Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SAWAH

Sumfah ane bingung yang tadinya edan jadi serius gaya penulisan
aneh tapi aku suka :pandaketawa:

ini flashback dulu tentang bapaknya ato ntar bakal fokus ke anaknya rangga hu @Pemancingmimpi :bingung:
 
effek honeymoon 1 minggu om, enak2 wkwkkwk, tenang habis ini mulai lagi edaannne wkwkkwk, pas obatnya udah habis,xixiix


Waaahh....

Ini pelanggaran nih....
Wong tepar kok disebut honeymoon

Ha ha ha
Tapi ada bener e...
Soalnya suster2nya cantik2 n sexy2

Kwkwkkw
 
Wes ah....
I'm out...ketahuan suster gaswat ntar...
Jatah mandinya kurang nanti...
Mandi kucing


Kwkkwkwk
 
Kak @Pemancingmimpi perbanyak istirahat saja biar lekas sembuh sakitnya, Adek mau ke sawah dulu.

xaT4d3F.jpg
 
SAWAH



BAB. 03
MUSIM TANAM


Pak Sumarna bersama anak sulungnya Rangga segera berangkat ke sawah, ora ilok (ga pantes) pergi kesawah kalah sama matahari terbit. Peralatan menanam padi sudah dibawa oleh si No.

Ya No, biasa bagi orang jawa panggilan No, To, Jo, Ko atau sejenisnya yang merupakan penggalan nama bagian belakang.

To bisa jadi penggalan Suharto atau Sunoto, Bejo dan Karjo dipanggil Jo dan seterusnya, tentunya hal ini panggilan buat yang punya trap (tingkatan) lebih tinggi, masal bapak memanggil anaknya atau pak RT memanggil anak karang taruna. Bisa juga panggilan buat kawan akrab lah.

Khusus No satu ini, Pak Sumarna tak tahu mepanjangannya apa. No saja, begitu jawabnya tiap ditanya oleh pak Sumarna. Sepertinya si anak tak peduli namanya apa. Sekolah hanya sampai kelas 5 SD. Ikut pak Sumarna sejak usia 15 tahun.

Anak yang rajin bekerja dan tak banyak omong. Pak Sumarna menemukannya di bukit tunggul tempat salah satu tanah bapaknya berserak kala menanami pohon albasiah disana. Juga beberapa rumpun bambu pethung dan ori, sekedar buat tanda batas lahan. No ikut bapaknya menanam pohon albasiah dan beberapa rumpun bambu waktu itu.

Bapak si No ini buruh tani yang akhirnya membantu pak Sumarna mengurus ladang2 tadah hujan yang ditanami albasiah bambu dan sebagian pohon jati mas. Dengan upah yang relatif kecil dan sekedar dibolehkan menanam sayuran dan kacang2an di sela2 pohon besar. Istilah penduduk sekitar tumpangsari.

Dari bapak si No juga pak Sumarna membeli rumput buat pakan sapi dan kambingnya. Melihat kegigihan pak To, bapaknya si No tadi, pak Sumarna bermaksud mengajak si No bekerja ikut beliau di rumah dan sawah yang sekarang dikerjakan pak Sumarna.

Sedikit cerita soal si No ini, anak yang benar2 lugu dan hidup benar2 ngawulo (melayani sebagai anakbuah) ke pak Sumarna, tak banyak tuntutan, tak merokok dan segala macam kesenangan juga ga tertarik. Benar2 hidup prihatin karena hampir semua penghasilannya ditabung ke pak Sumarna.

No tidak pernah mengambil gajinya, semua dititipkan kepada pak Sumarna. Nyaris kebutuhannya sangat sedikit. Makan minum dia ikut dengan ransum makanan yang disediakan oleh pak Sumarna. Paling sekedar beli sabun odol dan sikat gigi saja. Baju jarang beli, paling punya 2-3 potong yang digunakannya bergantian, itupun sebagian besarnya adalah lungsuran (bekas tapi masih bagus yang biasanya sudah ga cukup) baju2 mas Rangga atau mas Bayu

Pak To sendiri hidup di pinggir ladang pak Sumarna, mendirikan rumah2an sederhana bersama istri dan anaknya perempuan kakak si No. Selama ini mereka memang belum pernah punya rumah, disamping rumah itu didirikan kandang lumayan besar.

Disinilah kehebatan pak Sumarna, kandang tersebut diisi oleh pak Sumarna kambing2 yang dibeli dari gaji si No. Dan dirawat oleh bapaknya dengan prinsip bagi hasil. Tiap 3 bulan sekali pak Sumarna membeli kambing dari hasil gaji si No tadi. Bisa dibayangkan dalam 2 tahun kambing si No tadi bertambah banyak luar biasa. Hasil ternak tersebut sebagian dibelikan anak sapi. Yang juga dirawat bapaknya.

Dalam 5 tahun, sapinya juga banyak, kambingnya apalagi.
Oleh pak Sumarna, hasil penjualan sapi atau kambing tadi dibelikan tanah kebun yang ditanami albasiah.
Sebagian juga buat beli sawah sejengkal demi sejengkal.

Dan kala sudah 7 tahun ikut pak Sumarna dan dikasih tahu oleh pak Sumarna hartanya sudah jadi apa, kedua orang tuanya terkejut dan menangis memeluk kaki pak Sumarna bersyukur punya juragan macam pak Sumarna.

Dan si No, sampai sekarang tetap bekerja sebagai anak buah pak Sumarna, ketika ditanya mengapa ?
Jawabnya sederhana.

“Pun romo kalian ibu mboten nate gadah tanah kaliyan omah, nggih ben romo kaliyan biyung saged bungah sampun gadah omah kalian tanah piyambak pak, dalem ben tetep nyambut gawe mriki kemawon, taksik katah ingkang dalem pengen belajar kalian pak Sumarna
( bapak saya dan ibu, belum pernah punya tanah atau rumah, ya biar bapak dan ibu bisa bahagia sudah punya rumah dan tanah sendiri, saya biarlah tetap bekerja disini saja, sebab masih banyak yang saya ingin belajar dari pak Sumarna)”

Itulah si No, namusia aneh masa kini, yang tak silau oleh kekayaan dan selalu bekerja mengabdi dengan satu alasan saja pengen belajar.

Di usianya yang belum 25 tahun, dia memiliki kekayaan yang sudah luar biasa untuk ukuran desa, dan itu dipersembahkan seluruhnya buat kebahagiaan bapak dan ibunya.

Si No inilah yang sering pak Sumarna ceritakan kisahnya pada anak2nya juga tetangga dan para anak buah lainnya bahwa sukses itu soal bagaimana kita memandangnya dan mengupayakannya.

***

Berjalan beriringan ke sawah untuk menanam padi kali ini memang berbeda, ada banyak orang yang ikut bergabung, setidaknya petani di kelompok tani pak Sumarna ada 7 anggota semuanya serempak menanam mulai hari ini.

Kahadiran Rangga sang sarjana pertanian anak lajang pak Sumarna yang gagah ganteng serta anak orang kaya merupakan daya tarik tersendiri.
Rangga kebetulan ingin menanam benih yang berbeda dari para petani sekitar, benih unggul yang dia peroleh selama ikut kerja praktek di suatu perusahaan milik negara yang khusus meneliti benih padi.

Tentu saja pak Sumarna percaya kepada anaknya dan memperbolehkan setegah luasan sawahnya ditanami dengan benih yang baru tadi. Setengahnya tetap menggunakan benih yang biasa ditanam oleh pak Sumarna dan petani lainnya.

Inilah yang membuat musim tanam kali ini sangat ramai, tidak saja para petani ingin mengetahui benih yang baru dan proses penanamannya. Namun anak gadisnya juga pada ikut karena ingin sekedar tampil di depan si Rangga.

Si No juga merupakan daya tarik sebenarnya, apalagi ketika berita tentang kekayaannya tersebar.
Keluarga Sumarna adalah daya tarik tersendiri, pembantunya saja kaya, apalagi juragannya.

***

Pak Kromo, petani yang memiliki petak sebelah pak Sumarna senang dengan isyu2 tersebut sebenarnya, anak gadisnya 2 orang Melati dan Dahlia yang jarang2 mau ke sawah, ikut membantu turun ke sawah bahkan keponakannya si Ratna anak adeknya yang rumahnya jauh bersedia datang membantu tanpa diminta.

“Pak Sumarna, kalau saja Rangga mau nanam padi beneran setahun ini saja, bisa2 para buruh tani ngambeg pak?”

“Lho kok bisa?”

“Ha ha ha, rasanya baru ini anak gadisku bahkan keponakanku ikut ke sawah membantu aku pak Sumarna, ini gara2 kepincut sama si Rangga kali ya ha ha ha”

“Ha ha ha, Pak Kromo ada2 saja nih, Rangga nih manalah bisa jadi incaran gadis2, wong dianya barusan diputus pacarnya kok, tuh lihat wajahnya muram ga enak dipandang sama sekali. Ha ha ha”

“Ha ha ha, luar biasa muramnya saja bikin cewek pada klepek2 apalagi senyumnya ya pak Sumarna. Ha ha ha berita putus pacar ini bisa2 jadi penyemangat anak2 gadis memperebutkan cinta sang arjuna kali ya. Ha ha ha
Pokoknya untung disaya lah pak, ga perlu uang buat bayar buruh tani buat nanam padi ha ha ha.”

“Ah ada ada saja pak Kromo nih, anak2 pak Kromo mungkin lagi pengen bantu2 bapaknya, khan bagus itu pak?”

“Ha ha ha iya kali pak, cuma anak saya mikirnya ketinggian kalau mau jadi pacarnya Rangga, pintar ganteng anak orang kaya lagi pak”

“Hush ya jangan merendah lah pak Kromo, anak saya mah bisanya apa, masih belajar juga untuk hidup. Soal jodoh mana ada rumus begituan pak ? Asal anaknya senang sama senang ya jadilah, orang tua itu khan cuma merestui saja pak”

“Ha ha ha iya pak iya, salut saya sama pandangan bapak, juga soal si No, rasanya belum ada juragan yang seperti bapak, bisa mengentaskan kemiskinan anak buahnya”

“Ah, apalah pak, khan itu karena hidup si No yang prihatin saja dan kerja keras bapaknya sekeluarga, saya apalah pak, cuma bantu2 ngatur saja kok ga lebih. Kalau si No hidup boros dan keluarganya malas ya ga mungkin begitu lah”

“Ha ha ha, betul pak, ternyata pak Sumarna benar seperti kata orang, suka merendah “

“Ha ha ha, aduh pak Kromo, kepala saya kok tiba2 berat ya, ini kayaknya karena dipuji2 terus deh jadi besar kepala saya, ha ha ha”

***

Dan pembicaraan antara pak Kromo dan Pak Sumarna apalagi soal putus nya hubungan Rangga dengan pacarnya, sekejap saja menyebar dikalangan orang2 yang sedang berjalan menuju sawah.

Para gadis seolah dapat kesempatan penuh berlomba2. Jangankan sudah putus, bahkan sebelum putuspun mereka tak habis pengharapan.
Sebelum janur kuning melengkung tanda menikah, belumlah habis kemungkinan jadi kekasih atau istri Rangga, anak pak Sumarna.

Adalah Melati si gadis pujaan di desa yang selama ini benar2 selalu memimpikan Rangga jadi kekasihnya, bahkan jauh sebelum kuliah apalagi menjadi Sarjana. Rangga adalah kakak kelasnya dulu kala SMA, yang selalu baik hati dan tampil cool. Bintang kelas bahkan sampai tingkat satu sekolah. Ketua Osis juga. Tinggin170cm putih bersih berotot dan jago basket.

Gemar menolong dan tidak sombong, tak punya pacar dan sepertinya ga mau pacaran. Melati sendiri suka ge-er kala setiap pagi Rangga bila bertemu dengannya mengajak pulang bareng. Kadang Melati ke rumah Rangga untuk sekedar belajar tepatnya minta diajari pelajaran2 yang sulit di saung depan rumah.

Melati sendiri cantik, sexy, bahkan dengan tubuhnya yang baru membentuk orang sudah bisa menilai. Putih bersih tinggi hampir 168 cm, merupakan pujaan kaum lelaki kala itu.

Gosip pun menebar harum bahwa mereka pacaran, dan oleh Rangga ditanggapi dengan dingin saja. Seolah tidak ada apa2 yang didengarnya.

Masih saja Rangga suka antar jemputbke sekolah, kadang sih memang pas kebetulan ada acara lain Rangga dengan santainya mengantar cewek lain di sekolah.

Seolah tiada beban baginya, sementara Melati sudah dibuat panas hatinya, tapi bagaimanapun dirinya sadar dan tahu bahwa Rangga bukanlah kekasihnya meski dirinya sangat mencintai Rangga.

Kepergian Rangga kuliah di luar kota, sedikitnya menyebabkan dirinya patah hati karena ketidak jelasan hubungan mereka, meski bagi Rangga semuanya jalas ga ada apa2nya.
Setahun setelah Rangga pergi menunggalkan kampung halaman dirinya juga kuliah di Malang, mengambil jurusan Manajemen di Universitas negeri disana.

Kisah asmara Melati di kota Malang tak seburuk di desanya dengan Rangga, setidaknya dia sudah 2 kali punya pacar dan lupa tentang Rangga.

Kebetulan saja hari ini dia lagi menyusun Tugas Akhir dan ada waktu senggang, jadi sekalian membantu bapaknya. Urusan percintaan dengan Rangga bukanlah fokusnya kali ini, teringat masa lalu hatinya juga perih. Bagaimanapun Rangga adalah cinta pertamanya sekalipun bertepuk sebelah tangan.

Tapi siapa tahu ?

***

Diantara para gadis2 yang paling cuek adalah Dian, tetangga sebelah kanan rumah pak Sumarna. Masih ada hubungan kekerabatan dengan keluarga pak Sumarna, Ayah Dian pak Winoto adalah adek misan (adik sepupu) pak Sumarna.

Dian memanggil pak Sumarna Pak Dhe, memanggil Mas Rangga kepada Rangga. Hubungan mereka layaknya saudara juga sih, Dian sebaya dengan anak kedua pak Sumarna, Bayu Wibowo Mukti, atau Dian menyebutnya dengan mas Bayu.

Bagi Dian keluarga pak Sumarna adalah saudaranya, kemana2 sering minta antar mas Bayu atau mas Bima (dalam budaya jawa, anak pak dhe selalu dianggap lebih tua, sekalipun usianya jauh dibawah kita) atau kalau Rangga bisa ya minta antar mas Rangga. Oleh karena itu melihat ramainya para gadis membicarakan mas Rangga, bagi Dian merupakan keganjenan yang berlebihan.

Bagi Dian, wanita yang sedang mekar2nya ini di usianya yang masih belia, tinggi 165 cm berkulit kuning langsat dan berbadan sexy ini, adalah tak pada tempatnya wanita utama keganjenan seolah minta dikawin, apalagi yang diperebutkan adalah mas Rangga nya yang memang selalu menjadi kakaknya yang baik.

Rangga dan Dian memang berjalan beriringan di depan sana, mereka memang sengaja menjauhkan diri dari kerumunan rombongan yg berangkat ke sawah.

“Eh, pak lik Winoto apa bener nih percaya sama mas Rangga ya dek? Kok sawahnya mau ditanami dengan bibit yang dari mas semua ?”

“Lah ? Mas Rangga sendiri percaya nggak ? Waduh awas lho ya kalau gagal, bisa2 bapakku bangkrut kalau gagal panen”

“Ya percaya lah dek, masa mas ga percaya ? Cuma heran saja sama pak lik, soalnya bapakku sendiri saja ga percaya 100% dek, ha ha ha”

“Hi hi hi, bukan ga percaya lah mas, soalnya tahun kemaren khan pak dhe nyisain benih lama, jadi khan sayang kalau ga dipakai, lagi pula bapak ga sempet nyisain benih mas, rencananya mau beli sih soalnya benih lama kayaknya sudah ga bagus lagi katanya. Padahal habis dijual buat biaya sekolah dian sih. Habisnya Dian sekolahnya prakteknya mahal mas”

“Oh ya, kok bisa pulang ? Bayu belum bisa pulang katanya ada semester pendek kalau ga salah sih”

“Lha di Kampus Dian kan sistem paket mas, mana ada semester pendeklah, eh mas, bener ya mas putus hubungan sama mbak Nita ? Hi hi hi, duh sampai kucel gitu wajahnya”

“Hhuuuuuuft iya dek, semalam kita bubaran via telpon WA dek, nyesek sih, tapi gimana lagi, memang sudah jalannya gitu dek, lah kamu sendiri muka ditekuk kenapa ?”

“Sebel saja mas”

“Eh sebel kenapa dek ?”

“Tuh teman2 Dian kaga pernah2 nya ke sawah sekarang rame2 ke sawah gara2 pengen jadi pacar mas tuh, sebel saja kok cewek2 pada ganjen gitu mas”

“Lha kirain kenapa dek, jangan berprasangka buruk lah, positif thinking saja napa dek? Ha ha ha
Mas Rangga tuh ga bagus2 amat lah dek, banyak kekurangannya, juga masih anak2 apa2 minta bapak, belum jadi orang, ngapain diperebutkan segala dek

Ha ha ha
Denger ceritamu mas Rangga jadi ke ge er an lah”

“Mesti kok, dikasih tahu ngeyel ya sudah wes”

Dian yang jadi semakin kesel berjalan lebih cepat, merasa ga enak Rangga terpaksa mengikutinya dibelakang nya

“Ha ha ha, lha kok ngambek dek? Aduh nanti tambah cantik lho kalau ngambek, bisa2 gondoruwo di depan sana naksir lho”

“Hi hi hi, guyonan basi mas, masa Dian dianggap anak kecil pake ditakut2in?
Hi hi hi.
Pokoknya nanti malam mas harus ajak Dian nonton di kota mas, males dirumah, Farid lagi pulang ke desanya mas, ga ada sinyal disana, bete jadinya”

“Farid ? Siapa dek, duh pacaranya ya…?
Ha ha ha adekku tambah gedhe saja nih? Sudah laku, ha ha ha”

“Iih iya mas, masa ga boleh pacaran ?
Lagian adek kan sudah gedhe mas, tahun depan lulus D3 mas jadi bidan, sudah pantes kali mas hi hi hi.
Eh pokoknya mas Rangga ajak aku nonton nanti malam, bosen mas dirumah”

“Iya iya…
Jangan nanti malam ya?
Habis nanam saja ya, kayaknya 2 hari lagi deh baru nonton, lha sawah bapak kan luas dek”

“Ok deal mas, besok Dian bantuin deh nanam padinya, sekalian minta bayaran sama pak dhe, biar bisa buat beli bedak mas, hi hi hi
Tak bilang pak dhe ah”

Dan bener saja, Dian berhenti dan membalikkan tubuhnya, sedikit berteriak ke arah pak dhenya

“Pak dhe, besok Dian bantu2 nanam ya, tapi dikasih bayaran buat nonton sama mas Rangga ya?”

“Ha ha ha
Iya deh iya, duh minta uang saja masak ga dikasih sama pak dhe, butuh berapa sih nduk?”

Dian adalah keponakan kesayangan pak Sumarna dan istrinya, mungkin karena tak punya anak perempuan juga sih, mungkin karena rumahnya dekat atau mungkin karena Dian sendiri memang cerdas cantik dan baik perilakunya.

Soal ngasih2 uang, hampir semua baju Dian adalah pemberian bu Sumarna, kerap kali kalau keluar ke pasar atau beli baju atau untuk keperluan rumah, bu Sumarna lebih sering mengajak Dian dibanding putra2nya yang sangat sulit disuruh ngantar2 belanja.

Seolah Dian adalah anak ke empat pak Sumarna, selain masalah tidur, makan uang saku dan lainnya semuanya Dian dapat dari pak Sumarna sama dengan anak2 pak Sumarna lainnya.

“Ga mau, Dian pengen hasil keringat sendiri pak dhe, ga mau kalau cuma dikasih”

“Ha ha ha, iya deh ok, beres pokoknya deh ha ha ha”

Begitulah Dian, anak pak lik Winoto yang memperlihatkan kedekatannya dengan keluarga pak Sumarna, di hadapan sekalian para gadis. Seolah pengumuman, ini mas Rangga adalah masku, anak pak dheku, jangan macam2 kalian sama mas ku.

***

Adalah Tina yang berjalan paling belakang, Gadis manis dengan bulu matanya yang lentik, sedap dipandang mata dan senyumnya sangat menggoda, tubuhnya yang semampai dan sintal sering menjadi bahan coli pemuda desa.

Entah kenapa tanpa berbuat macam2 sekedar bicaranya atau lirikannya sanggup menggetarkan dunia.

Tina adalah gadis yang sangat terkenal memiliki sex appeal yang tinggi. Berada di dekatnya membuat lelaki manapun rontok jantungnya. Padahal, gaya berpakaian dan tingkah lakunya jauh dari kesan menggoda.

Sering Tina sendiri heran, sejak SMA sudah banyak pemuda yang melamarnya, atau sekedar menggodanya atau bahkan ingin mengajak tidur dengannya. Mungkin karena susunya yang besar mengkal atau pantatnya yang benar2 aduhai. Atau suaranya yang serak2 basah.

Tina sendiri bukan tak punya nafsu birahi, diusianya yang baru saja lewat 20 tahun, dia sering membayangkan pesetubuhan atau hal2 semacamnya. Bukan aneh sih di jaman sekarang mengakses bahan2 porno di internet sangatlah mudah dan Tina sudah sangat sering membuka situs2 semacam itu.

Film2 blue juga merupakan kegemarannya.
Setiap malam, sering Tina tak bisa tidur kalau belum malakukan masturbasi sambil menonton film biru kegemarannya.

Hal ini mungkin karena ibunya yang meninggal saat Tina masih SMP dan ayahnya menikah lagi 2 tahun kemudian dengan janda muda tanpa anak dari kampung sebelah.

Sunarti namanya, cantik sexy dan sangat menggugah selera lelaki. Entah bagaimana ceritanya Sunarti mau menikah dengan bapaknya yang sekalipun beda usia mereka hampir 10 tahun, bapaknya sudah 40 tahun kala itu dan ibu sunarti baru menginjak 30 tahun.

Setelah menikah, hampir setiap hari bapaknya ngentot ibu sunarti, dimana saja kapan saja. Tina sering memergoki mereka beradu birahi.

Dari kejadian demi kejadian, tahulah Tina bahwa bu sunarti mungkin mau menikah dengan bapaknya karena keperkasaan bapaknya.

Sering Tina mendengar bu sunarti menjerit2 keenakan akibat rojokan bapaknya, dan bahkan pernah Tina tak sengaja mengintip Bapak dan ibu Sunarti bermain di dapur.

Gambaran2 itulah yang membuat Tina sering dilanda birahi tinggi dan dituntaskannya dengan nonton film bokep.

Mungkin itulah sebabnya Tina tumbuh agak lebih cepat dari teman2nya, susunya membesar lebih besar dari temannya, pantatnya juga sexy jauh lebih menggoda seolah dia sudah menikah dan dikerjai oleh lelaki.

Setamat SMA Tina melanjutkan sekolahnya di Universitas swasta di kota Malang, kehidupan mahasiswa kos2an yang kadang susah karena macam2 urusan, mulai telat kiriman dan sebagainya membuat Tina harus rajin2 berhemat hidup prihatin.

Tina bukan lagi gadis SMA yang lugu, beberapa kali dia berpacaran semasa kuliah dulu. Kecantikannya dan tubuhnya yang sexy merupakan salah satu penyebabnya. Berpacaran semasa kuliah seolah kebiasaan bagi Tina, keperawanannya sudah hilang diambil oleh pacar keduanya.

Tina sama sekali tak menyesalinya, bagaimanapun juga ML sangat digemarinya. Pengalamannya ketika SMA dulu membentuknya menjadi wanitanyang haus sex. Sekalipun dia merupakan pemilih dalam mencari partner sex. Hanya dengan pacarnya dia mau melakukan hubungan sex, dan itu harus memuaskannya. Kalau tak memuaskan, ya putus sajalah. Itulah Tina.

Tina tak menyangkal dia pernah merasakan banyak jenis kontol sudah, tercatat sudah lebih 7 jenis yang dia rasakan. Tapi penampilannya yang biasa2 saja dan cara berpakaiannya yang jauh dari kesan sexy dan terbuka membuat orang tak menyangka.

Hanya pacar2nya saja yang tahu betapa besar nafsu Tina yang memang selalu BT (birahi tinggi)

Tina adalah teman sekelas Rangga, sekalipun tak pernah akrab, bukan apa, Tina memang tak dikaruniai otak yang cemerlang, kondisinya yang labil akibat Bapaknya menikah lagi kala itu membuatnya tampil introvert.

Hampir sama dengan Rangga, Tina juga lulus kuliah sebagai sarjana, dan saat ini sedang menunggu lamaran pekerjaannya ada diterima. Daripada BT dirumah, bosan dan karena putus dengan pacarnya yang dinikahkan dengan saudaranya Tina memilih pergi ke sawah ayahnya ikut menanam padi.

Bagi Tina putus pacar bukan masalah besar, karena selama ini hubungan mereka tak lebih karena kebutuhan biologis semata. Kamu suka aku suka mari ngeseks bersama, itu saja.

Bagi Tina kehadiran Rangga bukan urusannya, bagaimanapun juga Tina tak tertarik sebenarnya, karena bagi Tina, setidaknya dimatanya, Rangga kurang garang menghadapi wanita, terlalu sopan dan sepertinya belum ada pengalaman. Tina kalau boleh memilih lebih tertarik dengan pekerja2 keras yang garang dan kuat apalagi di ranjang.

Di rombongan itu ada setidaknya 10 anak gadis yang seolah tampil prima untuk sekedar menarik perhatian Rangga, setidaknya ada Ratih, Weni dan Lusi kawan sekelasnya dulu, ada pula Siska dan Rahma adik kelasnya dulu di SMA yang selam ini memang jarang pergi ke sawah.

Tapi Tina memang ke sawah tidak dengan alasan itu semua, sehingga dia memilih untuk jalan malas2an sambil memandangi hamparan sawah dan ladang dari pematang yang dilewatinya.


***

Ha ha ha…
Kok masih kaya pembukaan sih ?
Pasti protes deh…
Ga papa kok…

Protes diterima, sangat sangat sangat diterima.
Bukan apa, soalnya kalau ga ada yang protes apalagi pakai makian rasanya kaya sayur kurang garam deh.

Beneran
Asli
Tulen

Ha ha ha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd