Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

Bimabet
kalau jelmaan bukan om, clara ya clara bertha ya bertha, tetapi jelmaan disini bisa diartikan sama sifat Kasih Sayang bertha sama clara sama, jadi bukan fisiknya, lebih non fisiknya... Bisa menerima kekurangan suaminya.

Apa bertha tak tau kelakuan suaminya??
Apa akan berhenti, kelakuan kucing garong??
Apa semua tak berhubungan dan seperti terpisah-pisah ??
Banyak pertanyaan yg sudah di tanyakan??

Mungkin cerita ini ibarat persamaan sbb
Awal score 7
(7 +7+8+8)-(3-3-4-5-3-3-4-5-3-4+ 6) =

30 - 23 = 7 artinya cukup menarik.

Tetapi karena jumlah minusnya banyak
Plus 5 bilangan
Minus 10 bilangan

All arround terkesan atau terbilang Jelek
Karena minus 5

Betul gitu kan?? Setuju tidak dgn pernyataan paitun, jawabnya SETUJU.

Berarti paitun Berhasil bergondal gandul.
GONDAL GANDUL bisa nyaman bila ada perbedaan min dan plus. Kalau sama berarti seimbang atau netral, beban sama, jadi normal2 spt kebayakan.

Resiko, sesuatu kegilaan atau kesablengan itu pasti kurang menarik. Hanya sesama orang orang gila yg bisa merasakannya.

Hahahaha....

Teringat suhu areke dan @Pemancingmimpi mimpi bilang, "Wong Gedeng bebas bro, suatu saat dia bilang Salam Edan"

Hahahaha....


Dan Semua akan terjawab di kisah selanjutnya...

Salam Edan buat semua, Lek ra edan ora keduman

Hahaha.... :ampun::ampun:
Embuh lah.. Howra mudeng blas ane ndul kamsudmu😁😁

Pokoke :jempol: :jempol:
 
ini termasuk salah sawijini wong sing Edan dadi Ngedan-edani (satu orang edan jadi gila-gilaan)

hai orang gila, podo podo wong edan Ngopi disik....

"Cuukkkkkkkkk....." ternyata jawabnya



Hahahah....
Wes Talah paman,Ojo kakean bacot🤣🤣🤣🤣🤣
Ndang diUP meneh mengko tak jatah Rondo Pitu limo lulusan DOLLY,cocok opo ora paman @ paintunGundul87?

Cuukkkk suwine arek Iki......
 
bc01YLp.jpg



ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

BAGIAN KE ENAM BELAS

WHO IS THE BOS ???

jQ0VnUt.jpg

SYLVI





Setelah sekian lama mas Gun dirawat dirumah sakit, dengan telaten dan sabar mbak bertha merawatnya. Dari hari ke hari, perkembangan kesehatan mas Gun semakin baik, yang kemarin alat alat medis menempel di tubuhnya, sudah sepekan telah dilepas, tapi untuk alat infus masih terpasang di tangan mas Gun. Kata perawat, "yang ini tidak dilepas dulu ya mas…," sambil matanya genit menggoda.

Dalam hati mas berkata, "cobaan apa lagi". Lantas dia merenungkan berbagai kejadian yang menimpanya, mulai dari kejadiaan Sari, Nirmala sampai sampai dia mampir ke Neraka, dan bertemu dengan "Sang Penjaga Neraka, membayangkan itu semua, berdiri bulu roma mas Gun.

"Untung…,ada "Sang Dewi" coba tak ada?", Bisa bisa dia akan masuk ke neraka lagi. Terlintas dalam pikirannya,, betapa panasnya keadaan disana, jerit kesakitan dan penyiksaan masih terngiang-ngiang jelas ditelinganya.

"Terima kasih ya Tuhan, masih kau berikan kesempatan hidup", doa mas Gun didalam hati.

"Mas, ayo ini diminum obatnya," terdengar suara mbak bertha, menyadarkan lamunannya.

"Ah..Dewi" terima kasih. Sejak mas Gun sadar dari komanya, setiap memanggil mbak bertha dengan sebutan "Dewi" nama yang begitu indah didengar di telingga mbak Bertha.

"Aaa..Mas Gun, sekarang selalu pakai nama itu sih?,"sipu mbak bertha.

"Ada yang salah Dewi?,"
"Gak ada yang salah sih mas?,"

Terkadang dan banyak orang memang nama orang itu di sebut nama depannya, jarang sekali disebut nama Paling belakang. Untungnya nama ku Gunawan, titik tak pakai koma atau lainnya, tapi ya tetep disebut 3 kata saja, "mas Gun, jarang yang sebut nama lengkap Gunawan.Gunawan memang mempuyai arti yang sangat dalam.

Sering kali didengar nama Gunawan, ada yang memplesetkan jadi GUNDUL GUNDUL TAPI MENAWAN ya bukan paitun gundul loh ya yang Menawan, kalau paitun gundul memang bener bener jelek bin gundul,yang sukanya gundal gandul tak karuan, ya memang punyanya gundal gandul sebagai senjata


"Hahahahaha……….."

Akan tetapi sebenarnya kalau diperhatikan dan ditelaah lebih dalam, nama Gunawan bisa berarti "Berguna yang menawan", contoh, kayak Arsitek Borobudur Gunda Dharma, dia menghasilkan karya yang sampai sekarang bisa kita nikmati bersama, sampai sampai orang sekarang hanya bisa geleng geleng kepala saja, sampai sampai jadi diskusi dan bahasan yang tak ada habis habisnya baik kalangan arkelogi, sipil engginering maupun arsitek. Mereka hanya bisa melonggo saja.

"Dewi…?,"
"Ah mas Gun, ini loh, habis sadar selalu panggil-panggil dewi?",
"Kaulah dewiku, kaulah penyelamat hidupku?,"
"Gombal mas…xixiixixi".

Begitulah suasana yang terjadi hari itu, dengan telatan mbak Bertha Clara Dewi, merawat suami tercintannya. "GUNAWAN SUKMA WIJAYA". Loh tun, ini kok ada Sukma Wijaya?, yo mesti, karena dia menantu seorang Sukma Wijaya.

"Hahhahahhaha…."


Tanpa waktu cepat berlalu, sudah hampir 4 pekan mas Gun di rawat dirumah sakit, dengan penuh cinta kasih "sang Dewi" merawat dan menjaganya.



=== oOo ====​



" Dewi sayang…"
" ayo kita sarapan…"
" bentar mas, ini masih bikinin kopi"

Tak berapa lama, mbak Bertha datang membawa secangkir kopi. Lalu bersama sama mereka sarapan.

"Tok..tok..tok.."
"Selamat pagi, Mbak Bertha..", seseorang berkata dari luar.
"Ma…?,"
"Iya, yah, siapa pagi pagi begini sudah bertamu?", omel mbak bertha.
"Tak baik begitu ma, tamu bawa rejeki loh", sahut mas Gun
"Iya yah"

Segera mbak Bertha, melangkah ke ruangan depan untuk melihat siapa yang datang.

"Hei.. mbak, kapan datang?,"
"Sudah seminggu yang lalu mbak?",
"Saya dapat kabar mas Gun masuk Rumah sakit?"
"Iya mbak, tapi sekarang sudah sembuh, tuh lagi sarapan dibelakang?", ayo mbak sarapan juga, ajak mbak Bertha, sambil melangkah berdua menuju meja makan.

"Hai Mas Gun…?"

"Jeder !!!!"

" ya Tuhan, cobaan apa lagi ini…??," keluh hati mas Gun.

"Hai, mas Gun.., kok bengong sih??"
"Sudah sembuh, maafkan saya mas Gun, saya terlambat mengetahuinya?".
"Halah mbak ini, yang penting sekarang mas Gun sudah sembuh mbak?," kata mbak Bertha.

"Ma..habis ini saya berangkat dulu, sudah kangen dengan kantor, kasihan tuh si Adit, kerja sendirian".

" iya masku sayang....",lalu mbak Bertha segera beranjak, mengantarkan mas Gun sampai ke depan, diiringi sepasang mata yang menampakan kecemburuan.

"Hahahha… Tragedi buah Apel"

"Mbak, saya berangkat dulu ya…" pamit mas Gun
"I-iya mas Gun.." kata wanita itu gugup.

Tak berapa lama, terdengar suara kendaraan mas Gun.

" Hati-hati yah, mama masih kangen ,"
"Iya ma.. Hhmmmmuach", ciuman indah mendarat di bibir dan kening mbak berta, semua ini tidak lepas dari pandangan sepasang mata dibalik Korden jendela.

"Hahahahahhah… gak apa apa kan, paitun bikin romantis romatisan, kasihan masak "gitu-gituan" saja".




=== oOo ===​



Saat tiba di kantor….


Sesaat setelah memarkir kendaraannya, Seorang Gunawan dengan Penuh semangat memasuki kantor yang sudah lama ditinggalkannya. Perusahaan yang dibangun dengan susah payah bersama Adit, kini telah menjelma menjadi perusahaan yang cukup disegani.

"Pagi pak.." sapa satpam yang mengetahui mas Gun datang.
"Gimana keadaan kantor, selama saya tinggal, pri?"
"Aman bos.. tapi….??", sengaja pak Pri tak meneruskan kata-katanya.
"Tapi apa…?"
"Sejak bapak gak kelihatan dikantor, sepet nih mulut pak?", sambil cengar-cengir.
"Lah kenapa tuh mulutmu pri, kok bisa sepet?"
"Biasa bos, jatah Rokoknya berkurang, hahaha…?", sambil ketawa lirih.

"Bisa-bisa saja kamu pri??, tuh mulut sepet, kebayakan nyedot bukan kurang rokok, kalau saya perhatikan?," goda mas Gun.
"Makanya pri, jangan kebayakan Susu mbok Darmi, sekali-kali, Susu Tjap Nona gitu?," nih buat beli susu tjap nonanya, awas kalau susu mbok Darmi terus.

Selesai begitu mas Gun mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru. Lalu diberikan ke pak pri, mendapatkan uang dari mas Gun, senangnya bukan main tuh pak pri, kayak menang lotre saja.

Hahahaha….

"Ya sudah, saya kedalam dulu", jaga yang bener sambil berlalu dihadapan pak pri.
" siap bossss…..!"

"Selamat pagi semua !!!".

Sontak semua melihat kearah suara tadi, mungkin ini dirasa aneh bagi karyawan. Tiba tiba ada suara yang sok akrab menyapa mereka semua. Penasaran hampir bersaamaan semua yang ada disitu, menoleh.

9xzPr1q.jpg


"P-pagi… pak", ada yang menyahut, "sudah sembuh pak?,"

Riuh jadinya. Semua merasakan senang dan gembira pokoknya. Memang, sejak mas Gun hilang dan tak aktif dikantor, suasana jadi berbeda. Canda dan gurauan hilang bak tertelan bumi. Isinya kosong,hambar. Dan kini, telah kembali semula, begitu sang pimpinan datang, rasa optimisme dan semangat tumbuh kembali.

Wajah wajah yang layu kini bersemi kembali, wajah wajah yang kuyu kini tampak bersinar.

TpMblvb.jpg


"Pak….Gun…..!!! Akhirnya masuk, Aku sudah kangeennnn!! ", sontak membuat semua berpaling.

Nampak sesosok tubuh semampai, dengan kulit putih bersih, dibalut dengan pakaian yang serasi dengan dandanannya, datang.

"Wow keren…" bathin mas Gun, mulai dah sifat kucing garongnya keluar.

Hahahhahahaha…


"Hai, sil…"
"Gimana kabarnya..?"
"Kangen……", jawabnya manja. Semua yang ada hanya tersenyum saja, sambil geleng-geleng, semua pada tau sih, kalau silvi memang centil bin genit alias.. apa ya??


Hahaha….

"Kamu ini…... "
"Ya sudah, sini saya peluk..?", goda mas Gun. Sambil tangannya mengembang seperti ingin memeluk.

"Grrrrrr…….", semua pada ketawa. Memang sengaja sejak awal, mas Gun sama mas Adit mengembangkan suasa dikantor penuh dengan kekeluargaan, mereka berprinsip, bahwa suasana yang kondusif seolah milik sendiri, diharapkan tugas dan tanggung jawab akan menjadi effektif dan effisien, tanpa suatu prasangka.

Soal aturan?, mereka terapkan dengan tegas, tanpa pandang bulu.dan filosofi ini semua memahami.oleh karenannya sikap silvi tadi ya biasa saja,bukan suatu yang aneh.

"Sableng…".


"Ayo.. sudah waktuny bekerja, selamat bekerja semua". Segera semua bubar. Mas Gun segera melangkahkan kaki menuju ruangnya.




==== oOo ====​




Pagi ini penampilan Sylvia, sekretarisnya, memang agak berbeda dari biasanya. Dengan blazer dan rok mini yang serba merah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Belum lagi lipsticknya yang merah senada di bibirnya yang mungil serta rambutnya yang ikal terurai, membuat wajahnya yang judes menggemaskan itu makin nampak sensual. “



Tak terasa sudah hampir 2 jam mas Gun, berkutat dengan laporan laporan yang selama ini dia tinggalkan. Laporan keuangan baik neraca maupun Rugi laba dia amati dan analisa. Beberapa perjanjian serta draf perjanjian tak luput dari pengamatannya. Done semua berjalan dengan baik.

"Tok...tok...tok…"

"Masuk…!!"
"Ada apa sil?",
"Ini pak, ada penawaran dari client kita"

"Coba, sini saya lihat…!!"
"Menarik, menarik….!!" Sambil mas Gun manggut-manggut.
Silvi yang duduk didepannya hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah "bosnya" ini.

"Ok, kamu jadwalkan kita bisa ketemuan",
"Ok Bossss…..", sahutnya genit.

"Sil..hebat dah, kamu hari ini?"
"Kan hari ini ulang tahunku, jadi boleh dong tampil beda,” jawabnya waktu mas Gun memujinya.

"Pantesan….", sengaja dia tak teruskan kata-katanya.
"Pantesan apa pak bos???"

“ Ya sudah, Kalau gitu pulang kantor nanti kita langsung makan-makan ya,” kataku lagi. Sylvia cuma mengangguk dibarengi dengan senyum manisnya. Dan kerling matanya yang genit..

"Aduh maakkkkk….."
"Godo opo iki maneng……."



=== oOo ====​



"Hallo ma…nanti habis pulang kantor, ayah mau traktir Silvi makan-makan"
"Loh kok tumbem, traktir silvi makan",
" dia lagi ulang tahun ma..".
"Ya sudah, nanti sekalian, mama titip..bla...bla…"
"Ok mama..Mas sudah catat semuanya"
" See U, Darling..ummnachummah…."


Hahaha…. (Binggung ya, sampai mbak bertha percaya sama Silvi kwwwwkkkwww)


Pulang kantor, mereka langsung menuju ke resto di sebuah hotel bintang lima.

Sambil makan, seperti biasa mereka ngobrol dan bercanda. Memang hubungan mereka bukan hanya dalam kerja saja, tapi juga dalam hubungan pribadi. Sering dia diajak jalan, entah nonton atau sekedar ke cafe. Untuk mengusir penat dalam mengurus perusahaan.

Dari cerita-ceritanya, mas Gun jadi tahu juga bahwa dia belum lama putus dengan cowoknya yang orang Amerika. Bahkan lebih jauh lagi, dia mengaku sering melakukan ML selama pacaran dan sudah mencoba berbagai gaya. Dan menurutnya yang paling membuat dia puas adalah bila dia bisa mendominasi pacarnya dengan gaya apapun. Entah kenapa dia begitu terbuka padaku.

"Oh My God…!!!!!" Suprise saat itu mas Gun mendengarnya

Selesai makan, mas Gun sengaja membuatnya surprise dengan memberinya hadiah menginap di hotel tersebut. Kebetulan besok pas tanggal merah juga. Jadi dia bisa beristirahat dengan nyaman.

“Makasih ya..” bisiknya di telinga mas Gun sambil mengecup pipinya. Lalu mas Gun kemudian mengantarnya sampai ke kamar di atas dan melanjutkan ngobrol sambil minum-minum.

“Syl, kamu minta apa lagi nih sebelum aku pulang?” tanya mas Gun.
“Aku minta dua hal aja. Pertama, Bapak nggak usah pulang, dan yang kedua, Sylvi pengen gantian jadi boss malem ini aja,kan Bapak biasa merintah, sekarang aku yang merintah Bapak ya,” katanya agak manja.

Kaget juga mas Gun mendengar permintaannya, dan baru kuingat cerita dia yang suka mendominasi pacarnya tadi. Karena sayangku padanya sembari penasaran juga, langsung diiyakan saja.

" Dasar kucing garong…"

Hahahaha...

“Oke, kupenuhi permintaanmu bossku yang cantik, sekarang aku siap melakukan apa saja perintahmu, dan jangan panggil aku Bapak lagi ya,” canda mas Gun lagi.

Bagai bermain sandiwara, dengan tetap duduk dan menyulut rokok, Sylvi mulai memerankan dirinya sebagai boss, dan dengan wajahnya yang memang judes itu pantas sekali dengan perannya.

Hahaha…..


“Oke Jo, buktikan kata-katamu, sekarang aku mau kamu buka seluruh pakaianmu sambil berdiri..!” perintahnya langsung yang membuat mas Gun kaget setengah mati.

“Buka semuanya Syl?” katanya lagi tak percaya.
“Iya..! kenapa? nggak mau?”
“Iy.. iya deh..” jawabnya terbata-bata sambil berdiri dan pelan-pelan mulai membuka satu persatu pakaiannya mirip penari striptease.

Hahaha….

Bersamaan dengan lepasnya pakaian terakhirnya alias CD-nya, kulihat Sylvia menatap batang kemaluanku yang masih belum bangkit sambil mengepulkan asap rokoknya.

Karena risih, disilangkan kedua tangannya sambil menutupi kemaluannya. Namun tiba-tiba Sylvia beranjak dari tempat duduknya lalu mengambil ikat pinggang di celana ma Gun. Tangannya kemudian menarik paksa kedua tangannya mas Gun ke belakang dan diikatnya dengan ikat pinggangnya.

“Nah, begini lebih bagus khan?” katanya lagi sambil duduk kembali di sofa. Kali ini dia menyilangkan kakinya yang ramping itu agak tinggi sehingga rok mini merahnya makin naik ke atas. Kontan kelakiannya mas Gun mulai bangkit perlahan-lahan melihat pemandangan indah pahanya yang putih mulus serta padat berisi itu. Dan memang ini yang diharapkannya.

“Ayo, tunjukkan seberapa besar punyamu,” katanya lagi yang dilanjutkan dengan diluruskannya kakinya ke depan hingga ujung sepatunya yang runcing menempel di batang kemaluanku. Dengan posisiku yang masih berdiri dengan tangan terikat, makin tak karuan perasaannya.

Gesekan-gesekan ujung sepatunya di kemaluannya mas Gun membangkitkan sensasi tersendiri dan malah justru membuatnya ingin terus mengikuti permainannya. Sesekali diputar-putarnya sepatunya mengelilingi batang kemaluaku yang makin mengeras sambil terkadang mempertontonkan keindahan pahanya dengan membuka sedikit kaki satunya. Tiba-tiba, Sylvia menghentikan kegiatannya dan menarik kakinya kembali.

“Keenakan kamu ya Jo.. sekarang berlutut!” perintahnya yang mengagetkannya, namun kuturuti saja kemudian kemauannya.

“Kamu harus berterima kasih sama ini sepatu yang membuatmu keenakan,” tambahnya lagi sambil melepas sepatu berhak tingginya dan menyodorkannya ke mukaku.

“Tunjukkan terima kasihmu dengan cium ini sepatu!” Belum lagi aku sempat teratur bernafas, lubang sepatunya sudah menutupi hidung dan mulutku sehingga aku menghirup langsung aroma khas di dalamnya yang makin membangkitkan nafsuku. Tangannya terus menekan sepatunya ke mukaku dan tak membiarkan aku menghirup udara segar, sementara aku tak berdaya dengan posisi berlutut dan tangan terikat.

“Enakkan Jo..? kamu pasti lebih suka lagi sama isinya deh..” katanya sambil menarik sepatunya dari mukaku.

Dengan cepat diangkatnya kaki kanannya lurus ke depan hingga kakinya hanya beberapa centi saja di depan mukaku. Kutatap sejenak kakinya yang indah dan bersih itu. Jari-jarinya mungil dan putih, kontras sekali dengan cutex-nya yang merah menyala.

“Tunggu apa lagi..? ayo cium kakiku!”
“Baik.. baik boss,” jawabku sambil perlahan menundukkan kepalaku menghampiri kakinya.

Mulai kudaratkan bibirku di punggung kakinya dan kugeser pelan dari atas ke bawah sambil merasakan kehalusan kulitnya. Dari situ kugeser lagi bibirku ke samping kakinya hingga ke mata kaki yang membuatnya menggelinjang kegelian. Sylvi nampak sangat menikmatinya sambil terus mengepulkan asap rokoknya. Dinaikkannya sedikit kakinya agar aku bisa menciumi telapak kakinya yang berlekuk indah itu. Sylvi makin kegelian dan mulai merintih pelan waktu kucium sepanjang telapak kakinya yang beraroma khas, namun justru makin membangkitkan nafsuku.

“Ayo, keluarin lidahmu, jilatin cepet!” perintahnya lagi yang langsung kukerjakan dengan penuh nafsu. Dari jilatan panjang telapak kakinya, kuakhiri di bawah jari-jari kakinya yang membuat Sylvi menggeliat dan menarik kakinya mundur.

“Buka mulutmu!” perintahnya. Belum lagi mulutku terbuka semua, ujung kakinya didorongnya masuk sehingga jari-jari kakinya yang mungil berada di mulutku sampai aku gelagepan. Tanpa menunggu perintahnya, kumainkan lidahku disela-sela jarinya sambil sesekali menghisapnya. Kulihat kepala Sylvi menengadah ke atas, tanda menahan geli yang sangat.

“Isep satu persatu jariku!” demikian pintanya. Sambil kuhisap satu demi satu, diam-diam Sylvi membuka sepatu kaki kirinya dan langsung mengarahkannya ke hidungku yang bebas, lalu menjepitkan jari-jarinya di situ. Kini lengkap sudah kedua kakinya yang mungil itu terlayani sekaligus. Satu di mulutku dan satunya di hidungku. Sementara itu, aku makin bisa menikmati permainan yang penuh sensasi ini, bahkan makin penasaran menunggu perintah selanjutnya.

Kegiatan tadi cukup membuatnya berkeringat, walaupun AC di kamar cukup dingin. Sylvi sekonyong-konyong menghentikan permainannya dan berdiri meninggalkanku yang masih dalam posisi berlutut. Dari kejauhan kulihat dia mulai melepas blazer dan bajunya sekaligus, sementara BH dan rok mininya masih dibiarkan menempel.

“Jo, coba kemari!” teriaknya dari depan lemari kamar. Aku kemudian menghampirinya dan berdiri di belakangnya. “Lihat badanku berkeringat nih.. ayo jilatin!” perintah Sylvy makin menggila dan membuatku kaget. Namun aku yang tak berdaya dengan tangan masih terikat ini cuma bisa memenuhi permintaannya saja. Dari posisiku berdiri, kembali batang kemaluanku berdenyut-denyut memandang kemulusan kulit tubuhnya bagian atas yang putih bersih serta mengkilap karena keringatnya. Dan waktu kutempelkan bibirku di bahunya, “Aaah..” tercium aroma tubuhnya yang sangat merangsang gairahku. Campuran antara parfum dan keringatnya ini membuatku tak langsung menjilatinya, namun kugunakan hidung dan bibirku terlebih dahulu untuk menghirup sepuas-puasnya keharuman tubuhnya.

Sylvipun tak menolak, bahkan menggeliatkan tubuhnya waktu ciumanku berpindah dari bahunya ke sepanjang lehernya yang putih mulus. Tak kulewatkan gigitan-gigitan kecil di telinganya sebelum Sylvi menyibakkan rambutnya dengan tangan kirinya memintaku turun ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu.

Dari situ, lidahku mulai menari-nari dengan turus turun menyusuri punggungnya yang mengkilap hingga ke atas rok mininya yang masih menempel kencang. Wajahku lalu kugerakkan ke arah pinggangnya yang ramping, dan waktu Sylvi menggeliat dengan kedua tangan ke atas, wajahku kugeserkan ke atas menuju ketiaknya yang terbuka lebar.

Sylvi makin menggelinjang waktu bibir dan hidungku berputar-putar di ketiaknya yang putih bersih tanpa bulu itu, sampai-sampai lengannya dirapatkan kembali hingga kepalaku terhimpit di situ.

“Mulai nakal ya kamu,” desah Sylvi sambil menahan geli. Tak banyak yang bisa kulakukan kecuali menghirup aromanya yang penuh sensualitas itu.

Entah apa lagi yang akan dilakukannya. Silvy melepaskan kepalaku tiba-tiba lalu berbalik dan menyuruhku kembali berlutut. Dengan gerakan refleks, tangannya masuk ke dalam rok mininya dan menarik celana dalamnya ke bawah. Begitu lepas, Sylvi langsung merenggangkan kakinya dan mengangkat sedikit demi sedikit rok mininya dengan kedua tangannya, hingga muncul pemandangan indah tepat di depan wajahku. Bagian bawah kemaluannya nampak mengintip di balik rok mininya yang tersingkap. Batang kemaluanku makin keras memandangnya, apalagi dibarengi dengan liukan-liukan erotis pinggulnya yang menggodaku.

“Kamu pasti mau merasakannya kan?” goda Silvy.
“Ayo, tunggu apa lagi? lumat sepuasnya!” katanya keras sambil menjambak rambutku dan menariknya ke dalam rok mininya.

Wajahku jadi terbenam di selangkangannya dengan posisi terus berlutut dan kedua tanganku yang masih terikat ke belakang. Mulailah bibir dan lidahku menjalankan tugasnya dengan melumat liang kemaluannya yang ternyata sudah basah sedari tadi. Aroma khasnya di situ makin membangkitkan nafsuku untuk memainkan lidahku dengan liar. dan membuat liukan-liukan Sylvi menjadi makin tak karuan menahan nikmat yang tiada tara. Kadang-kadang kakinya bergetar waktu bibirku menemukan clitorisnya dan mengemutnya lembut.

Merasa tak tahan lagi, Sylvi malah menaikkan kaki kirinya ke atas meja koper di sampingnya, sehingga praktis rok mininya tak menutupi apa-apa lagi. Liang kemaluannya makin terbuka lebar yang membuat lidahku makin leluasa menjilat dan mengemut segala sudutnya. Tangannya makin keras menjambak rambutku ikut mengatur gerakan-gerakan kepalaku di selangkangannya, sampai akhirnya dengan sekuat tenaga ditekannya dalam-dalam wajahku dibarengi dengan hentakan-hentakan pinggulnya yang hebat.

“Aghh.. agghh,” teriaknya lepas menandakan telah tercapainya puncak kenikmatan di dirinya. Kedua pahanya menghimpit keras kepalaku beberapa saat lamanya. Sementara itu wajahku pun tak bisa banyak bergerak dan hanya bisa menikmati hangatnya cairan yang membanjir dari liang kewanitaannya.

Pelan-pelan himpitannya pahanya mengendur, lalu dia menyuruhku duduk di kursi tegak di depan meja rias. Sylvi tetap tak membuka ikatan tanganku, bahkan memindahkannya ke belakang kursi, sehingga posisiku mirip orang tahanan yang sedang diinterogasi. Bedanya aku dalam keadaan bugil total dengan batang kemaluanku yang berdiri tegak dan sulit turun, apalagi melihat di kaca rias, Sylvi mulai memerosotkan rok mini merahnya di sebelahku. Beberapa detik kemudian Sylvi membuat kejutan lagi dengan segera duduk di meja rias depanku dengan posisi kaki mengangkang dan tangan menumpu ke belakang.

Sengaja rupanya dia berbuat begitu agar aku makin tersiksa memandang segarnya kemaluan wanita muda ini serta keindahan tubuhnya tanpa bisa berbuat apa-apa, walaupun masih tersisa BH mini hitamnya yang membuat buah dadanya menyembul bak hendak keluar.

Masih dengan liukan-liukan erotisnya dengan wajahnya yang dingin penuh sensualitas menatapku, pelan-pelan kedua kakinya diturunkan sambil memajukan tubuhnya hingga kakinya terkangkang menghimpit pinggir kursi yang kududuki. Ingin rasanya segera kutusukkan batang kemaluanku yang tepat berada di bawah kemaluannya, namun Sylvi punya sensasi lain. Mataku yang kini tepat di depan buah dadanya harus memandang gerakan tangannya yang perlahan ke belakang, membuka kaitan BH-nya dan melemparnya jauh. Kedua tangannya lalu dilepaskannya ke samping sambil lebih menegakkan badannya membiarkan mataku tak berkedip memandang kedua bukitnya yang tak begitu besar namun bulat padat dan mancung ke depan. Putingnya yang nampak menegang berwarna merah muda itu sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus.

Sylvi membuatku makin panas-dingin dengan gerakan tangannya kemudian yang memelintir-melintir sendiri putingnya sambil meliuk-liuk.

“Kamu pasti mau ini!” kata Sylvi menggodaku.
“Iya boss.. aku mau.. please,” pintaku menyambung.
“Ayo jilat!” perintahnya sambil tiba-tiba menyodorkan buah dadanya ke depan.
“Slurp.. slurp..” lidahku menjilat-jilat putingnya dengan ganasnya bak makan ice cream.

Bersamaan dengan itu Silvy menurunkan tubuh mungilnya sehingga batang kemaluanku yang makin tegak mengeras terbenam ke dalam lubang kemaluannya. “Aaakh..”, desah kami hampir bersamaan merasakan nikmat yang penuh sensasi ini. Tubuhnya bergoyang hebat seirama dengan membabi butanya bibir dan mulutku menjelajah kedua bukitnya yang berguncang-guncang bebas. Keringatnya yang deras di situ makin melicinkan jalannya bibirku berpindah-pindah di kedua bukitnya.

“Ayo gigit.. isep sepuasmu!” perintahnya lagi sambil meluruskan kedua tangannya berpegangan pada ujung atas kursiku. Gerakan pinggulnya yang kadang berputar kadang naik-turun membuat batang kemaluanku bagai dikocok dan terasa semakin licin menembus lubang kemaluannya dari bawah. Ketika goyangannya makin cepat, kembali mendadak Sylvi menghentikan gerakannya dan mengangkat tubuhnya buru-buru.

“Aku mau ganti posisi,” katanya cepat sambil membuka ikatan tanganku, lalu naik ke tempat tidur dengan posisi merangkak. Pantatnya yang putih mulus menungging di hadapanku membuatku berinisiatif menciumi bongkahan pantatnya bersamaan dengan kubukanya kedua pahanya lebih lebar dengan tanganku yang sudah bebas. Sylvi tak tahan, apalagi waktu kujilat panjang berulang-ulang di sepanjang belahan pantatnya.

“Cepaat masukkan,” teriaknya menahan geli. Segera kuhujamkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dari belakang. Sylvi meronta-ronta kenikmatan waktu gerakan memompaku makin cepat, apalagi dibarengi kedua tanganku yang begerilya meremas-remas buah dadanya di depan.

Kembali Sylvi tak tahan, dan dia menginginkan permainan ini diakhiri dengan posisi berhadapan. Tubuhnya membalik dengan cepat dan menjepitkan kedua kakinya di pinggangku. Dengan cepat kupompakan batang kemaluanku yang disambut kembali dengan goyangan pinggulnya yang seksi. Sylvi lalu melepaskan jepitan kakinya dan menaruh ujung kakinya di kedua bahuku.

“Gunakan mulutmu.. ciumi apa yang ada,” perintahnya sambil tersengal-sengal.
“Baik boss,” jawabku lagi sambil meraih kedua kakinya yang indah itu ke wajahku dan kujilat-kujilat dengan lahap telapak kakinya.

Goyangan pinggulnya menjadi semakin menggila mengikuti kegelian di kakinya. Sementara posisi batang kemaluanku yang masuk tegak lurus ke liang kemaluannya membuatnya makin mendekati klimaks. Benar saja, Sylvi melebarkan pahanya tiba-tiba dan menarik tubuhku ke arahnya.

“Lebih cepat.. ayo!” perintahnya yang segera kuikuti dengan hujaman batang kemaluanku yang makin dalam dan cepat dibarengi dengan mulutku yang kini mendarat di buah dadanya kembali.

“Ahh.. ahh.. agghh..” teriak Sylvi bersamaan dengan tubuhnya yang melengkung ke atas menandakan kenikmatan tiada tara.

Sylvi yang mengetahui aku belum mencapai klimaks langsung meraih batang kemaluanku dan mengocoknya cepat. “Aku mau kau keluarkan di mulutku.. cepat!” kata Silvy sambil membuka bibirnya yang sensual itu tepat di depan batang kemaluanku.

“Iyya boss.. iyya,” jawabku tersengal-sengal menahan nikmat.

“Aaagghh..” erangku kemudian berbarengan dengan menyemburnya cairan dari ujung batang kemaluanku yang langsung memenuhi mulut dan wajah Sylvi. Tak Cuma berhenti disitu saja. Sylvi kemudian menjilat-jilat sisa cairan di sepanjang batang kemaluanku, memainkan lidahnya di ujung kepalanya, dan diakhiri kuluman lembut dengan memasukkan dalam-dalam batang kemaluanku ke mulutnya yang membuatku bagai terbang di awan.

“Sylvi jadi bossku terus aja yah,” kataku sambil mengecup bibirnya lembut setelah kami beristirahat.

“Kenapa.. suka ya permainan tadi? kalo gitu ciumin lagi tubuhku sebelum masa jabatanku berakhir,” katanya lagi yang kali ini agak manja.

“Dengan senang hati boss,” jawabku sambil mulai menjilati kembali tubuh bugilnya yang mulus dan menelentang pasrah itu tanpa ada yang terlewatkan.

Benar kata pepatahan ,"Jangan Kau remehkan seorang wanita"..

Hahaha….



==== oOo =====​


# Penasaran ya...


Hahahaha.....

Pasti banyak pertanyaann.....
Hhahahah.....


Selamat menikmati ya sobat paitun

Mohon maaf mungkin setelah ini agak lama dikit updatenya. RL agak padat.:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd