ruang tengah. Aku menyingkir, mengetahui bahwa pembicaraan mereka pastinya tak mau Aku dengar.

"Yah, Yah,..."

Aku membaca koran di halaman belakang.

"Ibu mau arisan bentar, ya. ini anakmu perempuan ditemeni dulu. Nanti abis arisan ibu mau beli martabak di depan buat Mimin. Kangen martabak enak katanya," istriku berkata sambil memeluk Mimin dari samping.

"Lah Martabak depan kan jauh? Mimin tega atuh nyuruh-nyuruh Ibu?" tanyaku bercanda. Tapi tukang martabak langganan itu memang agak jauh dari rumah kami, sekitar 1,5 kilometer.

"Iya kan arisan di rumah bu Dewi? deket atuh dari tukang martabak. Lagian jalan ada barengannya bu Yuyun. Udah ah, ibu berangkat sekarang. Udah telat nih."

Mimin nyengir memandangku.

"Mimin ...," panggilku tersenyum lebar ketika istriku sudah pergi.

"Ayah, Mimin kangen banget sama Ayah," hamburnya memeluk diriku yang sedang duduk. Langsung saja dia duduk dengan enaknya di pangkuanku. Seperti dulu.

Kulihat Mimin sudah jauh terlihat dewasa. Iya, baru 6 bulan meninggalkan rumah dan dia sudah terlihat lain sekali dengan Mimin waktu SMA. Gincu dan perona sudah mewarnai wajahnya yang ayu dan putih. Dia tampak cantik sekali. Pasti ibunya yang ngajarin.

"Mimin sekarang tambah cantik," kataku mengelus wajahnya.

"Ih Ayah, jadi dulu Mimin ga cantik?" katanya sambil menatapku, tentu tubuh kami masih berpelukan erat. Tubuhnya harum sekarang, sensual, erotis atau apapun namanya. Parfum mahal ini. Beda sama jaman SMA dulu. Dadanya yang padat sekal menghimpit dadaku. Kurasakan bagian bawahku mulai bereaksi. Reaksi yang sebenarnya tak kuinginkan. Sudah hampir satu tahun sejak pelajaran-pelajaran itu. Tapi toh Mimin sudah familiar dengan reaksi itu. Mimin tanpa ragu mengecup bibirku. Aku menahan kepalanya.

"Min, sebaiknya kita ..."

"Mimin kangen Ayah, ..." katanya melemah dan bibirnya kemudian mencium diriku. Pertama lembut, dan kemudian bertambah intens.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kamu memang jahat suhu, bikin kentang...ayo dilanjutkan suhu biar :tegang:mantap.
 
Bimabet
Yaaaah. . . ! :fiuh: Motongnya afgan banget. "sadis" udah mau on, ech dicut. Hehehe.

ditunggu kelanjutanyapun. :)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd