Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 69 21,1%
  • Indah

    Votes: 42 12,8%
  • Vera

    Votes: 20 6,1%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,3%
  • Azizah

    Votes: 127 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    327
Bimabet
Damn..Kok malah jadi gw yang kagak bisa tidur gegara digantung gini... Lanjutin lah Hu..Ahh taek..

Btw..ceritanya maknyuzzz bet suhu..
 
SG 54 – Pitiful Slave Master



Keesokan paginya..

Pagi ini di seluruh penjuru negri dihebohkan oleh berita tentang penggerebekan sarang teroris yang disiarkan oleh seluruh stasiun TV baik negri maupun swasta.

Aku dan Lia menonton berita ini di salah satu channel TV swasta sambil menikmati secangkir teh dan pisang goreng buatan Lia. Lia terlihat antusias mengomentari berita terkini yang sedang kami tonton ini.

Rumah yang diduga merupakan sarang teroris ini, diberitakan berada di pinggiran kota J dan saat ini sudah dikelilingi oleh police line. Terlihat di tempat kejadian, banyak polisi dan juga Pasus anti teror 234 yang wajahnya tertutup oleh masker penutup muka, sedang berjaga-jaga di sekitar area kejadian sambil menenteng senjata laras panjang.

Terlihat juga beberapa orang wartawan dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik, sedang bertugas dan meliput dari tempat kejadian.

Diberitakan bahwa dini hari tadi, Pasus anti teror 234 menggerebek tempat ini sehingga terjadi baku tembak yang akhirnya menewaskan 5 orang tersangka teroris.

Pada satu ketika, liputan penggerebekan sarang teroris ini, menayangkan 5 sosok jasad yang sudah dibungkus dalam kantong jenazah, yang ditembak mati oleh Pasus anti teror 234 tadi malam, sedang digotong oleh beberapa orang dari pihak kepolisian ke dalam ambulans yang sudah stand-by.

Aku saat ini, hanya diam saja mendengarkan komentar Lia sambil mengunyah pisang goreng buatannya itu. Karena aku sendiri sudah tau cerita sebenarnya dari kejadian ini.

Dua diantara lima kantong jenazah itu, aku yakin adalah kedua orang pelaku dalam usaha eksekusi Nuha 2 hari yang lalu.

Sebelum aksi penyelamatan Nuha yang kami lakukan, dari beberapa malam sebelumnya, aku dan mas Teguh sudah banyak berdiskusi dan membuat rencana sematang-matangnya dengan mempertimbangkan banyak aspek.

Dan untuk urusan penanganan pelaku ini, aku sudah mempercayakan sepenuhnya kepada mas Teguh. Karena ia sendiri yang memintaku untuk menyerahkan persoalan ini padanya.

Namun tadinya kupikir, mas Teguh akan meminta bantuan unit batalyon pasukan khususnya dulu untuk mencari lalu menangkap pelakunya. Lalu setelah itu, mereka bisa menginterogasi kedua pelaku dan mencari tau keberadaan hitman-hitman lain dari Rudy Zhao.

Walaupun begitu aku tetap setuju dan bahkan menyukai keputusan mas Teguh ini. Dengan cara ini, mas Teguh seolah ingin memberikan warning kepada teroris lain bahwa pihak yang berwajib akan bertindak sangat tegas, kalau ada yang berani mencoba-coba melakukan aksi serupa.

..

Setelah beberapa saat, aku merasakan perutku sudah kenyang. Lalu aku menghabiskan tehku. Setelah itu aku berkata kepada Lia bahwa aku akan pergi ke rumah Bramono untuk melanjutkan proyekku dengan Bramono itu. Lia sendiri sebentar lagi akan mengajar kuliah.

Aku berpamitan kepada Lia dan pergi keluar rumah menuju rumah Bramono. Bramono sendiri padahal sedang tidak ada di rumah, karena sedang mengerjakan beberapa hal yang kuperintahkan padanya beberapa waktu lalu, sambil mengurusi juga bisnisnya di kota J.

Tadinya kupikir, dengan jarak yang jauh yang memisahkan Bramono dan aku, akan sekali-kali tercetus dalam dirinya niatan untuk memberontak ataupun memikirkan sesuatu yang buruk terhadapku dan keluargaku.

Namun anehnya, Bramono semenjak terakhir kali di pagi hari setelah kejadian makan malam di rumahnya itu kuhukum karena telah berpikiran buruk kepadaku, tidak pernah lagi memikirkan yang aneh-aneh ataupun terbersit keinginannya untuk memberontak.

Padahal aku sedikit berharap Bramono akan memberontak, karena aku sudah gatal mau menghukumnya. Apalagi kalau aku bisa melihatnya meraung-raung kesakitan secara langsung di depanku.

Namun sekarang, seolah-olah dia sudah menjadi anak anjing yang jinak dan patuh pada tuannya sehingga aku tidak mungkin menghukumnya tanpa alasan.

Walaupun aku masih sangat mendendam kepada bajingan itu, rasa keadilan di dalam diriku tidak memperbolehkanku berlaku sewenang-wenang kepadanya.

“Apa sebegitu takutnya ia kuhukum, jadi sekuat tenaganya ia berusaha untuk mengendalikan diri?”, keluhku pasrah.

Aku sendiri memang terkejut, karena skill punish yang kumiliki atas orang yang sudah menandatangani kontrak darah denganku itu ternyata sangat efektif mengendalikannya dan membuatnya menjadi patuh.

Pernah kemarin-kemarin, mas Teguh penasaran dengan apa yang dirasakan oleh Bramono lalu memintaku untuk mengaktifkan skill itu kepadanya. Dengan rasa percaya diri, mas Teguh bilang kepadaku bahwa ia yakin bisa menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh skill punish dan bertahan selama beberapa detik.

Setelah memasang kuda-kuda dan mempersiapkan dirinya, aku mengaktifkan perintah punish dan hanya dalam waktu 2 detik, mas Teguh langsung menggeram dan jatuh berlutut. Keringat dingin langsung terlihat mengucur dari tubuhnya.

Aku yang seketika tertawa terpingkal melihat reaksinya seperti itu, iseng menggodanya untuk mencoba sekali lagi dan langsung ditolak mentah-mentah olehnya yang membuatku semakin terbahak-bahak.

Sejak saat itu, mas Teguh tidak pernah berani untuk mencoba lagi sensasi hukuman dari skill punish. Kurasakan juga, sekarang ia melihatku dengan tatapan yang terlihat sedikit takut dan lebih hormat kepadaku. Walaupun begitu aku tetap memegang teguh janjiku untuk memperlakukannya secara terhormat dan masih menganggapnya sebagai partnerku dan bukan budakku.

..

Dengan tidak adanya Bramono di rumahnya, berarti di rumahnya saat ini hanya ada mas Teguh dan Vera. Dan biasanya mas Teguh langsung meninggalkan aku berdua dengan Vera di rumah itu.

Itulah sebenarnya rencana utamaku mendatangi rumah Bramono pagi ini. Aku memang saat ini sedang sange berat dan berharap bisa menikmati sensasi cumbuan dan sepongan Vera lalu berlanjut dengan morning sex-ku dengan Vera.

Membayangkan bibir sensual Vera yang akan mengulum penisku dengan telaten itu langsung membuat juniorku sedikit menegang di balik boxerku.

Tadi malam, setelah mengakhiri chat-ku dengan Yollie dan mungkin juga karena tubuhku yang lelah setelah perjalanan jauh, membuatku langsung tertidur pulas sampai terbangun keesokan paginya.

Dan anehnya juga, aku tidak dengan otomatis lagi mengaktifkan skill dream connection untuk memanggil kesadaran kedua budakku ke dalam dream room seperti biasanya.

Makanya pagi ini, dengan bersemangat 45 aku mau menemui Vera. Tadi pagi-pagi sekali aku sudah mandi, bercukur, sarapan bahkan sudah meminum multivitamin kesehatan yang sengaja kubeli sebagai alibiku untuk Lia. Bahkan aku sudah memakai parfumku yang langsung membuat Lia melihatku dengan pandangan curiga.

Tapi aku tidak peduli, karena aku sudah sangat kebelet mau menembakkan roket-roket cinta dari senjata kebanggaanku ke mulut dan tubuh Vera. Membayangkan tubuh telanjangnya yang terkena semburan pejuku membuat nafasku jadi semakin memburu.

Dengan semangat menggebu-gebu aku membuka pagar rumah Vera yang memang sudah kuminta kepada mas Teguh agar tidak menguncinya, lalu masuk ke dalam rumah.

Tapi tiba-tiba..

“Eh?”, pikirku sedikit kaget.

Aku seketika langsung heran karena melihat keberadaan Indah di ruang TV. Saat ini, mas Teguh sedang serius menonton TV yang masih menyiarkan berita tentang penggerebekan teroris, sedangkan Indah dan Vera sedang duduk bersebelahan sambil asik mengobrol berdua.

Perasaan heran dan kagetku seketika berubah menjadi birahi yang menggebu-gebu. Karena tadinya aku yang mengharapkan pagi ini aku bisa mendapatkan servis dari Vera saja, tiba-tiba dengan kedatangan Indah maka aku akan bisa mendapatkan juga layanan ekstra dari budak kesayanganku ini.

“Hahaha ternyata hari ini adalah hari keberuntunganku”, pikirku mesum membayangkan bisa menggarap kedua budakku yang cantik-cantik di pagi hari yang cerah ini.

Lalu dengan birahi yang semakin memuncak, dengan ramah dan kelewat bersemangat aku menyapa mereka,

“Pagii..”, ujarku sambil tersenyum.

Mereka bertiga seketika langsung menoleh ke arahku. Mas Teguh mengangguk kepadaku sesaat sebelum melanjutkan menonton TV. Vera tersenyum manis seperti biasa dan Indah menatapku tajam sambil tersenyum kecut.

“oh ow..”, batinku mengeluh melihat reaksinya itu. Sepertinya Indah masih kesal denganku atas argumen kami soal aku yang harus berterus terang kepada Lia dan menceritakan semuanya.

Aku menghela nafas lalu berjalan ke tengah-tengah Vera dan Indah duduk. Vera menggeser posisi duduknya sedikit dan memberikan ruang untukku duduk. Kemudian aku duduk di antara Vera dan Indah sambil merangkulkan tanganku di pundak kedua budakku itu.

Setelah itu aku menoleh ke arah Vera dan bertanya seraya tersenyum penuh kelembutan,

“Sudah sarapan?”

“Sudah mas. Mas uda sarapan?”, jawab Vera lembut dan membalas senyumku.

“Udah tadi pake pisang goreng”, jawabku sambil tersenyum lebih lebar kepadanya.

Lalu aku menoleh ke arah Indah dan bertanya dengan suara lembut yang sama seperti kepada Vera tadi,

“Kok pagi-pagi udah kesini?”

“Mau main aja sama Vera”, jawab Indah dengan nada terdengar sedikit kesal.

“Gak main ke rumah mas dulu?”, tanyaku masih dengan lembut.

Indah tidak menjawabku dan hanya memonyongkan sedikit bibirnya. Sepertinya aku harus berbaikan dengan Indah terlebih dahulu sebelum niat mesumku tadi bisa terlaksana.

Lalu sambil membelai rambutnya aku kembali berkata padanya seraya menasihatinya,

“Mainlah dulu ke rumah. Rumah kakak kamu kan di sebelah, masa malah main ke rumah temen dulu”

“Iya nanti Indah ke rumah sama Vera”, ujarnya pasrah. Lalu ia melanjutkan,

“Kalo mba Lia nanya kenapa Indah bisa deket sama Vera gimana?”, tanyanya sambil menatap mataku.

Aku menghela nafas lagi sambil berpikir sejenak. Setelah itu aku menjawab,

“Ya udah bilang aja kamu ternyata udah kenal Vera sebelumnya dari fb”

“Hmm ya udah deh..”, ujarnya lirih lalu menundukkan kepalanya menatap lantai. Lalu kami berempat sama-sama terdiam. Hanya suara TV yang bervolume kecil, terdengar di ruangan TV ini.

Setelah beberapa saat, Indah berkata,

“Mass..”, namun ia berhenti melanjutkan apa yang mau dikatakannya.

“Hmm?”, balasku masih dengan nada lembut sambil masih membelai rambutnya.

Indah kembali menatapku lalu melanjutkan,

“Apa mas.. sekarang sedang.. mencoba mendekati target baru.. yang nantinya akan mas jadikan.. budak baru mas?”, katanya terlihat ragu karena Indah berkata dengan kalimat yang terpotong-potong.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya lalu balik bertanya,

“Iya.. kenapa? Kamu cemburu?”, tanyaku menggodanya.

“Ngga kok.. Indah kan uda pernah bilang sama mas, Indah ga masalah berapa banyakpun wanita lain yang mas mau jadikan sebagai milik mas Reza”, jawab Indah sambil menatapku dengan tatapan penuh keyakinan.

Lalu ia melanjutkan,

“Trus katanya mas juga tertarik sama istrinya Nuha..”

“Bohong.. fitnah..”, jawabku buru-buru sambil menoleh ke arah mas Teguh yang sedang berpura-pura tidak mendengarkan percakapan kami sambil menonton TV dengan raut wajah serius. Sambil menahan kesalku pada mas Teguh, aku menoleh lagi kepada Indah dan menjelaskan,

“Mas cuma bilang istrinya Nuha itu cantik. Tapi mas gak pernah punya niat untuk menjadikan dia sebagai wanita mas..”, kataku tulus kepada Indah.

“Kalo iya pun gpp kok. Indah gak masalah.. Tapi mas, mas semakin menambah jumlah wanita di samping mas, lalu mas Reza juga pasti akan menceritakan yang sebenarnya kepada wanita-wanita itu.. Apa mas gak ngerasa sudah berlaku gak adil sama mba Lia? Bukannya mba Lia lebih berhak tau kondisi suaminya sendiri dibanding dengan wanita lain?”, kata Indah memberondongku dengan argumen-argumennya yang tidak sepenuhnya kusetujui.

Aku menghela nafas panjang sekali lagi lalu berkata,

“Bukannya soal ini uda kita obrolin waktu itu. Iya, mas pasti akan ceritakan semua sama Lia. Tapi mas ngerasa waktunya belum tepat”, ujarku dengan nada agak memelas agar Indah paham dilemaku.

“Sampai kapan mas.. Indah yakin mba Lia akan semakin kecewa kalau mas ceritain soal mas setelah semakin banyak wanita lain yang terlibat. Indah paham betul karakter mba Lia, mba Lia itu pasti lebih memilih menerima kenyataan pahit dari awal daripada mengetahui semuanya terlambat tanpa dirinya diikutsertakan dalam rencana mas.. itu bisa bikin mba Lia hancur mas.. ya kan Ver?”, Indah kali ini meminta bantuan Vera untuk memperkuat argumennya.

Aku menoleh ke arah Vera yang langsung mengangguk-anggukkan kepalanya cepat mirip Woody wood-pecker. Aku sedikit geli dengan tingkahnya itu. Tapi aku kembali menoleh ke arah Indah dan menatapnya dengan wajah serius lagi.

“Mas gak mau Lia sampai kenapa-napa. Dan mas lebih gak mau kalau Lia sampai bisa membujuk mas untuk membatalkan semua rencana mas”, jawabku mantap.

“Ngga mas.. Indah yakin mba Lia akan ngerti.. percaya deh.. Indah yakin, walaupun awalnya mba Lia akan syok setelah mas ceritain semuanya, tapi pasti akhirnya mba Lia akan tetap men-support mas seperti biasanya”, Indah berusaha membujukku lagi.

Aku menatap dalam-dalam ke mata Indah dan memang menemukan keyakinannya yang besar dengan apa yang barusan dikatakannya itu. Aku berpikir beberapa saat, lalu akhirnya menyerah dan menyetujui argumen Indah.

“Baiklah.. mas akan segera menceritakan semuanya kepada Lia. Tapi gak sekarang, sebentar lagi.. mas yakin sebentar lagi rencana mas akan berhasil. Paling gak sampai mas bisa mengendalikan Rudy Zhao seperti mas bisa mengendalikan Bramono. Setelah itu mas akan berterus terang kepada Lia. OK??”, ujarku mencoba bernegosiasi dengan Indah.

Indah terlihat mendadak lesu mendengar jawabanku, lalu berkata dengan pelan,

“Ya udah terserah mas aja baiknya gimana”, jawabnya.

Tapi aku bisa melihat Indah masih kecewa denganku. Namun sebelum aku berusaha untuk membujuknya lagi, tiba-tiba Indah berdiri dan berkata,

“Ya udah yuk Ver, kita ke rumah mba Lia”, kata Indah dengan nada masih terdengar kesal. Kemudian dengan tergesa ia menarik lengan Vera lalu mengajaknya keluar rumah.

“Hey..”, ujarku berusaha mencegah kepergian mereka. Tapi Indah pura-pura tidak mendengarku dan tetap berjalan menuju pintu depan sambil menarik Vera. Vera menoleh kepadaku dan menunjukkan raut wajah meminta maaf sambil bibirnya berkata ‘Sorry’ tanpa suara.

Aku hanya bisa terbengong melihat kepergian mereka. Sambil berusaha mengatur emosiku, aku menoleh kearah mas Teguh dan berharap ia mendukung keputusanku.

Namun dengan gerakan tiba-tiba, mas Teguh mendadak berdiri, menoleh ke arahku dan berkata,

“Mobil.. perlu diservis”, ujarnya berbohong. Lalu mas Teguh berjalan ke arah pintu depan juga mengikuti Indah dan Vera, dan meninggalkanku sendirian di rumah megah Bramono ini.

Aku semakin terbengong menatap kepergian mereka. Batinku seketika mengutuk kemalanganku sebagai seorang slave master yang baru saja mendapati kedua budak wanitanya memberontak. Bahkan budakku yang lain, yang kuharapkan bisa menjadi sidekick-ku, mengkhianatiku juga.

Aku menghela nafas panjang berkali-kali sambil merebahkan kepalaku ke sandaran sofa seraya meratapi nasib dan kekentanganku..



….

….

….
 
bahahahaaa, gapapa hu.
Malah ngakak sama chapter ini sama yg di kantor si interpol.
Skill SSInya Reza oke juga ke Yollie.

Sedikit saran, akhir2 ini kerasa lebih berat ke cerita daripada detail pas main.
Oke-oke aja sih, tp sensasi pas actionnya jadi kerasa kurang mengigit dibanding pas di awal cerita.

Ditunggu lanjutannya hu. Masterpiece ini.
 
bahahahaaa, gapapa hu.
Malah ngakak sama chapter ini sama yg di kantor si interpol.
Skill SSInya Reza oke juga ke Yollie.

Sedikit saran, akhir2 ini kerasa lebih berat ke cerita daripada detail pas main.
Oke-oke aja sih, tp sensasi pas actionnya jadi kerasa kurang mengigit dibanding pas di awal cerita.

Ditunggu lanjutannya hu. Masterpiece ini.
Thx gan.. iya sih emg kl ada action yg sblumnya udah pernah terjadi dgn karakter yg sama, skrg uda mulai ane kurangin detailnya.. kirain tadinya biar ga ngebosenin aja + biar scptnya ke klimaks konfliknya nt 😁🙏
 
Bimabet
Mantap suhu @Cikouna ...
Terimakasih atas update nya...
Penaklukan Yollie bikin penasaran gimana-gimana nya...
Akan kah seperti sebelumnya... Atau ada intrik-intrik lain di dalamnya... Semangat Hu... 🙏🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd