Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Bimabet
Karena latar ceritanya present time dan pendekatan ceritanya juga kehidupan sehari harinya Yusa. Jadi agak gak masuk hu kalau tiba-tiba memasukan ex member. Karena dalam keadaannya nyatanya cast yg di gunakan disini gak ada yg berhubungan dekat dengan ex member.

Ada sih ex member di cerita ini, Della dan Saktia :D

Nggak niat masukin Sisil hu? Biar lengkap Devils attack
 
Nggak niat masukin Sisil hu? Biar lengkap Devils attack
Sekalian anggap lah ini spoiler buat season 2, jadi di season 2 kemungkinan hanya akan ada beberapa kali Della dan Saktia muncul, setelahnya kita akan move on dengan cast lain dan cast baru. Menarik kan kalau ceritanya lebih fresh walaupun dengan beberapa cast lamanya? :)
 
Sekalian anggap lah ini spoiler buat season 2, jadi di season 2 kemungkinan hanya akan ada beberapa kali Della dan Saktia muncul, setelahnya kita akan move on dengan cast lain dan cast baru. Menarik kan kalau ceritanya lebih fresh walaupun dengan beberapa cast lamanya? :)


Wah makin jauh petualangan Yusa menjelajah memek dedek idola
 
Tapi bener sih, kenapa ga milih della, nanti malah tamat ceritanya.
I mean, gakan idol idolan lagi, della nya grad, ngapain maen sama member kalo udah ada yang bisa digarap tiap hari tanpa batasan.
Kalo masih sama member kan bisa menggilir yang masih di kandang.
 
Combo mojang bandung sama
Sekalian anggap lah ini spoiler buat season 2, jadi di season 2 kemungkinan hanya akan ada beberapa kali Della dan Saktia muncul, setelahnya kita akan move on dengan cast lain dan cast baru. Menarik kan kalau ceritanya lebih fresh walaupun dengan beberapa cast lamanya? :)
Jangan lupakan, Combo mojang bandung sama gadis manado :cup:
 
Dari tag nya aja tokoh nya kebanyakan ini haha macem brad pitt aja lakinya
 
-Season 1 Tamat-
Lucky Bastard yang selalu dapet apa yang (nggak terlalu) dia inginkan akhirnya dapet pelajaran penting ya. Aku percaya ini bukan akhir dari mas koki karena dia bisa berjuang lagi dan melakukan lebih, iya kan bunny? :ngacir:

Selamat buat season satu, thankYUSomuch~
 
Lucky Bastard yang selalu dapet apa yang (nggak terlalu) dia inginkan akhirnya dapet pelajaran penting ya. Aku percaya ini bukan akhir dari mas koki karena dia bisa berjuang lagi dan melakukan lebih, iya kan bunny? :ngacir:

Selamat buat season satu, thankYUSomuch~
Mas koki gak akan pernah berhenti menyuguhkan masakan terbaiknya, begitupula dengan Author yg akan selalu berjuang membuat cerita yg bisa dikenang dan disukai. Terima kasih suhu wizard yg selalu menyihir dengan cerita dan cast yg anti mainstream. Ditunggu lanjutannya:banzai:
 
Part 7.5: Surga Dunia Sesaat.



Feni meronta, ia berusaha melepaskan dekapanku pada tubuhnya. Tetapi tubuhnya yg kecil sama sekali tidak memberikan perlawanan padaku, semakin erat dekapanku pada tubuhnya. Tangannya yg tadi membalas pelukanku kini mendorong-dorong tubuhku untuk melepaskannya.


“Kak Yusa lepasin!” Feni terus meronta-ronta didalam dekapanku, ia meringis ketika penisku yg menegak dibalik celanaku menyentuh pahanya.


Aku tidak mengendurkan dekapanku pada Feni. Ku mulai ciumi wajahnya yg manis itu. Wajahnya yg selalu tertawa dan ceria itu kini semakin panik. Feni mengatupkan bibirnya dan berusaha menghindari ciumanku. Feni memejamkan matanya ketakutan, ku lepas tangan kananku dari tubuhnya dan memegang dagunya agar kepalanya diam. Ku cium bibir mungil berwarna merah segarnya itu. Feni tidak membalas ciumanku. Ku tekan kedua pipinya agar mulutnya terbuka dan kuterobos lidahku masuk ke dalam mulutnya. Ku absen satu persatu giginya yg putih bersih itu, gigi kelincinya pun tak luput dari sentuhan lidahku. Lidah Feni bergerak kesana kemari berusaha menghindari lidahku. Tetapi itu membuatku semakin mendalamkan ciumanku di bibirnya itu, lidahku semakin bergerilya untuk mengait lidahnya.


“mmnhhhh…” Desahannya tertahan ketika lidahku mulai bergumul dengan lidahnya.


Kulepaskan ciumanku setelah puas menikmati bibirnya yg manis dan empuk itu. Bibir dan dagunya telah banjir oleh saliva kami berdua. ku tatap matanya yg ketakutan itu. Feni terpejam dan tetap berusaha melepaskan dirinya. Kupandangi tubuhnya. Ia yg saat ini mengenakan pakaian model Sabrina berwarna merahnya yg begitu seksi dipadukan dengan rok kotak-kotak merah selutut memberikan kesan modis namun tetap seksi. Bagian tubuh atasnya sedikit terekspos dari pundak hingga dadanya yg putih bersih. Tubuhnya yg kurus membuat tulang dadanya terlihat. Feni yg sempat ketakutan dan meronta-ronta membuat tubuhnya kini sedikit berkeringat, membuat birahiku makin memuncak.

2697500521dbc918a414f576cb3b7cf80865f66d.jpg


Tanganku mulai menggerayangi tubuh mungilnya, ku remas-remas bongkahan pantatnya yg rata itu. Berbeda dengan Saktia dan Julie yg memiliki pantat sekal, bokong Feni memiliki sensasi berbeda. Perlahan tangan ku masuk ke balik rok jeansnya dan langsung menarik celana dalamnya turun. Ku lepas celana dalamnya dengan paksa, Feni tidak memberikan perlawanan sedikitpun padaku. Kini sebuah celana dalam kain warna putih telah berada di genggamanku dan amat basah. Kuhirup cd beraroma khas kewanitaannya yg segar dan sedikit asam, mungkin sedikit tercampur keringat.


“Gila, pasti bau memek kamu lebih seger lagi” Kataku di telinganya, wajahnya memerah mendengar perkataanku dan kakinya merapat gelisah.


Kembali ku gerayangi tubuh mungilnya itu. Ku genggam kedua payudaranya itu, aku dapat menggenggam seluruh payudaranya yg kecil itu. Aku merasakan putingnya mulai menegang, kucubit putingnya dari luar pakaiannya. Kupelintir keduanya hingga Feni mengerang hebat. Kugigiti bahunya yg terekspos itu dan kujilati keringatnya yg asin. Lehernya yg kurus tak luput dari jilatanku, bagaikan seekor anjing yg menjilati mangsanya. Kuhisap pundaknya yg putih mulus hingga berbekas kebiruan, begitupula bagian dadanya yg terbuka dan lehernya. Ada sekitar 4 garis hisapanku disana.


“akhirnya aku bisa ngerasain keringet kamu yg selalu banjir kalau perform” kataku sambil menjilati sela ketiaknya.

“Ternyata kamu nakal juga ya, gak pake BH. kamu gak usah takut sama aku, percaya aja, nanti enak kok” Bisikku di telinganya yg hanya di balas erangan olehnya.


Feni menggelinjang menerima perlakuanku. Tangannya yg tadi meronta-ronta dan melawanku kini berpegangan erat padaku agar tidak terjatuh dari pangkuanku, matanya mulai sayu, nafasnya memburu dan duduknya gelisah. Sepertinya Feni mulai terangsang akibat rangsangan bertubi-tubi yg kuberikan. Feni menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya keluar, nampaknya ia masih malu untuk mengakui bahwa ia menikmatinya. Tangan ku mulai menelusup kedalam pakaiannya. Begitu ku temukan, ku remas dengan kencang kedua payudaranya. Bibirku tetap mencumbu bibirnya, namun kini Feni telah pasrah dan bahkan membalas belitan lidahku di lidahnya. Lidah kami kini saling beradu tanpa paksaan, lidah kami bergulat saling belit dan tarik didalam sana, mulut kami saling menyedot dan mencampur adukan saliva kami berdua. Feni melepas pergumulan lidah kami untuk mengambil nafas.


“Ngggghhhh!!!” Feni menggigit tangannya sendiri untuk menahan desahannya ketika putingnya kucubit tiba-tiba.


Ku angkat bajunya hingga payudaranya terpampang didepan mataku. Ku remas payudara kirinya dengan keras dan ku hisap puting kanannya. Putingnya yg mulai mengeras menjadi santapanku, kujilati dengan cepat hingga membuatnya menggelinjang kegelian. Begitu pula dengan putingnya yg satu lagi tak henti-hentinya ku putar, kupilin, kujepit dengan jariku. Feni memegang kedua tanganku, tetapi ia tidak menyingkirkannya malah memintaku untuk melakukan lebih lagi. Feni mendesah tak karuan, mulutnya meracau dan kepalanya menggeleng kesana kemari.

269750043b1d5d72746d809b1de8455716c7be45.jpg


“aaaahhhh. Kak Yusaaa…”

“nnngggghhhh……. Ouuuuhhhh…..”

“mmmhhhh….. Aaaaahhhh teruussss….”

“sedooot…. Iseepp… ouuuuhhhhh iyaaaaah jilat lagi aaaahhhh….”


Feni meracau tak karuan. Sifatnya yg periang itu benar-benar terbawa, desahan dan racauannya benar-benar membuatku semakin terangsang. Kuhisap putingnya bergantian dan kusedot sekuat-kuatnya sambil lidahku tetap menjilati putingnya didalam sana. Feni menjambak rambutku dan menekannya untuk lebih memuaskannya. Payudaranya yg kecil itu begitu menantang, meski tidak berisi tapi payudara dan putingnya mencuat juga kenyal. Payudaranya itu begitu sensitif sehingga membuatnya meracau tanpa henti. Keringat bercucuran di tubuhnya. Leher dan pundaknya mengkilap, rambutnya mulai lepek oleh keringat.


“Aaaaaaaaaaarrrrggggghhhhhhhh…………”

“nnnngghhhhhh…. Kak Yusaaaaaaghhhhh”


Feni mencapai orgasmenya yg pertama ketika kupelintir puting kirinya dengan cukup kencang dan kuhisap puting kanannya kuat-kuat. Pinggulnya terangkat, wajahnya yg sangat merah dan basah oleh keringat menengadah keatas hingga tubuhnya mengejang, tubuhnya mengejang hebat hingga bergetar beberapa kali. Sepertinya Feni mengalami squirting karena cairannya membasahi celana pendekku dan mengalir melalui kakinya. Feni rebah didadaku sambil memelukku.


“enak kan?” bisikku di telinganya.

“hmmm…” Feni menatapku lemas dan memberikan sebuah senyuman simpul.

“Maaf ya kalau tadi kasar dan maksa kamu. Aku kebawa nafsu dan pengen muasin kamu aja” Kudekap tubuhnya yg masih di pangkuanku dan mengusap kepalanya.


Feni menyandarkan kepalanya didadaku, ia beristirahat setelah orgasmenya tadi. Ia mendekapku erat. Sesekali ia menatapku, memberikan sebuah senyuman dan kembali menyandarkan kepalanya. Nafasnya yg tersengal-sengal perlahan mulai teratur kembali. Ku rapikan kembali pakaiannya yg mulai berantakan dan ku pungut celana dalamnya yg tadi ku geletakan di lantai. Ku angkat tubuhnya yg masih dalam dekapan seperti koala, tubuhnya yg kecil benar-benar enteng. Tak ku hentikan usapanku di kepalanya itu. Ia mencium pipiku pelan.


“Kak, maaf tadi aku ketakutan. Aku takut kalau kakak nantinya kasar dan merkosa aku” Feni berkata padaku pelan.

“Maaf kalau aku bikin kamu takut, aku gak mungkin nyakitin kamu. Aku cuma mau bikin kamu enak dan nyaman” Balasku sambil menatapnya.

“iiih kak Yusa teh gombal pisan. Feni makin klepek-klepek sama Kakak Koki” Feni mulai kembali tertawa kecil.

“pindah dalem yuk, udah mulai gelap nih, dingin” ajakku sambil menggendong tubuhnya masuk.


Kini aku menggendong tubuhnya layaknya menggendong seorang putri raja, tangannya itu merangkul di leherku. Ku tidurkan tubuhnya di sofa ruang tamuku, perlahan-lahan aku naik keatasnya dan kembali menindih tubuhnya. Feni sedikit mendorong tubuhku.


“Kak Yusa… dikamar aja atuh, biar leluasa” Feni mendorong sedikit tubuhku menolak.

“ada Julie Fen, nanti kalo dia bangun dan minta ikutan gimana? Kan akunya enak” balasku sambil mengelus pahanya yg putih itu.

“Kak Yusa! Mesum pisan iiiihhhh…. Udah ada Mpen yg diberantakin masih pengen cewek lain juga!” Feni mencubit hidungku gemas.

“Hehe ya namanya juga cowok” Balasku.

“Nyesel ih Mpen dinakalin Kak Yusa, playboy!” Feni mendorong tubuhku hingga kembali duduk di sofa.


Feni bangun dari sofa dan meninggalkanku. Ia merapikan pakaiannya dan rambutnya lalu berjalan ke lantai atas menuju kamarku, meninggalkanku dalam kebingungan dan nafsu yg tak tersampaikan sekali lagi. Aku mengikutinya keatas menuju kamarku. Aku penasaran apa yg dia lakukan disana.


“Jul, bangun. Pindah atuh jangan tidur di kamar kak Yusa” Feni menggoyang goyangkan tubuh Julie yg tertidur.

“Jul pindah ayuk” Feni kembali menggoyangkan tubuh Julie.


Julie terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya yg setengah terpejam. Ia bangkit berdiri, merapikan rambutnya dan berjalan gontai, sesekali ia menguap menandakan ia masih ngantuk. Tapi aku tau bahwa dia hanya berpura-pura saja karena memang aku yg menyuruhnya. Ia sedikit melirik kearahku dan menguratkan sedikit senyuman memberikan kode padaku bahwa rencana kami lancar.


“Jul, ini kunci kamarnya. Kamu duluan aja ya.” Feni menyerahkan kunci kamarnya pada Julie.

“loh, mau ngapain kak?” Tanya Julie sambil menatapku curiga yg kubalas dengan mengangkat kedua bahuku.

“kepo! Udah, Julie teh balik duluan, ngantuk kan? Met bobo” Feni mendorong pelan tubuh Julie agar bergegas pergi.

“gak lama kok, Soalnya kalo lama-lama bahaya, kak Yusa teh mesum pisan!” Feni meledek ke arahku sambil mengarahkan Julie keluar.


Julie mengambil barang-barangnya serta kopernya dan pindah menuju kamar Feni. Feni melihatnya dari depan pintu kamarku sampai Julie masuk kamarnya dan menutup pintu. Di kuncinya kamar apartement ku dan ia kembali menuju ke atas, aku duduk di pinggiran tempat tidur menunggunya kembali.


Feni telah kembali ke ruang tidurku, tetapi kali ini tanpa balutan benang sedikitpun. Melihatnya telanjang bulat seperti itu membuatku darahku berdesir. Kubangkit berdiri dan melepaskan celanaku, membuat penisku terbebas. Sekarang kami berdua sama sama telanjang bulat di dalam kamar ini. Aku mendekati Feni secepat kilat, menangkap tubuhnya dan kuangkat tubuhnya ke kasurku. Feni pasrah, ia memejamkan matanya bersiap menerima serangan dariku.

Kuciumi perutnya yg kurus dan rata itu, kujilati pusarnya yg membuatnya menggeliat kegelian. Kubuka lebar pahanya sehingga terpampang lah vagina dihadapanku, sebuah vagina yg indah tanpa bulu, masih rapat, bersih, dan warnanya begitu menggoda diantara pahanya yg putih. Kutempelkan hidungku dan kuhirup dalam-dalam, benar-benar harum terawat, segar sekali. Feni menjambakku ketika kubuka lipatan vaginanya dan menyentuhkan lidahku di klitorisnya. Lidahku menyapu permukaan vaginanya naik turun. Kusedot sedot klitorisnya dan kuselingi dengan jilatan kembali di lubang vaginanya. Kuangkat sedikit pantatnya agar semakin lelusa lidahku menikmati vaginanya. Kutusuk lidahku dilubang vaginanya, kujilati dinding vaginanya itu dengan cepat, kuhisap lagi klitorisnya. Kukelitiki klitorisnya dan kujilat dengan cepat. Bunyi decakan mulutku menggema.


“Aaaaaaahhhh nggghhhh iyaaaah”

“ssssshhhssshhhh enaaakkk…..”

“Aaaaah jang…aannn… distuuhhh”


Racauannya benar-benar menggairahkan. Aku dapat merasakan kenikmatan yg diterimanya itu. Vaginanya kuhisap bagaikan sedang meminum air dengan cepat. Lidahku sesekali mencolok colok lubang vaginanya yg sempit lalu kemudian kembali menjilatinya cepat. Feni menekan kepalaku, kepalanya sendiri menggeleng tak karuan. Pahanya menjepit kepalaku. Wajahku saat ini terbenam di selangkangannya, vaginanya benar-benar membuatku kecanduan.


“Eeeeeeeehhhhh…… “

“Mpeeeen keluaaar lagiiii…… “


Pinggul Feni mengejang dan mengalirlah cairan vaginanya sekali lagi. Cairan vaginanya membanjir keluar dan langsung kuhabiskan. Rasanya sedikit asam dan hangat, kubersihkan vaginanya dengan lidahku. Feni merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya, ia mengatur nafasnya yg berat karena gelombang orgasme yg melandanya. Kutatap Feni yg sedang beristirahat, ia balas menatapku. Tangannya ia angkat keatas, kearahku. Ia memegang belakang kepalaku dan mendekatkan ke wajahnya. Kami kembali berciuman, kali ini ciuman kami begitu lembut dan mesra. Cukup lama kami berciuman hingga kami lepaskan untuk mengambil nafas.


Ku ajak ia turun dari kasur. Tubuhnya ku arahkan untuk berlutut didepan ku, Feni hanya menuruti perintahku dan berlutut didepan selangkanganku. Kuarahkan penisku ke wajahnya, perlahan tangannya yg mungil menyentuh penisku. Telapak tangannya tak sanggup untuk menggenggam penisku, hanya ¾ saja yg tergenggam olehnya. Dielusnya penisku itu dari ujung kepalanya hingga ke pangkal, diremas-remas pelan buah zakarku dengan tangannya. Feni perlahan mengocok penisku dengan kedua tangannya, sensasi dari tangan mungilnya benar benar membuatku tak karuan. Diciumnya kepala penisku, batang penisku hingga pangkalnya. Lidahnya menjulur dan mulai menjilat pangkal penisku, dijilatnya penisku memutar. Jilatannya begitu lembut menyapu kepala penisku, lidahnya menjilati kepala penisku dan lubangnya tak luput dari lidahnya.


“urrghh…” desahanku tak bisa kutahan ketika Feni mulai melahap kepala penisku.


Feni mengemut-emut kepala penisku. Diludahinya penisku beberapa kali, ia balurkan penisku dengan liurnya dan kembali mengocoknya. Penisku benar-benar termanjakan olehnya. Bila dilihat dari sifatnya yg kekanakan, cara bicaranya dan tingkahnya yg innocent, kau tak akan menyangka ia begitu mahir memuaskan sebuah penis.


“Isep dong Fen kontolnya nghhh” Aku menyodorkan penisku ke arah mulutnya.

“Gede banget kak, nanti mulut Mpen robek” Feni menolak seperti orang ketakutan.

“Muat kok! Pasti enak kalo mulutnya kecil gini” aku terus memintanya untuk memasukan penisku. “Kalo muat semuanya, nanti aku masakin setiap hari deh, gimana?”

“Mau!” Feni membalas dengan semangat.

“Tapi kalo gak muat, kamu harus coba terus sampe muat” Balasku percaya diri.

“Ih maunya! Muat ini mah pasti!” Feni mengepalkan tangannya tanda bersemangat.


Feni menatap penisku, matanya berubah menjadi tidak yakin. Ia menatap mataku dengan wajah takut, aku hanya membalasnya dengan menyunggingkan bibir meremehkannya. Wajahnya menjadi kesal, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan melahap penisku. Setengah lebih penisku masuk kedalam mulutnya.


“Sshhhh hhhh…. Fen….” Aku mengerang akibat perlakuan Feni.


Penisku kini telah berada didalam mulutnya. Mulutnya begitu hangat dan basah, seluruh bagian mulutnya begitu terasa di penisku. Feni memejamkan matanya berusaha mendorong penisku masuk lebih dalam. Kudorong pinggulku untuk memaksa penisku masuk lebih dalam.


“Nggggggnnn….” Feni membuka matanya panik, ia gelagapan.


Kutahan belakang kepalanya dengan kedua tanganku, aku terus memaksakan penisku masuk dimulutnya. Feni memukul mukul pahaku, wajahnya memucat dan matanya berair. Aku merasakan surga dunia sesaat ketika penisku menyentuk pangkal tenggorokannya. Feni memukul pahaku makin kencang. Kucabut penisku dari mulutnya dan mengocoknya cepat. Feni terbatuk-batuk dan mengambil udara banyak-banyak.


“Astaga kak Yusa! Feni kyak mau mati! haha” Feni tersengal-sengal sambil sedikit tertawa.

“Kamu kalah ya, cuma berhasil masuk setengah lebih dikit!” balasku dengan sombong, “berarti mulai besok kamu harus nyoba sampe muat”

“Ih maunya kak Yusa!” Feni menjulurkan lidah meledekku, “kalo gitu, Feni gak bakal bisa.”

“Kenapa gitu?” tanyaku kembali.

“Biar Feni teh boleh coba setiap hari hehe” Feni mengedipkan sebelah matanya dan kembali melahap penisku.


Kepala gadis kelahiran cianjur ini maju mundur menghisap penisku dengan cepat. Mulutnya mengocok penisku tanpa henti, lidahnya menggelitik penisku yg berada didalam mulutnya. Tangannya menggenggam pangkal penisku dan juga mengocoknya. Matanya menatap keatas kearahku yg sedang mendesah keenakan, wajahnya tampak bangga telah membuatku kewalahan dengan oral darinya. Feni mengocok penisku, menjilati buah zakarku dan sesekali mengemutnya. Ia menjilati permukaan bawah penisku. Kemudian ia kembali memasukan penisku kedalam mulutnya, kembali dioralnya penisku itu. Sungguh nikmat sekali perlakuannya di penisku. Kembali ku pegang bagian belakang kepalanya, kutahan kepala itu dan perlahan ku gerakan pinggulku maju mundur. Feni mengerti, ia berpegangan pada pahaku dan memejamkan matanya. Ku goyang pinggulku maju mundur, penisku menghujam mulutnya. Saat ini aku seperti sedang menyetubuhi mulutnya, ku genjot mulutnya itu dengan cepat. Feni mencengkram pahaku ketika genjotanku kupercepat dimulutnya, genjotanku semakin dalam hingga akhirnya aku merasakan kedutan di penisku. Ku tahan penisku dimulutnya dalam-dalam.


“Aaarrrggghhhh……” Penisku menyemburkan isinya didalam mulut Feni.


Sekitar 6 semburan memenuhi mulutnya, Feni menahan mulutnya agar spermaku tidak keluar dari mulutnya. Setelah orgasmeku berhenti, Feni menelan seluruh sperma yg kusemburkan dimulutnya. Ia membersihkan penisku dari sisa sisa orgasmeku dan mengecap sperma yg sedikit membasahi bibirnya. Ia menatapku dengan bangga sambil membuka mulutnya, menunjukan kalau spermaku sudah ditelan seluruhnya. Aku duduk dikasurku yg diikuti oleh Feni.


“Banyak banget kak, hampir aja Feni muntahin” Feni bergelayut ditanganku.

“Hehe ia nih soalnya dari tadi batal dikeluarin” balasku sambil mengusap rambutnya.

“Dari tadi? Hmm… jangan-jangan tadi pas Feni dateng, kak Yusa lagi mau mandi sambil coli ya, hayooo bayangin member siapa... Kak Sinka? Kak Shanju?” Feni menunjukku dengan wajah curiga.

“Hehe gak kok” balasku berbohong, padahal sebenarnya aku kentang karena batal mencapai orgasme saat menyetubuhi Julie tadi.

“Iiih bohong! Hayo bayangin siapa?!” Feni semakin memaksaku mengaku.

“Iya deh ngaku, aku kalo coli pasti bayangin… kamu hehe” balasku padanya.

“Iiiiih gombal! Mesum! Playboy!” balas Feni sambil mencubiti pinggangku pelan.

“Aduh… aduh… ya tapi gini gini udah bikin kamu keluar 2 kali hayoo.” Balasku sambil mendekap tubuhnya dari belakang.

“Iiih mesum kan peluk-peluk! Hehe, abis enak sih...” Feni membalasku sambil tersenyum.


Kurebahkan kembali tubuhnya di kasur, perlahan aku naik keatas tubuhnya. Feni menatapku sambil menggigit bibir bawahnya. Tubuh telanjangnya mengkilap penuh dengan keringat yg bercucuran, rambutnya telah basah dengan keringat. Feni benar-benar seksi sekali saat seperti ini.


“boleh?” tanyaku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.

“Pelan-pelan ya kak, jangan kyak tadi” Feni berkata padaku, namun matanya melihat kearah lain.

“Kalo kamu gak mau, gapapa kok” balasku sambil mengusap rambutnya, kubenarkan posisi bantal dikepalanya agar ia nyaman.

“Gapapa kak, Mpen percaya kok sama kak Yusa.” Feni menatap mataku dalam, bibirnya perlahan tersenyum lebar.

“Serius?”

“Iya gapapa, aku udah pernah kok hehe” Feni menyunggingkan kembali senyumnya, “tapi pelan-pelan ya, karena cuma sekali dan…”

“Dan apa?” tanyaku padanya bingung.

“Karena waktu itu aku teh masih polos, tapi sekarang udah pinter kok.” Feni tertawa kecil.


Kubasahi penisku dengan cairan vaginanya. Vaginanya rapat sekali, membuatku harus mendorong lebih keras. Perlahan-lahan kepala penisku masuk, erangannya mengiri masuknya penisku di vaginanya. Menutup mulutnya menahan desahannya keluar.


“Eeeeh… masuuukk….” Feni menatapku senang.

“gede banget nnggghhh…. Pelaan…” Feni mengerang ketika penisku mulai memompa vaginanya.


aku memeluk tubuh Feni, mulai menggenjot vaginanya serta saling melumat bibir pasangannya tanpa kenal lelah. Hingga Feni akhirnya menjadi tak berdaya dipelukkan ku. Tanganku mulai bergerilya meremasi payudara Feni dengan kasar, sambil sesekali melumat bibirnya yg manis itu. Aku terus menggenjot, meremas, melumat, membuat suasana kamar makin memanas. Genjotan demi genjotan. Remasanku yang makin kasar, diiringi dengan desahannya yang makin kencang. Aku pun makin kencang menggenjot tubuhnya, ku sedoti putingnya kuat-kuat bergantian. Feni semakin keras mendesah, menggeliat, bahkan menjambak rambutku. Kumainkan tempo keluar masuknya penisku. Saat keluar aku keluarkan dengan pelan, namun saat masuk kuhujamkan dengan kencang hingga membuat tubuh Feni bergetar. Kutingkatkan tempo permainanku hingga kedua pinggul kami beradu dan mengeluarkan bunyi kecipak yang cukup kencang. Terus kupacu pinggulku semaksimal mungkin. Kurasakan otot otot vaginanya mengencang dan mencengkeram penisku yang bolak balik masuk kedalamnya.


“Ngghhhhhnnnhhh…. Mau keluaaar……” Feni meracau, kepalanya menggeleng kuat.

“Tahan… aku juga mau sampe ouuuhh….” Kupompa makin cepat penisku di vaginanya.


Rasa gatal dipenisku semakin berkecamuk, kuhujam vaginanya kuat-kuat. Tubuhnya berguncang hebat, tangan Feni mencengkram punggungku. Desahannya makin kencang, ia menengadah dan matanya terpejam. Feni ikut menggoyangkan pinggulnya untuk memuaskan rasa gatal di vaginanya. Penisku berkedut, pertahananku jebol sampai disini saja.


“Nghhh… bareng kak!” Feni menyilangkan kakinya di pinggangku.

“Arrrggghhhhhh Fen….”

“AAAHHHHH KAK YUSAA………..”


Sebanyak 6 kali semburan penisku didalam sana, penisku menghamburkan muatannya ke dalam vagina Feni yang seperti tak sanggup lagi menampung banyaknya cairan yang penisku semprotkan. Vaginanya menjepit penisku kuat-kuat dan juga menyemburkan cairannya. Membuat spermaku itu meleleh keluar dari sela vagina Feni bercampur dengan cairan vaginanya sendiri, meski penisku belum dicabut dari sana. Semburan spermaku memenuhi setiap rongga dalam vagina Feni. Mataku terpejam meresapi rasa nikmat yang kini tengah menjalar di seluruh tubuh.

kucabut penisku dari kemaluan Feni, sisa-sisa sperma terlihat masih menetes dari ujungnya. kulihatnya tubuh wanita cantik dihadapanku, yang telah tergolek tak berdaya setelah beberapa kali dilanda orgasme. Rambutnya sangat berantakan, nafasnya berat dan matanya begitu sayu. Senyuman tipis merekah di bibirnya, menandakan bahwa ia juga menikmatinya. Membuatku tersenyum dengan bangga. Ku rebahkan tubuhku disamping Feni dan beristirahat setelah penisku telah mencapai orgasme yg kedua.


“Kak Yusa mau tau sesuatu gak?” tanya Feni padaku.

“Apa fen?” balasku bertanya.

“Aku teh gak tau ya lagi masa subur apa gak, lupa itung hehe” Feni memutar tubuhnya miring menghadapku.

“HAH SERIUS?!” aku balas menatapnya tak percaya.

“hehe iya lupa, abis enak banget” Feni bangkit terduduk disampingku, tubuhnya yg kurus itu mengkilap karena pantulan lampu.


Aku masih tak percaya akan perkataannya, apa yg akan terjadi kalau dia benar-benar hamil. Apa yg akan dikatakan oleh orang tuaku dan orang tuanya?

Apa yg akan terjadi dengan karirnya?

Hujatan apa yg akan aku terima dari fansnya?

Bagaimana ketika aku menonton theater dan bertemu gaby nantinya?

Bagaimana aku menikahinya yg berbeda agama?

Bagaimana aku menafkahinya?

Bagaimana aku merawat anak kami berdua nantinya?

.

.

.

Apa yg akan della katakan, apa dia akan sangat membenciku?


“Kak? Oy oy?” Feni membuyarkan lamunanku, ia telah memakai pakaiannya kembali dan merapikan dirinya.

“Ahh iya fen?” balasku yg sedikit terkejut.

“Haha jangan dipikirin kak, kak Yusa gak mau ya kalo sampe nikah sama Mpen? Emang nih ya mesum pisan, mau enaknya aja gak mau tanggung jawab! haha” Feni menjewer telingaku sambil tertawa.

“Yaudah kak, aku pulang dulu ya. Mau mandi mau beres-beres juga biar Julie gak curiga” Feni mengambil barang-barangnya.

“Mandi bareng gak?” tanyaku padanya yg dibalas dengan dengusan.

“Mesum pisan! Bandel!” balasnya sambil berjalan turun meninggalkan ruang tidurku, “kak Yusa mandi juga, trus spreinya ganti juga biar gak bau. Dadah!”


Aku merebahkan diriku di kasur, beristirahat setelah hari ini dipuaskan oleh Julie dan Feni. aku masih berfikir apakah ini sebuah mimpi? Menyetubuhi dua member jeketi berumur belasan meskipun mereka sudah legal. Seorang gadis manado yg seksi, berisi dan dewasa juga seorang gadis sunda yg bertubuh mungil, kurus, dan ceria. Aku memejamkan mataku, tersenyum bangga akan karisma ku sebagai cowok baik, ramah dan membuat nyaman orang-orang disekitarku, membuatku dapat berteman dengan banyak fans jkt48 lain maupun membernya sendiri.

Beberapa menit setelah beristirahat, ku rapikan kembali kasurku seperti yg Feni katakan dan bergegas turun untuk mandi. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul setengah 9 malam. Cukup lama aku, Julie dan Feni “bermain”. Aku berjalan turun dan melewati ruang tamu dimana aku meletakan HPku disana, ah nanti sajalah ku buka yg penting saat ini mandi dulu. Didepan pintu menuju balkon, kulihat sebuah celana dalam kain berwarna putih tergeletak disana. Celana dalam milik Feni itu tertinggal di balkon apartementku. Ku ambil celana dalam itu agar ku laundry besok bersama pakaian dan spreiku.

Sekitar 15 menit kemudian aku selesai mandi dan kembali ke ruang tidurku, hari ini aku benar-benar merasa lelah setelah mengerjakan 3 recipe baru, Summer Risotto, Masakan Manado dan sebuah Masakan Sunda, hehe.


Sudah pasti bisa bertemu denganmu suatu hari disuatu tempat~

Percayalah pada kekuatan…



Aku mendengar bunyi telfon dari HPku dari ruang tamu, aku bergegas mengambilnya dan mengangkatnya. Ternyata itu dari Della.


Kenapa baru angkat?” kata suara diseberang sana.

“Baru selesai mandi la” balasku padanya.

Dari jam 6 kamu mandi? Telfon gak diangkat, chat gak dibales.” balasnya lagi.

“Aku tadi ngerjain recipe, trus abis itu istirahat sebentar, trus mandi” jelasku padanya, meskipun tidak mungkin kuceritakan semuanya.

Oh

“Kenapa del?”

Gapapa

“Serius kenapa?”

Gapapa

“Oke aku ngerti, maafin aku ya nyuekin kamu” balasku padanya.

Iya” balasnya singkat.

“Aku temenin sekarang deh sampe tidur” balasku lagi padanya.

Gak usah” balasnya kemudian memutuskan telfonku.


Lagi-lagi dia marah padaku. Sifatnya yg seperti itu benar-benar membingungkanku, tapi sifatnya itu pula yg membuatku tidak bisa berpaling darinya. Sifatnya yg tsundere, cuek dan terkadang seperti anak kecil itu benar-benar berhasil membuatku kembali memiliki rasa padanya. Aku merebahkan tubuhku dikasur untuk tidur. Sebelum tidur aku membuka twit**ter untuk berselancar disana sebentar. Ku buka profile twit**ter Della, ternyata ada 3 tweet darinya sepanjang hari ini.


@Della_JKT48
How’s ur day ?
18:12


@Della_JKT48
Dri tdi nnggu org tpi gk ad kbar,,
19:37


Dan sebuah tweet yg baru 5 menit lalu dikirim.


@Della_JKT48
yg ditnggu mncul, gni y klau klian nnggu aku ngtweet?
Met bobo,,



Tweetnya itu ia tunjukan untukku, membuatku tersenyum. Perhatiannya itu tidak pernah benar-benar ia tunjukan, tapi kau akan tau dan merasa ketika perhatian itu ia tunjukan untukmu. Seorang bersifat dingin yg sebenarnya pemalu dan hangat. Seorang introvert penyendiri yg tidak berani menunjukan perhatiannya. Ku telfon dia kembali.


Iya?” suaranya yg sedikit berat namun hangat itu menjawab telfonku.

“Hai” balasku.

Kenapa?” suaranya berubah bingung.

“Selamat tidur lala” balasku padanya.

Eh… hmm… iya, selamat tidur juga…” ia nampak sedikit terkejut.


Kami berdua terdiam beberapa menit tanpa mematikan telfon. Aku bingung ingin berkata apalagi padanya, tapi aku tidak ingin menyudahinya.


“La…”

Iya?

“Met bobo”

Kan tadi udah sa…

“Bingung hehe”

Hm… oh iya, jangan lupa ya lusa kamu ikut aku ketemu mbak Putri

“Mbak Putri? Oh manager, ngapain?” tanyaku bingung.

Ituloh, yg papa Jonathan bilang ke aku buat promosiin hotelnya yg di Surabaya pakai JKT48 sekalian pre-event anniversary ituloh” balas Della menjelaskan.

“Oh iya iya, aku harus ikut ya buat wakilin papa?” tanyaku lagi.

Iyalah Billy Christa Eyusa! Pokoknya jangan lupa ya!” balasnya lagi.

“Siap bos, apapun perintah bos Lala!” balasku padanya yg membuatnya tertawa kecil.

Lusa jam 3 sore ya, inget.” iya kembali mengingatkanku.

“Btw, papa Jonathan? Udah panggil papa lagi nih ceritanya?” ledekku padanya.

Apasih Yusa, udah kebiasaan aja itu” balasnya lagi.

“Ya gapapa kok La, siapa tau mau jadi anaknya beneran hehe”

Jadi anak angkat? Dari kecil juga udah kyak anaknya papa Jonathan sama Mama Yunita kan. Kamu juga manggil orang tua aku pakai Mama sama Papa kan” balasnya lagi.

“Iyasih, ya kirain kamu mau jadi anak angkatnya. Jadi menantunya juga boleh sih” balasku bercanda.

“...”


Tut…!


Della menutup telfonku tiba-tiba, sepertinya lagi-lagi aku membuatnya marah. Aku tidak mengerti apa yg membuatnya marah dan kenapa ia mudah sekali marah padaku. Kutaroh HP ku dipinggir kasur dan bersiap untuk tidur. Sepertinya hari-hariku kedepan akan panjang sebagai calon penerus bisnis ayahku. Dunia bisnis kuliner dan hotel adalah jalan yg orang tuaku pilih, juga menjadi pilihanku untuk masa depan sehingga aku mengambil kuliah Culinary. Ya bisa dibilang masa depanku cukup terjamin dan hanya perlu dikembangkan dan dijaga saja.


Tak berapa lama setelah memejamkan mata, aku terlelap. Mengakhiri hari yg panjang ini.


-Bersambung-

asli suhu, bagus ceritanya, tp jujur untuk update yg ini ane cm baca2 sekilas aja, soalnya gak sampe hati liat oshi sendiri jadi bahan cerita, hehehe
sukses terus suhu!
 
Side story 4: Belajar Memasak Bersama Julia


*Author POV*


"cincang bawang merah, bawang putih dan daun bawangnya" kata Yusa sambil mengamati gadis disebelahnya.

Gadis itu mengikuti perintah Yusa dan mulai memotong dengan pelan, irisannya begitu kasar dan berantakan. Yusa tersenyum melihat gadis yg sedang menjadi murid memasaknya ini nampak berusaha keras.

"nah kalau udah, panasin minyaknya dengan api medium, trus tumis bumbu yg tadi." Yusa kembali menjelaskan langkah berikutnya.

Kompor itu dinyalakan, lalu gadis itu memasukan bumbu tadi ke wajan untuk di tumis.

"eh apinya medium!" Yusa buru-buru mengecilkan apinya, ia menggenggam tangan gadis itu dan memutar knop pada kompor.
"haduh makanya dengerin yg bener Jul" Yusa mencubit pipi gadis itu.
"iya maaf sensei" gadis bernama Julie itu memegangi pipinya yg dicubit.
"Eh di tumis! Kalau didiemin sebentar aja nanti bumbunya gosong dan gak rata!" Yusa memegang tangan Julie yg menggenggam spatula, ia mengajari Julie menumis bumbu bumbu.
"eeeh… iyaa.. maaf" Julie memalingkan wajahnya, wajahnya memerah padam.

Jantung Julie berdegup kencang, karena saat ini Yusa berada persis dibelakangnya. Yusa menggenggam tangannya dengan lembut namun gerakannya begitu tegas, mengarahkan Julie bagaimana cara memasak nasi goreng yg mudah namun enak. Meskipun sebenarnya sejak awal Julie sama sekali tidak fokus karena Yusa. Ia tidak mengerti kenapa, padahal ia dan Yusa sudah cukup lama mengenal dan sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan mereka berdua sudah pernah saling memuaskan. Namun belakangan ini cara Julie melihat Yusa sedikit berbeda. Ia tidak sadar kalau Yusa meninggalkannya ke ruang tamu untuk mengecek HP. Julie masih melamun karena perlakuan Yusa yg membuatnya salah tingkah.

"Heh, kok bengong?" Yusa menyadarkan Julie dari lamunannya.
"Eehh… aduuuh iya iya maaf" Julie kembali tersadar dan fokus kearah masakannya.
"Jul!" Yusa kembali mengejutkan Julie.
"Apa lagi sih kak?!" Julie sedikit kesal karena ia merasa bahwa ia tidak kembali melamun.
"GOSONG, AWAS ADA APINYA!!" Yusa buru-buru mengambil sebuah kain di counter masaknya dan membasahinya.

Yusa memukulkan kain itu kearah wajan sampai apinya mati, lalu mengambil wajan itu dan menaruhnya di balkon agar asapnya tidak masuk rumah. Ia membuka pintu balkon agar asap dari dapurnya keluar, setelah itu Yusa membuang masakan itu ke tempah sampah yg ada di balkon dan membawa kembali wajannya kedalam. Julie hanya bisa terpana melihat kesigapan Yusa dalam mengatasi kecelakaan yg ia perbuat. Yusa nampak sangat keren dimatanya.

"Kamu gapapa kan?" Yusa menepuk pundaknya.
"Eeh! Iya kak aku gapapa tenang aja" Julie terkejut dan menghindari Yusa.
"Kamu kenapa sih? Dari tadi bengong terus" Yusa mengeryitkan dahinya penasaran.
"eh gapapa kok kak" Julie mengelak, ia tidak mau Yusa tau alasan sebenarnya.
"serius? Jangan jangan kamu sakit" Yusa memegang dahi Julie, mengecek apakah Julie dalam keadaan sehat.
"Eeh!! Aku gapapa!" Julie terkejut.

Yusa begitu dekat didepannya, tangan Yusa memegang dahinya lembut. Wajahnya kembali memerah padam. Julie buru buru menghindari Yusa dan berjalan ke sofa. Ia duduk disana untuk menenangkan dirinya yg kembali deg-degan.
Yusa kebingungan melihat tingkah Julie, namun ia tidak terlalu memikirkannya. Ia memilih untuk membersihkan wajannya yg gosong lalu membersihkan dapurnya yg berantakan. Sedangkan Julie yg perasaannya sedang tidak karuan itu hanya terdiam menatap televisi yg entah sedang menayangkan apa, ia hanya salang tingkah dan terlarut dalam fikirannya membayangkan Yusa.

@Julie_JKT48
Suka sama kamu tapi kamu suka yg lainn hiyahiyahiya sakitttsakittt .. pelan pelan jalan mundurr

Julie tanpa sadar mengirimkan tweet itu. Karena saat ini ia masih melayang layang dalam fikirannya.

"Ooooh pantesan…" Yusa duduk disamping Julie.
"ehhh… kenapa kak?", Julie menoleh kearah Yusa yg kini sedang duduk disampingnya sambil memakan sepotong kue.
"pantesan kamu dari tadi bengong terus, lagi jatuh cinta ya?" Yusa menyunggingkan senyumnya meledek.
"Apasih kak, gak kok gak gitu" Julie kembali salang tingkah, karena tebakan Yusa tepat 100%
"yeeuuu masih aja ngeles padahal udah ngetweet gitu" Yusa tertawa kecil melihat tingkah Julie.
"suka sama kamu tapi kamu suka sama yg lain~" Yusa membacakan tweet Julie dengan nada meledek.
"Hah?! Ih kakak mah!" pipi Julie bersemu merah karena malu.

Yusa tertawa melihat Julie yg sedang cemberut disebelahnya, sedangkan Julie benar benar malu saat ini. Rasanya ia ingin menghilang saja dari bumi, ia tidak tau lagi mau ditaruh mana wajahnya. Julie mencubit paha Yusa karena kesal diledek terus oleh Yusa. Yusa mengaduh dan meminta ampun karena cubitan Julie.

"mau kemana kak?" Julie bertanya kepada Yusa yg bangkit berdiri.
"mau bikin makan, abis tadi batal makan sih soalnya kokinya lagi jatuh cinta hahaha" Yusa kembali meledek Julie sambil berlalu menuju dapur.
"Ih kak Yusa!" teriak Julie kesal.

Yusa berkutat didapurnya, ia begitu serius menyiapkan makan siang untuk Julie dan dirinya. Julie menghampiri Yusa ke dapur, ia memperhatikan setiap gerak gerik Yusa yg begitu cekatan. Julie senang melihat orang yg ia sayang itu memasak dengan senyum diwajahnya.

"Eh…" Yusa terkejut karena seseorang memeluknya dari belakang.
"Sebenarnya… tweet itu buat kakak" Julie berkata pada Yusa.
"Jul…" Yusa membiarkan Julie mendekap tubuhnya dari belakang.

Yusa menghentikan kegiatannya didapur, yg kebetulan sudah rampung tinggal ia tata di piring. Ia membiarkan Julie yg masih mendekap tubuhnya erat. Ia menggenggam tangan Julie.

"ia aku tau kok" Yusa berkata pada Julie.
"Tau?" Julie bertanya pada Yusa.
"iya aku tau" Yusa kembali menegaskan.
"kakak tau kalo aku…"
"iya aku tau… kamu lagi pengen kan dari tadi, makanya gak fokus" Yusa memotong perkataan Julie sambil tertawa kecil.

Julie terkejut mendengar kalimat Yusa, namun ia tau bahwa Yusa memang orang yg seperti itu. Julie tertawa terbahak bahak karena Yusa yg membuat Yusa kebingungan.

"Hahahahahaha, untung kak Yusa tetap menjadi kak Yusa" Julie tertawa terbahak bahak.
"Hah?! Kenapa sih?" Yusa masih kebingungan karena Julie.

Julie tidak membalas perkataan Yusa, ia memeluk kembali tubuh Yusa. Kini mereka berdua berpelukan, tangan Yusa mengusap punggung Julie. Namun kemudian ia hanya mengusap dibagian tali BH milik Julie. Mereka berduapun berciuman dengan begitu liar, liur mereka membanjir membasahi bibir dan dagu. Yusa membelitkan lidahnya dan menghisap liur Julie, tangannya sudah melepas pengait BH Julie dari belakang. Sejurus kemudian tubuh mungil Julie sudah setengah telanjang dengan tangan Yusa yg aktif bergerilya disana. Kedua payudaranya diremas dengan kuat dan puting kirinya sedang bertarung dengan lidah Yusa.

"sssshhh oouuhhh" Julie mendesah ketika Yusa menggigiti puting kanannya.

Mereka kembali berciuman dengan ganas, Julie meremas penis Yusa yg tegang.

"kak, Julie mana?" terdengar suara Diani dari ambang pintu yg mengejutkan mereka berdua.

Julie langsung berjongkong bersembunyi, karena saat ini tubuhnya yg sudah setengah telanjang. Yusa berpura-pura sedang melakukan sesuatu diatas sana, Julie melirik keatas kearah Yusa dengan panik. Yusa membalas lirikannya dengan menyunggingkan senyumnya meyakinkan Julie.

*Yusa POV*

"tadi kesini, cuma trus dia keluar" balasku pada Diani.
"loh tapi dia belum balik ke kamar kak" Diani membalas.

Aku berusaha menyembunyikan Julie dibawah sana, aku berpura pura menyiapkan dapurku. Diani duduk di meja counter dan berbicara denganku, namun aku tidak bisa berfokus untuk membalasnya karena kini Julie sudah menelanjangi tubuh bagian bawahku dan mengocok penisku.

"ngapain?!" tanyaku berbisik.
"ngocok" Julie membalas singkat.

Aku memejamkan mata meresapi permainan Julie dibawah sana.

"kak?! Kenapa?" Diani memanggilku kebingungan.
"eh… gapapa" aku berbohong.
"ngghh…" aku mengerang pelan saat Julie menjepit penisku dengan payudaranya yg besar itu.
"kakak gapapa?" tanya Diani kembali.
"hhhh gapapa nghh…" aku berusaha tenang, "enaaakk…"

Julie mengurut penisku dengan kedua payudaranya, ia menekan dan mengocoknya disela payudaranya. Sesekali Julie mengecup dan menjilati penisku lalu mengurutnya kembali dengan payudaranya. Penisku di pijat dengan kuat oleh bongkahan daging yg sangat kenyal. Aku merem melek menikmati permainan Julie, hingga terkadang lupa ada Diani disana.

"enaaak… " aku merem melek.
" apanya kak yg enak?" Diani bertanya padaku.
"eeehh itu, ju.. Eh kamu enak, eh maksudnya ngobrol sama kamu enak hhhh" jawabku panik.
"aku enak?" Diani kebingungan.
"gak gitu maksudku. Aaaahhh…" Julie menekan penisku kuat kuat.
"kak… aku ngerti, lain waktu aja ya. Diani udah cantik" Diani tersenyum kerahku, "Jadi gak bisa sekarang"

Aku kebingungan melihat Diani yg senyum-senyum sendiri, namun permainan Julie dibawah sana membuatku kembali tidak karuan.

"yaudah kak aku pergi dulu deh ya, kalau ketemu Julie bilang aku udah berangkat latihan duluan" Diani bergegas menuju pintu keluar.
"kak, lain kali ya" Diani menoleh kearahku dan mengedipkan sebelah matanya, "pakai celananya kak, trus bersihin ya hehe"

Diani telah pergi dan menutup pintu apartemenku. Aku langsung menarik Julie yg sedang menghisap penisku, ku angkat tubuhnya itu dan langsung kutunggingkan didepanku bertumpu pada meja. Ku buka seluruh pakaiannya yg tersisa dan kuciumi vaginanya yg kini terekspos. Vaginanya yg telah basah begitu nikmat di lidahku. Setelah puas menjilatinya, kuarahkan penisku ke vaginanya.

"ahhhh" Aku menghujam vaginanya kuat kuat membuatnya mendesah kencang.
"Aaaaaahhhh nghhhh…" Julie meracau menerima sodokan penisku dari belakang.

Aku memacu pinggulku dengan tempo sedang, menikmati vagina gadis menado berambut pendek didepanku ini. Payudaranya yg bergelayut itu kuremas dengan kuat, tubuhnya ku pompa tanpa henti. Bunyi kecipak menggema bersama erangannya.

"aaaahhhh enaaaakk" desahannya begitu merdu ditelingaku.
"nghhhhhh ahhhhhh" Julie tak henti hentinya mendesah akibat hujamanku.

Pantat dan payudaranya yg sekal itu tak ada yg luput dari remasanku, punggungnya yg mengkilap indah itu kuciumi dan kujilati. Tubuh mungilnya yg telanjang itu begitu indah dibasahi oleh keringat. Kupeluk tubuhnya itu dari belakang tanpa menghentikan pompaan penisku di vaginanya.

"Ahhh Jul, nghhhh…" Aku merasakan penisku sudah hampir sampai batasnya.
"Nghhhh kak, terus kak", Julie juga sepertinya hampir sampai juga.

Kembali ku pompa tubuhnya itu kuat kuat. Penisku menghujam dengan cepat, Julie pun menggoyangkan pinggulnya mencari kenikmatan yg lebih. Kami berdua berpacu bersama hingga akhirnya aku merasa penisku akan meledak.

"NGHHHHH DIDALEM AJA KAK" Julie mengerang dengan kencang saat orgasme melanda.
"AAHHHHHH!!" Aku menyemburkan penisku didalam liang vaginanya.

Seluruh isi penisku memenuhi liang vaginanya. Kami berdua mengatur nafas yg memburu karena orgasme yg melanda. Sebelum akhirnya aku mencabut penisku dari sana, tampak spermaku meleleh keluar bersama dengan cairan vaginanya. Kami berdua terduduk lemas dilantai dapur itu sambil saling menatap tersenyum.

"enak Jul" Aku memejamkan mataku.
"iya kak, banyak banget deh" Julie tersenyum kecil sambil berusaha mengatur nafasnya.
"kak, kalo aku hamil…" Julie bertanya padaku.
"Jul, nikah yuk" Aku bertanya iseng padanya.
"ayuk" Julie menjawab dengan cepat.
"Loh kok ayuk, kok mau?" Aku bertanya bingung.
"ya kenapa gak mau?" tanyanya kembali.

Julie bangkit dari duduknya, mengambil pakaiannya yg berserakan dan merapikan tubuhnya kembali.

"aku mau latihan ya kak, dadah. Makasih ya" Julie tersenyum simpul kearahku, senyumannya begitu manis.
"aaah iya jul, hati-hati ya. Makasih juga ena-enanya" Balasku padanya.
"dasar mesum, maksud aku makasih belajar masaknya!" Julie menjulurkan lidahnya meledek.
"oh iya, aku tunggu ya…" Julie kembali berkata sebelum meninggalkan ku.
"tunggu apa????" aku bertanya kembali namun tidak ada jawaban darinya.

Aku bangkit dari dudukku, mengambil pakaianku yg yg kotor. Aku melihat ke sekeliling, melihat berantakannya dapurku saat ini. Sepertinya hari ini aku harus membersihkan dapurku kembali. Ini semua berkat Julie.

-bersambung-
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd