Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rise Up

Status
Please reply by conversation.
Ini si nama SPG satu regu :D

Eh, klo dirangkai jadi 1 nama :ANNABELLA CINDY WINDARANI ;)

Yg mo ambil tuk nama anak monggo, yg penting pesen ane tu nama anak cewek ya, bukan nama anak laki :p:p:p
Wow, ane baru sadar, iya juga ya. :mati:
Wuih, bagus nih.
Ijin parkir suhu..ceritanya mengalir, seneng sama genre2 kaya gini. Yg harus mulai dari titik nol lagi..
Silahkan Om
Keren n seru nih
Monggo...
Makasih panggilannya om @jenkok maaf selalu telat..sehat selalu ya om..

Seperti biasa ijin ikut meramaikan trit yg baru ini..kayaknya ga action lagi ya om.. @Safwnes :Peace:
Tpi seru ini crita..
Tetap semangat ya om sehat2 selalu..
Gatelat banget kok Om, baru prolog dan Chapter 1. Yang action2 cukup di sebelah aja. :pedang:
 
Dipanggile Annabel ya om... Tar kalo malem suka hadir buat nakut2in
Sama dgn genre yg gak ane suka om...




Oh iya smpe lupa.


Maaf om, baru baca skr cerita ente.


Hmm...
Baru capter 1, udah galau2an gini.
Masih meraba2 sih ni cerita.


Tp ada sedikit tebakan kenapa Dilla mutusin Febri.

Hmm.


Sama tebakan reader lain.
Tp sudahlah...



Ane nunggu part selanjutnya

Ini si nama SPG satu regu :D

Eh, klo dirangkai jadi 1 nama :ANNABELLA CINDY WINDARANI ;)

Yg mo ambil tuk nama anak monggo, yg penting pesen ane tu nama anak cewek ya, bukan nama anak laki :p:p:p
 
Chapter 2
Thunder
Tepat malam ini, telah sebulan penuh aku menghabiskan malam dengan mengisi sesi live akustik di angkringan. Andi beserta teman-teman disana sangat ramah dan supel. Aku pun merasa nyaman dan akhirnya memiliki teman setelah lama. Terlebih, they befriend me as who I am, bukan sebagai anak orang kaya, tetapi benar-benar sebagai diriku sendiri. Suatu hal yang tidak kudapatkan pada teman-temanku dulu.

Namun semua itu hanya berlangsung ketika matahari telah terbenam kembali ke persembunyiannya. Aku masih tak punya kegiatan apapun dan terbalut dalam kesendirian tiap pagi hingga petang. Uang sebagai honor mengisi live akustik bukanlah seberapa tentunya, mengingat yang mengisi akustik memang biasanya punya kegiatan lain disiang hari seperti berkuliah, sebagai contohnya. Upah tak seberapa itu pun sebenarnya hanya cukup untuk ongkos bensin dan yah, jajan ku untuk membeli tembakau. Tentunya tak akan mampu untuk membayar kebutuhan makan dan kostan, walaupun kostan telah kubayar untuk satu tahun ke depan.

Aku benar-benar membutuhkan primary income, dan pastinya itu hanya dengan memulai usaha yang entah apa itu. Usaha? Iya. Come on guys, apa yang bisa dilakukan pemuda 20 tahun dengan ijazah SMA di tahun 2014, ketika tanpa memiliki satupun keahlian khusus? Mungkin ceritanya akan berbeda jika aku dulu mengambil sekolah kejuruan, tentunya aku memiliki satu dua keahlian yang akan berguna, namun, sejatinya lulusan SMA memang secara tidak tertulis harus melanjutkan ke bangku perkuliahan kan? Kecuali dengan satu pilihan terakhir yaitu memulai usaha. Dan bukankah berbisnis itu 9 dari 10 pintu rezeki?cmiiw

Akan tetapi, Entah kenapa, bathinku berkata bahwa, aku tidak harus terburu-buru menentukan usaha apa yang akan kutekuni nantinya, meski dengan modal yang terbilang banyak.
Oke, mulai sekarang, just let the destiny do Its job. Karena aku yakin, suatu saat aku akan tau bisnis apa yang harus aku lakukan, biarkan takdir yang membicarakannya.

Eh. Eh....Tunggu, apa benar seperti itu? Apa itu semua bukanlah hanya alasan konyol ku sebagai bentuk tindakan alam bawah sadar dari pembenaran untuk tak beranjak keluar dari zona nyaman?
Hm....Entahlah.

Terlalu banyak keentahan yang berkumpul di dalam tempurung kepala ku. Aku benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih selama ini. Bagaimana mungkin aku akan bisa mengambil keputusan penting dalam hidup ku ketika aku masih seperti ini? Ketika bahkan aku tak punya satu pun tempat yang tepat untuk berkeluh kesah menceritakan ini semua.

Ahhh ... Seandainya dia masih ada di sisiku. Tentunya semuanya tak akan sesulit ini.

"Woi bengong aja lu, abis gajian bukannya seneng malah bengong"
Aku tersadar dari kecamuk pikiran ketika Andi menegurku sambil menyiapkan sound sistem untuk akustikan.

"Eh, iya, maklum, stok asap abis. Heheh"

"Yowis, beli noh didepan, kan ada minimarket. Sekalian buat gua yak, hehe" Andi menatapku sambil cengengesan.

"Lu mau dibeliin rokok?"

"Iya, kalau situ lagi dermawan, ya beliin. Buruan sono, keburu ramai tamu ntar. Belum sebat nya lagi"

"Oke, deh. Jangan nyesel ya sob. Tadi nya mau niat traktir makan dimana gitu mumpung gajian, kan lu yang kasih gua kerjaan dimari, eh tau nya minta rokok doang" jawabku dengan nyengir jahat seperti stiker pandajahat di forum 46

"Haha, kampret. Yaudah buruan sana"

Aku melangkah santai ke mini market yang merupakan waralaba asing yang tepat berseberangan dengan lokasi angkringan. Aku menuju lemari pendingin, mengambil kopi instan kalengan, menuju meja kasir , menyebutkan 2 merk rokok dan membayarnya. Karena cukup haus, langsung saja ku buka kopi kalengan dan meneguknya sambil berjalan menuju pintu kaca.

Tanpa kusadari, seorang wanita sedang berdiri di pintu kaca hendak masuk dan mendorong pintu kaca ke arahku. Sesuatu yang sepertinya juga dilakukannya tanpa sadar karena pandangannya teralihkan ke smartphone berlogo buah di tangannya. Dan Yup, sesuatu yang bisa sama-sama kita tebak pun terjadi. Pintu kaca itu menyenggol sikuku yang sedang menuangkan minuman kopi kaleng tadi sehingga kopi itu tumpah membasahi kemeja lengan pendek yang berwarna navi. Untung saja kopi nya dingin, kalau panas, rugi dua kali dong. Rugi pertamanya jelas kemeja ku basah dan terpapar jelas lah noda kopi itu di baju ku.

626c721071603814.jpg
"Aduh... Maaf dek. Gak sengaja. Ga liat tadi. "
Wanita itu terlihat panik dan tampak rasa bersalah di matanya sedangkan aku masih bengong hanya memikirkan satu hal yaitu bagaimana aku bakal akustikan dengan pakaian basah kayak begini???? Oh iya, pinjam jaket Andi aja deh.

"Dek? Kok malah bengong? Duh sorry banget ya."

"Eh? Oh iya mbak, Eh, tan... Gapapa. Saya masih bawa jaket kok"

"Beneran?"

"Iya tan. Toh sama2 ga lihat dan ga ada yang sengaja kan?"

"Oke deh, kalau gitu. Kamu tunggu di depan sebentar ya, saya ganti minuman kamu."

"Eh gausah, Tan"

Wanita tadi berlalu ke lemari pendingin dan mengambil dua kaleng kopi dengan jenis yang sama dan membeli sebungkus rokok di kasir kemudian menghampiri ku yang masih bengong di luar.

"Nih kopi kamu, trus ini." Tangannya memasukkan rokok yang dibelinya tadi ke saku kemeja ku.

"Tau dari mana rokok saya yang ini Tan? Kan saya beli 2 macem tadi?"

"Nebak, hihi. Eh, sorry banget ya tadi. Trus baju kamu gimana?"
Wanita itu berjalan dengan anggun kemudian duduk di kursi di halaman minimarket. Tanpa sadar, aku pun mengikuti dan duduk di depannya. Wanita itu membuka kaleng kopi satu lagi dan meminumnya.

"Ada jaket kok, tan. Beneran. Ummm, saya pamit kedepan dulu ya tan"

"Hmm oke deh. Sekali lagi maaf ya" Ia masih saja menunjukkan ekspresi bersalah dan menyesal.

"Beneran tan, gakpapa kok. Saya juga salah gak lihat-lihat tadi, gak enak nih ampe di ganti segala kopinya. Oke saya pamit ya Tan"
Lalu, Aku mengangguk sopan dan dibalasnya dengan senyuman, kemudian tampak fokusnya kembali ke smartphone sesaat sebelum aku berbalik badan dan berjalan kembali ke Angkringan.

"Lah, kenapa lu? Nyungsep ke got? Hahaha" Andi tertawa kencang saat melihat pakaianku yang basah dan bernoda gelap.
"Kena tumpahan kopi." Balasku singkat, karena sebenarnya malu juga diketawain seperti itu dengan suaranya yang keras, bahkan banyak pengunjung yang melihat ke arahku. Dikira nyungsep ke got beneran ntar.
"Hahaha, kualat sih lo, mau traktir tapi ga ikhlas"katanya sambil masih memegang perut menertawakanku.
"Kunyuk, berisik oi. Malu gua. Nih rokok lu. Eh, pinjem jaket dong." Andi menangkap bungkusan rokok yang ku lempar, kemudian menyerahkan jaket bomber yang beberapa saat lalu dipakainya.
Sebagai teman yang layak dijadikan sahabat, dia rese, tapi masih tetep bisa di andalkan. Kategori sahabat banget kan?.

Lalu semua berjalan seperti biasa pada malam itu. Yah, seperti biasa. Atau memang itu hanya perasaanku? Entahlah. Aku hanya merasa ada sesuatu yang mengusikku sejak tadi.

***

4 hari berselang, saat aku baru sekitaran setengah jam perform di angkringan, tampak sebuah SUV keluaran jepang berwarna hitam parkir di mini market di seberang angkringan. Tanpa sadar, ketika selesai perform sebuah lagu, mata ku memandang ke arah mini market untuk beberapa detik kedepan. Hm, sepertinya ini yang mengusik pikiran ku selama 4 hari terakhir.

"Andi, gw makan dulu ya bentar"

"Oke. Eh, lu mau makan dimana? Ga makan disini? Tumben." Dia mengernyit bingung saat melihat ku seperti hendak berjalan ke mini market.
"Kangen gw makan mi instant"
"Ada gitu kangen ama mi instant?"
"Lah ini buktinya"
"Kangen ama cewe ,oi. Bukan sama mi. Hee, dasar jomblo ga bisa move on lu"
"Diem, cuk" kataku sambil melempar pemantik api kearahnya. Bukan yang petak2 itu kok, yang 4000an aja, biar kepalanya ga bocor, heheh.
Setelah kena lempar, yang ada Andi malah ketawa cengengesan.

Sesampainya di minimarket, aku langsung mengambil minuman dingin dan menyeduh mi instan yang berwadah styrofoam, dan duduk di luar setelah menyelesaikan pembayaran.

"Ehm, duduk disini ya Tan" kataku memulai pembicaraan.

"Eh...um..iya" jawabnya. Entah kenapa ada rasa gugup dari suaranya. Bukankah seharusnya aku yang merasa gugup karena tiba-tiba menghampirinya.

"Boleh nanya Tan?" Aku memasang sikap santai, namun hormat.

"I-iya. Apaan?"

"Rumah tante dekat sini ya? Akhir-akhir ini sering duduk disini, bahkan tiap malam."

"Kenapa nanyain itu?" Wajahnya berubah tegas dan sedikit galak...atau,,,,berusaha tegas... Mungkin.

Aku tersenyum tipis.

"Maaf sebelumnya kalau saya lancang bertanya seperti itu, dan pertanyaan kedepannya"

Ia mengernyit. Meletakkan hape nya di atas meja, sekilas terlihat layarnya menampilkan tampilan sms operator dan draft sms. Ngapain sms an dengan operator? Fix dia grogi. Dan senyumku pun semakin lebar.

"Kenalin, tan. Saya Febri. Boleh tau namanya,Tan?"

"Eh?... Sa...Sabrina. " kan, bener. Doi grogi.

"Inget saya?"

"Inget." Kepalanya menunduk sedikit saat menjawabnya. Loh, kemana wajah tegas dan galak tadi?

"Tan, pertanyaan pertama saya belum dijawab loh. "

"Eh? ....um.. yang mana?"
Duh , Doi kok kikuk begini. Jadi lucu. Hihi.

"Rumah tante , disekitar sini y ?"

"Ohh, ga jauh kok, ga deket juga"

"Tan ... Suara saya sebagus itu kah? sampai tiap malam mampir kemari, bahkan duduk sekitar 3 jam-an lebih disini"

Seketika matanya terbelalak. Haha , tentu saja dia kaget dan tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan sefrontal ini.

Iya, Dia lah sosok yang 4 malam terakhir mengusikku karena selalu ada dan dengan jelas terlihat bahwa pandangan nya mengarah ke angkringan, menyaksikanku saat perform. Dan itu selalu lebih dari 3 jam, or 3/5 dari sesi ku perform. Jelas, Aku tidak terlalu GR dalam mengambil kesimpulan ini. But wait, kenapa seperti Dejavu ya?

"Hah? E-enggak kok! Kamu kepedean dek"
Wajahnya berusaha tegas, namun jelas pipi nya tersipu. Hm... Dia ga pandai berbohong ya.

"Ohhh, begitukah? Maaf ya tan. Soalnya saya heran aja, kenapa akhir-akhir ini sering liat tante duduk disini selama itu."

"Hmm.... Gimana ya bilangnya. Kamu, kalau siang sibuk ga? Ngampus atau apa?"

Kutatap matanya lekat-lekat. Keningku mengernyit hingga kedua alisku seperti bertautan.

"Ya gantian, saya yang tanya kamu. Kamu kuliah atau kerja gak siangnya?"

Aku hanya menggeleng pelan. Dan melihat jawabanku, ada bentuk heran namun tampak juga kelegaan di wajahnya.

"Beneran? Jadi kamu ga kuliah atau kerja gitu siangnya?"
Sebuah senyuman tipis penuh arti pun tersungging dibibirku.

"Soal yang kemaren, Saya mau minta maaf , terus sebagai gantinya, saya ada dan mau kasih kerjaan buat kamu. Itupun kalau kamu mau."

"Hm, boleh. Apaan tan?"

"Kamu bisa nyetir?ada SIM?"

"Ada. Bisa kok"

"Supir saya resign belum lama ini karena keperluan keluarga, dan saya lagi butuh supir. Terutama untuk event minggu depan dan 3 minggu lagi. Yah, itu pun juga kalau kamu tidak keberatan. saya tau , kok. Anak muda sekarang kan gengsian"

Hm, sebenarnya aku mau saja langsung menyetujui terlebih aku sangat bosan berdiam di kosan tiap siang. Tapi, bukankah terlihat sekali kalau aku benar-benar mengharapkan nya. Ah, bener. Biarin aja lah. Toh, tak baik menolak rezeki.

"Boleh deh tan. Jadi kapan saya bisa mulai kerja?"

"Eh bentar dulu, kamu tau tanggung jawab kamu apa aja nantinya?"

"Enggak, hehe"

Dan kemudian wanita itu menjelaskan panjang lebar, sampai ke detail terkecil seperti menjaga penampilan pribadi, menjaga kebersihan kendaraan. Caranya berbicara, sungguh berbeda sekali dengan wanita yang sama dan kikuk, yang kulihat tadi beberapa menit lalu. Lebih....Anggun, namun berkharisma.

"Nah, terus, yang paling penting, karena jadi supir pribadi saya, ya harus nyaman kalau nyetir karena saya gampang mabuk kendaraan kalau yang bawanya ga halus. Sampai sini kamu mengerti?"

"Iya tan" aku mengangguk dengan semangat. Lumayan kalau jadi. Ya setidaknya bisa nutupin buat kebutuhan sehari-hari dan uang tabungan untuk modal usaha itu, tidak akan terusik nantinya.

"Oke, sekarang saya minta nomor telfonnya ya."

"Iya, Tan. Ini."

Setelah memberikan nomor yang sekaligus menjadi kontak Whatsapp, tiba-tiba hapeku berdering. Loh, ngapain si kunyuk nelfon.

"Iya, Apaan?" Aku melihat kearahnya yang sedang berada di angkringan dengan tatapan heran.

"Woi, lama banget makannya, lu makan apa ngemodusin cewe?"

"Ya makan lah" Eh, bentar-bentar. Yahhh. Mi nya udah ngembang sejak tadi. Duh, sampai lupa.

"Kalau udah, entar buruan kemari yak. Oh iya, gw pinjam motor dong ntar pas pulang? Motor gw masih di bengkel. Kasian entar, si Rani masa pulang naik taxi. Kita kan bubarannya malam"

"Kagak, naek taksi aja kalian, biar romantis"

"Yah, tega banget lu, feb"

"Nah trus kalau lu pinjem motor gw, gw pulang pake apaan?"

"Itu kan lu lagi dapat tebengan kayaknya."

"Hm... Yaudah, pake aja deh ntar."

"Oke mantap haha. Yaudah, lu lanjut deh, ngemodus nya , biar gua yang ngisi akustikan nya. Kalau mau bolos juga silahkan, kan gw bos nya. Temen seneng, gw seneng"

" haha, Yaudah deh. Gw makan dulu"

Lalu sambungan telfon pun ku akhiri. Dan aku mulai menikmati sajian mi instan yang tadi sempat lupa untuk ku makan, dengan lahap hingga habis. Dan memang sangat tidak mengenyangkan. Karena, alasan ku makan mie juga sebenarnya agar punya motif untuk menghampiri wanita yang sejak beberapa terakhir selalu memperhatikanku dari jauh. Kan, bener, kok kaya Deja Vu ya.

"Motor kamu di pinjam temen? " Tanyanya sambil melihatku yang sedang meneguk minuman soft drink yang tadi ku beli di minimarket.

"Hehe iya, tan. "

"Trus pulang entar gimana?"

"Naik ojol aja tan."

"Kamu masih lapar kan? Yuk temani saya cari makan. Saya lagi lapar sih. Hitung2 nge tes cara kamu bawa mobil."

"Eh????... Oke deh tan. Sebentar ya, saya ngantar kunci motor dulu." tentu saja aku gabisa nolak. Toh memang perutku masih lapar.

Setelah mengantar kunci motor ke Andi dan di balasnya dengan nyengir-nyengir penuh arti, aku pun bergegas kembali ke mini market.

Dan kini, kami telah berada dalam mobil SUV tante tadi. Aku duduk di kursi pengemudi dan Ia duduk di sebelahku.

"Kok duduk di depan tan? Bukannya seharusnya duduk di belakang ya?" Tanyaku yang masih heran dengan sikapnya.

"Emangnya ada aturannya kalau saya harus duduk di belakang?"

"Iya juga sih"

Mobil pun melaju santai di keramaian malam. Lalu lintas yang masih cukup padat karena masih pukul 20:30 malam pun mengakibatkan mobil hanya melaju pelan dan kami bisa lebih banyak mengenal satu sama lain.

"Boleh tau gak? Kamu, Kenapa tidak kuliah? Jangan bilang karena gak ada biaya. Karena saya gak akan percaya. Sepatu, jam tangan dan pakaian kamu branded loh. Yah walaupun gak terlalu mahal, tapi saya tau masing-masing diatas 700ribuan."

"Ini Kw kok. Tan"

"Oh iya? Hm. Saya lupa bilang sama kamu, kalau saya kurang suka dengan orang yang gak jujur"
Waduh, aku mesti bilang apa nih.

"Hehe, yah bisa dibilang, ini peninggalan masa-masa kejayaan gitu."
Dia menatap ku seolah mencari penjelasan.
Dan, akhirnya terbuka lah cerita kelam hidupku kepadanya, walaupun aku tidak mengatakan alasan rincinya dan keadaan papa yang sudah almarhum.

"Ohh, jadi kamu sempat kuliah kedokteran. Di kampus ternama lagi. Berarti kamu pinter dong"

"Kalau DO mah ya DO aja tan, mau itu kampus mana juga. Kalau alumni , baru deh beda."

"Hmm, iya sih. Eh kita berhenti disitu saja"
Dia menunjuk ke sebuah restoran dengan menu khas western yang terkenal mahal. Waduh, ini aku pasti di bayarin kan?

Ketika kami masuk ke dalam resto, terasa sekali sambutan hangat disana. Bahkan aku merasa seolah mereka mengenal wanita yang kusupiri sejak tadi. Dan itu semua terjawab dengan dihampirinya kami oleh seorang chef disana dan Ia menyapa wanita ini dengan hormat dan juga menyebut namanya. Makanan yang disajikan sangat lezat. Sudah lama rasanya sejak aku terakhir makan lezat seperti ini.

"Bagaimana? Enak kan? "

"Iya, Tan. Eh kok sepertinya mereka pada kenal dengan Tante ya?" Aku penasaran dan bertanya, sesaat setelah menyelesaikan santapanku dan membersihkan mulutku dari bekas makanan.
Ia hanya menjawab dengan senyuman penuh arti.

"Kos kamu dimana?"
Tanyanya saat kami di dalam mobil dan berada di pelataran parkir restoran.

"Deket kok, gajauh dari sini tan"

"Yaudah yuk saya antarin kesana."

"Loh, gausah tan, kan saya yang supir masa saya yang di antar pulang. Saya antar ke rumah tante aja. Nanti saya pulang gampang kok, cowok ini mah. "

"Hihi, oke deh"

Aku mengikuti arahannya dan kami tiba di sebuah apartemen mewah. Ia mengajakku untuk mampir, atau lebih tepatnya memaksa ku, Alasannya, agar tau nomor apartment nya.

"Duduk di sofa dulu, y Feb. Saya mau ganti pakaian dulu. Kamu ambil aja yang ada di Lemari Es." Ia berjalan meninggalkan ku yang masih terheran dengan sikap nya yang terlalu open seperti ini.

Aku celingak-celinguk sambil melihat interior apartment yang memang lux, dan berjalan santai menuju balkon untuk menghisap rokok.

Dalam benakku masih berfikir, mengapa Ia se Open ini kepadaku? Dan mengapa juga aku sampai menceritakan kehidupanku padanya. Apakah karena rasa nyaman yang sejak tadi kurasakan? Hm... Entahlah. Tapi, yang jelas rasa ini bukanlah sesuatu yang kukenal.

"Feb,,, kamu dimana?"
Sayup-sayup terdengar suaranya mencari keberadaanku.

"Di balkon, tan."

"Ohh kamu disini ternyata. Pasti ngerokok kan? Nah tuh bener"

"Hehe iya, tan. Kan ga mungkin didalam"
Aku memalingkan wajah ke arahnya yang berjalan mendekat dan.... Damn,,, she looks 20 years younger dengan celana pendek sedikit di atas paha , serta atasan tankTop putih dibalut kardigan berwarna biru laut, belum lagi rambutnya yang di ikat naik di belakangnya yang membuat leher putih indahnya terpampang jelas.

"Ehm" tegurnya halus. Namun sedikit terlihat ada senyuman di wajahnya.

"Eh... Sorry tan. Maap" aku salah tingkah.

"Kenapa minta maaf?"

"Maaf sudah tidak sopan"

"Haha santai aja, namanya juga anak cowo. Udahan ngerokoknya? Duduk di sofa di dalam aja yuk, dingin, kayaknya mau hujan. Nah, kan!bener, hujan."
Aku melihat keluar dan, OH MY GOD, beneran hujan. Gimana mesti pulang? Masa naik taxi? Mana jauh lagi.
"Yuk" Dia mengajakku untuk menyusul nya ke dalam.

"Mau minum apa Feb?" Tanyanya dari arah dapur saat aku sudah duduk di sofa.
"Nyalain aja TV nya"

"Iya tan, apa aja deh tan. Biar gak repot"

Aku duduk diam namun belum ku nyalakan TV yang ada di depanku karena masih ada rasa sungkan. Tak lama kemudian, Ia datang dengan 2 gelas lemon tea hangat dan duduk di sebelahku.

"Boleh saya tau kenapa, tan?" Tanyaku yang tak sanggup lagi menahan semua rasa penasaran yang berkumpul sejak tadi.

"Maksud kamu?" Ia menatapku dalam-dalam mencoba mencari tau maksud pertanyaanku tadi.

"Apa memang Tante seopen ini dengan orang yang baru dikenal? Kita bertemu 4 hari lalu. Kemudian setiap malam tante duduk di minimarket melihat saya perform, dan ketika saya menghampiri, dengan mudahnya tante menawarkan saya menjadi supir pribadi , mengajak saya dinner di resto mewah, dan bahkan mengundang saya masuk ke apartment tante. Ini bukan lagi tentang ungkapan rasa bersalah atas kejadian tempo hari. Kalau misalnya saya ngapa-ngapain, bagaimana? Kenapa Tante semudah itu percaya dengan orang asing? Maaf kalau pertanyaan saya lancang, saya benar-benar sangat penasaran. Motif tante apa?"

"Gak tau yah, kamu pakai pelet kali ya? Mau deh di apa-apain. Hihihi" Jawabnya dengan santai dan sedikit terkekeh.

Aku pun kemudian menatap matanya dalam-dalam , seolah menegaskan bahwa pertanyaanku serius. Ia menyadarinya dan merubah sikapnya, menghela nafas panjang, Kemudian tampak senyuman tipis di bibirnya, dan pembawaannya pun terasa berubah 180 derajat.

"Tatapan serius mu itu serem juga,ya. Walaupun saya ga takut sih. Hm... Kayaknya kamu tidak sepolos yang saya kira dan memang pintar untuk mengendus sesuatu. Iya, alasannya memang ada. Dan entah kamu akan percaya atau tidak.

Kamu.

Mirip sama mantan saya dulu, feb"

"Mantan suami? Tante sudah cerai?"

"Tidak, dan Iya. Saya sudah lama bercerai. Tapi kamu bukan mirip dengan dia. kamu....mirip mantan pacarku waktu sekolah." Sekilas nampak matanya mulai sendu saat mengucapkan itu.

"Tapi tidak mungkin kamu anaknya kok, karena kebetulan mirip saja. Toh, saya juga kenal dengan anak-anaknya."
"Dan saya, tidak se gampang itu membawa seseorang masuk ke apartment."
"Dan saya nilai, kamu juga terlihat seperti anak baik-baik, makanya saya percaya"

Aku mangut-mangut mendengarkan alasannya yang sebenarnya memang masuk akal.

"Iya tan, tenang saja saya juga gak bakalan kurang ajar kok."

"Beneran? Tadi aja ngeliat saya pake baju beginian, mata nya langsung seperti itu"

"Seperti apa tan?"

"Seperti predator yang mau menerkam mangsa" Dia menggerakkan kedua tangan dan jarinya, seperti gestur cakaran harimau. Haha. Imut juga nih orang.

"Masa sih seperti itu?"

"Iya, serem hihi, mesum banget matanya tadi. Emangnya kamu jarang ngelakuinnya dengan pacar kamu?"

DUK... Denger kata pacar langsung sesak aja nih jantung dibuatnya. Aku yang bersikap santai sejak tadi seketika terdiam. Dan sepertinya Ia menyadari perubahan ekspresiku

"Eh, masa? Cowo ganteng kayak kamu ga punya pacar? "

Ia nenatapku tak percaya dan tatapannya dalam penuh selidik.

"Oh, kamu baru putus ya?"

Loh, kok bisa tau? Setertulis itukah semuanya di wajahku setiap ingat Dila???
Aku hanya mengangguk lemah.

"Kapan feb?"

"Sekitar 5 minggu lalu, 9februari."

"5 minggu belum move on juga? Pasti kamu sayang banget dengan dia."
"Terus, kapan terakhir kali kamu ngelakuin itu?"
Aku menatapnya dengan heran.
"Gak harus sama pacar kan? Haha, Kayak saya gak tau kelakuan anak jaman sekarang"

"Sekitar 5 minggu lalu Tan."

"Berarti terakhir kali dengan mantan kamu ya? Eh, bentar. Jangan bilang hari nya sama?"
Kembali, aku hanya mengangguk pelan.

"Haha, lucu ya. Tega banget dia."

"Yah, begitulah tan."

Hening sesaat, Tiba-tiba
.
.
.
Blitzz .......Duarrrr

Seketika petir gemuruh menggelegar. Ia tersentak dan menekuk kedua kaki nya ke atas sofa. 2 detik kemudian di susul listrik yang padam, meninggalkan ruangan yang gelap gulita.

Terdengar jelas teriakan histerisnya di telingaku, dan sesuatu yang halus dan lembut tiba-tiba melingkar ditubuhku. Dia memeluk tubuh dan lengan kananku dengan sangat erat, badannya menggigil dan teriakan histeris tadi berubah dengan tangisan pilu yang menyentuh sisi iba ku. Ku balas pelukannya dengan menghadap ke kanan, dan membiarkannya menangis di dada bidangku. Deru nafas nya yang pendek dan tersengal-sengal terasa jelas olehku. Ku elus lembut rambut nya agar Ia merasakan ketenangan.

Sekitar 5 menit berselang, listrik tadi sudah kembali menyala meskipun hujan masih sangat deras di luar, sepertinya berasal dari generator cadangan.

Aku sedikit tersadar bahwa tangisan tadi sudah tak terdengar, dan kini Ia hanya terdiam dengan tenang dipelukanku saat aku masih mengelus lembut kepalanya. Dengkuran halus pun sayup-sayup sampai ke telingaku. Ia tertidur dengan sangat tenang dalam pelukanku.

10 menit berselang dan gemuruh sudah tak terdengar lagi. Meninggalkan hujan yang masih cukup lebat. Aku yang mulai pegal dengan posisi itu, serta ekspresi tidur nya yang sangat tenang, akhirnya memutuskan untuk mengangkat nya ke kamarnya. Ku baringkan Ia di tempat tidur dengan pelan agar tidur nya tak terganggu.
Namun, ketika hendak berbalik, tanganku di tahan olehnya. Sepertinya dia terbangun ketika ku rebahkan di kasur.

"Ron,
Jangan pergi.
Temenin.
Nana Takut"

Hah?
'Ron'???? Mantan suami nya kah? Atau mantan pacar yang di ceritakannya tadi?

Sepertinya Ia ngelantur dalam tidurnya. Namun cengkraman di tangannya sangat erat seolah tak mengizinkanku pergi

Aku menarik lenganku dengan pelan. Namun tak ada hasil karena lenganku tak terlepas.

"Temenin Nana" nada suara nya memelas. Namun matanya masih terpejam.

Aduh, kenapa aku harus terjebak di situasi seperti ini. Ingin ku menolak dan pergi, tapi pesan Papa untuk lemah lembut pada perempuan, seketika terngiang di telingaku.
Ku tatap lekat-lekat wajah putihnya yang tak ada kerutan di usia nya yang sekitar awal 40an. Terpancar rona kesedihan disana. Apakah selama ini Ia selalu bersedih dan kesepian seperti ini?

Tak tega, terlebih lagi saat mengingat tangisannya tadi dan hari yang masih hujan, kuurungkan niat awal ku untuk pulang atau tidur di sofa. Aku pun naik ke atas kasur, berbaring disebelahnya dan melingkarkan lengan kiriku untuk merangkulnya.

Sekitar 5 detik kemudian
.
.
Dia berbalik.
.
.
CUP.

Bibirku dikecup dengan lembut namun matanya masih terpejam.

'DIA TIDUR APA ENGGAK SIH?????'


Bersumbang​
 
Mumpung sempat. Up dulu sedikit.

Wahai imajinasi pembaca budiman, terbanglahhhhh....
Ane ga akan balas dulu selagi itu untuk bahasan tentang chapter yang ini.

Biarkan imajinasi pembaca terbang dengan sejuta spekulasi. Hihihi.

Ane mau kabur dan belagak misterius dulu nih Om. :pandaketawa::pandaketawa:

Next update nya besok atau lusa ya. :bye:
Kesian si Dara terbengkalai. :pandatakut:Lagian ane siap2 otw pulang liburan dulu om.

Oh iya, someday, bakal ada part buat POV si cewe. Biar semua puzzle bersatu. :banzai::hore:
 
Yah, namanya juga dunia fantasy dan dongeng, yang gak masuk di akal, di masuk2in aja, seperti halnya pornlogic di bluefilm saat tukang benerin plumbing tiba2 berubah menjadi mengatasi 'lubang "kebocoran" yang lain:kangen:
Anggap saja bentuk kebuntuan TS menyusun sebuah keadaan yang menguntungkan. :pusing::ogah::ngupil:

.
.
.
Eh... Lupa. TS kan mau ngumpet dulu...:aduh:
 
Yah, namanya juga dunia fantasy dan dongeng, yang gak masuk di akal, di masuk2in aja, seperti halnya pornlogic di bluefilm saat tukang benerin plumbing tiba2 berubah menjadi mengatasi 'lubang "kebocoran" yang lain:kangen:
Anggap saja bentuk kebuntuan TS menyusun sebuah keadaan yang menguntungkan. :pusing::ogah::ngupil:

.
.
.
Eh... Lupa. TS kan mau ngumpet dulu...:aduh:

wooiiii klau ngumpet aja jagan ngintip nanti matanya britilan :takut:

jagan lupa oleh oleh nasi kucing + kucing garong :mami:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd