Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Side Story: Holiday begin?!.


Bingo bingo akhirnya kita berjumpa lagi~
Bingo bingo… ~


"Yusa bangun!" Suara Gaby terdengar dari telfon yg Yusa angkat.
"iya bawel, aku udah bangun dari tadi, ini juga udah selesai mandi" balas Yusa sambil memilih baju di lemarinya.

Hari ini Gaby dan Yusa berencana untuk bermain di Dufan karena Gaby ingin sekali ke Dufan. Yusa sudah menolak ajakan Gaby karena ia takut ketinggian, namun akhirnya Yusa pasrah untuk ikut setelah Gaby memasang wajah cemberutnya yg membuat Yusa langsung luluh. Sebenarnya sampai detik ini pun Yusa berharap hujan akan turun agar mereka batal untuk pergi ke Dufan.

"Yaudah kamu bangunin yg lain, suruh siap siap!" Gaby berkata kembali.
"loh kok? Bukannya berdua aja sayang?" Yusa kaget mendengar perkataan Gaby.
"maunya kamu berdua doang! Gak seru kalo berdua doang, lagipula sebagai kapten aku harus sekali sekali…" Gaby nyerocos dibalik telefon itu.
"iya iya bu kapten… kapan aku banguninnya kalau kamu ngomong terus?" Yusa memotong kata kata Gaby.
"haha yaudah, nanti jemput di apartemen aku jam 9 ya, kamu gak usah naik. Aku udah bilang mama sama papa kok" tambah Gaby.
"okedeh, bye, love you"
"Love you" Gaby menutup telefonnya.

Yusa nampak kecewa karena ia gagal berkencan romantis dengan Gaby hari ini, namun ia senang karena ia tidak perlu malu dan juga mengecewakan Gaby karena ia takut dengan wahana di Dufan. Ia berfikir setidaknya Gaby bisa bersenang senang dengan yg lain dan ia cukup menunggu mereka di tempat makan. Yusa pun menuju apartemen Feni untuk membangunkannya.

TOK! TOK!

"Fen?"

Tak ada jawaban dari dalam kamar. Yusa mencoba mengetuk beberapa kali namun masih tidak ada jawaban.

"kyaknya Feni gak ada deh" Yusa berfikir dalam hati.
"atau masuk aja? Ah nanti kejadian kyak waktu ulang tahun" Yusa mengurungkan niatnya untuk langsung masuk dan mencoba mengetuk sekali lagi.

TOK! TOK!

"Feni!" Yusa mencoba memanggilnya kembali.
"Iyaaaaa~~" terdengar jawaban panjang dari Feni.
"Masuk aja atuh" Feni menambahkan.

Yusa memasuki kamar Feni. Sepertinya Feni masih didalam kamarnya, Yusa menuju sofa untuk duduk dan menunggu Feni.

"aku dikamar kak" Feni kembali memanggil Yusa dari dalam kamar.

Yusa berjalan menuju kamar Feni, ia membuka pintunya perlahan dan mendapati Feni yg dalam keadaan telanjang bulat sedang memilih pakaian.

"Eh kok gak bilang lagi pakai baju?!" Yusa berbalik badan dan berjalan keluar dan menutup pintu.
"Kak Yusa lucu deh… ngeliat aku gak pake baju langsung panik gitu, giliran nyopotin baju aku teh semangat pisan!" Feni meledek sambil tertawa kecil.
"Feni kamu mau ikut ke Dufan sama aku dan Gaby?" teriak Yusa dari luar pintu.
"mauuuu, tadi kak gaby udah bilang makanya aku udah siap siap!" Balas Feni dari balik sana.
"okedeh kalo gitu, aku mau bilang Julie sama Diani dulu ya" Yusa membalas Feni dan berniat menuju kamar Diani.
"tunggu! Bisa tolongin aku dulu gak?" Feni kembali memanggil.

Yusa kembali memasuki kamarnya perlahan dan mendapati Feni yg nampak kesulitan untuk mengancingkan BHnya.

"eh serius?!" Yusa nampak terkejut dan memalingkan wajahnya.
"iya tolongin nih susah" tangan Feni nampak kesulitan menggapai kaitan branya.

Sepertinya Feni menggunakan bra dengan kaitan yg cukup tinggi dibagian punggung sehingga tangannya kesulitan menggapai. Yusa nampak ragu untuk menolongnya namun ia tak tega melihat Feni yg kesulitan. Yusa mendekati Feni dan memegang bagian belakang branya, Yusa menarik bra itu dan berusaha mengancingkannya.

"Ahhh… pelann" Nafas Feni nampak menjadi berat.
"nghhh… jangan dipaksa…" wajah Feni memerah.

Yusa yg tidak mengerti dan mencoba memasang bra Feni membuat payudara Feni tertekan dan tergesek oleh branya sendiri. Yusa melirik sedikit kedepan dan dapat melihat sedikit payudara Feni dari sela bra yg belum terpasang rapat itu, putingnya yg pink dan imut itu nampak mengintip. Yusa menelan ludah.

"Bisa? Mmmhhh" Feni kembali menggigit bibirnya akibat Yusa.

Yusa yg tak tahan akhirnya malah melepaskan bra Feni dan memilin putingnya dari belakang. Yusa menjelajahi leher Feni dengan lidahnya. Feni meremasi penis Yusa yg mulai menegang dari balik celana.

"aaannhh nanti dimarahin kak Gaby kalo telat" Feni mencoba mengingatkan Yusa.
"yg nakal duluan siapa?" Yusa berbisik ditelinga Feni.
"ngggghhh aku kan cuma minta tolonggghhh. Kak Yusa yg mesum" balas Feni dengan desahan yg tak bisa ditahan.
"ngelepas teh kak Yusa jago. Masangna bego" ledek Feni dengan wajah sayu.

Feni mencium Yusa. Ciuman mereka begitu panas. Yusa mencubit puting Feni sedangkan tangannya yg lain sudah menekan nekan klitorisnya.

"ngggghhhh aaaaaaaahhhhh…" Feni mendesah tak karuan, tubuhnya menggeliat.

Feni mencengkram paha Yusa untuk menopang tubuhnya yg lemas, kenikmatan yg luar biasa menjalar ditubuhnya. Tubuhnya yg kurus mungil itu kembali dibasahi keringat, menandakan nafsu telah memenuhi dirinya.

"AAAHH… mmmmphhhphhhhh" Teriakan Feni tertahan.

Yusa memasukan jarinya ke dalam lubang vagina Feni dan mengocoknya. Dua jari tangan Yusa mengorek orek vagina Feni, jarinya ia gerakan keluar masuk dengan cepat.

"nnngggghhhh…. Mmmppphhh" Yusa terus memainkan jarinya di vagina Feni sedangkan tangannya yg lain membekap mulut Feni.

"sluuuurrppp mphhhmhh" Feni mengemuti kedua jari Yusa bagaikan sebuah penis.

Feni begitu pasrah didalam dekapan Yusa. Tubuhnya menikmati setiap rangsangan yg diberikan Yusa. Tubuhnya telah dipenuhi peluh, rambutnya basah oleh keringat dan nafas memburu seirama permainan Yusa. Yusa mengeluar masukan dua jarinya sedangkan jempolnya memainkan klitoris Feni. Jari tangan Yusa yg telah basah dengan liur Feni kini berpindah ke putingnya yg sudah tegang mencuat, Yusa menarik puting itu kuat kuat.

"HYAAAAAAHHHHH AAAHHHHH" Feni mengejang.

Vaginanya menjepit kedua jari Yusa, otot vaginanya berkedut menandakan orgasmenya tiba. Cairan cintanya membasahi jari itu yg langsung cabut dari liang vaginanya. Feni melemas didalam dekapan Yusa, tubuhnya yg mungil kini ditopang oleh tangan Yusa yg masi terus meremasi payudaranya.

"ngggghhhh udaaaahhhhh" Feni kembali mendesah karena perlakuan Yusa.

Tangan Yusa yg sudah puas dengan payudara Feni sekarang sibuk memainkan klitoris Feni dengan cepat. Jarinya menekan, menggosok dan menggelitik klitorisnya dengan cepat. Sedangkan jari Yusa yg basah oleh cairan Feni kini sedang bercengkrama dengan lidah Feni didalam mulut.

"KAK YUSAAAAAGGHHHHHHHHHH" Feni meneriakan namaku bersama dengan orgasme keduanya.

Creettt creeet creeeettt…

"Aaaahhhnnhhh nhhhhhggghhh" Feni squirt.

Tangan Yusa kini menopang tubuh Feni yg kesulitan berdiri. Ia nampak tersenyum puas setelah membuat gadis sunda ini dalam keadaan yg sangat berantakan. Ia membalik tubuh Feni menghadap dirinya dan kemudian mencium bibir manisnya.

"mandi lagi gih" kata Yusa setelah melepaskan pagutan mereka.
"loh? Mpen gak di apa-apain lagi?" Feni terkejut mendengar perkataan Yusa.
"udah jam berapa ini, entar dimarahin Gaby" balas Yusa sambil mengambilkan handuk yg tergeletak di kasur.

Feni menuruti Yusa yg menuntunnya menuju kamar mandi.

"aku ke kamar Diani dulu ya, kamu jangan lama-lama loh!" kata Yusa sambil berjalan menuju pintu keluar.
"Kaakk…" Feni memanggil dengan pelan.

Feni memanggilnya dari pintu kamar mandi, ia sedikit menunggingkan pantatnya dan dan berpose dengan seksi.

"ya?" Yusa menoleh kearah Feni yg memanggilnya.
"gak mau mandiin? Mpphh" jari telunjuk Feni membuat gesture mengajak sambil menggigit handuknya.

Yusa menelan ludah melihat Feni yg begitu menggoda dengan tubuh telanjangnya. Feni menatap Yusa dengan mata sayu dan gerakan yg begitu menggoda. Siapa sangka gadis mungil yg ceria ini begitu seksi dan menggoda bila seperti ini.

"Gak, kamu tau kan Gaby galaknya kyak apa… udah buruan!" Yusa tetap meninggalkan Feni yg menatapnya pergi.
"Buciiiiiin!! Sedih akutuh, abis kamu enakin langsung dibanting lagi!" Feni mendengus kesal yg hanya dibalas kekehan oleh Yusa.

Yusa menyusuri lorong lantai 9 apartemennya. Ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Feni yg terjadi disini, gadis polos yg lucu dan menggemaskan. Ia ingat bahwa Feni yg begitu polos dengan seenaknya memeluknya sebagai tanda perkenalan. Namun kini gadis polos itu telah berubah menjadi dewasa dan semakin cantik, tubuh kurusnya pun semakin membuatnya menjadi terlihat seksi. Ia tidak menyangka gadis yg dulu memeluknya dengan tiba tiba itu kini memeluknya di setiap orgasme yg berhasil ia berikan.

-Yusa POV-

"Di! Jul! Bangun! Mau ikut ke Dufan gak?" aku mengetuk pintu kamar Diani.
"Iya kak? Julienya pulang ke Bekasi karena ada urusan" Balas Diani dari balik pintu.

Diani nampak belum lama bangun karena ia masih mengenakan Dasternya saat ini. Gadis Pekalongan ini mempersilahkan ku masuk dan duduk di kasur. Ia meminta izin padaku untuk ke belakang sebentar. Kamarnya begitu rapi dan tertata, mirip kamar Feni namun dengan nuansa yg lebih dewasa. Aku tidak tega untuk bergerak dari kasur tempatku duduk ini karena begitu rapinya kamar ini.

"maaf ya kak lama, ini diminum dulu" Diani nampak muncul dari arah dapur membawa segelas minuman.
"Eh yaampun gak usah repot repot" balas ku tak enak.

Diani duduk disampingku dengan sangat anggun, ia sedikit menarik ujung daster garis putih abu-abu selutut yg ia kenakan agar tidak tersingkap. Ia menatapku sambil tersenyum. Berbeda sekali dengan Diani yg biasa kulihat di panggung, ia nampak lebih natural. Diani yg natural seperti ini malah menampilkan pesona gadis asli Indonesianya, pesona Indonesia kalau dalam sebutanku. Kulitnya yg sawo matang itu begitu eksotis. Tak sadar aku malah balik menatapnya.

"kak? Kok bengong?" Diani mentoel punggung tanganku.
"eh… gapapa hehe" balasku sedikit terkejut.
"kenapa kak tumben kesini?" balas Diani sambil memakan sepotong biskuit.
"aaah itu, aku mau ngajak ke Dufan, mau?" tawarku.
"ke Dufan? Sama kakak?" Diani nampak terkejut.
"Iyalah, masa aku ngajak tapi gak ikut. Sama Gaby dan Feni juga, tadinya mau ajak kamu dan Julie. Tapi adanya kamu doang ternyata" jelasku padanya.
"oh haha…" Diani kini menunduk menatap tehnya.
"kenapa? Gak suka ke Dufan ya?" tanyaku kembali

Diani hanya terdiam menatap tehnya, ia tidak menatap ku maupun membalas pertanyaanku. Aku tidak tau kenapa dia tiba-tiba terdiam, mungkin ia phobia dengan permainan ekstrem sepertiku atau dia memiliki trauma dengan Dufan? Entahlah…

"Di… mau? Kalau gak mau gapapa, gak usah sungkan nolaknya. Lain kali aja kita jalan jalan ketempat lain yg kamu bisa ikut" balasku sambil beranjak dari kasurnya.
"Tunggu! Aku ikut!" Balas Diani menahanku.

Tangannya menggenggam tanganku dengan lembut, entah kenapa ia mampu menahanku walaupun dengan sentuhan selembut itu. Aku kembali duduk di sebelahnya, tanpa ku sadar tangan kami masih bergenggaman sedari tadi. Diani menatapku lekat sementara aku tak berani menatapnya, aku hanya menundukan kepalaku menatap gelas berisi teh hangat yg berada di tanganku.

"Kak?" Diani memanggil namaku.
"eeh iya apa?" Aku kembali dari lamunanku itu.
"gapapa…" Diani tersenyum padaku.

Diani menaruh tangannya yg lain diatas tanganku, tanpa sadar aku menaruh gelas yg berada diatas tanganku tadi dan menaruhnya diatas meja. Kemudian aku ikut menaruh tanganku diatas tangannya. Kami berpandangan cukup lama, bibirnya terbuka dan mengatup beberapa kali. sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu padaku. Kami terhanyut saling memandang selama beberapa detik, tanpa sadar kepala kami berdua mulai saling mendekat.

"Eh iya, kalau mau ke Dufan aku mandi dulu!" kata Diani tiba-tiba yg mengejutkanku.
"Eh haha iya yaudah cepetan sana mandi nanti yg lain nunggu" Aku tersadar akan apa yg tadi akan kami lakukan.

Seketika kami berdua menjadi canggung, aku melihat Diani yg sedikit kebingungan kesana kemari. Akupun tak kalah canggungnya menengok kesana kemari, aku yakin bila orang lain melihat kami pasti mereka sadar betapa memerahnya wajah kami berdua saat ini. Aku tidak menyangka bisa terhanyut seperti itu akibat Diani.

"yaudah aku mandi dulu ya" Diani berkata padaku.
"okey, aku balik ke kamar dulu ya" Balasku padanya sambil beranjak dari kasurnya.

Aku berjalan kearah pintu kamarnya dan meninggalkan Diani yg sudah bersiap untuk mandi. Sepertinya aku juga harus bersiap-siap untuk liburan ku ke Dufan hari ini.

"Kak…" Diani tiba-tiba memegang ujung kausku.

Kembali lagi seperti tadi, sentuhan tangannya begitu mudah menghentikan langkahku. Aku menoleh kearahnya yg kini tepat berada di belakangku.

"kenapa Di?" tanyaku sedikit bingung.
"mmm… itu…" Diani melirikku sedikit dan kembali membuang muka.
"apa?" tanyaku kembali.
"kakak gak mau…" Diani kembali menghentikan kata-katanya.
"mau apa Di?" tanyaku yg semakin bingung.
"hhhh…" Diani menarik nafas dalam lalu membuangnya, ia menenangkan dirinya.
"aku… aku mau…" Diani menunduk, jari tangannya memainkan ujung kausku.
"Aku juga mau ngerasain apa yg Julie dapet dari kakak…" Diani membuang mukanya ketika mengatakan itu.
"maksud kamu?" aku terkejut mendengar permintaan Diani, nampaknya aku tau apa yg ia maksud.
"itu… aku juga mau…" Diani kembali mencoba meminta padaku.

Aku menggenggam kedua pergelangan tangan Diani dan mendorong tubuh kami berdua jatuh diatas kasur, Diani kini berada dibawah ku dengan kedua tangan terkunci di genggamanku. Diani menatapku takut namun ia tidak teriak, ku tatap matanya yg hitam itu dalam-dalam. Diani terlentang pasrah dibawah seorang pemuda diatas kasurnya sendiri. Dasternya yg tersingkap hingga menampilkan pahanya itu menandakan bahwa ia tidak memiliki kuasa atas apa yg terjadi dan akan terjadi. Ia telah mempasrahkan dirinya pada ku yg kini mulai mendekati tubuhnya.

"Kak…" Ia kembali memanggilku dengan suara pelan, matanya tertutup pasrah.

Aku mencium bibir Diani yg masih terkunci. Jari tanganku mengunci pergelangannya kuat, mengunci tubuh gadis pekalongan yg kini kuhimpit diatas kasurnya sendiri. Diani sedikit meronta-ronta berusaha melepaskan dirinya, sedangkan ciumanku makin liar di bibirnya. Kuberikan gigitan kecil pada bibirnya sehingga ia membuka sedikit celah yg langsung diterobos lidahku. Lidahku bergulat mengejar lidahnya yg berusaha ia jauhkan namun sia-sia karena kini lidah kami sudah saling melilit dengan ganas. Diani memejamkan mata ketakutan, tubuhnya dibanjiri peluhnya yg menetes akibat perlawanannya padaku.

"ngghhhhhhh… " Diani berusaha menahan desahannya.

Aku tau kini libidonya mulai meningkat, gairah di tubuhnya mulai meledak, karena aku tak hanya mencium dirinya namun karena selangkangan kami yg sengaja ku gesek untuk merangsangnya. Ku lepaskan ciuman kami berdua, Diani berusaha mengatur nafasnya yg habis karena permainanku. Ia tak berani menatapku dan hanya memejam takut.

"lagi?" aku berbisik ditelinganya, kuhembuskan nafasku disana agar ia makin terangsang.

Ia menggeleng pelan, air mata mengalir pelan dari matanya yg terpejam. Aku sedikit tak tega melihatnya, namun birahi sudah tidak bisa kutahan. Kembali bibirku mengecup bibirnya. Ciumanku kali ini begitu lembut, membuatnya terkejut dan terlihat menikmati ciuman dariku, ku kendurkan genggamanku ditangannya. Diani nampak lebih rileks, otot ditubuhnya mengendur. Kami berciuman cukup lama hingga nafas kami berdua hampir habis.

"lagi?" tanyaku lembut ditelinganya.

Diani hanya terdiam, ia sepertinya menjadi ragu. Ku arahkan kedua tangannya untuk memeluk tubuhku, kemudian ku dekap tubuhnya yg kecil itu. Tangan kiriku meraba bokongnya yg cukup kencang, Diani memang memiliki badan yg bagus dan terawat. Rabaanku berubah menjadi remasan kecil yg membuatnya menatapku tajam. Ku sentuhkan bibirku kembali di bibirnya namun tak kukecup kembali, Diani yg sudah memejamkan mata memajukan kepalanya mencari bibirku. Ia tak sadar bahwa kini ia menginginkannya kembali.
Lidah kami berdua kembali bergulat, lembut namun menyenangkan.

"mmhhhh mmmhhhh" Diani mendesah, ia mulai mengakui bahwa ia menikmatinya.
"hhhhhhhhh" benang saliva menjuntai indah ketika kami selesai berciuman.

Kami bertatapan. Diani menatapku sayu. Tatapannya membuatku ingin menghabisinya, sebuah hidangan khas pekalongan yg tersaji didepanku. Ku raba pahanya yg tersingkap itu, menanggalkan cd putih dibaliknya pelan pelan.

"let me see" aku kembali berbisik.

Diani berusaha menahan cdnya untuk kulepas, namun perlawanannya yg lemah itu tak berarti bagiku. Dengan mudahnya pertahan terakhirnya itu ku tanggalkan, kubuka lebar kedua pahanya. Kini vaginanya yg berbulu tipis agak berantakan itu terpampang menggiurkan. Kusibak bibir vaginanya untuk melihat isinya.

"indah" pujiku begitu melihat isinya.
"harum" aku mengendus aroma vaginanya.

Diani menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya begitu memerah antara malu, takut dan penasaran.

"gak sekarang, kamu belum siap." bisikku di telinganya.

Diani membuka matanya terkejut, antara lega dan kecewa nampak diwajahnya.

"jangan khawatir. Aku bakal kasih kamu ketika siap." balasku sambil merapikan rambutnya.
"kak… gapapa" Diani sedikit tersenyum sambil menggenggam tanganku meyakinkan.
"jangan dipaksa" Balasku padanya.

Aku mengusap rambut Diani lembut. Kami kembali berciuman. Ku rapikan dasternya yg tersingkap, menutupi vaginanya. Ku peluk tubuhnya itu.

"kak?" Diani terkejut ketika ada sesuatu yg keras menyentuh tubuhnya.
"ah. Itu hehe" balasku terkekeh yg membuat Diani tersipu.
"mau liat?" tawarku.

Diani mengangguk pelan. Ia terlihat begitu penasaran saat aku mulai membuka kancing celanaku. Ia menahan nafasnya saat celana dalamku yg menggelembung terlihat. Diani ternganga saat penisku kini mengacung tegak tepat didepan wajahnya.

"gimana?" tanyaku dengan bangga.
"emmm… gede…" Diani menjawab dengan malu.
"takut… itu nanti bakal… disini…" Diani kembali bertanya terbata, sambil melirik kearah penisku.
"emangnya… emangnya muat?" tanyanya kembali.

Aku berusaha menahan diri agar tidak kelewatan, aku hanya ingin membuat Diani terbiasa. Aku tau ini bukan saatnya.

"lain waktu akan kita coba. Jadi sekarang kamu mandi ya, inget kita mau ke Dufan" jawabku sambil memasukan penisku ke dalam celana.

Diani mengangguk pelan. Aku kembali merangkak diatas kasur menuju vaginanya. Memandangi vagina segar dengan daging yg masih merah dan bibirnya yg rapat, meskipun aku ingin sekali menikmati vagina gadis ini namun kucoba untuk menahannya.

"next time…"

Ku berikan gigitan di telinganya hingga tubuhnya menggeliat. Kucumbu leher dan telinganya. Diani mengerang.

" next time kamu bakal aku beri kenikmatan yg lebih." kataku padanya.

Kukecup Diani begitu dalam sampai kami benar-benar kehabisan nafas sebelum akhirnya kutinggalkan ia di kamarnya sendiri.

------

"aku udah didepan nih" kataku dari ujung telefon.
"Iya!" balas Gaby.

Tak berapa lama kemudian, Gaby berlari kearah mobil yg ku parkir didepan gerbang apartemennya. Ia begitu cantik dengan kacamata dan jepit rambutnya, kaos putihnya menambahkan kesan menawan di dirinya.

"Yaampun apakah kamu cinta?" Aku tanpa sadar mengatakan itu saat ia masuk kedalam mobilku.
"Yeeeuuu Bucin!!" sambar Diani dan Feni yg menatapku dengan geli.
"Yaudah ayo jalan. Biar bisa main banyak disana!" Gaby berkata dengan semangat membara.
"Yeay!!" Timpal Feni dan Diani.

Nampaknya hanya aku yg tidak senang dengan rencana ke Dufan ini, namun selama bersama Gaby aku yakin ini akan menjadi begitu menyenangkan.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Yaahh Yusa udah nggak buta map lagi, mengecewakan

Eh ini bang Benji gak emosi nih?
 
Yusa jadi bisa nahan sange?
Emang bisa nahan kan!!
Yaaah, Gaby-nya kapan diekse? :(
Tunggu fidly grad
Ini Yusange mau ngerubah image ya? Wkwkwk, kok nggak napsuan.
Yusa sudah dewasa berarti...
Mau berubah jadi yusabar
Inshallah bila tuhan yesus berkehendak
Yusange udah ga sesange season 1?
Side story berada di antara season 1 maupun season 2, ada di sela sela timeline(?)
Kurang dah rasanya. Kirain Dayeni dapet big O juga kayak mpen.
Hehe nanti Yusa big O semuanya, penasaran juga gimana ekspresi kalo diani puas... Hehe
Yaahh Yusa udah nggak buta map lagi, mengecewakan

Eh ini bang Benji gak emosi nih?
Yusa udah pasang ward di 4 titik. Tenang aja...
Emng nya situ, liat cakep dikit lgsg disikat, udh kyk cucian kotor dikamar mandi
NAH!! Yusa tidak mesum!
Saya kira kak Yusa(nge) juga ngajakin Ariel biar bisa disuapin sama Ariel
Enak banget disuapin ariel...
Nah, ini pertanyaan terpentingnya
*gadenger*
Bukan Yusange benget ini, liat mangsa gak digarap :dansa:
Yusa sudah menjadi pribadi yg lebih beriman dan bertaqwa(?)
 
baru baca marathon!
what a great story
walaupun harem tapi kesan dari 1 cewe ke cewe lain ga terkesan maksain. and its good!
 
baru baca marathon!
what a great story
walaupun harem tapi kesan dari 1 cewe ke cewe lain ga terkesan maksain. and its good!
Terima kasih banyak telah membaca dan suka sama cerita ini. Semoga season 2nya yg akan keluar juga bisa disukai dan membuat jatuh cinta. Terima kasih :alamak:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd