Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Runtuhnya Kesetiaan Zaujah (Kisah Nyata)

02. Sebuah Keluarga dan Yang Tidak Disangka


POV Rezky :


Cukup alot juga ibu dari mbak Fika untuk meyakinkan om Nardi agar memberikan restu bagi Rizal. Namun meski demikian, pada akhirnya om Nardi bersedia menurunkan egonya agar sang anak dapat melangsungkan pernikahan. Sebenarnya om Nardi tidak ada masalah jika Rizal menikah dengan calonnya tersebut. Jauh-jauh hari sebelumnya memang om Nardi sudah diberitahu oleh Rizal jika dia tidak ingin berpacaran dan inginnya nanti langsung menikah melalui proses ta’aruf. Hal ini tentu adalah asing di telinga om Nardi sebagai orang produk lawas. Oleh karenanya om Nardi sudah sempat bertanya pada mbak Fika apakah itu ta’aruf, dan bagaimana mekanismenya. Karena menurut om Nardi, mbak Fika adalah orang yang tepat karena di keluarga besar mereka hanya mbak Fika yang masuk kategori “sudah ngaji” sehingga untuk hal tertentu mbak Fika juga menjadi rujukan dadakan dan akhirnya di “ustadzah” kan. Dari apa yang saya tangkap selama mengenal mbak Fika, beliau memang sangat luas wawasan agamanya, dapat dengan segera mengejar ketertinggalan mengingat beliau baru hijrah 4 tahun yang lalu karena memang pada dasarnya mbak Fika adalah pribadi yang cerdas.

Meskipun demikian, masih ada juga yang mereka kurang sreg dengan apa yang keluarga mbak Fika pilih, dianggap terlalu berlebihan dalam beragama apalagi kondisi ekonomi keluarga mereka yang belum stabil membuatnya senantiasa diremehkan oleh orang yang lebih tua. Itu sebabnya mbak Fika lebih memilih menjadi silent reader ketika ada percikan polemik karena beliau sadar diri bahwa ketika kamu tidak memiliki uang maka kamu tidak akan dianggap.

Termasuk pula rencana Rizal untuk menikah melalui ta’aruf juga banyak disayangkan oleh keluarga besar, dan ada pula yang mencemooh. Ya tidak salah juga sebenarnya anggapan keluarga besar mbak Fika tadi mengingat mereka berislam karena faktor keturunan. Yang bagi mereka menganggap Islam hanya sebatas menjalani rukun Islam saja. Mereka masih sering bergunjing (ghibah) serta memakan uang riba. Bagi mereka konsep riba adalah sebatas meminjam uang pada perseorangan dan dikembalikan dengan adanya kelebihan (rentenir), namun untuk bunga deposito menurut mereka itu bukanlah bagian dari riba.

Kegiatan rutin mbak Fika adalah menjadi guru Tahfidz bagi anaknya saat magrib tiba, Di usia yang masih belia, Nanda terbukti mampu menghapal mulai surah An Nas hingga surah Al Muzzammil dengan metode Al Muyassar secara mutqin (kuat), belum lagi ditambah dengan hapalan Doa dan Dzikir yang biasa dibaca harian. Awalnya saya sedikit sangsi saat Rizal menceritakan perihal hapalan dari keponakannya itu, namun setelah iseng-iseng saya test anak kecil itu mampu menjawab dengan tidak hanya tepat namun cepat. Hal ini sangat jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, karena biasanya jika diminta untuk membaca ayat tertentu (misal berada di tengah-tengah) maka orang tersebut akan diam sejenak mengingat-ingat sambil mengurutkan, nah hal ini saya tidak menemukan pada Nanda, dalam waktu yang singkat dia mampu membacakan dengan benar ayat yang saya minta. Untuk pelajaran umum, Nanda juga juara kelas. Meskipun kadang sering tidak masuk namun dia tidak pernah tertinggal pelajarannya.

Mbak Fika sendiri semenjak hijrah, kegiatannya sehari-hari jika tidak sedang memasak dan mengurus rumah, dia aktif mengikuti kelas tahsin yang diampu oleh seorang ustadzah lulusan Ma’had di daerah Surakarta pada hari Senin, Rabu dan Jum’at. sehingga tidak heran pula bacaan Al-Qur’an ketika beliau menyimak saat menemani Nanda memurajaah hapalan sangatlah bagus, suaranya merdu dan nampak telaten sekali dalam menemani anaknya belajar.

Sementara itu, berbanding terbalik dengan mbak Fika, mas Budi adalah sosok yang tidak terlalu banyak berbicara, dia lebih senang berada di dalam kamar dibandingkan ikut berinteraksi dengan tamu seperti kami, sehingga praktis jika saya akhirnya lebih banyak berinteraksi dengan mbak Fika dibandingkan dengan suaminya. Namun mas Budi juga keberadaannya sangat membantu pekerjaan di rumah karena dia juga menyadari kalau belum dapat membantu secara finansial dengan menyediakan ART maka dengan kesadaran penuh dia membantu pekerjaan mbak Fika sehari-hari.

Ada kejadian tidak terduga di mana akhirnya saya dapat melihat rambut tergerai serta kemulusan kaki dan betis mbak Fika. Saat itu dipenghujung malam, saya yang kebelet untuk BAB harus keluar ke kamar mandi yang di belakang (dekat dapur) karena kurang nyaman dengan kamar mandi di dalam rumah yang menurut saya lebih sempit. Ketika sudah dekat dengan kamar mandi, nampak dari lubang angin jika lampu menyala dengan pintu tertutup yang menandakan bahwa ada seseorang di dalam. Dari suara air yang mengalir, saya menduga jika orang yang di dalam tengah mengambil air wudhu. Pikir saya saat itu adalah mas Budi, karena rasanya tidak mungkin mbak Fika di malam seperti ini berani keluar sendiri ke kamar mandi belakang rumah.

Namun ternyata dugaan saya salah, setelah pintu terbuka saya melihat mbak Fika yang saat itu tidak berhijab mengenakan daster pendek selutut yang cukup tipis berwarna kuning dengan motif bunga kecil-kecil. Rambut hitamnya tergerai indah sedikit lebih panjang dibawah bahu, wajahnya yang biasa saya lihat berhijab juga cantik namun dalam konteks yang berbeda tentunya. Posisinya yang membelakangi cahaya lampu di dalam kamar mandi membuat saya dapat melihat siluet tubuhnya yang menerawang, apalagi saat itu mbak Fika tidak mengenakan BH sehingga nampak sekali tonjolan puting susunya.

Saya seperti mendapatkan durian runtuh malam itu, atau orang biasa mengatakan “rejeki anak shalih”. Mbak Fika terpaku beberapa saat sebelum akhirnya dia menunjukkan ekspresi malu-malu karena terpergok dengan penampilan yang tidak elok dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya. Saya tetap berbaik sangka dengan memberikan udzur jika mbak Fika mungkin lupa kalau ada kami di sini sebab ini adalah malam pertama saya dan Rizal menginap hari itu, atau beliau mungkin mengira karena sudah malam jadi tidak perlu lagi mengenakan daster gamis dan hijab karena berpikir tidak mungkin ada yang malam-malam ke kamar mandi apalagi kamar mandi belakang.

Saya pun juga reflek kemudian memalingkan muka dan menundukkan pandangan ketika kami menyadari saling bertatapan untuk beberapa saat. Namun mbak Fika tetap dengan ramah menyapa saya dan kami terlibat obrolan sesaat sembari dia mengeringkan wajah, tangan dan kakinya dari bekas wudhu. Dari obrolan singkat itu saya tau jika mbak Fika hendak melaksanakan Qiyamullail di ⅓ malam. Namun sejak kejadian malam itu di mana saya melihat mbak Fika yang dalam kondisi tidak berhijab, keesokan paginya hingga akhirnya kami balik lagi ke kota Malang 2 hari kemudian, mbak Fika entah dengan alasan apa tidak lagi mengenakan kaus kakinya yang mana sebenarnya bagian kaki masih termasuk dalam aurat yang harusnya ditutupi.



POV Author:

Fika malam itu masih memendam kekesalan karena Budi tidak dapat menemaninya untuk mempersiapkan seserahan untuk pernikahannya Rizal. Malah dengan egois Budi menyuruh Fika mengurus itu sendiri. Akhirnya karena tidur tidak nyenyak, Fika terbangun dengan suasana hati yang kurang baik dan berniat ke kamar mandi sekalian mengambil air wudhu dimana dia biasa melaksanakan Qiyamullail. Harapannya dengan mengambil wudhu tadi, sedikit-banyak Fika dapat menghilangkan rasa kesal di hatinya. Fika sempat ragu untuk keluar kamar, mengingat saat ini ada orang lain yang menginap di rumahnya. Dia ragu, apakah harus mengenakan kembali daster gamis panjang dan menggunakan hijab ataukah keluar dengan dengan pakaiannya saat ini, daster pendek selutut yang cukup tipis menerawang. Namun akhirnya, karena dia malas berganti baju serta berpikir bahwa semua orang di rumah sudah terlelap, Fika mantap melangkahkan kakinya keluar menuju kamar mandi di belakang.

Kamar mandi belakang sendiri merupakan kamar mandi favorit bagi Fika dikarenakan ruangannya yang memang lebih luas serta banyak fentilasi udara sehingga tidak terasa pengap apabila beraktivitas khusus yang diam-diam dilakukan Fika di dalamnya. Ya, Ummahat berhijab lebar ini sesekali memang melakukan masturbasi disaat dia mandi, karena semenjak perselingkuhan kedua yang dilakukan Budi, lambat laun mematikan rasa pada suaminya selain memang terkadang Budi kurang dapat mengantarkannya pada Orgasme. Selain melakukan di kamar mandi, Fika juga terkadang bermasturbasi di dalam kamarnya ketika rumah dalam keadaan sepi (suami bekerja dan anak sekolah), dan untuk siapakah yang menjadi sosok lelaki dalam masturbasinya, dia membayangkan sedang melakukan persetubuhan panas dengan artis Korea Kim Woo Bin / Lee Min Hoo.

Kehidupan seksual Fika dan Suaminya memang kurang harmonis, diusia kepala 3 seharusnya pasangan suami istri masih rutin melakukan persenggamaan. Namun sayangnya karena kejadian buruk yang menimpanya membuat Fika seringkali menolak ajakan Budi. Fika bukanlah perempuan yang tidak mengerti aturan agama, namun karena hatinya mulai mati rasa membuatnya memiliki pembenaran dengan menolak ajakan suaminya dan dia sendiri untuk memenuhi kebutuhan biologisnya lebih memilih melakukan masturbasi dan hal ini pula yang menyebabkan Nanda belum memiliki adik.

Fika kaget setengah mati karena ketika keluar kamar mandi di depannya berdiri sosok yang sedari tadi mengganggu pikirannya, Rezky. Entah apa yang menyebabkan hal itu, namun semenjak melihat Rezky turun dari mobil Jimny yang dikemudikannya pagi tadi, Fika terus menerus terngiang-ngiang paras tampan pemuda tersebut yang mana sangat mirip dengan aktor Korea favoritnya dalam bermasturbasi. Hanya saja bedanya yang dihadapannya ini jauh lebih muda. ditambah lagi kekaguman Fika pada pencapaian yang Rezky alami, sebab sedari muda Fika memang mengagumi sosok lelaki yang cerdas. Dan jika mau jujur, seandainya dia tidak dikecewakan oleh Dayat maka dia tidak akan memilih menikahi Budi karena saat itu dipikiran Fika adalah dia ingin merasa dicintai sementara Budi sendiri secara fisik tidak sesempurna Dayat, atau dapat dikatakan biasa saja.

Fika terpaku dan jujur dia bingung harus berbuat apa sementara wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa malu karena semburat kemerahan mulai nampak dipipinya jika diperhatikan dengan seksama. Dia pun menyadari, Rezky tentu dapat melihat tubuhnya yang mana biasanya sangat tertutup namun kini didepannya, Fika seolah-olah membiarkan tubuh semi terbukannya ini dilihat dengan bebas oleh Rezky sebab saat itu pakaian dasternya sangat tipis dan nampak ketara sekali tonjolan puting payudaranya. Ah, anggap saja ini bagian dari udzur karena bukan kesengajaan, pembelaan Fika dalam benaknya. Meskipun demikian, Fika sebagai yang lebih tua tetap berusaha untuk mencairkan suasana dengan menyapanya dan membuat mereka terlibat obrolan sejenak sembari Fika mengeringkan bekas air wudhu.

Bersambung

Terimakasih atas apresiasi dari suhu semuanya, mohon maaf apabila dalam penulisan cerita ini masih jauh dari sempurna baik dari segi pemilihan kata ataupun lain sebagainya. dan kemudian, sekali lagi saya memohon maaf jika mungkin nantinya adegan eksekusi tidak sebanyak yang diharapkan. saya berupaya menulis cerita ini seotentik mungkin sebagaimana kejadian yang saya alami.

dan tidak lupa harapan saya, karya saya ini tidak dibawa keluar forum dengan di copas apalagi diperjualbelikan di situs membaca berbayar, sungguh saya tidak ridha akan hal itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd