Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 33





“Ccrrppp…. slrrullppppp….. hhmmppppphhhh…..”

Tidak ada rasa bosan dan lelah melumat bibir adik iparku ini, meskipun telah sebelumnya kulakukan itu. Dan tak terhitung lagi berapa kali aku menikmati bibir mungilnya.

Tanganku mulai turun dari kepalanya dan mulai menggerayangi setiap inci tubuhnya yang masih terbalut sweater.

Azizah juga sangat bernafsu melumat bibirku. Terkadang lidahku dikulum dan disedot sehingga rasanya seperti tertarik keluar. Aku tidak tau apakah kata-kata yang kuungkapkan sudah menggambarkan situasi panas saat ini.

“Mppppp…….. aahhhhh……” Azizah menghela napas panjang ketika ku lepaskan ciumanku. Aku tersenyum padanya dan kubuat senyumku semanis mungkin.

“Kakak merindukanmu, dek” kataku sambil menggenggam tangannya.

“Adek juga, kak… apalagi dedeknya di dalam sana, kangen banget ama ayahnya” Katanya sambil menyempatkan mengusap perutnya. Aku tersenyum bangga mendengarnya.

Lalu perlahan ku tuntun dia untuk duduk di pinggiran ranjang.

Di hadapan Azizah yang sedang duduk, ku buka semua pakaianku dan kutelanjangi diriku di depannya. Ku lihat dia menatapku dengan tatapan dalamnya yang memabukkanku. Ketika semuanya telah lepas, ku hampiri Azizah yang duduk lalu kami berciuman kembali. Aku yang berdiri agak membungkuk sedangkan Azizah mendongakkan wajahnya ke atas.

Kami kembali saling melumat, memilin dan menggigit. Tanganku menyelusup di balik sweaternya dan membelai kedua gundukan dada yang menggemaskanku sedangkan tangan kanannya juga sudah menggenggam penisku yang telah tegang masksimal.

“Sshhhh…. Ahh…. udahhh….. kerasss bangetttt nihhh” katanya sembari mengocok pelan penisku.

Aku hanya berdiri terdiam menikmati kocokannya. Gerakannya yang kaku dan kasar sepertinya memberitahukanku kalau dia tidak terbiasa melakukannya. Ku perhatikan dengan saksama ekspresi Azizah ketika mengocok penisku. Kagum dan melongo, mungkin begitu. Hingga sepertinya gerakan tangannya sudah mulai halus dan lancar. Nikmatnya pun sudah mulai maksimal.

“Dek….. kamu pintarrhhhh…….. kakak Jadi tambahh nafsuhhhh sama kamu” Ujarku sambil menggelitiki belakang telinganya pelan dengan membuat gerakan seperti menggaruk tapi dengan sangat lembut.

“Shhhh….. ihhhhh…. kakkshhh”” Azizah menggerak-gerakkan kepalanya sambil tetap mengocok batangku. Ingin sekali ku tuntun mulutnya untuk mengulum penisku, tetapi aku masih bisa menahannya. Ingin ku nikmati sekali proses demi proses bersamanya.

“Ahh…. basahh nihhh……”ujarnya semakin bernafsu.

Dengan gemas Azizah menggenggam erat penisku hingga urat-uratnya menonjol keluar. Wow…. aku sendiri kagum melihat penisku dalam genggaman tangannya.

Sejurus kemudian, ku tanggalkan niqabnya, hingga terlihatlah wajah cantik yang nyaris serupa dengan istriku. Aku menanggalkannya, hanya untuk menyaksikan bagaimana ekspresi yang terjadi di balik niqab tersebut. Biar menambah sensasi gairahku.

Dan kini, bisa dengan mudah ku perhatikan wajahnya, sepertinya dia mulai tergoda untuk merasakan batangku di dalam mulutnya. Dan benar saja apa yang ku duga.



Cup……



Azizah mencium kecil kepalanya lalu ia menatapku dengan tersenyum. Secara fisik memang tidak berasa, tetapi sensasinya itu membuat hasrat kenikmatanku menjadi berkali lipat. Azizah yang kurindukan, mencium batangku dengan masih mengenakan jilbabnya. Merinding sekujur permukaan kulitku.

“Azizah…. kamu nakall”

Hap…..

Akhirnya masuk juga penisku ke dalam mulutnya yang mungil dan seksi itu. Ohhh… nikmatnya tak terkira. Pada awalnya Azizah hanya mendiamkannya saja lalu kemudian ia memainkan kepalanya seperti mengemut permen.

“Dekshhhh…… mantapppphhh dekshhh….” ujarku membelai kepalanya yang masih berbalut jilbab itu. Rupanya desahku seakan memberinya tenaga tambahan sehingga Azizah mulai memaju mundurkan mulutnya. Gesekan lidah dan sedotannya itu membuat tubuhku memanas. Aku sangat gemas melihat tingkah wanita cantik ini. Azizah terlihat sangat menikmatinya.

“Hinganga, yaaanggg?” tanyanya sambil tetap mengulum penisku.

“Mantap, sayanggshhh…. Ohhhhh…..” ujarku sambil memberinya jempol.

Azizah hanya tersenyum lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Kalau lama-lama seperti ini pertahananku bisa jebol rupanya. Ini harus dihentikan.

Ku tuntun Azizah untuk melepas penisku dari mulutnya dan ku berdirikan menghadapku. Ku peluk dia dengan lembut dan ku belai seluruh permukaan punggungnya. Aku lalu membuka jilbabnya dan dia membantuku. Rambutnya lembut dan wangi. Aku tidak tahan lagi, dan ku dekatkan kembali bibirku dengan bibirnya. Kami kembali berciuman dengan ganas. Ku lumat kembali bibirnya yang penuh dengan liurnya.

“Sllrrpphhh…. Hooowwhhh……” kami mendesah dalam panasnya ciuman kami seolah ada dahaga hebat yang membutuhkan pemuasan tuntas. Sensasi menjilat bibir Azizah yang masih berbalut lipstick tidak mempengaruhi gairahku sama sekali. Tanganku menggerayangi tubuhnya di balik pakaian lengkapnya sedangkan tangannya terus mengocok penisku dengan gemas.

Perlahan ku buka kancing gamis Azizah sambil masih tetap melumat bibirnya. Azizah mengerti lalu melanjutkan dengan membuka sweaternya hingga tubuh bagian atasnya hanya menyisakan BH putih saja yang membalut gundukan payudaranya. Ku lepaskan ciumanku lalu ku tatap matanya. Kami saling tersenyum dan kali ini senyumannya agak nakal.

“Zah…. Kalo Rafiq yang buka bh kamu biasanya bagaimana?” tanyaku.

“Gak pernah. Adek terus yang bukain” katanya.

“Wah…. rugi tuh…. coba lihat ini…..” kataku sambil meraih kancing bhnya. Dan…. hap…. cukup butuh waktu sedetik kancing bhnya sudah terlepas.

“Wahhh….” Azizah melongo menatapku seakan tidak percaya. Dia tersenyum dan geleng-geleng kepala. Ku lepaskan bh nya dan ku lemparkan ke atas ranjang.

“Biasalah, bukain bhnya Azita kalo kita lagi kebelet main dadakan hehehe…..” jawabku. Sambil kembali meraba susunya yang ranum. Azizah mendesah pelan.

“Sshhhh….. uuhhhhh…..” desahnya sambil membelai rambutku dengan lembut. Ku rendahkan wajahku hingga bibirku sejajar dengan puting kanannya.

Cup…… ku kecup lembut putingnya.

“Oohhhh…..” Azizah terpancing.

Tangannya meremas rambutku. Ku tebarkan jilatanku mengelilingi areolanya dan sesekali memilin putingnya. Desahan Azizah berubah menjadi erangan. Aku menyusu dengan penuh nafsu sedangkan tangan kananku memainkan puting kirinya dengan gemas. Jariku menyentil-sentil putingnya disamakan temponya dengan permainan lidahku.

“Oouwhhhh… oouuwwhhhh….. kakkshhh……. jilatinnnn laggiiiihhhhh……. iyaaa…. gituhhhh…..” racaunya.

Dengan semangat tinggi ku ganti dada kanannya yang kini kulahap dengan rakusnya. Ku sedot putingnya dengan lahap. Azizah sangat menikmati permainanku hingga tangannya tidak lagi meremas rambut tetapi memeluk kepalaku. Aku semakin bersemangat.

“Sayangshhhhh…….. Mauhhh nihhhh……. Aaaaawwwhhhhh…… akhirnyaaaaa…. hanyaaaa dengan kakakshhh saja adek bisa lepas gini” Azizah menjerit kecil lalu jatuh bersimpuh di lantai membuat kulumanku terlepas. Dia orgasme rupanya.

“Hahhh.. hahhh… hahhh… aku dapethhhh kakshhhhh……” Ucap Azizah sambil mengatur nafasnya, ia menatapku.

Ku angkat tubuhnya dan ku baringkan di ranjang.

Azizah terbaring terlentang pasrah menunggu untuk aksi selanjutnya. Aku menaiki ranjang dan memposisikan diriku di sampingnya.

Ku buka pahanya agak lebar dan dia menurut saja. Ku raba gundukan bukit di selangkangannya dengan lembut.

“HHmmmmm…… ssshhhhh….. Kakkshhhhgghh….. Kakak pintar bangetthh” pujinya di sela desah beratnya. Aku tersanjung mendengar pujiannya.

Ku tarik perlahan rok gamisnya sekalian dengan celana dalamnya. Azizah mengangkat pantatnya untuk membantu memudahkanku melapaskannya. Tak butuh waktu lama untuk membuatnya kini telah bugil di hadapanku.

“Wowhhh…. Azizahku sayang…. Tubuhmu bener-bener…..” pujiku.

“Jangan gitu ah, Kak…. adekk malu….” Ujarnya tersenyum.

“Kaukah itu, Azizah….” Candaku menirukan suara khas bang Haji. Azizah tertawa cekikikan melihat tingkahku. Ku posisikan diriku di sela pahanya. Mataku terpana menatap vagina yang mulus merekah basah mengkilap. Lidahku kelu untuk menggambarkannya dalam bentuk kata. Rambutnya sepertinya baru selesai dicukur. Belahannya begitu menggodaku. Klitoris yang mengintip di bagian atas belahan itu sangat indah.

“Sayang…..” Azizah merajuk menyadarkanku dari lamunan panjang akan kekagumanku. Ku belai kedua pahanya dengan lembut.

“Sshhhh…. ihhhhh….. sayangghhh…..” Azizah kembali meracau apalagi ketika rabaanku menyusuri betis kirinya. Ku lihat celah itu bergerak menyempit dan mengeluarkan lendir bening. Ohh…. betapa indah tubuhmu, Azizah. Aku tidak tahan lagi. Kudekatkan bibirku di celah itu, dan ku kecup perlahan.

“Aahhhh…. kakkkshhh” Azizah menggeser pantatnya. Sepertinya dia terkejut dengan aksiku. Ia ingin menutup celahnya dengan kedua tangannya.

Aku tersenyum dan menyingkirkan tangannya.

Sejurus kemudian, aku kembali tengkurap di celah selangkangannya. Ku kecup celah basah itu pelan. Ku jilat perlahan. Rasanya gurih tak terlukiskan. Azizah melenguh.

“Shhhhh…. ooooouuuwwwhhhhhhh……..” dia menggelinjang hebat tapi aku tidak peduli. Ku lumat bibir bawah itu seperti ketika kulumat bibir atasnya.

“Kakkkshhhhhh…….. Aahhh…. ahhhh…. aaauauuuhhhwwww…….”

Tubuh Azizah terlonjak-lonjak menggoyang ranjang tempat kami memadu syahwat. Ku angkat kedua kakinya di bahuku agar mulutku bebas mengeksplorasi daerah itu. Ku jilat klitorisnya dan sesekali menusuk masuk dengan lidahku lalu mengobok-obok liangnya. Azizah semakin kelojotan tidak karuan menerima perlakuanku.

“Ahh…. Ahhh…. Sayangg.... sayangshhhh jahat… kakak Arku sayanggshhh jahatttt” Racau Azizah.

Ku rasakan panggulnya menegang menjepit kepalaku. Sepertinya dia akan orgasme lagi. Semakin semangat ku jilat celah basah itu sesekali mencucup klitorisnya. Entah bagaimana basahnya wajahku sekarang. Aroma kewanitaan Azizah ternyata menjadi sumber tenagaku. Aku bertekad Azizah harus mendapatkan orgasme melalui gaya ini. Kedua tanganku menjulur ke atas merain buah dadanya. Ku pelintir kedua putingya itu. Tak ku sangka Azizah berteriak kencang.

“Kyyyaaaaawwwhhhhh... Aaahhhhhh..... Shhhhooooohhhhhh”

Azizah menggeliat tegang. Tubuhnya terangkat seperti sedang kayang. Kepalaku di jepitnya dengan erat. Kakinya bergetar.



Wow… Orgasme yang luar biasa.



Hingga beberapa saat kemudian tubuhnya jatuh ke ranjang dalam kondisi sudah lemas. Kakinya kembali terkangkang hingga kepalaku bebas dari himpitannya.

Ku perhatikan cairan putih kental merembes pelan keluar dari celah itu. Indah sekali. Ku alihkan pandanganku ke wajahnya yang cantik. Matanya terpejam dan alisnya mengkerut. Mulutnya menganga masih mengeluarkan desahan pelan. Pantatnya bergoyang-goyang pelan. Sepertinya orgasme ini begitu dinikmatinya. Tetapi aku tidak akan memberinya waktu istirahat.

Ku kangkangkan kakinya yang sudah lunglai dan segara ku jepit klitorisnya dengan jempol dan telunjuk kiriku. Azizah yang lemah terlonjak. Ia kembali menjerit tertahan.

“Ahhh kakkkshhhhhhhh... Tolongghhhhh…. udahhhhhh...”

Tidak. Aku tidak akan mengabulkannya.

Ku jilat lagi klitoris yang ku jepit itu, sambil sesekali ku getarkan lidahku kekiri dan ke kanan dengan cepat. Azizah semakin kelojotan. Ia mendesah, lebih tepatnya merintih. Ia kini mengemis padaku, tapi maaf, aku tidak akan mengbulkannya.

“Sayangggghhhh... Kammuh jahaathhhh…. akkuwhhh…. bencchiihhh... Oooouuwwwhhhh...” Azizah meracau dengan liar. Apalagi ketika dua jariku mulai masuk dan mengorek liang surgawinya bekerjasama dengan jilatanku pada klitorisnya. Tubuh Azizah semakin bergetar. Sisa orgasme dahsyat yang menerpanya semakin memberikan efek nikmat bagi tubuhnya yang sedang ku lecehkan.

“Sayanghhhh... kakkkk Arrrr ku sayanggggg…. ohhh tolooongghhh... akuhhhh…. ggaakkk... Kuatshh…. aaaaawwwhhh...” Azizah menjerit dan berteriak kecil ketika kukocokkan jari-jariku keluar masuk vaginanya. Kecipak lendir yang terus merembes keluar membasahi jari-jariku dan merembes ke telapak tanganku. Sementara Azizah semakin terguncang. Dia menggelinjang karena perlakuan ini, tetapi ku kuatkan konsentrasiku untuk mempertahankan ritme kocokan jariku di selangkangannya. Bibir vaginanya membengkak dan semakin becek, tetapi gurih ku rasakan. Aku terus menjilati klitorisnya sambil mengocok celah yang lembab dan becek itu.

“Kakakshhhh jahatttttt ahhhhhh... Adekshhh... benccciiihhhhhh kammuuu….” Azizah meracau dan gelinjangnya semakin kuat. Tubuhnya kembali bergetar dan mengejang. Sepertinya dia akan menjemput orgasme ketiganya sore ini. Ku pertahankan kecepatan kocokanku dan kini ku gigit kecil klitorisnya, untuk memancing orgasmenya keluar. Dan benar dugaanku, tubuhnya kembali terlonjak dengan hebat, kepalanya bergerak tidak karuan. Azizah kembali orgasme.

“Aaaaakkkhhhhh.... Oooouuuwwhhhhhh... Sayaaaaaanngghhhhh... Dapppettt lagiiihhhh...”

Serrrr…!

Ku cabut jariku seiring squirtnya menyirami mukaku.

Wow… Luar biasa.

Wajahku kembali nterkena kencing perempuan dewasa dan ini rasanya sulit digambarkan. Ku lihat Azizah seperti terkena penyakit ayan. Dia mengejang untuk beberapa saat dan terus mengeluarkan racauan. Matanya terpejam dan bibirnya terus menganga. Sepertinya dia tidak sadar kalau liurnya meleleh dari sudut bibirnya.



Aku bangga.

“Kakshh… Adek pipis lagi, ya?” Tanya Azizah lemah. Aku bangkit dan tersenyum padanya.

“Iya. Di muka kakak lagi. Nih…” Kataku tersenyum sambil menunjuk mukaku. Azizah tersenyum memelas manja.

“Maaffhh...” ucapnya pelan dan suaranya dimanjakan. Aku mengangguk. “Sayang…. Maaf, sepertinya adek udah gak kuat lagi...” lanjutnya.

Aku tersenyum padanya. “Maaf, yah...” ucapnya lagi.

Aku mengangguk.

Aku mengalah. Meskipun aku merasa ada yang menggantung, toh kepuasan hatiku telah tercapai. Aku telah kembali membuatnya mengeluarkan ekspresi termahal seorang perempuan.

Aku mengecup keningnya lalu segera bangkit meninggalkannya yang terkapar lemas. Ku langkahkan kakiku ke toilet dan ku cuci mukaku di wastafel lalu kuhampiri dia dan berbaring di sampingnya.

Azizah membuka matanya sambil tersenyum dan memelukku dengan hangat. Kembali kami berciuman dengan penuh gairah. Entah mengapa berciuman dengan Azizah tidak membuatku bosan.

Kami melepaskan ciuman hangat kami setelah merasa kehabisan nafas. Aku memeluk tubuh telanjang Azizah. Azizah menyandarkan kepalanya di dadaku dan sesekali mempermainkan putingku dengan jarinya. Untuk beberapa saat kami kembali terdiam.

“Kak Ar?” Azizah memecah kesunyian.

“Ya?”

“Kakak Jahat. Adek benci sama kakak.” ucapnya pelan.

Aku mendengar isak darinya. Ku belai rambutnya dengan lembut dan Azizah semakin mengeratkan pelukannya.

“Kakak selalu bikin adek kaya’ gini, kakak jahat banget…. adek benci… hiksss…. hiksss...” ucapnya sambil memukul pelan dadaku. Aku terdiam. Penisku yang tadi tegang kini telah mulai mengendur. Sepertinya sore ini dia tidak perlu bekerja. Bercinta seperti ini saja sudah membuatku sangat puas.

Tangisan Azizah semakin terdengar…. Pilu dan menyakitkan. Aku menjadi salah tingkah dalam pelukannya tapi dia tidak menarik dirinya dari pelukanku.

“Jujur, adek cinta banget sama Bang Rafiq, kak Ar… Adek bener-bener membenci kakak” ucapnya pelan.

“Adek benci cara kak Ar menciumku. Adek benci cara kak Ar menyusuku. Adek benci cara kakak bikin adek orgasme berkali-kali. Adekkk benciii….”Isaknya memukul-mukul dadaku pelan. “Adek benci saat ini, Kak…. keadaan ini, ketelanjangan kita… Sumpah adek benci banget….” Lanjutnya masih terisak.

Aku terdiam mencoba menganalisa ucapannya. Dia membenci situasi ini, tapi dia begitu menikmatinya. Aku tidak mengerti. Tetapi aku tetap terdiam hingga kemudian tangisnya perlahan mereda. Dia kembali memelukku erat. Kakinya di silangkan di kakiku hingga bisa ku rasakan pahaku menjadi basah ketika bersentuhan dengan vaginanya.

“Adek sungguh membenci ini semua, Kak…. kenapa harus kakak yang bisa bikin adek melayang nikmat kaya’ gini…. kenapa bukan suami adek aja….” Lanjutnya dengan suara yang sudah terdengar stabil. Kembali ku kecup kepalanya.

Setelah beberapa saat, Azizah kembali bersuara pelan.

“Kak Ar”

“Hmm”

“Gimana nih… kakak kan belum tuntas” tanyanya.

“Gak apa-apa, dek….”

“Tapi adek gak enak ama kakak, udah dibikin keluar tiga kali tapi belum sempat ngebalesin”

“Gak apa-apa…. Kalo emang jodoh, pasti bakalan ada waktu lagi, kok. Nyante aja”

“Iya…. kak… makasih ya kakakku sayang”

“Iya...”

“Hmm, tapi….”

“Tapi apa dek?”

“Adek kok gatal lagi di bawah sana, hmm permintaan dedek, ayah. Pengen di tengokin lagi katanya”



Jiahhh! Tepok Jidat……………



BERSAMBUNG CHAPTER 34
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd