Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 41 12,7%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,7%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    323
SG 63 – Damsel in Distress


Aku memperhatikan reaksi yang ditunjukkan oleh pria tua itu dari pantulan cermin. Kulihat ia sedang melihat ke arah mas Teguh dengan raut wajah sedih dan khawatir, seperti seorang ayah yang mengkhawatirkan putra kandungnya.

Setelah perkataan mas Teguh barusan, kami bertiga duduk di mobil dalam diam. Mas Teguh masih melihatku dengan tatapannya yang tajam seperti sedang meminta konfirmasi dariku.

Aku yang sebenarnya kesal dengan perilaku mas Teguh sedari tadi, menyenderkan punggungku ke jok mobil sambil menutup mata seraya tersenyum sedikit menyeringai.

Lalu beberapa saat kemudian, mungkin karena bosan melihat tingkahku dan mas Teguh, pria tua itu berdehem dan berkata,

“Ehem.. Untuk rencana malam ini, aku sudah mempersiapkan pasukanku sesuai dengan permintaanmu, mas Reza. Dalam usaha pelarianmu nanti, aku juga sudah menempatkan timku di beberapa titik untuk membantumu kabur kalau-kalau ada yang mengejarmu nanti.”

Lalu pria itu melanjutkan,

“Kita akan bertemu dini hari nanti di rumah Bramono. Apa kamu sudah mempersiapkan mentalmu, mas Reza? Kalau kamu tidak yakin, aku bisa memerintahkan satu anggotaku untuk menggantikanmu.”

Aku membuka mataku setelah mendengarkan perkataan pria itu, lalu berkata,

“Terima kasih, Pak. Tapi step ini harus saya yang melakukanya. Saya sudah mempersiapkan diri saya sejak awal”, jawabku mantap.

Pria itu menghela nafas, lalu berkata,

“Baiklah, good luck untuk malam ini. Saya harus pergi untuk mengecek semua persiapannya. Permintaan-permintaanmu tadi, saya yang akan menyediakannya untukmu kalau saatnya sudah tiba. Nanti saya akan mengabari mas lewat Teguh”. Aku menganggukkan kepalaku untuk berterima kasih lagi kepadanya.

Kemudian pria itu menoleh ke arah mas Teguh dan seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun niatnya itu ia urungkan dan hanya bisa menghela nafas lalu menepuk pundak mas Teguh sekali.

Setelah itu, pria tua itu keluar dari mobilku lalu pergi entah kemana. Beberapa saat kemudian mas Teguh berkata,

“Tetap tenang dan ikuti arahan yang sudah aku beritahu kepadamu tadi. Aku juga harus pergi. Jaga dirimu..”, lalu tanpa menunggu jawabanku, ia membuka pintu mobil dan pergi meninggalkanku.

Mendengarkan perkataan mas Teguh itu membuatku merasa de javu. Memori tentang pelarianku bersama mas Teguh di kehidupanku sebelumnya, seketika terlintas di pikiranku. Memori yang berujung dengan syokku melihat jasad mas Teguh tergeletak bersimbah darah di depanku dengan lubang sebesar kelereng di belakang kepalanya.

Mendadak terbersit satu firasat buruk di benakku. Namun sebelum aku meminta mas Teguh untuk berhati-hati, ia sudah membuka pintu mobilku dan pergi.

Aku yang termenung sendirian di dalam mobilku, hanya bisa menghela nafas pasrah. Kemudian aku berusaha menenangkan diriku dan mempersiapkan mentalku lagi dengan mengulang-ulang step-step yang harus aku lakukan nanti malam..

..

Sementara itu di tempat lain,



POV Yolanda

Yolanda saat ini sedang berada di rumahnya sambil membaca artikel-artikel berita dari media cetak dalam negri di Ipadnya. Kebanyakan beritanya masih seputar tentang kecelakaan maut yang menewaskan Nuha Paredan, putranya dan satu pengawalnya.

Yolanda hanya membaca sekilas berita-berita itu, karena sebagian besar, sama dengan yang sudah diberitakan di TV sejak tadi malam.

Sesekali Yolanda melirik ke arah HP-nya yang ada di sebelahnya, dan menunggu balasan dari laki-laki itu. Terlihat juga wajah Yolanda terlihat sedikit pucat dan ada lingkaran hitam di sekitar matanya yang menandakan bahwa ia kurang tidur. Yolanda sudah merasakan cemas sejak tadi malam.

Hari itu, setelah laki-laki yang menjadi teman ‘kencan’-nya itu pergi meninggalkan cafe, Yolanda langsung menghubungi Michael. Namun Michael tidak bisa dihubungi.

Baru sekitar 3 jam kemudian, Michael menelponnya dan menanyakan kabarnya. Yolanda langsung menceritakan sebagian dari apa yang dikatakan oleh Reza di kencan mereka tadi.

Lalu Yolanda mengirimkan 1 file yang berisi data manifes dari kapal kargo yang diberikan oleh Reza tadi kepada Michael. Michael langsung mencari info dari data itu dan menemukan info baru bahwa kapal kargo yang dicurigai mengangkut muatan dari operasi human trafficking yang dilakukan oleh kelompok Rudy Zhao.

Setelah berdiskusi beberapa saat, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menyelidiki dan menggerebek kapal kargo itu sebelum keberangkatannya malam ini.

Michael memberitahu Yolanda bahwa ia akan menggerakkan interpol dan meminta bantuan dari pihak kepolisian dan bea cukai negri ini. Yolanda mengiyakan rencana Michael itu, dan meminta Michael untuk mengabarinya secepatnya tentang hasilnya.

Sesampainya di kota J, Yolanda langsung menuju rumah tantenya untuk menjemput Adrian, anaknya. Selama ini, karena kesibukan Yolanda dan juga jarak dari sekolah ke rumah tantenya itu lebih dekat dibanding rumahnya, maka Adrian sering dititipkan atau bahkan menginap di rumah tantenya itu.

Namun setelah laki-laki yang akhir-akhir ini sering terbayang di pikirannya itu memberikannya peringatan untuk berhati-hati dan waspada untuk selalu menjaga anaknya, Yolanda memutuskan untuk menjemput Adrian.

Rencananya Yolanda akan mengambil cuti beberapa hari dan berniat untuk mencari bodyguard untuk mengawal keselamatan Adrian sekaligus mengantar jemput Adrian ke sekolah, kalau Yolanda sedang bekerja.

Yolanda tiba di rumahnya bersama dengan Adrian menjelang maghrib. Setelah makan malam berdua, Yolanda mengajak putranya untuk mengobrol tentang rencananya itu sambil menonton TV.

Ketika sedang asik-asiknya mengobrol berdua dan bercanda, tiba-tiba di TV yang sedang ditonton Yolanda dan Adrian, menyiarkan berita terkini tentang kecelakaan mobil yang ditumpangi oleh Nuha Paredan.

Tak ayal berita itu membuat Yolanda sangat terkejut. Buru-buru, Yolanda menyuruh Adrian ke kamarnya untuk belajar lalu Yolanda menelpon Michael.

Ternyata Michael juga sudah mengetahui tentang berita itu. Sama seperti Reza, Michael dan Yolanda langsung mencurigai bahwa kejadian tragis yang menimpa nuha itu, disutradarai oleh Rudy Zhao.

Lalu Michael juga memberitahu Yolanda bahwa tim gabungan polisi dan interpol sudah bergerak untuk menggerebek kapal kargo yang menjadi target operasi mereka malam ini.

Michael meminta Yolanda untuk menunggu kabar darinya lalu menutup telponnya. Sekitar 30 menit kemudian, Michael menelpon Yolanda lagi dan langsung memberitahunya bahwa kapak kargo itu kosong tanpa muatan. Tidak ditemukan bukti apa-apa dari dugaan operasi penyelundupan manusia di kapal kargo itu.

Yolanda sontak terkaget setelah mendengar laporan dari Michael itu. Mereka berdua lalu berdiskusi selama beberapa saat untuk menganalisa situasi sambil menspekulasikan beberapa kemungkinan yang terjadi.

Namun tak berapa lama kemudia, Michael harus mengakhiri sambungan telpon dengan Yolanda itu karena ia harus membereskan situasi pasca penggerebekan yang gagal itu.

Setelah Michael menutup telponnya, Yolanda berpikir lama lalu memutuskan untuk menghubungi Reza. Namun Reza tidak mengangkat telponnya atau bahkan membaca dan membalas pesannya sama sekali.

Kecurigaan bercampur dengan kecemasan seketika dirasakan oleh Yolanda. Beberapa kali dia mencoba menghubungi Reza lagi, tapi tetap tidak bisa.

Sepanjang malam diliputi perasaan itu, membuat Yolanda kesulitan untuk tidur. Pagi harinya ia terbangun setelah alarmnya berbunyi dan langsung menghubungi Reza lagi, namun hasilnya tetap nihil.

Tadinya ia berniat untuk langsung ke kantor Michael, untuk membicarakan tentang operasi penggerebekan yang gagal tadi malam, sekaligus meminta Michael untuk melacak keberadaan Reza dari GPS HP Reza.

Namun ia teringat harus mengantarkan Adrian dulu ke sekolahnya. Jadi untuk menghilangkan rasa cemasnya, terpaksa ia hanya bisa mengirimkan pesan kepada Michael untuk meminta bantuannya melacak keberadaan Reza.

Michael lama tidak membalas pesannya. Baru sekitar jam setengah 8, setelah Yolanda baru saja menurunkan Adrian di sekolahnya, akhirnya Michael membalas pesannya tadi.

Secara singkat Michael mengatakan kepada Yolanda bahwa Reza saat ini sedang berada di area perumahan Nuha Paredan.

Lega dengan jawaban dari Michael itu, Yolanda segera menghubungi Reza lagi. Tapi lagi-lagi Reza tidak mengangkat telponnya.

Apa Reza marah kepadanya akibat keputusannya memberitahukan kepada interpol soal manifes kapal kargo itu?

Apa dia tau interpol dan polisi menggerebek dermaga tempat kapal itu berlabuh?

Apa jangan-jangan, kecelakaan yang dialami Nuha secara tidak langsung diakibatkan oleh keputusannya itu?

Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk di dalam benaknya. Seketika kecemasannya bertambah akibat rasa bersalah yang mendadak muncul di hatinya.

Makanya Yolanda memutuskan untuk pulang ke rumahnya saja. Ia bahkan sekuat tenaga menahan keinginannya untuk menyusul Reza ke rumah Nuha. Yolanda akhirnya tau, Reza mungkin memang sedang tidak mau berbicara dengannya.

Dengan perasaan lesu dan cemas ditambah dengan kondisinya yang memang kurang tidur, akhirnya Yolanda pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Yolanda langsung men-set alarmnya untuk berbunyi pada pukul 3 sore. Rencananya ia akan menjemput Adrian pada pukul 4 setelah Adrian selesai dari aktifitas ekstra kurikulernya sepulang jam sekolah.

Yolanda langsung berganti baju dengan mengenakan kaos longgar, yang tetap tidak bisa mencegah payudaranya yang besar itu, tercetak membusung indah dari balik kaosnya. Ia juga memakai celana pendek sedikit ketat sehingga paha putih montoknya itu terlihat dengan jelas.

Lalu karena sudah merasakan sangat mengantuk Yolanda langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang dan langsung tertidur.

..

Yolanda terbangun karena mendengar HP nya berdering. Namun dering itu diingatnya bukan nada dering alarmnya tapi dering telpon tanda ada seseorang yang menelponnya via aplikasi WA.

Ia tidak tau sudah berapa lama ia tertidur. Kemudian masih dengan mata berat, Yolanda berusaha membuka matanya itu lalu melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 kurang 10 menit.

Lalu Yolanda mengambil HP-nya yang masih berdering, dan melihat panggilan telpon itu berasal dari nomer yang tidak dikenalnya. Yolanda menggeser lingkaran hijau di layar HP-nya itu ke atas,

“Halo”, sapanya dengan suara sedikit parau.

“Bu Yolanda?”, kata suara itu dari dalam telpon. Dan dari suaranya, jelas itu suara laki-laki.

“ehem.. Ya .. ini siapa?”, Yolanda berdehem untuk melancarkan tenggorokannya dan bertanya.

“Kami sudah menculik Adrian, putra ibu. Ibu bisa liat foto yang tadi kami kirim di WA, kalau ibu tidak percaya”, kata suara itu tetapi tidak menjawab pertanyaan Yolanda tadi, melainkan mengabarkan info lain yang langsung membuat kesadarannya langsung pulih semua dan matanya terbelalak.

Lalu tanpa menutup panggilan telpon itu, Yolanda me-minimize screen telpon lalu menavigasi ke arah chat list. Dengan tergesa Yolanda membuka pesan dari nomer yang menelponnya tadi dan tersentak kaget setelah menemukan foto Adrian yang sedang terikat ke sebuah kursi.

Yolanda juga melihat, pakaian yang dipakai oleh Adrian di foto itu, sama seperti yang dipakainya ketika berangkat sekolah tadi.

Lalu dengan membentak Yolanda berbicara lagi lewat telpon kepada suara itu,

“Kalian apakan anakku? Lepaskan dia”

“Sampai saat ini anakmu masih baik-baik saja. Ikuti perintah kami atau kami bunuh anakmu”, ancam suara itu.

“BANGSAT!! KALAU SAMPAI ADRIAN KENAPA NAPA, KUBUNUH KALIAN SEMUAA!!”, bentak Yolanda lebih keras.

“Cih! Ibu jangan sok galak. Apa harus kami kirimkan satu jari anakmu biar ibu mengerti kondisi ibu saat ini?”, jawab suara itu tak kalah galak.

Yolanda langsung panik setelah mendengar ancaman pria itu. Lalu sambil terbata, Yolanda menjawab,

“Ba-baik.. apa yang kalian mau? Tolong jangan lukai anakku”, jawab Yolanda dengan memelas kali ini.

“Bawa HP-mu dan tunggu di depan rumahmu. Kami akan segera menjemputmu dan membawamu menemui anakmu. Dan jangan coba-coba hubungi siapapun. Atau jangan salahkan kami kalau anakmu kami kirim dengan keadaan terpotong-potong”, pria itu menginstruksikan kepada Yolanda sambil mengancamnya.

“Ok akan saya tunggu di depan rumah”, ujar Yolanda dengan nada cemasnya yang terdengar semakin jelas.

“Ingat jangan kasih tau siapa-siapa. Orang-orang kami ada banyak dimana-mana. Kalau tidak bagaimana kami bisa tau polisi akan menggerebek kapal kami”, lanjut pria itu.

Yolanda semakin terkejut setelah mendengar perkataan pria itu. Niatnya untuk menghubungi Michael seketika pupus. Dengan terpaksa, ia buru-buru keluar dari rumahnya dan menunggu di teras depan.

Yolanda menunggu dengan cemas selama sekitar 15 menit, sebelum tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Mobil itu juga memiliki kaca yang gelap sehingga sulit untuk melihat isi dalam mobil dari luar.

Yolanda membuka gerbang rumahnya sambil menatap dingin ke arah mobil itu. Pintu belakang mobil mendadak terbuka dan Yolanda melihat ada 2 orang selain supir, di dalam mobil itu.

1 orang berwajah oriental dengan banyak luka codet di wajahnya, duduk di kursi depan di sebelah supir yang berwajah pribumi. Lalu di kursi penumpang belakang ada seorang pria berbadan kekar dan berkukit hitam yang memiliki ciri-ciri fisik khas dari orang-orang di daerah timur negri ini.

Pria timur itu menatap dingin ke arah Yolanda. Yolanda kemudian berkata,

“Mana anakku?”, tanyanya dengan nada menggeram.

“Masuk. Kami akan bawa kau ke anakmu”, ujar pria hitam itu dengan logatnya yang khas.

Dengan sedikit ragu akhirnya Yolanda masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya. Kemudian mobil itu melaju pergi meninggalkan rumah Yolanda.

Pria hitam di sebelah Yolanda itu lalu berkata,

“Sini tanganmu. Jangan ngelawan atau temanku disana akan bunuh anakmu”, ancam pria itu sambil mengambil lakban dan sebuah kain penutup kepala berwarna hitam dari bagian belakang mobil.

“Ckk”, sambil berdecak mencibir, Yolanda harus rela membiarkan pria itu mengikat kedua tangannya dengan lakban.

Ikatan lakban itu sangat kuat sehingga kedua pergelangan tangannya menempel sangat erat. Lalu penglihatan Yolanda seketika berubah gelap ketika pria itu menyarungkan kepalanya dengan kain hitam. HP-nya yang tadi diletakkan di pahanya pun diambil oleh orang itu.

Yolanda tidak tau ia akan dibawa kemana. Namun ia merasa perjalanan yang ditempuhnya berlangsung lama sekitar 2 jam. Suara-suara yang didengar Yolanda pun berubah dari sebelumnya ia mendengar suara banyak kendaraan di area perkotaan hingga sekarang menjadi lebih sepi dari suara kendaraan.

Sampai beberapa saat kemudian, laju mobil yang ditumpanginya itu melambat lalu berhenti. Kemudian Yolanda mendengar seperti ada pagar besi yang terbuka, lalu mobil itu melaju lagi lalu berhenti lagi.

Yolanda mendengar pintu mobil terbuka dan ada tangan yang menarik tangannya untuk turun dari mobil. Dengan sedikit terhuyung, Yolanda turun dari mobil lalu ia merasakan tangan itu menariknya lagi sehingga Yolanda terpaksa mengikuti arah tarikan tangan itu dan berjalan tanpa bisa melihat apa-apa disekitarnya.

Lalu Yolanda merasa, ia sedang memasuki sebuah bangunan. Tak lama kemudian, tangan yang menariknya itu melepaskannya, tapi kemudian tangan itu memegang pundaknya lalu membalik posisi tubuh Yolanda. Kemudian tangan itu mendorongnya sehingga Yolanda merasakan punggungnya menabrak suatu dinding.

“Duduk!”, perintah orang yang menariknya itu.

“Mana anakku”, tanya Yolanda dari balik penutup kepalanya

“DUDUK! Atau akan kusiksa anakmu”, bentak orang itu. Yolanda pun akhirnya menurunkan tubuhnya dan duduk. Seketika ia merasa kulit paha dan kakinya yang terbuka terasa dingin dan risih karena tersentuh lantai yang kotor.

Tangan itu lalu melepaskan lakban yang mengikat tangannya dengan menggunakan pisau. Setelah ikatan lakbannya terlepas, tangan itu menarik tangan kanan Yolanda ke arah atas dan menyamping lalu mengikatnya lagi dengan tali.

Begitu juga yang terjadi dengan tangan kirinya, sehingga kini posisi tubuhnya kini seperti membentuk huruf Y sambil terduduk. Lututnya tertekuk menyamping. Lalu pria itu membuka penutup kepala Yolanda.

Seketika Yolanda menemukan dirinya sedang berada di suatu gudang yang kira-kira luasnya sekitar 700 meter persegi, dalam posisi terikat di salah satu dinding gudang ini. Terdapat beberapa tumpukan kotak kayu di beberapa bagian gudang.

Di bagian tengah gudang, tepat lurus di arah depannya, Yolanda melihat sebuah kasur lusuh yang tergelar. Yolanda lalu menoleh ke arah seorang pria berwajah preman yang tadi menariknya lalu mengikatnya di gudang ini.

“Mana anakku? Kalian sudah berjanji tidak akan menyakiti Adrian kalau aku mengikuti apa yang kalian mau. Sekarang aku sudah disini. Mana anakku, aku mau liat Adrian sekarang juga”, kata Yolanda dengan nada membentak kepada pria itu.

“Tenanglah disini dan jangan berteriak. Kami akan segera membawa anakmu”, kata pria itu cuek sambil mengamati tubuh Yolanda dengan tatapan mesum.

Yolanda mendengus mencibir melihat pria itu menatapnya dengan sangat tidak sopan. Namun beberapa saat kemudian, pria itu berhenti melihatnya dan meninggalkan Yolanda dengan berjalan keluar melalui sebuah double-door yang ada di dinding sebelah kanan posisi Yolanda saat ini.

Setelah kepergian pria itu, Yolanda dengan cepat mengamati situasi di sekitar gudang ini. Pertama-tama ia mencoba untuk membuka ikatan tangannya, tapi tidak berhasil karena ikatannya cukup kuat. Karena ia mau menyimpan tenaganya, ia tidak mencoba lebih keras.

Lalu Yolanda melihat ke sekeliling ruangan gudang ini. Gudang ini memiliki atap yang cukup tinggi. Di kedua dinding yang ada di kanan dan kiri posisi Yolanda duduk sekarang, terdapat kaca-kaca jendela yang tidak terlalu besar, yang berjejer memanjang di sepanjang bagian atas dinding.

Dari jendela-jendela itu Yolanda bisa melihat langit sore yang sudah berwarna jingga. Yolanda bisa mengira-ngira bahwa saat ini sudah menjelang maghrib.

Pada dinding bagian kiri terdapat sebuah pintu kecil yang Yolanda duga adalah pintu belakang gudang. Dan pada dinding yang tepat berada di arah depan Yolanda, di seberang kasur yang tergelar, terdapat juga 2 jendela dan 1 pintu yang terlihat seperti sebuah ruangan kantor berukuran kecil.

Yolanda ditinggal cukup lama dalam gudang ini sendirian. Sampai langit yang terlihat dari jendela berubah menghitam sehingga gudang tempat Yolanda sedang disekap ini berubah semakin gelap.

Namun tiba-tiba lampu-lampu yang tergantung di langit-langit gudang ini menyala dengan terang. Sehingga keadaan gudang yang tadinya gelap kini sudah terang benderang.

Yolanda mengira penculik-penculik anaknya itu akan segera muncul dan masuk ke dalam gudang ini. Tapi lama Yolanda menunggu, belum ada satupun orang yang masuk lagi ke dalam gudang ini, setelah kepergian pria yang mengikatnya tadi.

Perasaan panik yang sedari tadi dicoba untuk diredamnya seketika muncul lagi. Yolanda masih belum menyerah dengan keadaannya saat ini. Ia masih berharap, Michael menyadari Yolanda dan anaknya yang tiba-tiba menghilang, bisa melacak keberadaannya lalu menyelamatkannya. Hanya itu satu-satunya harapan Yolanda untuk bisa lolos dari situasinya sekarang.

Lalu tiba-tiba, Yolanda teringat pada bayangan laki-laki itu, yang pada kencan kedua mereka, mengatakan akan melindunginya asal Yolanda mau menyerahkan hatinya kepada laki-laki itu. Tapi Yolanda segera menyingkirkan pikirannya itu karena ia sadar, tidak mungkin laki-laki itu bisa menyelamatkannya saat ini.

Tidak mungkin laki-laki itu bisa tau keberadaannya sekarang. Ditambah dengan Yolanda yang menyadari bahwa laki-laki itu sedang kecewa pada dirinya, yang membuat Yolanda semakin merasa bersalah pada laki-laki yang sering dilamunkannya akhir-akhir ini.

Yolanda sebenarnya tidak mencintai laki-laki itu, atau lebih tepatnya belum mencintai. Tidak mungkin ia bisa mencintai laki-laki yang baru dikenalnya dan bahkan sering menggoda dan membuatnya kesal itu.

Tapi anehnya, Yolanda percaya dengan perkataan laki-laki itu. Bahkan ia sedang mempertimbangkan tawaran laki-laki itu untuk memihak kepadanya. Yolanda anehnya juga merasa yakin, bahwa laki-laki itu bisa menjadi solusi atas banyak masalah yang terjadi di negri ini yang diakibatkan oleh mafia-mafia asing.

Cukup lama Yolanda larut dalam lamunannya itu, sampai pada suatu saat, Yolanda mendengar double-door itu dibuka. Lalu dari balik pintu itu muncul beberapa orang bersama dengan seorang pria tambun yang dikenal Yolanda, masuk ke dalam gudang sambil membawa seorang anak laki-laki yang sedang dalam keadaan terikat dan mulutnya tersumpal kain.

“ADRIAN!!”, Yolanda seketika berteriak..



….

….

….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd