Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rudi dan Bu Ambar (Remake)

Antingmama

Semprot Lover
Daftar
14 Jul 2017
Post
249
Like diterima
1.983
Bimabet
Ibu Ambar berusia 47 tahun, pekerjaannya sebagai manajer di salah satu perusahaan asuransi di kota Jakarta. Wajahnya ayu dengan hidung mancung dan kulit putih bersih khas wanita Timur Tengah karena ia adalah seorang peranakan Arab-Sunda-Jawa. Postur tubuhnya dengan tinggi 170 cm, payudara 36C dan berat 65 kg. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa karena menyusui. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah pinggulnya membesar seperti gentong besar. Bokongnya bulat, besar, dan kencang mendongak seperti bebek yang megal-megol bila ia berjalan. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang.

9931398_201809251144130011.jpg

Bu Ambar

Betis halus mulus berbentuk bulir padi yang berisi ditumbuhi bulu-bulu halus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pahanya makin ke atas makin membesar dan bulu halus itupun makin ke atas makin jelas menghiasinya. Gerak-geriknya lembut keibuan dan tenang penuh kematangan. Suaranya merdu agak mendesah dan menggairahkan. Suaminya bernama Pak Widyo, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan minyak asing sebagai insinyur perminyakan. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak. Dua orang anaknya yang lain yaitu pertama Arman 24 tahun telah hidup mandiri dan bekerja di kota lain. Kedua Mahesa 22 tahun kuliah di luar kota dan sedang menyelesaikan skripsinya yang hampir selesai. Sedangkan anak yang paling bungsu adalah Rudi yang sudah berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku SMU kelas 3.

Karena anak paling bungsu perhatian mereka terhadap Rudi sangatlah berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Rudi dan memenuhi semua permintaannya apapun itu. Bila Rudi masuk angin sedikit saja mereka akan dibuatnya kalang kabut.

Kejadian diawali ketika Pak Widyo tugas meninjau ladang minyak baru di lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Ambar, Rudi dan seorang pembantu setengah baya Mbok Inah namanya.

Seperti biasa, pada malam hari Rudi sedang belajar untuk menghadapi Ujian Nasional minggu depan. Ia tengah sibuk berkutat dengan soal-soal latihan ketika ibunya datang membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah. "Rud, ini ada oleh-oleh dari Bogor tadi siang untuk nemenin kamu belajar". Kata Ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Rudi.
"Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran?" Tanya Rudi sambil tetap memelototi soal-soal sulit di depannya.
"Baru aja Rud, ini Ibu sudah pakai baju mandi mau mandi". Jawab ibunya.
"Sambil nungguin air panasnya mendidih, Ibu mau baca majalah dulu di kamarmu". Sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi meja belajar Rudi.
"Ya, boleh aja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi". Timpal Rudi. Singkat cerita Rudi kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya. Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia memutuskan untuk tidur saja. Sewaktu Rudi beranjak dari kursinya dan membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, Ibunya ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan.

Tangannya telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Rudi bingung, apakah harus membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini dulu. Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap. Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebar-debar.

Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rudi menyadari ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan gemetaran diberanikannya dirinya mengelus-elus kaki Ibunya sampai ke paha. Begitu halus, lembut dan hangat kulit Ibunya ia rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, Rudi merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat. Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi baju mandi Ibunya.

Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki Ibunya yang bak belalang itu. Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah meraba bulu-bulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu. Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi Ibunya ke atas. Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulu-bulu halus yang sangat lebat nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah. Begitu panjang dan lebat bulu kemaluan Ibunya sampai kemaluan ibunya agak tertutupi.

Kemudian dengan tangannya ia sibakkan bulu-bulu kemaluan di sekitar kemaluan Ibunya. Sehingga kini kemaluan ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan. Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerut-kerut. Ini pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas anatomi, batin Rudi. Dari celah atas bibir monster yang besarnya setempurung kelapa itu tampak menonjol keluar bulatan daging sebesar kacang tanah yang berwarna kemerah-merahan.

Kalau yang ini pasti yang namanya kelentit, pikir Rudi lagi sambil mengusap-usap tonjolan liat itu. Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipatlipat daging yang memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir laki-laki. Wah, ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Rudi. Hidungnya lalu disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu. Sambil membelai-belai bulu-bulu yang mengitari kemaluan Ibunya itu, Rudi menghiru aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan Ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh sudut selangkangan Ibunya.

Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah kuyup oleh air liurnya. Dia menjulurkan lidahnya ke arah klitoris Ibunya dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya. Sementara tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok Ibunya lebih terbuka lagi. Muka Rudi sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke permukaan kemaluan Ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir monster itu. Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu sangat empuk, hangat dan agak lembab.

Sementara itu Bu Ambar masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya terhadap dirinya. Tampaknya ia benar-benar kelelahan setelah seharian tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya. Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan mukanya ke kemaluan besar itu, Rudi meraih payudara Ibunya yang sebesar buah kelapa dengan tangannya. Diremas-remasnya perlahan payudara mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal. Lalu tangannya berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari bagian berwarna samar yang berdiameter lebar.

Ketika tangannya memijit-mijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut. Denyutan-denyutan di celah kemaluan Ibunya juga terasa oleh bibirnya. Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas. Melihat ekspresi muka Ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam film-film porno yang pernah ditontonnya, Rudi makin gemas. Sehingga sambil lidahnya menggelitik klitoris Ibunya, ia menusuk-nusukkan jari tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin hangat, lembab dan lunak.

Ada pijitan pijitan lembut dari lubang vagina Ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup. Ibunya kini makin keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliat-geliat dan kakinya ikut menendang-nendang kasur. Melihat tingkah Ibunya yang sangat menggoda itu, Rudi tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.

Badannya terlihat besar dan kekar dengan postur 180 cm dan berat 75 kg serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke atas. Urat-urat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diameter batang 5 cm. Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerah-merahan dan mengangguk-angguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh batang kemaluannya. Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam kemaluan Ibunya, tapi ia ragu-ragu apakah lubangnya tadi cukup. Ia kini membandingkan ujung penisnya dengan kemaluan Ibunya yang sebesar mangkuk bakso.

Sepertinya bisa jika dipaksakan, pikirnya kemudian. Lalu ia naik ke atas ranjang dan menekuk kakinya di antara kangkangan lebar kaki Ibunya. Ditempelkannya ujung penisnya ke celah mulut monster yang hangat dan lunak itu. Dengan diarahkan satu tangannya ia berusaha menusukkan penisnya ke mulut vagina yang berwarna kemerahan setelah sebelumnya celah bibir itu dikuakkan lebar-lebar dengan tangan satunya lagi. Mulut liang peranakan Ibunya terasa sempit sekali, tapi karena adanya lendir yang sudah keluar tadi membuatnya agak licin. Dengan mendorong pantatnya kuat-kuat, sebagian kepala penisnya berhasil masuk dijepit mulut vagina yang kelihatan rapat tersebut.

Rudi merasakan agak sedikit pegal di kepala penisnya karena jepitan kuat mulut vagina. Sementara Ibunya mulai memperlihatkan kesadaran dari tidurnya. Sebelum ibunya benar-benar terjaga, Rudi menekankan kuat-kuat pinggulnya ke arah selangkangan Ibunya sambil merebahkan diri diatas tubuh bugil Ibunya. Kemaluannya dengan cepat menerobos masuk dengan cepat ke dalam lubang yang relatif sempit itu. Bunyi Prrtt.. nampak keras terdengar ketika penis besar Rudi menggesek permukaan liang senggama Ibunya. Bu Ambar segera terjaga ketika menyadari tubuhnya terasa berat ditindih tubuh besar dan kekar anaknya.

Sementara itu kemaluannya juga agak nyeri dan seperti mau robek karena dorongan paksa benda bulat panjang yang yang sangat besar. Ia merasa selangkangannya seperti terbelah oleh benda hangat dan berdenyut-denyut itu. Perutnya agak mulas karena sodokan keras benda itu. Liang peranakannya terasa mau jebol karena memuat secara paksa benda besar yang terasa sampai masuk rahimnya itu. Ketika didapatinya anaknya yang melakukan ini semua terperanjatlah Bu Ambar. Segera berusaha mendorong tubuh kekar anaknya yang mendekap erat di atas tubuhnya yang tanpa busana lagi.

Kakinya menjejak-jejak kasur dan pinggulnya ia goyang-goyangkan dan hentak-hentakkan untuk melepaskan kemaluannya dari benda sebesar knalpot motor. Tapi Rudi makin merasa keenakan dengan gerakan meronta-ronta Ibunya itu karena penisnya menjadi ikut terguncang guncang di dalam liang peranakan. Ia merasakan liang itu terasa sangat hangat dan berdenyut-denyut memijit kemaluannya. Tubuh montok ibunya yang didekap erat terasa hangat dan empuk.

"Rud apa yang kamu lakukan pada Ibu, lepaskan, lepaskan!!".Teriak ibunya pelan karena takut membangunkan Mbok Inah sambil tetap menggeliat-geliatkan tubuh montoknya berusaha melepaskan diri. "Bu, Rudi ingin dikelonin kayak dulu lagi". Rudi merengek sambil makin menekan tubuh polos Ibunya.
"Rud, ini nggak boleh Rud. Aku kan Ibumu, nak". kata Ibunya yang kini sudah mulai mengendurkan perlawanannya yang sia-sia. Posisinya memang sudah kalah. Tubuhnya sudah ditelanjangi, didekap kuat serta kakinya mengangkang lebar sehinnga selangkangannya terkunci oleh benda besar itu.
"Bu, Rudi pokoknya ingin dikelonin Ibu. Kalau nggak mau berarti Ibu nggak sayang lagi sama Rudi. Mendingan Rudi mau cari pelacur aja di pinggir jalan!!" Sahut Rudi dengan nada keras.
"Jangan, Rudi nggak boleh beginian dengan wanita nakal. Nanti kalau kena penyakit kotor, Ibu yang sedih". Kata Bu Ambar pelan sambil mengusap rambut Rudi perlahan.
"Ya, sudah karena sudah terlanjur malam ini, Rudi Ibu kelonin. Tapi jangan kasih tahu Bapakmu ya, nanti dia bisa marah-marah". Sambung Ibunya pelan sambil tersenyum penuh kasih sayang.
"Jadi Rudi boleh, Bu. Terima kasih Ya, Bu. Rudi sayang sekali sama Ibu". Kata Rudi sambil mengecup pipi Ibunya.
"Iya, Ibu juga sayang sekali sama Rudi. Makanya Rudi boleh sesukanya melakukan apapun pada Ibu. Yang penting Rudi nggak mengumbar nafsu ke mana-mana". Kata Bu Ambar
"Janji, ya Rud". kata Ibunya.
"Iya Bu, Rudi juga nggak mau sama yang lain karena nggak ada yang secantik dan sesayang Ibu". Kata Rudi dengan mengendorkan dekapan kuatnya sehingga kini Ibunya tidak merasa terlalu berat lagi menahan beban tubuhnya yang sudah berat itu.
"Tapi Rudi harus pelan-pelan ya. Sebab punya Rudi terlalu besar, gak kayak biasa yang sering Bapakmu masukkan ke dalam punya Ibu". Kata Bu Ambar meminta pengertian Rudi. Memang postur tubuh Rudi mengikuti garis keturunan Bu Ambar, tidak seperti bapaknya yang pendek dan kecil.
"Ya sudah, sekarang punya Rudi digerakkan pelan-pelan naik-turun. Tapi pelan ya Rud!" Perintah ibunya lembut pada Rudi sambil membelai-belai rambut anaknya penuh kasih sayang.

Kini Rudi mulai menggerak-gerakkan penisnya naikturun perlahan di dalam liang sempit yang hangat itu. Liang itu berdenyutdenyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Kini mulutnya ia dekatkan ke mulut ibunya. Mereka pun berciuman mesra sekali, saling menggigit bibir, berukar ludah dan mempermainkan lidah di dalam mulut yang lain. Tangan Rudi mulai menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremas-remasnya perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas.

Tangan Bu Ambar membelai-belai kepala anaknya dengan lembut. Pinggulnya yang besar ia goyang-goyangkan agar anaknya merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara vaginanya mulai berlendir lagi dan gesekan alat kelamin ibu dan anak itu menimbulkan bunyi yang seretseret basah. Prrtt.. prrtt.. prrtt.. ssrrtt.. srrtt.. srrtt.. pprtt.. prrtt.. Penis besar anaknya memang terasa sekali, membuat kemaluannya seperti mau robek. Vaginanya menjadi membengkak besar kemerahmerahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam liang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala penis anaknya.

Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan anaknya membuat Bu Ambar merasakan nikmat. Meski agak pegal dan nyeri tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Ia merasakan seperti saat malam pertama. Agak sakit tapi enak. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada Bu Ambar. Ketika Rudi membenamkan seluruh batang kemaluannya, Bu Ambar merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut-denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi anaknya menyodok-nyodok penisnya dengan keras.

Bu Ambar kini mulai menuju puncak orgasme. Vaginanya mulai menjepit-jepit dengan kuat penis anaknya. Kakinya diangkatnya menjepit kuat pinggang anaknya dan tangannya menjambak rambut Anaknya. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, muncratlah air maninya dalam lubang kemaluannya menyiram dan mengguyur kemaluan anaknya. Setelah itu Bu Ambar terkulai lemas di bawah tubuh berat anaknya. Kakinya mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukan-tusukan kemaluan Rudi yang semakin cepat. Tangannya menelentang, memperlihatkan bulu ketiaknya yang tumbuh subur lebat dan panjang. Mengetahui hal itu Rudi melepaskan kulumannya pada mulut Ibunya agar ia bisa bernafas lega.

Bu Ambar tampak terengah-engah seperti baru lari maraton.
"Ibu sudah tua, Rud. Nggak kayak dulu lagi bisa tahan sampai lama. Tenaga dan kondisi fisik Ibu tidak sekuat dulu lagi. Jadi, Ibu tidak bisa mengimbangi kamu". Bisik ibunya sambil mengatur napas. Keringat Bu Ambar nampak bercucuran dari sekujur tubuhnya membuat hawa semakin hangat. Tanpa merasa lelah Rudi terus memacu penisnya dan sesekali menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorek-ngorek setiap sudut jalan bayi yang dulu dilaluinya. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena liang itu kini sudah dibanjiri lendir kental yang membuatnya agak lebih licin.

Bu Ambar mulai merasakan pegal lagi di kemaluannya karena gerakan anaknya yang bertambah liar dan kasar. Tubuhnya ikut terguncang guncang ketika Rudi menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat. Plok.. Plok.. Plok.. Plookk.. Crrpp.. Crrpp.. Crrpp.. Srrpp.. Srrpp.. Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ibu anak itu.
"Rud pelan, Rud..! Desis ibunya sambil meringis kesakitan. Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas anaknya yang seperti kuda liar. Rudi yang merasakan dalam selangkangannya mulai terkumpul bom yang mau meledak tidak menyadari ibunya sudah kewalahan, malahan terus mempercepat gerakannya. Bu Ambar hanya bisa pasrah membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu.

Ia tidak ingin mengganggu kesenangan anaknya. Baginya yang lebih penting hanyalah bisa memberikan tempat penyaluran kebutuhan biologis yang aman dan nyaman untuk anak yang disayanginya. Kakinya menjejak-jejak kasur dan pinggulnya yang besar disentak-sentakannya perlahan untuk mengimbangi rasa nyeri dan pegal. Napasnya mendesah-desah seperti orang kepanasan habis makan cabai dan tangannya menjambak rambut anaknya. Kini Rudi sudah mencapai orgasme. Dipagutnya leher jenjang ibunya dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat tubuh Ibunya ikut terdorong.

Tak lama kemudian Muncratlah sperma kental dari penis Rudi mengguyur rahim Ibunya yang sangat subur itu "CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!" Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan sprei. Sementara Bu Ambar merasakan tulang-tulang di daerah pinggulnya seperti rontok, karena sodokan bertenaga dari anaknya. Tapi dia bahagia karena anaknya bisa mendapatkan kepuasan dari tubuhnya yang sebenarnya sudah tua. Bu Ambar juga seakan tidak peduli bahwa sperma anaknya yang masih muda itu sangat berpotensi untuk membuatnya hamil lagi apalagi di usianya yang ke 47 tahun ini dia masih menstruasi dengan teratur. Baginya, melihat sang anak tersenyum bahagia meraih kenikmatan bersetubuh di atas tubuh montoknya sudah membuatnya senang. Rudi akhirnya terbujur lemas di atas tubuh ibunya dengan keringat bercucuran membasahi tubuh keduanya. Dikecupnya lembut bibir Ibunya.
"Bu, terima kasih, ya. Rudi sayang banget sama Ibu". Bisik Rudi terengah-engah mengatur napasnya kembali.
"Ibu juga sayang". Desah Bu Ambar pelan sambil membelai rambut anak semata wayangnya.

Setelah selesai bercinta, Rudi pun bangkit dari tubuh Ibunya sambil berupaya memapah tubuh Bu Ambar ke kamar mandi. Rudi pun membawa air panas yang tadi dipanaskan Ibunya untuk dipakai mandi. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mandi bersama pada malam itu. Selesai mandi, Rudi pun kembali mengenakan pakaiannya tadi sementara Ibunya memakai kimono merah tanpa dalaman. Setelah berpakaian Rudi dan Bu Ambar pun tidur bersama di kamar Rudi sambil berpelukan mesra satu sama lain.
 
Terakhir diubah:
Semoga ada yg kembangin ceritanya.
Cerita lawas yg bagus suhu.
Masih bnyk yg bisa dikembangkan dr cerita itu.
 
apakah arman dan mahesa ga kebagian wik wik ibunya hu...
 
Walah, yang lama belum rampung tamat, udah ada cerita baru aja.....

@Antingmama selesai kanyang lama dulu aja....
Baru yang ini dilanjuti....

Sayang loh cerita ceritamu yang terbengkalai, belum selesai/tamat....
 
shutterstock_image4.jpg

Bu Ambar

Seminggu kemudian, waktu pelaksanaan Ujian Nasional pun tiba. Sebagai siswa kelas 3 SMA Rudi harus menempuh Ujian Nasional sebagai syarat kelulusan. Hasil belajar selama 3 tahun di SMA ditentukan mulai hari ini hingga 3 hari kedepan melalui ujian tertulis.

Semenjak persetubuhan dengan Ibunya seminggu yang lalu hingga hari H Ujian Nasional, Rudi beberapa kali melakukan persetubuhan dengan Ibunya. Bu Ambar menuruti kemauan Rudi namun sesuai perjanjian bahwa hanya boleh meminta jatah antara 3-4 kali seminggu. Bu Ambar memberi pengertian pada anaknya bahwa bersetubuh setiap hari tidak baik bagi kesehatan dan juga supaya Rudi tetap fokus belajar. Sebagai anak muda yang punya nafsu seks yang menggelora, walaupun berat Rudi pun akhirnya menuruti penjelasan dari Ibunya.

Pagi harinya sebelum berangkat ke sekolah Rudi pun menelepon Bapaknya Pak Widyo yang sedang berada di lepas pantai Andaman yang masuk wilayah negara Myanmar melakukan pengeboran minyak di tengah laut. Melalui satelit, Rudi dan Bapaknya berkomunikasi satu sama lain. Mendengar sang anak akan menempuh Ujian Nasional, Pak Widyo pun memberi semangat dan mendoakan keberhasilan anaknya.
"Yaudah belajar yang rajin ya Rud, semoga ujianmu sukses. Maaf ya Bapak belum bisa pulang ke Indonesia karena tugas di Myanmar masih numpuk, nanti kalo pulang Bapak bawain hadiah buat kamu". Kata Pak Widyo menyemangati anaknya melalui Video call
"Iya Pak, makasih ya buat doanya". Balas Rudi lalu menutup telepon bapaknya.

Setelah telponan dengan bapaknya Rudi pun berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Awalnya Bu Ambar meminta Rudi supaya diantar saja menggunakan mobilnya. Namun Rudi menolaknya karena takut terjebak macet saat ujian. Bu Ambar pun akhirnya mengalah dan berpesan supaya Rudi hati-hati dalam berkendara dan menjawab soal-soal dengan cermat.

Setelah sampai di sekolah, Rudi pun langsung duduk di kursi yang sesuai dengan nomor yang tertera di kartu ujiannya. Tak lama kemudian ujian pun dimulai. Hari ini Ujian Nasional dimulai dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rudi pun mengerjakannya dengan baik karena soal yang keluar sesuai dengan soal-soal prediksi yang sering dia kerjakan selama masa try out. Selesai ujian Rudi pun pulang kerumah.

Sampai dirumah Rudi beristirahat sebentar berganti baju dan makan siang. Setelah itu dia pun pergi ke tempat Bimbingan belajar untuk belajar latihan soal. Karena besok jadwal mata pelajaran Bahasa Inggris plus mata pelajaran jurusan, sebagai anak jurusan IPA Rudi pun belajar berlatih soal-soal Fisika yang memang cukup rumit. Dia menghabiskan waktunya di tempat les hingga menjelang sore hari. Setelah jam bimbel selesai dia pun pulang ke rumah.

Sampai dirumah Rudi pun langsung mandi dan berganti baju. Sekitar jam 7 malam ketika jam makan malam tiba, sang Ibu pun pulang dari kantor memakai blazer yang cukup ketat plus rok selutut. Melihat itu kontan saja nafsu Rudi pun bergejolak. Setelah seharian menempa diri dengan latihan soal yang sulit lalu melihat sang Ibu pulang mengenakan pakaian yang sangat seksi membuat penis Rudi mengeras.
"Eh Ibu, tumben baru pulang". Sapa Rudi pada Ibunya.
"Iya Rud tadi Ibu ada meeting makanya agak telat pulangnya, oh ya kamu udah makan belum sayang". Tanya Bu Ambar sambil memegang pundak Rudi.
"Belum Bu soalnya aku nungguin Ibu pulang". Kata Rudi pada Ibunya.
"Aduh so sweet banget anak Ibu, yaudah tungguin Ibu mandi dulu ya, abis itu kita makan malam bareng CUPP". Jawab Bu Ambar sambil mencium pipi anaknya lalu pergi ke kamarnya.

Setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya Bu Ambar pun keluar dari kamarnya. Oh ya kamar orang tua Rudi memang dilengkapi kamar mandi dalam jadi tidak harus keluar kamar jika ingin mandi. Saat itu Bu Ambar hanya memakai kaos putih tanpa lengan dan celana pendek sepaha warna hijau. Malam itu mereka berdua pun makan bersama dengan masakan yang sudah disiapkan oleh Bi Inah pembantu yang sudah bekerja di rumah Pak Widyo dan Bu Ambar sejak kakak tertuanya Mahesa lahir.

Selama makan Bu Ambar menanyakan ujian Bahasa Indonesia yang Rudi kerjakan tadi. Rudi pun menjawab bahwa ia mengerjakan dengan baik dan yakin hasilnya akan baik. Bu Ambar pun senang mendengar optimisme Rudi.

Setelah makan Rudi pun pamit pada Ibunya untuk pergi belajar di kamarnya. Bu Ambar pun mempersilahkan anaknya dan berpesan agar jangan tidur terlalu malam supaya tidak kesiangan. Tepat jam 8 malam Rudi pun masuk kamar dan kembali belajar.

Selama di kamar, Rudi pun mengulang-ulang latihan soal Fisika yang akan diujikan besok. Menghafal banyak rumus-rumus Fisika membuat otaknya terasa stress. Ya Ujian Nasional memang membuat stress banyak siswa di Indonesia tanpa terkecuali Rudi.

Setelah satu jam belajar Rudi yang mulai terlihat jenuh tiba-tiba tepat jam 9 malam pintu kamar Rudi pun terbuka. Terlihat Bu Ambar masuk ke kamar Rudi mengecek apakah anaknya sudah tidur apa belum.
"Rud, kamu belum tidur?" Tanya Bu Ambar pada anaknya.
"Belum Bu, ini baru aja mau selesai". Jawab Rudi pada Ibunya.
"Udah jangan terlalu diforsir belajarnya, nanti kamu malah stress lagi jadinya". Bu Ambar pun mendekat sambil mengusap kepala anaknya.

Malam itu Bu Ambar tidak memakai BH sehingga puting payudaranya terlihat samar-samar dari baju seksinya. Melihat itu sontak nafsu Rudi pun bergejolak lalu berdiri memeluk Ibunya erat-erat. Bu Ambar pun kaget sambil berusaha memperingatkan Rudi.
"Rud, kamu nih apa-apaan sih. Udah istirahat sana". Kata Bu Ambar berusaha memperingatkan Rudi.
"Bu, Rudi lagi stress Bu, tolong kelonin Rudi malam ini". Rengek Rudi pada Ibunya.
"Rud, Ibu capek nak abis meeting di kantor tadi, besok aja ya mainnya". Kata Bu Ambar memohon pada anaknya. Memang meeting dengan bosnya di kantor tadi cukup menguras tenaganya.
"Pokoknya Rudi mau sekarang! Kalo Ibu gak mau kelonin Rudi, mendingan Rudi dikelonin sama pelacur aja!" Rengek Rudi sambil mengancam Ibunya. Mendengar itu Bu Ambar pun takut lalu melunak pada anaknya.
"Aduh Rudi, jangan mau dikelonin sama pelacur, nanti Rudi bisa kena penyakit kelamin". Kata Bu Ambar melunak pada Rudi.
"Yaudah kalo gitu malem ini Rudi Ibu kelonin lagi deh. Tapi inget ya cuma sebentar aja, abis itu kita tidur". Pungkas Bu Ambar pada anaknya. Mendengar itu Rudi pun senang bukan kepalang.
"Makasih Ya Bu, CUPP CUPP CUPP". Rudi pun langsung menciumi wajah Ibunya dan memeluknya erat-erat. Bu Ambar pun membalas pelukan anaknya dengan tak kalah erat.

Awalnya Rudi ingin langsung menggarap Ibunya di dalam kamar pribadinya. Namun sang Ibu menolak dan mengajak Rudi untuk bermain di kamarnya. Rudi pun menurut lalu keluar dari kamar mengikuti Ibunya. Setelah sampai di kamar Ibunya, Rudi pun langsung mengunci pintu dan menerkam Ibunya hingga Bu Ambar terlentang di atas ranjangnya.
"CUPP CUPP CUPP SLURP SLURP SLURP". Rudi mencumbu tubuh Ibunya.
""AHH AHH AHH". Desah Bu Ambar menahan cumbuan nikmat anaknya.

Rudi pun membuka baju Bu Ambar hingga telanjang bulat. Dia kembali mencumbu Ibunya dengan meremas dan menjilati payudara sang Ibu yang putih nan montok.
"SLURP SLURP SLURP SLURP". Begitulah bunyi hisapan mulut Rudi pada payudara Ibunya.
Setelah payudara, mulut Rudi pun terus turun ke perut hingga ke vagina Ibunya yang sudah cukup berair dan menjilati vagina Ibunya dengan nikmat.

Tak lama kemudian Rudi akhirnya membuka baju dan celananya hingga sama-sama telanjang bulat. Terlihat penis Rudi yang mencuat kokoh ke atas. Penis berukuran 20 cm dengan diameter 5 cm plus urat-uratnya yang terlihat menonjol dan kepala penisnya yang berukuran sebesar bola tenis memang terlihat mengerikan sekaligus menggairahkan. Rudi pun meminta Ibunya untuk mengulum penisnya.
"Bu tolong isepin ya burung Rudi". Pinta Rudi pada Bu Ambar sambil memegang penis jumbonya ke wajah sang Ibu. Bu Ambar langsung terbangun dari ranjang lalu sambil berlutut dia mulai mengocok penis Rudi yang sedang duduk di tepi ranjang.

Penis Rudi yang besar dan panjang itu walaupun terlihat mengerikan dan sering membuat Bu Ambar kepayahan, tapi tetap saja sang Ibu tetap mau melayani anaknya karena kenikmatan yang diberikan penis Rudi jauh berlipat ganda dari penis milik sang suami yang lebih kecil.
"SLURP SLURP SLURP SLURP". Begitulah bunyi hisapan mulut Bu Ambar pada penis anaknya. Rudi pun hanya bisa merem melek menahan nikmatnya hisapan mulut sang Ibu.

Penis Rudi yang sangat besar dan jumbo ini tak mampu dikulum semuanya oleh mulut Ibunya. Hanya 75% yang mampu masuk ke dalam mulut Bu Ambar. Selain mengulum penis, Bu Ambar memainkan "telur-telur" Rudi yang berukuran sebesar bola pingpong.

Setelah 10 menit memainkan penis sang anak, akhirnya tibalah saat yang dinantikan. Rudi pun kembali menelentangkan tubuh Bu Ambar diatas ranjang.
"Bu, Rudi gak tahan mau masukin". Pinta Rudi pada Ibunya.
"Iya tapi pelan-pelan ya Rud, soalnya burung Rudi jauh lebih dari punya Bapak". Mohon Bu Ambar pada Rudi.
"BLESS BLESS BLESS SREETT SREETT SREETT!" Begitulah bunyi penis Rudi saat mulai memasuki vagina Ibunya.
"AHHH Pelan-pelan Rudi!!" Ujar Bu Ambar mengeluh nyeri merasakan penis sang anak menembus vaginanya.

Setelah berhasil masuk, Rudi mulai menyodokkan penisnya ke dalam vagina Ibunya dengan perlahan. Walaupun sudah beberapa kali melakukan persetubuhan, Bu Ambar merasa Penis Rudi masih terlalu besar bagi vaginanya. Dia pun mulai menyesuaikan diri dengan ukuran penis sang anak.

"PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK!" Rudi mulai meningkatkan kecepatan sodokan penisnya pada vagina sang Ibu.
""AHH AHH AHH AHH AHH!" Bu Ambar pun mendesah-desah keenakan akibat sodokan penis Rudi.
Selama menyodok Ibunya, Rudi juga menjilati leher dan payudara Ibunya yang besar nan montok berukuran 36C. Sesekali mereka pun berciuman mulut sambil memainkan lidah masing-masing.

Setelah 10 menit Rudi menyodok Ibunya, akhirnya sang Ibu pun menjemput orgasmenya.
"CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT AHH AHH!". Bu Ambar pun berteriak menggapai orgasmenya.
Melihat sang Ibu mencapai orgasmenya, Rudi pun menghentikan sodokannya sambil membiarkan Bu Ambar beristirahat sejenak. 5 menit kemudian Rudi pun kembali menyodokkan penisnya secara lebih dalam hingga ujung penisnya menyundul-nyundul mulut rahim sang Ibu.

Bu Ambar yang masih kelelahan itu hanya bisa pasrah menerima sodokan penis Anaknya yang kuat dan bertenaga itu.
"PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK!"
"CUPP CUPP CUPP CUPP CUPP!" Mereka berdua pun berciuman mesra sambil memainkan lidah masing-masing.

Tak lama kemudian, Rudi pun meminta sang Ibu untuk menungging.
"Bu, nungging dong, Rudi mau nyodok dari belakang". Pinta Rudi pada Ibunya. Bu Ambar pun menuruti permintaan anaknya dan mulai menungging.

Dalam posisi doggie style ini, Rudi pun bebas menciumi punggung Ibunya yang putih mulus. Sembari menyodok dia juga meremas-remas payudara Ibunya yang montok dari belakang sambil leher dan juga punggung Ibunya. 10 menit kemudian Bu Ambar pun mencapai orgasmenya yang kedua "CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!" Setelah mencapai orgasme, tubuh Bu Ambar pun ambruk sambil telungkup.

5 menit kemudian, karena sudah tidak tahan, Rudi pun kembali menelentangkan tubuh Ibunya dan membuka pahanya lebar-lebar. Lalu dia pun kembali memasukkan penisnya yang berukuran jumbo itu ke vagina sang Ibunda. Bu Ambar yang sudah kelelahan hanya bisa pasrah melihat sang anak berusaha memasukkan penis jumbonya ke vagina sang Ibu.

Rudi pun menyodok Ibunya dengan kecepatan penuh. Dia berusaha untuk menggapai orgasmenya secepat mungkin.
"OHH OHH OHH OHH!" Rudi berteriak-teriak menyodok vagina Ibunya.
"PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK!" Begitulah bunyi sodokan penis Rudi pada vagina Bu Ambar.

Sembari menyodok, Rudi juga memeluk Ibunya erat-erat dan mencium bibirnya berkali-kali. Di dalam hati, dia pun mulai merasakan jatuh cinta dengan Bu Ambar dan tidak ingin kehilangan Ibu kandungnya yang cantik dan montok itu.

10 menit kemudian, Rudi pun sudah tak tahan lagi. Dia pun memeluk Ibunya erat-erat berteriak-teriak sambil menyodokkan penisnya hingga menyentuh mulut rahim sang Ibunda.
"OHH Bu, burung Rudi mau muntah Bu, OHH OHH OHH CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!" Rudi pun meracau sambil menyemprot-nyemprotkan spermanya ke dalam rahim subur Bu Ambar Ibu kandungnya sendiri sebanyak 10 kali semprotan. Bu Ambar pun juga menjemput orgasmenya yang ketiga.
"AHH iya Rud, Ibu juga mau keluar AHH AHH AHH CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!" Teriak Bu Ambar yang juga telah menjemput orgasmenya. Setelah itu tubuh Rudi pun ambruk menindih tubuh Bu Ambar.

Setelah mengatur nafas sejenak, akhirnya Rudi pun angkat bicara pada Ibunya.
"Bu, makasih ya udah mau ngelayanin Rudi. Sekarang otak Rudi udah gak stress lagi mikirin ujian besok".
"Iya sayang, makanya kalo mau ujian gak usah stress ya, kan ada Ibu disini". Terang Bu Ambar pada Rudi sambil mengusap-usap kepala Rudi dengan penuh kasih sayang.
"Bu, selama UN Rudi pengen tidur sekamar sama Ibu tiap hari biar stress Rudi hilang". Pinta Rudi pada Ibunya.
"Aduh kamu ini, nanti kamu malah ngantuk di sekolah". Jawab Bu Ambar pada Rudi.
"Yaudah kalo Ibu gak mau tidur sama Rudi, biar nanti Rudi panggil pelacur aja kerumah buat tidur sama Rudi sampe pagi!" Ancam Rudi pada sang Ibu. Mendengar itu Bu Ambar pun ketakutan.
"Rudi jangan nak, nanti kamu kena HIV. Yaudah kalo gitu selama UN Rudi boleh tidur sama Ibu, tapi jangan kemaleman ya nanti kamu kesiangan lagi".
"Iya Bu, makasih ya Rudi sayaaaaang banget sama Ibu". Kata Rudi sambil memeluk Ibunya erat-erat.
"Iya Rudi Ibu juga sayang kok sama kamu". Kata Bu Ambar membalas pelukan anaknya dengan tak kalah erat.

Tak lama kemudian, Rudi pun beranjak dari tubuh Ibunya lalu berbaring terlentang di samping Bu Ambar lalu tertidur pulas. Melihat sang anak sudah tertidur, Bu Ambar pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sewaktu di kamar mandi untuk kencing dan membersihkan vagina dan tubuhnya, dia melihat gumpalan-gumpalan sperma Rudi keluar dari vaginanya. Dalam hati Bu Ambar timbul ketakutan jika sperma anaknya suatu hari nanti akan mampu membuatnya hamil, mengingat setiap kali bersetubuh Rudi selalu mengeluarkan spermanya di dalam vagina Ibunya. Ingin sekali Bu Ambar mengingatkan hal tersebut pada Rudi, namun karena takut membuat anaknya tidak puas lalu mencari kepuasan seks dari tubuh pelacur sewaan, pada akhirnya Bu Ambar pun hanya bisa pasrah ketika Rudi menyemprot-nyemprotkan spermanya ke dalam rahim suburnya. Ya diusianya yang telah menginjak 47 tahun saat ini Bu Ambar masih rutin menstruasi menandakan bahwa dia masih produktif sehingga wajar ketakutan seperti itu muncul dalam dirinya.

Setelah membersihkan diri, Bu Ambar pun kembali naik ke ranjangnya, lalu mencium kening Rudi yang sedang tertidur sebagai tanda sayang, lalu dia pun menaikkan selimut menutupi tubuh telanjangnya lalu tertidur lelap.

Akhirnya selama 4 hari berturut-turut selama pelaksanaan UN Rudi pun selalu tidur berdua bersama Ibunya di dalam kamar. Sebelum tidur mereka berdua pasti bersetubuh habis-habisan melepas stress dan lelah setelah seharian bekerja dan mengerjakan soal ujian. Efeknya setiap hari tubuh Rudi pun terasa rileks dan tenang ketika mengerjakan soal ujian.

Pada malam setelah UN terakhir dilaksanakan mereka pun kembali bersetubuh. Kali ini mereka bersetubuh dengan panas merayakan hari terakhir UN telah dilaksanakan.
"OHH Bu, burung Rudi mau muntah lagi OHH OHH OHH CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!" Teriak Rudi sambil menyemprotkan spermanya yang hanya tersisa 5 kali semprotan ke dalam rahim subur Ibunya.
"AHH AHH Rudi AHH AHH AHH CREETT CREETT CREETT CREETT!" Teriak Bu Ambar yang juga telah mencapai orgasmenya hari ini.

Setelah mengatur nafas sejenak, Rudi pun mulai berbincang pada Ibunya.
"Bu makasih ya selama 4 hari ini mau tidur sama Rudi". Terang Rudi berterima kasih pada Ibunya.
"Iya sama-sama sayang". Kata Bu Ambar sambil membelai rambut Rudi dengan lembut
"Abis UN, Rudi belajar lagi ya buat masuk Universitas bagus". Pinta sang Ibu pada anaknya.
"Tapi Ibu harus mau ya kalo Rudi lagi kepengen". Balas Rudi meminta jatah seks pada Ibunya.
"Asalkan Ibu gak lagi datang bulan, Ibu mau kok ngelayanin kamu". Terang Bu Ambar dengan penuh kasih sayang.
"Makasih ya Bu, Rudi sayang banget sama Ibu".
"Iya Ibu juga sayang sama Rudi. Oh ya mulai besok Rudi balik tidur di kamar Rudi ya. Soalnya badan Ibu pegel-pegel selama 4 hari ini tidur bareng sama kamu". Kata Bu Ambar meminta pengertian pada anaknya.
"Ya Ibu, padahal Rudi pengen tidur sama Ibu setiap hari". Rengek Rudi pada Ibunya.
"Rud, umur Ibu udah 47, tenaga Ibu jelas gak sekuat kamu yang umurnya masih 18. Ini aja Ibu udah minum jamu sama suplemen untuk ngimbangin tenagamu. Kalo gak Ibu bisa pingsan di kantor gara-gara lemes tidur sama kamu setiap hari". Terang Bu Ambar menjelaskan dan meminta pengertian dari sang anak.
"Yaudah kalo gitu besok Rudi tidur di kamar Rudi deh. Kasian kalo Ibu kecapean di kantor nanti dipecat lagi sama Bossnya Ibu". Kata Rudi berusaha mengerti kondisi Ibunya.
"Tuh Rudi ngerti, yaudah sekarang kita tidur ya, badan Ibu udah lemes banget nih dihajar sama kamu berjam-jam". Pinta Bu Ambar pada anaknya.
"Tapi Rudi pengen tidur kayak gini ya Bu". Kata Bu Rudi sambil tetap menindih tubuh putih montok Ibunya.
"Aduh nanti kamu nafsu lagi sama Ibu Rud". Tolak Bu Ambar pada anaknya.
"Gak kok Bu, Rudi cuma pengen tidur sambil badan Rudi tetep nyatu sama badan Ibu kayak gini". Pinta Rudi sambil tetap menindih badan Ibunya dari atas lalu menaruh kepalanya di leher sang Ibu.
"Yowislah, sakarepmu". Kata Bu Ambar pasrah pada permintaan anaknya. Tak lama kemudian mereka berdua pun tertidur dalam posisi kedua tubuh mereka masih menyatu dengan rapat.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd