Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Sarwendah mama cantikku

Tuh kan, udah dibilangin jgn bawa onsu, ngambekan orangnya kena banned kan...
 
Kayaknya banned karena underage. Tapi heran juga di subforum fiksi masalah underage sangat sensitif, sementara di sub pemerkosaan, banyak yang ceritakan tokoh yang masih sekolah fine fine aja.
 
Kayaknya banned karena underage. Tapi heran juga di subforum fiksi masalah underage sangat sensitif, sementara di sub pemerkosaan, banyak yang ceritakan tokoh yang masih sekolah fine fine aja.
Saya setuju..sub pemerkosaan banyK yg sadis justrus dibiarin.
 
(1)Mama Sarwendah

0927590157A500A500.jpg_480A0A1A80.webp


Namaku Betrand Peto. Umurku 15 tahun dan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Aku anak angkat dari pasangan artis Papa Ruben Onsu & Mama Sarwendah. Adik angkat kecilku yang cantik, Thalia, masih berumur 3 tahun dan masih menyusui. Sering aku mendapatkan kesempatan melihat Thalia menyusu pada buah dada Mamaku yang indah. Mama Wenda umurnya 29 tahun. Tentu saja dia sangat cantik.

Seharusnya tidak ada yang aneh ketika melihat mama Wenda menyusui Thalia, tapi sejak aku mengenal bokep, aku jadi berpikiran kotor tiap melihat buah dada mama Wenda yang terpampang bebas itu. Aku bahkan sering berpikir-pikir sendiri bagaimana rasanya air susunya. Apakah manis? Atau hambar? Karena aku tidak bisa merasakannya dari aku kecil dulu.

Akhirnya tiap mama Wenda menyusui Thalia, aku selalu berusaha agar aku berada di depannya. Tentunya agar aku dapat dengan leluasa melihat buah dadanya yang mengalirkan air susu itu ke mulut adik angkatku. Pemandangan yang seharusnya penuh kasih sayang, malah menjadi objek fantasi mesumku. Sering setelah selesai memperhatikan mamaku menyusui, aku kemudian mengurung diri di dalam kamar untuk beronani, tentu saja yang menjadi objek onaniku adalah mama Wenda, khususnya buah dadanya.

Awalnya mama Wenda tidak terlalu mempedulikan keberadaanku, tapi setelah beberapa kali setiap dia menyusui Thalia aku selalu berada di depannya, diapun sepertinya merasa risih juga dan akhirnya menegurku.

Mama Wenda: Sayang.. Kenapa sih kaka liatin mama nyusuin adikmu terus?

Aku: Eh, g-gak ada apa-apa kok ma

Mama Wenda; Beneran? Kaka cemburu ya sama adik Thalia? tebak mamaku.

Aku: Cemburu? Kenapa harus cemburu ma?

Mama Wenda: Mama pikir kaka cemburu karena juga ingin minum susu kayak Adik Thalia godanya sambil tersenyum manis padaku.

Aku: Bu-bukan kok ma, tapi cemburu juga sih dikit, hehe Tentu saja bukan karena cemburu alasanku selalu memperhatikan buah dadanya, tapi karena aku selalu berfantasi mesum setiap melihatnya menyusui adikku Thalia.

Aku: Emang gak boleh ya ma kalau kaka menyusu lagi? ujarku berani untung-untungan.

Mama Wenda: Hihihi Kaka kan udah gede. Masa masih nyusu ke mama juga sih? tawanya yang membuat buah dadanya berayun.

Aku: Gak apa kan ma? Kan kaka pengen tau gimana rasanya nyusu Ma.

Mama Wenda: Tapi tetap aja gak pantas anak seumur kaka itu masih nyusu. Udah ah sana, jangan lihatin mama nyusuin Thalia terus ujarnya kemudian.

Meskipun Mama Wenda menyuruhku pergi, tapi aku tetap saja terus berada di sana. Mengetahui Mama Wenda tidak lagi menegurku aku merasa senang sekali. Akupun lanjut terus memandangi buah dadanya sambil pikiranku melayang kemana-mana. Ingin sekali rasanya aku di sana menggantikan posisi adikku Thalia yang sedang menyusu itu. Mama Wenda akhirnya pasrah saja dan membiarkan aku terus di depannya. Bahkan entah kenapa rasanya mama seperti berlama-lama menyusui Adikku Thalia, seolah sengaja memanjakan mataku yang selalu penasaran dengan buah dadanya yang indah itu.

Mama Wenda: Sayang panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.

Aku: I-iya ma?

Mama Wenda: Mama tahu kok kalau kaka penasaran dengan buah dada mama. Selama ini kaka bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui adikmu Thalia? Kelihatan lho dari kaka ujar mamaku yang membuat aku jadi salah tingkah.

Aku: Eh, i-itu kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya.

Mama Wenda: Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusia kaka. Kalau kaka ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak boleh lebih ujar Mama sambil tersenyum.

Aku: Tak kusangka mama akan berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.

Aku: Be-beneran ma? tanyaku memastikan.

Mama Wenda: Iya tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kaka sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak menyangka kalau malah tubuh Mama yang kaka jadikan objek fantasi, bandel yah kaka, hihihi ucap mama tertawa kecil.

Aku: hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.

Mama Wenda: Sebentar lagi kaka UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kaka untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan? lanjutnya lagi.

Aku: Bi-bisa Ma

Mama Wenda: Janji?

Aku: Iya Ma, kaka janji ucapku.

Mama Wenda: Bagus Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adik Thalia, kalau kaka masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan ujar mama sambil senyum-senyum.

Aku: Pengen di sini aja Ma

Mama Wenda: Dasar kaka ya, udah mama duga kok ujarnya dengan tertawa kecil lagi. Mamapun kembali konsentrasi menyusui Thalia, sedangkan aku juga konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang kemana-mana.

Sejak saat itu jadilah aku tanpa sungkan lagi selalu berada di depan mama tiap kali dia menyusui adikku Thalia. Mama tidak pernah menegurku lagi. Selalu memanjakan mataku dengan menunjukkan buah dadanya yang sedang menyusui itu untuk aku fantasikan sesuai khayalan jorokku. Bahkan pernah mama sendiri yang menawarkan padaku jika aku pengen melihat.

Mama Wenda: Mama mau menyusui adik Thalia, apa kaka pengen lihat sayang? begitu ucapnya. Kalau ditawari begitu tentu saja dengan senang hati aku mengiyakan tawarannya.

Saat menyusui Thalia, dia juga pernah membuka kedua cup branya untuk menunjukkan buah dada yang satunya padaku. Sungguh pemandangan yang membuat aku panas dingin. Khayalan jorokku semakin melayang-layang dibuatnya. Dan seperti biasa, setiap setelah melihatnya menyusui Thalia, aku pasti akan langsung beronani di dalam kamar atau kamar mandi.

Mama Wenda juga seakan menggetahui kalau aku selalu tidak tahan ingin mengeluarkan isi buah zakarku sehabis memandangi buah dadanya.

Udah sana keluarin ke kamar mandi, mama udahan nyusuin adikmu ucapnya.

Tentunya perbuatanku ini hanya bisa ku lakukan bila tidak ada Papa Ruben di rumah, karena bila ada papa aku pasti akan kena tegur olehnya karena selalu melihat buah dada Mama Wenda.

Semakin hari aku semakin menginginkan hal lebih. Aku berharap mendapatkan hal yang lain dari sekedar hanya melihat Mama Wenda menyusui. Hingga suatu hari akupun iseng memintanya pada mama.

Aku: Ma, kaka boleh gak ikutan nyusu? pintaku untung-untungan.

Mama Wenda: Kaka ini kan udah mama bilang hanya boleh melihat saja jawabnya.

Aku: Cuma pengen coba sedikit aja kok Ma

Mama Wenda: Duuuuuh Kaka ini kok sepertinya penasaran sekali sih ingin menyusu lagi?

Aku: Iya ma, kaka penasaran karena dari kecil kaka gk pernah ngerasain nyusu itu gimana.

Mama Wenda: Kan udah mama bilang, kalau kaka itu udah gede. Hmm Kalau kaka mau nanti mama perahin untuk kaka deh ke gelas balasnya.

Aku: Dan Aku hanya diam karena agak kecewa, tentu saja aku menginginkan dapat menyusu langsung padanya. Yah, tapi ku pikir tidak ada salahnya juga mencoba air susunya yang sudah ditampung di gelas. Itu sudah cukup membuat fantasiku semakin liar.

Setelah menyusui Thalia, mama lalu mengajakku pergi ke dapur. Ternyata dia ingin memberiku tontonan bagaimana dia memerah susunya ke dalam gelas. Aku senang sekali sekaligus deg-degkan dibuatnya. Mama kemudian membuka daster dan bra-nya.

Mama Wenda: Silahkan kalau kaka ingin mengkhayal ucapnya sambil senyum-senyum lalu mulai memerah buah dadanya sendiri. Argh sungguh pemandangan yang luar biasa. Aku konak bukan main melihatnya. Air susunya tampak mancur-mancur dan menetes cukup kencang ke dalam gelas.

Mama Wenda: Ini yang kaka suka? Kaka suka melihat air susu Mama ini tumpah-tumpah ke gelas? Godanya sambil tersenyum manis.

Aku: I-iya ma jawabku gagap karena saking groginya. Mama terus memerah buah dadanya hingga beberapa saat kemudian gelas kecil itu telah terisi setengahnya.

Mama Wenda: Ini, mama pikir cukup segini ucapnya sambil menyerahkan gelas itu padaku. Dengan bersemangat dan juga grogi aku raih gelas itu dan meminumnya. Rasanya cenderung tawar, tapi memang bukan rasanya yang ingin aku cari, tapi sensasinya. Sungguh membuat aku belingsatan saat itu. Aku meminum air susunya dengan penis ngeceng maksimal.

Mama Wenda: Enak?

Aku: E-enak Ma

Mama Wenda: Udah hilang kan penasarannya? tanyanya lagi, aku hanya cengengesan. Tentu saja itu belum cukup, aku masih ingin yang lebih dari ini. Mamapun sepertinya tahu kalau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Senyumnya terus saja menggodaku.

Aku: Kurang Ma boleh minta lagi? pintaku karena melihat mama akan mengenakan pakaian dan branya kembali. Aku belum puas dan ingin melihat buah dadanya terus.

Mama Wenda: Cukup itu dulu yah hari ini, besok kalau kaka mau akan mama perah lagi untuk kaka. Ya sayang?

Aku: I-iya deh ma jawabku menuruti saja, aku tidak ingin juga terlalu memaksa.

Mama Wenda: Udah sana kaka ke kamar mandi, lepasin dulu biar plong, hihi suruhnya...
yang langsung aku turuti. Aku lalu mengambil sisa-sisa air susu yang ada di gelas kemudian ku tampung ke tanganku, yang kemudian aku gunakan untuk dibalurkan ke penisku saat aku ngocok. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku muncrat sangat banyak dengan cara seperti itu.

Hari-hari selanjutnya aku jadi rutin selalu minum air susu perahan mama di dalam gelas. Sepertinya nilai pelajaranku bertambah bagus karena tiap hari meminum ASI nya. Mama sungguh baik mau menyisihkan susunya untukku. Melihat dia menyusui si kecil Thalia, lalu minum air susunya di gelas, kemudian lanjut dengan onani, begitu terus aktifitasku setiap hari. Mama selalu memerah air susunya untuk ku minum, aku juga memerah isi kantong zakarku setelahnya.

Mama Wenda: Sekarang kaka gak cemburu lagi kan sayang? Kaka juga udah dapat, semua anak mama sudah kebagian susu ujarnya.

Aku: Tapi air susu mama gak habis kan?

Mama Wenda: Nggak kok, malah mama pikir jadi semakin bertambah banyak gara-gara kaka ikut-ikutan nyusu jawabnya dengan tertawa kecil.
:coli: laanjutkaaaaan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd