Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

meski gak ada adegan sexual intercourse, tetep hot banget nih, kerasa ngalir. Cuma nih ada satu hal yang ganjal dari saiya tuan.

"ngelepas teh kak Yusa jago pisan. Masangna bodor"
bahasa sundanya rancu pisan, hihi. mungkin niatnya mau ngetranslate "ngelepas aja yang jago, masangnya lucu" kalo gitu jadinya ya?
eh maaf bukan maksud menggurui tuan :shakehand
saiya siap bantu kalo tuan butuh translate ke bahasa sunda ok.
 
Side Story: Happy Holiday.



Sinar matahari tak terlalu terik, tidak menusuk kulit juga mengucurkan peluh. Cuaca hari ini benar-benar tepat untuk melakukan liburan menyenangkan di taman bermain outdoor seperti Dufan ini. Itu lah yg seharusnya kami rasakan. Namun saat ini kami berempat saling berdiam sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Fen, kita mau kemana?" tanyaku pada Feni.
"hmm bebas" jawab Feni tanpa menoleh padaku.
"Diani, kamu mau naik apa?" tanya Gaby pada Diani.
"aku ikut aja asal…" jawab Diani sambil menoleh kearahku.

Aku yg kebingungan akhirnya menarik tangan Gaby untuk berjalan sedikit lebih cepat agar dapat berbicara dengannya. Ia sepertinya mengerti apa maksudku dan mempercepat langkahnya.

"Mereka kenapa ya?" tanyaku pada Gaby.
"harusnya aku yg nanya gitu ke kamu" jawab Gaby sambil melirikku.
"lah kok nanya aku?" balas ku bingung.
"haha tuhkan. Emang dasar cowok" Balas Gaby sambil tertawa.

Gaby menggenggam tanganku. tangannya begitu lembut dan nyaman membuatku deg-degan.

"gimana?" tanya Gaby padaku.
"gimana apanya?" balasku bingung karena tingkahnya itu.
"kamu deg-degan gak kalau aku gandeng gini?" tanyanya kembali.
"ng… gak kok!" Balasku malu.
"haha aku bisa genggam tangan orang yg aku suka aja deg-degan gini. Apalagi bisa sampai jalan-jalan ke Dufan" Balas Gaby sambil menyunggingkan senyumnya ke arahku.
"maksudnya?" Aku kembali bertanya.

Gaby melepas genggamannya, ia berjalan sedikit lebih cepat dariku. Aku melihat punggungnya yg berjalan didepanku. Kembali jantungku berdegup cepat hanya karena melihat ia berjalan didepanku. Rambutnya yg panjang tertiup angin, membuatnya terlihat seperti seorang bidadari yg berusaha aku gapai. Aku terkagum melihat dirinya dari belakang. Ditengah lamunanku itu, ia seketika menoleh kearahku.

"karena kamu bukan wanita, kamu gak bakal ngerti." Balasnya meledekku.
"tapi aku tau yg mereka rasain, sama seperti yg aku rasain…" Gaby menghentikan langkahnya dan menatap ke langit.
"bedanya, aku ngerasain ini dulu…" Gaby tersenyum padaku.

Aku memandang tingkahnya yg cukup aneh, berusaha mengerti apa maksud dari kata-katanya ini. Meskipun Gaby polos dan ceroboh namun cara berfikirnya yg rumit dan penuh makna itu selalu membuatku terkagum. Pemikirannya yg begitu cerdas dan dewasa selalu berhasil membuatku semakin tenggelam di dalam cinta.

"kalian kenapa tiba-tiba cepet banget!" Feni mendengus kesal padaku dan Gaby.
"iya, aku gak mau ilang berdua sama kak Feni." Diani menambahkan.
"Hehe maaf maaf." Gaby tertawa kecil.
"yaudah mumpung kita didepan kora-kora, naik yuk!" ajak Gaby pada mereka berdua.
"Yuk!" sahut mereka bersama.

Aku tersenyum ketika melihat mereka yg sedikit lebih bersemangat di banding tadi. Aku tak mengerti kesalahan apa yg aku lakukan sehingga mereka menjadi seperti itu, tapi sepertinya tujuan Gaby mengajak ku berjalan lebih cepat itu berhasil. Ia memberikan ku pengertian sekaligus mengembalikan mood Feni dan Diani dengan membuat mereka mencari kami berdua, memang pintar sekali pacarku ini.

"Loh, siapa yg nyuruh kamu duduk?" aku terkejut melihat Gaby yg berdiri tepat didepanku.

Ia berdiri dihadapanku, bertolak pinggang. Aku yg baru saja duduk di pinggiran wahana menatapnya kebingungan.

"kenapa? Kan aku tunggu disini" tanyaku bingung.
"Ayo" Gaby menarik lenganku.
"eh aku kan udah bilang gak mau ikutan" Tolakku.
"ayo!" Gaby masih menarik lenganku, kutahan.
"kamu main aja bertiga, aku nonton dari sini" Tolakku kembali.

Gaby melepas tarikannya, membuatku lega. Aku yg memang takut, sebenarnya paling anti bermain di Dufan. Aku hampir takut dengan semua permainan yg ada. Gaby menatap mataku begitu lekat, membuatku tak bisa memalingkan pandanganku darinya.

"yaudah aku naik bertiga sama Feni dan Diani. Kalau mereka takut trus pelukan berdua, kalau aku takut peluk siapa?" Gaby bergumam sendiri, namun suaranya yg cukup kencang terdengar olehku.
"Oh iya, aku peluk sebelahku aja. Siapa tau ganteng… mumpung pacar aku gak ada" Gaby kembali bergumam.

Mendengar kata-katanya itu membuatku berfikir yg tidak-tidak. Akan ada orang yg mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan kekasihku.

"Ayo!" kataku.

Aku beranjak dari tempat dudukku, menggandeng tangannya menuju wahana kora-kora itu. Gaby tersenyum penuh kemenangan melihatku yg ikut menaiki kora-kora. Feni dan Diani yg menunggu kami ikut tersenyum. Kami berempat mengambil tempat bersisian. Gaby disebelah kananku, Feni disebelah kiriku dan Diani disebelah kiri Feni. Setelah diberikan arahan keselamatan dan cara menggunakan pengaman. Kami berempat bersiap untuk menaiki wahana ini. Gaby menggenggam tanganku lembut.

"gak usah gemeteran, relaks" Gaby tersenyum kearahku, tangannya menenangkanku.
"eh… i.. Iya" Aku membalas genggamannya itu.

Wahana berbentuk kapal bajak laut mulai bergerak, ia berayun dengan pelan. Semakin lama ayunannya semakin cepat dan cepat.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!" Aku mendengar jeritan dari Feni dan Diani.
"Wuhuuuuuu!!!" Gaby nampak sangat excited.
"aaa……. " aku berusaha berteriak untuk menikmati wahana ini.

Aku begitu ketakutan hingga tak sadar genggamanku terlepas, aku tak mampu berteriak karena ketakutan. Rasanya aku seperti terbang, nyawaku seperti keluar dari tubuhku. Tanganku berusaha menggapai gapai mencari pegangan. Aku menggenggam sesuatu yg empuk di sebelah kiriku, tangan Feni kugenggam dengan begitu erat. Sedikit menenangkanku yg ketakutan. Selang beberapa menit akhirnya wahana itu berhenti juga, membuatku lega karena akhirnya ini berakhir.

"Hahaha seru ya, ayo langsung cari yg lain!" Gaby tampak begitu senang.
"Hahaha kak Yusa gak ngompol kan?" Diani meledekku.
"Aku gak mau naik lagi!!" balasku sambil memegang dadaku yg masih deg-degan.
"untung aku pegangan sama Feni!" tambahku.

Feni yg berdiri mematung terkejut ketika namanya kusebut, matanya melirik kearahku dengan wajah memerah. Aku melihat kearahnya yg bertingkah aneh, aku melihat kearah kaus sebelah kanannya yg berantakan. Gaby dan Diani yg sudah berjalan terlebih dahulu karena begitu senang meninggalkan kami berdua dibelakang.

"Eh maaf Fen" Balasku yg sadar dimana aku berpegangan tadi.
"KAK YUSA TEH MESUM PISAN!!" Balas Feni sambil memukul dadaku.
"kakak pegang kenceng… aku… masih sensitif karena tadi, basah" Feni berkata dengan gelisah.

Feni berlari melewatiku mengejar Gaby dan Diani, meninggalkanku yg mematung bodoh. Penisku berdesir akibat Feni. Aku mengatur nafas agar si adik kecilku ini tenang kemudian mengejar mereka bertiga yg sudah cukup jauh meninggalkanku.

"Loh Kamu kesini juga!" Gaby menepuk pundak seseorang dari belakang.
"Loh kak Gaby! Eh ada Feni dan Diani juga!" Balas gadis bernama michelle itu terkejut.
"Ada aku juga" Aku melambaikan tangan kearahnya.
"Eh kak Yusa!" Michelle melambai balik kearahku.
"sama siapa chelle?", tanyaku padanya.
"sama keluarga ke ancolnya, cuma aku misah kesini karena mau ngevlog dan bikin tiktok. Yg lain di hotel aja" jelas Michelle.

Gadis berdarah tionghoa ini juga seorang member JKT48, tepatnya satu team dengan Feni dan Diani. Gadis yg ceria dan hits ini memang terkenal karena selalu update mengikuti trend. Ia yg bertubuh mungil ini selalu berpenampilan swag dan classy, seperti sekarang ia hanya mengenakan hotpants, sepatu kets kekinian dan sebuah kaos putih oblong serta topi yg ku tau harganya begitu mahal. Casual but stay classy.

"yaudah chelle, kalau gitu bareng-bareng aja" ajak Gaby dibarengi dengan anggukan setuju dari Feni dan Diani.

Aku mengikuti mereka berempat dari belakang, nampak mereka bercakap dan tertawa senang. Membuatku sadar bahwa meskipun mereka 1 team namun belum tentu mereka dapat berlibur bersama dan menghabiskan waktu bersama, karena waktu libur mereka pasti dihabiskan dengan keluarga. Menjadi member dengan jadwal padat membuat mereka sulit memiliki quality time bersama keluarga, apalagi berlibur bersama dengan teman 1 team.
Kami berlima mencoba berbagai wahana, dari mulai yg hanya berputar-putar, kuda-kudaan, kincir, hingga arum jeram. Mereka berempat nampak sangat bahagia dan senang, berlari kesana kemari mencoba tiap wahana yg mereka lihat. Aku yg sebenarnya takut pun jadi sedikit lebih santai karena melihat mereka senang. Anggap saja aku menjadi baby sitter mereka hari ini.

"Coaster!!" teriak mereka berempat bersamaan.

Mereka bertiga berlari menuju ke wahana "halilintar" itu. Mereka begitu excited dan buru-buru ingin menaiki wahana tersebut.

"Kak Yusa~" Mereka berempat memanggil namaku bersamaan, membuatku terpaksa untuk mengikuti mereka semua.

Kami menaiki wahana pemacu adrenalin itu, wahana yg paling aku takuti di seantero dufan. Wahana yg menggabungkan ketinggian, kecepatan dan efek kejutan menjadi satu. Wahana yg dapat merusak jantungku seketika, entah siapa orang bodoh yg merancang roller coaster pertama kali. Mati saja kau! Eh udah meninggal pasti ya haha…

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!" Teriakku sekuat tenaga.

Kali ini aku benar-benar berteriak karena ketakutan, entah apakah aku mengompol atau tidak akupun tidak tau. Gaby yg berada disebelahku, teriak penuh kesenangan dan tertawa bahagia. Aku menggenggam tangannya begitu erat karena tak kuat lagi, rasa mual dan pusing memenuhi kepalaku. Gaby menoleh kearahku akibat dari genggamanku yg begitu erat. Tak berselang lama akhirnya permainan itu berhenti, kami berlima pun turun dari wahana itu. Aku yg sudah tak tahan pun berjalan dengan gontai.

"kakak gapapa?" tanya Feni padaku.
"Mau muntah ya?" Diani menambahkan.
"Di jangan dibilang gitu, nanti muntah beneran" Michelle berkata pada Diani.
"oh iya, tapi gapapa kan?" Diani bertanya dengan cemas.
"Yaudah kamu udahan aja, maaf kamu sampai pucet gitu" Gaby merangkul tubuhku dan menopangnya ke tempat duduk.
"aku gapapa kok." balasku tersenyum kecil, aku tak ingin menbuatnya merasa bersalah.
"tapi harusnya kamu nolak aja kalau gak mau" Gaby kembali berkata dengan cemas.
"Aku kan udah nolak dari pertama kamu ajak kesini…" balasku sedikit kesal.
"oh iya hehe… iya iya maaf ya sayang, gak lagi lagi deh kesini" Ia mengatupkan kedua tangannya meminta maaf padaku.
"iya gapapa kok, kalau kamu seneng kan bukannya lebih baik?" balasku tersenyum padanya.
"yaudah kalau gitu kamu tunggu diluar wahana aja kalau kita naik ya…" tambah Gaby.

Setelah aku merasa enakan, kami kembali berjalan menuju wahana selanjutnya. Gaby berjalan disebelahku sambil menjagaku yg masih pucat. Ia berjalan sambil merangkul bahuku.

"maaf ya kamu jadi maksain gini" Gaby kembali meminta maaf.
"gapapa, seru kok liat kalian bisa quality time." Balasku padanya.
"haha iya ya, kapan lagi kita bisa liburan bareng gini. Kyaknya aku harus ajak team J liburan bareng deh." balasnya.
"bisa mendekatkan diri sesama rekan se team dan main bareng. Seru deh pasti", tambahnya.
"yaampun, kapten ku kok keren banget sih. Sayang banget sama teamnya" balasku mencubit pipinya.
"haha apasih kamu!" balasnya malu.
"mau deh di sayang juga sama kapten" tambahku.
"yeee, kan udah…" balasnya pelan.

Kami tertawa kecil. Senang rasanya bisa menghabiskan liburan bersamanya. Memang benar kalau bersama Gaby, kemanapun pasti akan sangat menyenangkan. Meskipun ke ujung dunia, bila bersamanya pasti akan terasa begitu menyenangkan.

"liat deh mereka lari-larian" Gaby menunjuk kearah Michelle dan Feni yg berlari kecil karena senang.
"haha mereka bertiga seumuran loh tapi Diani keliatan lebih kalem dan dewasa ya, padahal sama sama udah 20." tambahnya.
"kyak anak kecil ya. Seru kali ya kalau punya anak nanti ajak mereka ke dufan." balasku
"haha gak, seru lah kalau papanya takut!" balas Gaby.
"eh…" kami berdua terkejut.

Kami berdua terdiam, wajah kami memerah seperti kepiting rebus. Aku membayangkan bila aku menikah dan memiliki anak bersama Gaby. Aku tersenyum gesrek.

"Hayo mikir apa?!" Gaby mengejutkanku.
"eh gapapa kok" balasku.
"tuhkan pasti mikirin yg gabener! Mesum!" Gaby membuat gesture melindungi tubuhnya dan menjauhi ku.
Jelek banget pikirannya kalo ke aku" balasku kesal.
"hahaha… jangan mikirin buatnya aja, mikirin ngerawatnya juga!" Gaby meledekku.
"Yeeee kamu ya bener bener!" Balasku mencubitnya.
"Gab. Kamu bisa masak nasi goreng?" tanyaku padanya.
"eh… bisa sih, kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanyanya kembali.
"gapapa, karena aku mau anakku dimasakin nasi goreng setiap pagi sama mamanya" jawabku padanya.
"Aaah so sweet~" Gaby memukul bahuku.

Kami berdua tertawa kecil bersama.

"ADUUH!!" tiba-tiba terdengar suara michelle yg mengaduh.
"loh kamu kenapa?" tanya Gaby yg berlari kearahnya dan ku susul dari belakang.

Aku melihat michelle yg terduduk sambil memegangi pergelangan kakinya, sepertinya ia terjatuh dan terkilir. Baju polosnya juga setengah basah dan terkena noda berwarna hijau. Namun didepannya nampak seorang penjaja es keliling yg sedang merapikan dagangannya yg berserakan di tanah, sebagian sudah tumpah dan ada yg masih bisa diselamatkan.

"Kalo jalan tuh liat liat!" Michelle berkata dengan nada tinggi.
"Maaf mbak." tukang es itu berkata sambil menunduk.
"yaampun jadi basah semua, mana kaos gw jadi kotor gini. Kalau gak bisa ilang gimana? Mahal tau" michelle begitu kesal.
"Aduh mbak, mohon maaf mbak" Tukang es itu menundukan kepala beberapa kali meminta maaf.

Feni dan Diani membantu memberdirikan Michelle, sedangkan Gaby mengecek apakah ada luka di tubuhnya. Tukang es itu berdiri setelah merapikan dagangannya yg jatuh. Feni berbisik kearahku menjelaskan apa yg terjadi. Ternyata Michelle yg sedang bercanda dengannya sambil berlari, tak sadar didepannya terdapat si bapak tukang es dan akhirnya mereka bertabrakan. Aku mengangguk tanda mengerti.

"pak, gapapa?" tanyaku pada si bapak.
"iya mas gapapa, maaf ya mas, mbak." si bapak kembali meminta maaf.
"Pake mata kalau jalan!" Michelle kembali marah pada si bapak.
"michelle cukup. Pak, es yg jatuh jadi berapa? Dan es yg masih bisa diminum saya beli sekalian. Kebetulan kyaknya ada 5 yg bisa diminum ya" Aku menghitung es yg ada di nampan si bapak.
"Eh mas gak usah mah. Ini udah jatuh" tolak si bapak memberikan minumannya padaku.
"udah gapapa pak. Maafin temen saya ya" kataku sambil menyerahkan 3 lembar 100 ribu, "ini semoga cukup ya pak"

Si bapak terkejut dan matanya berkaca-kaca, ia meminta maaf sekali lagi dan berterima kasih padaku sembari memberikanku doa. Aku mengambil ke lima es itu darinya sambil mengantarnya pergi. Aku memberikan mereka berempat es itu. Gaby dan Feni meminumnya cepat, sepertinya mereka sudah kehausan. Diani juga meminum es itu. Aku meminum es dari si bapak. es yg begitu segar dan manis, cocok sekali untuk taman bermain indoor seperti ini. Aku memberikan es itu pada Michelle yg nampak masih kesal.

"Gak mau!" tolak Michelle.
"enak tau" aku kembali menawarinya.
"apasih udah jatoh, yg buat juga gak punya mata. Pasti gak enak!" tolaknya kembali.
"Michelle cukup! Kalau kamu gak mau yaudah" balasku sedikit kesal karena tingkahnya.

Setelah kami selesai minum, kami berniat untuk melanjutkan bermain. Namun aku melihat Michelle yg nampak kesulitan berjalan.

"kenapa?" tanyaku padanya.
"gapapa" balasnya singkat.

Ia berusaha menutupi jalannya yg terpincang-pincang. Nampaknya kakinya terkilir saat bertabrakan tadi, aku dapat melihat pergelangan kakinya sedikit memar. Aku mengambil es batu dari es yg ku pegang, aku berjongkong di depan Michelle yg membuatnya kebingungan. Aku menempelkan es batu di kakinya yg memar itu. Namun Michelle malah meringis kesakitan, nampaknya ia terkilir cukup parah.

"Michelle terkilir, jadi aku harus anter dia ruang kesehatan." kataku pada Gaby, Diani dan Feni.
"Aku gapapa!" kata Michelle kembali.
"Udah diem, pala batu banget sih!" kataku kesal.
"Yaudah toh kakak juga gak lanjut main wahana lagi kan, sekalian kak Yusa istirahat juga disana" kata Diani yg disetujui Gaby dan Feni.
"Yaudah kalian have fun ya!" kataku pada mereka.
"Oh iya, Gab…" Aku melihat kearah Gaby.
"iya iya. Nanti aku ditengah mereka berdua kok biar gak di peluk cowok lain" Balas Gaby sambil tersenyum.
"hehe oke!" aku memberikan jempol.
"BUCIN!" kata Feni dan Diani bersamaan.

Mereka bertiga meninggalkan ku dan Michelle yg masih dengan egonya berusaha berjalan. Aku mengikutinya dari belakang, melihatnya yg berjalan terpincang-pincang mencoba mengikuti ketiga gadis tadi. Aku kesal melihat egonya yg begitu tinggi, namun kegigihannya begitu tinggi membuatku terkesima. Aku berjalan menuju kedepannya dan berjongkok memunggunginya.

"naik, ayo kita ke ruang kesehatan" Aku menyuruhnya naik ke gendonganku.
"Hah?!" Michelle nampak terkejut.
"Naik" kuulangi kata-kataku.
"Aku bisa jalan!" Balasnya padaku.
"kalau kamu jalan sendiri, yg ada kita baru sampai pas Dufan tutup. Cepetan naik atau gw tinggal!" aku masih berjongkok.
"hmmm… yaudah, tapi ini karena lo yg nyuruh ya bukan kemauan gw!" balasnya.

Michelle nampak ragu, namun kembali ia meringis karena kesakitan. Namun akhirnya ia naik keatas punggungku. Nampaknya rasa sakit berhasil mengalahkan egonya itu. Ia merangkulkan tangannya di leherku agar tidak terjatuh, aku menggendong tubuhnya dibelakang dan membawanya ke ruang kesehatan. Sepanjang jalan orang-orang melihat kearahku dan Michelle, mungkin mereka berfikir bahwa kami adalah sepasang kekasih. Aku dapat merasakan dada Michelle menekan punggungku dan pantatnya yg kencang di tanganku. Namun aku berusaha menahan nafsuku dan tidak mencari kesempatan.

"Tangan!" kata Michelle sambil memukul lenganku.
"sorry… salah sendiri pake hotpants, kan gw bingung harus pegang dimana…" Balasku.
"Hah?!"
"maksud ku bingung pegang yg mana" balasku lagi.
"Eh maksudku bukan aku mau pegang pegang. Siapa sih yg gak mau pegang… eh maksudnya aku bingung… ah gitulah!" aku berusaha meluruskan namun sepertinya malah memperkeruh.

Michelle hanya terdiam, sepertinya aku berhasil membuatnya mengerti. Tak berapa lama akhirnya kami sampai di ruang kesehatan. Ruangan itu nampak sepi dan hanya nampak seseorang yg bertugas menjaga disini.

"halo mbak, temen saya terkilir" kataku padanya.

Setelah aku menjelaskan, Ia membukakan ruang kesehatan itu, aku menurunkan michelle di kasur. Petugas itu mengambil P3K lalu memeriksa kaki michelle, memberinya sedikit pijatan dan cream serta membalutnya dengan perban. Setelah itu ia berkata kepadaku untuk menjaga Michelle dan membiarkannya istirahat, petugas itu meminta izin untuk pergi sebentar menuju ruang kesehatan lain dan memintaku menjaganya sementara sembari menjaga Michelle. Akhirnya aku memutuskan masuk ke ruang tempat Michelle dirawat dan duduk di kursi yg terdapat disana.

"gimana?" tanyaku pada Michelle yg duduk diatas kasur.
"mendingan" Balasnya.
"bagus deh" balasku kembali.

Kami berdua terdiam, aku memang tidak terlalu mengenal Michelle. Hanya dari theater dan Gaby saja. Ini pertama kalinya kami benar-benar berdua dan mengobrol. Michelle yg kukenal adalah orang yg high dan keras kepala sehingga aku sudah menjauhkan diri sebelum mengenalnya.

"kak, maaf ya soal yg tadi" Michelle tiba-tiba meminta maaf padaku.
"hah, untuk apa?", tanyaku.
"yg sama tukang es tadi." kata Michelle menunduk.
"oh, iya gapapa kok" balasku tersenyum, aku tak menyangka ia memiliki sisi seperti ini.

Ia kembali terdiam, sepertinya ia benar-benar menyadari perbuatannya tadi.

"aku kalau udah emosi kyak gitu kak. Suka keceplosan dan gak sadar" katanya.
"padahal aku tau aku pasti nyakitin orang" katanya kembali.

Aku menghampirinya dan duduk dikasur itu, kini aku berada tepat disebelahnya. Bila dilihat dari dekat, ia memang begitu cantik. Wajah orientalnya itu memang membuat orang mudah jatuh hati padanya. Aku tersenyum padanya, ia menatapku.

"iya gapapa, gak usah difikirin" balasku.
"aku juga mau minta maaf kalau tadi agak kurang ngajar pas gendong kamu" Aku balas meminta maaf padanya.
"iya gapapa kok, anggap aja itu bayaran karena kakak udah gendong aku haha.",balasnya terkekeh.

Akhirnya kami mengobrol kesana kemari, Aku senang karena kecanggungan kami sudah mencair. Ternyata ia menyenangkan untuk diajak berbicara dan cukup nyambung denganku yg juga menyukai jepang dan Sci-Fi seperti dirinya.

"Kak, biar kau lebih disukai orang dan gak dibenci tuh harus gimana sih?" Michelle bertanya padaku.
"kamu harus berubah dari Michelle yg kamu tau" Balasku.
"aku gak ngerti kak. Misalnya gini…" Michelle nampak berfikir sejenak.
"misalnya aku mau kakak jadi suka sama aku, menurut kakak aku harus gimana?" tanyanya kembali.
"hmm…" aku berfikir berusaha mencari kata-kata yg tepat.
"menurutku kamu harus terbuka sama aku, gak boleh ada yg kamu tutup tutupi lagi. Kita saling terbuka satu sama lain…" balasku.

Michelle nampak berusaha mencerna kata-kataku barusan, iya berfikir dan kini menatapku tajam.

"maksudnya" tanyanya kembali.
"iya, kamu harus tanggalkan semuanya, literally semuanya… karena aku tau kamu luarnya aja, sedangkan aku gak tau gimana dalamnya. Jadi kalau kamu kasih unjuk luar dan dalam, pandanganku ke kamu pasti berubah" jelasku.
"Eh…. Serius harus begitu kak?" Michelle nampak terkejut.
"Iyalah serius, ngapain aku boong. Kalau kamu mau disukai orang dimulai dari aku, ya kamu harus bikin aku tau gimana kamu." balasku lagi.

Michelle kembali terdiam dan berfikir, ia sesekali melirikku dan membuang mukanya. Ia nampak terlarut dalam fikirannya sendiri. Sepertinya kata-kata tepat membuatnya berfikir untuk berubah, menjadi Michelle yg lebih baik dari sebelumnya. Tak berapa lama setelah itu, michelle kembali melihat kearahku.

"harus sekarang kak?" Michelle kembali bertanya.
"iyalah sekarang, kalau dimulai lebih cepat kan lebih bagus" balasku meyakinkan.
"tapi kak… aku belom pernah" Michelle nampak kebingungan.
"gak akan pernah kalau gak dicoba, selagi ada aku yg mau bantu." aku tersenyum kepadanya.

Michelle menunduk, sepertinya ia kembali menimbang nimbang. Aku tau ini pasti berat buat orang seperti dia. Dia yg terbiasa hidup sebagai ratu harus mencoba hidup bersama sama masyarakat di bawahnya, pasti berat dan sulit buat dia.

"Oke kak kalau gitu" Michelle menarik nafas panjang.

Ia melepaskan kaos putihnya yg basah itu, juga bra berwarna tosca jatuh begitu saja saat tali pengikat yg menggantung dileher iru ia lepaskan. Aku melongo melihat tubuh putihnya yg seksi, setiap gerakannya yg membuat dadanya berguncang membuatku menelan ludah. Putingnya yg kecoklatan seperti memanggilku mendekat. Michelle membuka kancing hotpantsnya dan bersiap membuka hotpantsnya itu.

"Chelle kamu ngapain?!" tanyaku mencegahnya.
"loh katanya aku harus terbuka?" balasnya sambil menutupi dadanya.
"maksudku bukan gini… aduh" aku menepuk jidatku sendiri.
"oh maksud kakak sama sama terbuka? Oke!" Michelle menarik kaosku untuk dibuka.
"stop! Dengerin dulu!" aku menghentikan michelle.

Michelle kini duduk didepanku dengan tubuh bagian atas yg sudah tidak mengenakan apapun, ia menatapku kebingungan. Aku kembali menelan ludah melihatnya. Setelah sedikit berfikir aku mengerti bahwa sebenarnya Michelle adalah anak yg polos dan tidak memiliki teman. Aku mengerti mengapa sifatnya begitu menjengkelkan, ia tidak mengerti cara berinteraksi dengan orang. Dia hanya anak yg terlalu jujur. Aku sedikit melirik kearah Michelle yg masih menatapku, "adik" ku mengangguk angguk ketika melihat tubuh telanjangnya itu.

"kamu salah Chelle" kataku dengan nada kecewa.
"salah gimana kak? Aku gak ngerti deh masa kita harus ngobrol sambil telanjang?" Michelle kebingungan sendiri, kan lu sendiri yg asal bugil!
"harusnya kita saling terbuka dan membuka, kamu buka aku lalu aku yg buka kamu" jelasku asal.
"aku pake lagi dong?" tanyanya.
"kamu harus dihukum" kataku mendekat.
"hah ada hukumannya?" Michelle terkejut.
"iya, yg melanggar aturannya harus menerima apa yg dilakukan oleh yg dilanggar" kataku dengan wajah sok tau.
"oh gitu ya kak? Okey, tapi kalau kakak melanggar aku boleh ngapain aja kan?" Michelle tersenyum senang.
"hanya ditubuh ya, bukan tiba-tiba kamu minta mobil sama aku" balasku sambil menyentil hidungnya.
"hehe ketauan ya…" Michelle tertawa kecil.

Ku pegang perutnya yg seksi itu, kususuri tubuhnya keatas menuju payudaranya. Tanganku bergerilya di sekitar payudaranya, memutari bulatan payudaranya yg indah sebelum menangkup keduanya dari bagian bawah.

"nnngggghhhh" Michelle terkejut dan mengerang.
"Kak…" Michelle menatapku bingung, ia pertama kalinya merasakan sensasi itu.

Ku remas kedua payudaranya pelan, lembut, membuat Michelle mulai bergerak gundah. Remasanku di dadanya itu membuatnya memejamkan mata, nafasnya mulai memburu. Tangannya menggenggam tanganku mencoba menghentikan ku.

"inget peraturannya" kataku tersenyum.
"tapi kak, geli, trus aneh gitu…" balasnya sambil memejamkan matanya.
"enak kan?" tanyaku kembali, tanganku menyentuh ujung putingnya.
"Nnnghhhh aaah…. Geliii…." Michelle menggenggam tanganku semakin kuat.

Kedua jari telunjukku mengelus putingnya, sedikit ku tekan dan kuputari ujungnya dengan jariku. Putingnya yg kecoklatan mulai mengeras. Bentuknya benar-benar indah, menggairahkan sekali. Kupilin putingnya itu dengan tangan kananku dan tangan kiriku kembali meremas payudaranya. Michelle tak henti mendesah.

"puting kamu bagus banget…" Kataku membisikinya.
"Nnghhhhh bagus gimanahhh?" Michelle membalas dengan nafas yg memburu.
"bagus, warnanya dan bentuknya… boleh aku hisap?" tanyaku sambil menghisap putingnya tanpa persetujuanku.
"aaaahhhh kak…. Susunyahh… gak bakal kelluarrghhh" Michelle mendesah keras.
"aaaanhhh kak Yusaaa" desahnya saat lidahku menggelitik putingnya.

Michelle yg mungkin baru pertama kali dijamah pria menggelinjang, ia tak karuan menerima perlakuanku. Kuberikan gigitan kecil dan kusedot sedot, sesekali kupilin sambil menatap wajahnya yg merah akibat nafsu. Nafasnya yg tersengal sengal begitu seksi, bibirnya yg ia gigit membuatku semakin nafsu. Ku hisap dan kuremas payudaranya bergantian, Michelle menekan kepalaku agar semakin memberikannya kepuasan.

"HYAAAAHHHHHHHHH….!!!" Michelle mendesah dengan kencang.

Tubuhnya melengkung, wajahnya menengadah keatas dan tubuhnya belingsatan. Nafasnya yg memburu dan desahannya yg bagaikan musik ditelingaku membuatku tersenyum senang, Michelle begitu seksi saat mencapai orgasmenya. Rambutnya yg telah lepek oleh keringat, peluh yg membasahi tubuhnya yg topless dan desahannya benar-benar menggairahkan. Tubuhnya rebah di kasur dengan mata terpejam.

"buka ya?" Tanyaku pada Michelle.

Michelle tidak menjawab, ia terlarut dalam orgasmenya. Kubuka hotpantsnya itu, dalam sekali tarik aku telah menanggalkan hotpants dan celana dalam berwarna kuningnya. Kini terpampang vagina berbulu tipis yg memiliki permukaan tembam, kubuka lebar pahanya dan aku terkesima. Dihadapanku terlihat sebuah vagina yg bersih terawat berwarna merah segar. Sedikit basah akibat orgasmenya tadi yg membuatnya mengkilap menggiurkan, vaginanya begitu harum. Aku menelan ludah beberapa kali saat melihat vaginanya itu, Michelle menggigit jarinya dan menatapku sayu. Terkadang ia mendesah pelan akibat hembusan nafasku yg mengenai vaginanya.

"vagina kamu bagus juga" pujiku pada Michelle.
"mmmhhh… iyakah?" Tanya Michelle, wajahnya memerah malu akibat pujianku yg vulgar.
"kak…" Michelle memanggilku pelan.
"Iya?" balasku.
"kakak gak buka juga?" tanyanya padaku.
"ah iya!" jawabku.

Mungkin bila ada yg mencatat, aku telah mendapat rekor sebagai pembuka celana tercepat. Saat ini tubuhku sudah telanjang bulat dengan penis mengacung tegak dihadapan Michelle yg berbaring dengan tubuh yg juga telanjang. Dua pasang insan tanpa status dalam keadaan telanjang ditempat umum, suasana yg mesum sekali.

"Yes!!" Michelle tiba-tiba berteriak senang.
"kenapa Chelle?" tanyaku kebingungan.
"Kakak kejebak! Kakak buka snediri, berarti sekarang kakak yg harus di hukum!" Michelle melipat tangannya di dada dan tersenyum bangga.
"yaampun dia masih mikir soal rules asal ku?" pikirku dalam hati.
"oke deh, silahkan hukum aku nyonya" balasku pasrah.

Michelle berfikir sambil sesekali melihatku. Aku yg tak sabar sedikit mengelus penisku agar tetap mengacung. Michelle tiba-tiba tersenyum lalu mendekatiku. Ia tersenyum didepanku.

"kak, kalau kamu kan tadi ngelakuin sesuatu ke aku… kalau aku minta kamu ngelakuin sesuatu buat aku boleh gak?" Michelle bertanya padaku.
"apa itu Chelle?" tanyaku padanya.
"aku mau yg kyak tadi, apa itu namanya… yg rasanya aneh tapi nghh itu" Michelle yg tidak tau kata orgasme mencontohkannya dengan gerakan.
"oh kamu mau minta itu lagi? Emangnya kenapa?" Tanyaku memancing.
"mmmhh… enak kak, aku gak tau ada yg seenak itu." Michelle mengambil tanganku untuk meremas dadanya kembali.
"aku bisa kasih yg lebih enak…" tawarku.
"serius kak?! Lebih dari yg tadi?!" Michelle nampak excited dan berbinar.
"iya. Tapi kamu harus ikutin arahan aku." jawabku.
"apatuh?" tanyanya.
"pernah ciuman?" tanyaku padanya.
"kalau itu aku pernah, sama temenku juga kalau bercanda suka cium bibir" balas Michelle.
"oke…"

Sebenarnya aku ingin menghentikan ini, namun entah mengapa Michelle membuat ku candu. Aku mendekatkan wajahku, Michelle yg awalnya canggung kemudian mengerti. Bibirku telah mengecup bibirnya. Empuk dan manis, sensasi yg membuatmu bergairah. Aku ingin merasakan bibir ini di penisku segera, namun aku tau bahwa aku tidak boleh terburu-buru. Michelle dengan mudahnya mengimbangi permainan lidahku, sepertinya ia tidak sepolos Diani karena ia mengerti berciuman. Kucium bibirnya hingga kehabisan nafas.

"hhhhh kok ciuman kakak beda?" tanya Michelle.
"lebih enak kan?" tanyaku dibalas anggukan olehnya.
"nah kamu tau penis?" tanyaku.
"alat kelamin cowok, buat pipis" balas Michelle bangga.
"nah betul, ada lagi fungsinya, buat bikin kamu dapat kenikmatan dan buat bikin bayi." tambahku.
"bisa bikin aku nikmat? Gimana caranya?" tanya Michelle sambil menyentuh penisku tiba tiba.
"ngghh… Chelle" lenguhku terkejut.
"loh kok kakak yg enak?" ia kebingungan, tangannya terus bergerak di penisku karena penasaran.
"iya kalo cowok ngerasa enak kalau penisnya dirangsang." balasku sambil menikmati tangan Michelle.
"hmmm aku juga mau bikin kakak nikmat. Ajarin!" Michelle memperhatikan penisku terkesima.

Aku menuntun Michelle untuk mengocok penisku, meskipun kaku namun tangannya begitu halus dan lembut. Aku melepaskan tangannya ketika iya menemukan ritmenya sendiri, matanya menatap penisku dan ia menganga melihat penisku yg semakin tegak dan membesar.

"eeehhh kok bisa gituuu…" Michelle terkejut dan tertawa.
"bisa lebih gede lagi loh" balasku sambil mengelus kepalanya.
"gimana?" tanyanya penasaran.
"nghh sama kyak kamu, penisku bisa enak kalau kamu mainin pakai mulut. Se kreatif kamu" balasku sambil merebahkan diri di kasur.

Kini tubuh telanjang Michelle menungging, kepalanya sejajar dengan penisku. Ia kembali berfikir lalu kemudian menciumi penisku. Ia mempraktekan setiap perlakuanku di dadanya tadi. Ia mencium, menghisap, meremas, dan bahkan menjilati penisku. Tangannya tak henti mengocok dan kepalanya naik turun menghisap penisku. Meskipun kaku namun ia memiliki bakat alami, tidak salah aku membantunya mengembangkan bakat saat ini. Mulutnya benar benar memanjakan penisku, gerakannya yg kaku dan kasar serta caranya memblow job yg baru ia coba membuatku blingsatan. Perlakuannya pada penisku begitu tak terduga dan memberikan efek kejutan.

"Puaaaaah… capek, mana ilerku ke mana mana." Michelle tertawa kecil sambil mengelap liurnya.
"Chelle. Cukup, katanya kamu minta dibuat enak lagi. Kok malah aku yg dibuat enak?" tanyaku padanya, berusaha mengalihkannya agar aku tak cepat-cepat orgasme akibat mulutnya.
"Oh iya hahaha. Abisnya kakak keliatan keenakan trus seru juga sih ituin penis kakak…" balasnya padaku.
"oke langsung ya!" aku merebahkan tubuh Michelle.

Aku menidurkan tubuh Michelle diatas kasur ruang pengobatan ini. Tubuhnya merebah pasrah dibawahku, menunggu dan bertanya tanya apa yg akan aku lakukan padanya. Tanganku menggenggam tangannya lembut, memberikan kenyamanan padanya. Kuarahkan penisku ke vaginanya, kubasahi dengan liurku agar lebih licin. Kepala penisku telah menyentuh bibir vaginanya.

"nghhh kak…" Michelle mengerang saat penisku bersentuhan dengan vaginanya.
"tahan ya…" Kataku sambil tersenyum.

Kuarahkan penisku di vaginanya. Keraguan muncul di kepalaku saat ini, seorang gadis muda yg bukan siapa siapaku akan kuambil harta berharganya. Namun Michelle sendiri lah yg menyerahkan dirinya padaku, jadi ini bukan salahku sepenuhnya. Kepala Penisku sudah masuk dan menyentuh selaput daranya, kembali keraguan muncul di kepalaku. Namun ketika aku melihat Michelle yg mengerang nikmat membuat keberanianku kembali.

"AAAAARRRRGGHHHHH!!!" Michelle mengerang kesakitan.
"aaahhh…" aku melenguh ketika penisku berhasil menerobos selaput dara vagina Michelle.
"AAHHH KATANYA ENAAK… KOK SAKIT…" Michelle meronta kesakitan bersama dengan darah segar yg mengalir dari vaginanya.

Sebelah tangannya mencengkram tanganku dan tangannya yg lain meremas kasur kuat kuat. Aku menahan penisku didalam sana hingga sakit di vaginanya mereda, Michelle menatapku dengan wajah marah dan takut. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum menenangkan, kukecup bibirnya lembut agar ia teralihkan.

"Aaaaaarrrggghhhh….." Michelle mengerang kembali.
"sakit?" balasku sambil menggerakan penisku pelan.
"Nnnngghhhhhh………" Michelle memejamkan matanya, cengkraman tangannya mengendur.
"aku coba lagi ya, kalau masih sakit aku cabut aja…" balasku mencium pipinya, Michelle membuka matanya dan menatapku.

Kembali ku gerakan penisku masuk kedalam vaginanya, penisku bergerak maju mundur pelan hingga vaginanya terbiasa. Perlahan goyangan pinggulku kupercepat, erangan kesakitan mulai berubah menjadi desahan di mulut Michelle.

"gimana, cabut?" Tanyaku sambil menggoyang pinggulku.
"nggghhh… enak…" Michelle mulai menikmati hujaman penisku.

Kupegang kedua pahanya, sejak tadi aku sudah tidak sabar untuk menikmati vaginanya yg begitu menggigit ini. Entah mengapa vaginanya begitu memijat dan dalam, seperti tidak berujung dan memuaskan. Kuhujam vaginanya dalam, ingin sekali ku jelajahi sampai ujungnya. Tubuh Michelle tergoyang goyang pasrah, ia mencengkram kasur menuruti permainan ku.

"Aaaaaahhhh Uuuuhhhh Aaaahhh" Michelle terus mendesah seirama goyangan tubuhku.
"enak banget kamu Chelle!!" Pujiku sambil terus menggoyangkan pinggul.
"Kakak jugaaaa" Michelle menggigit bibirnya sendiri.

Ku peluk tubuh kecilnya yg indah itu, payudaranya yg sejak tadi berguncang guncang membuatku semakin tergiur menikmatinya. Michelle meremas rambutnya yg berantakan, kenikmatan yg ia tidak mengerti menjalar di tubuhnya. Ia terus mendesah ketika semakin cepat goyangan pinggulku menghujam vaginanya.

"AAAAAAAHHHHH!!!" Michelle mendesah panjang dan tangannya mencengkram tanganku kuat.

Aku mencabut penisku ketika orgasme telah menjalari tubuhnya, kupeluk tubuhnya yg mendapatkan kenikmatan itu. Nafasnya yg memburu begitu terasa di wajahku. Michelle meresapi orgasme yg melandanya. dadanya yg naik turun dengan cepat akibat gelombang orgasme itu perlahan mulai mereda.

"Enak banget… hhhhh…" Michelle tersenyum kearahku yg kubalas dengan senyuman.
"aku belom nih" Pintaku padanya.

Aku mengocok penisku sendiri didepan wajahnya, ia menatapku sayu dengan nafas tersengal sengal. Tak butuh waktu lama, penisku telah sampai batas kekuatannya.

"Chelle!!" Aku meneriakan namanya ketika penisku menembakan isinya.

Spermaku menembak sebanyak 6 kali dan mengenai wajah, rambut, bibir dan pipinya, Sebagian terjatuh menetes ke lantai. Michelle memejamkan matanya terkejut, lucu sekali ketika ia mengintip apakah tembakan spermaku telah berhenti atau belum. Ia menatapku bingung namun kemudian tersenyum.

"oh cowok kalo enak keluar ini ya? Tapi bau…" Michelle mencolek spermaku dengan jarinya dan mengendusnya.
"itu sperma…" balasku.
"oooh. Aku tau, kalau keluarnya di dalam vagina bisa jadi pembuahan dan ada janinnya. Hamil kan? Untung di muka" Michelle tertawa kecil.

Michelle memandangi spermaku dan memainkan di jarinya. Ia menjilat jarinya sendiri mencoba rasanya spermaku, kemudian memasang wajah aneh yg membuatku tertawa.

"hehehe aneh rasanya…" kata Michelle padaku.
"Haha bersihin gih, masa kamu mau keluar belepotan gitu." Kataku pada Michelle.
"iya, ambilin tissue ku di tas. Kaki aku kan masih sakit", Michelle menunjuk tasnya.

Kuberikan tissue dari tasnya. Kuambil juga sedikit tissue untuk mengelap lantai, sebagian kugunakan untuk mengelap penisku dari darah dan sperma. Michelle membersihkan wajahnya sendiri dengan tissue dan juga mengelap vaginanya. Kami berdua pun merapikan diri dan memakai kembali pakaian kami. Ia menatapku seperti ingin bertanya namun ia urungkan.

"kenapa Chelle?" tanyaku padanya.
"aahh enggak… aku mau nanya. Berarti aku udah gak perawan ya?" tanya Michelle padaku.
"ehhh ng… iya Chelle" balasku padanya panik.
"hmm… jadi kakak cuma boongin aku ya?" Michelle melipat tangannya didada.
"eh gak dong. Kan buktinya kita jadi dekat, dan kamu benar-benar ngerasa enak kan?" balasku pada Michelle.
"em iyasih…" wajah Michelle memerah malu.
"kakak pikir aku sepolos apa… aku tuh anak hits kali! Aku tau soal ginian dari cerita temen-temenku!" balasnya dengan wajah kesal.
"Loh jadi?!" Aku menganga terkejut.
"iya aku cuma ikutin permainan kakak aja. Pengen tau kakak mau ngapain…" Michelle menatapku sinis, "tapi ternyata cara kakak pinter banget bikin aku mau dan terpancing"
"lagi pula aku juga penasaran sih hahaha" balasnya tertawa.
"jadi…" balasku yg bingung.
"ya gapapa. Makasih ya kak pengalaman pertamanya!" balas Michelle sambil mencium pipiku.
"eh iya… makasih juga" balasku tersenyum.

Ternyata sekarang sudah pukul 17:36. Langit diluar mulai menjadi oren, menandakan sebentar lagi malam akan tiba. Di handphone kami terdapat banyak panggilan tak terjawab dari Feni, Diani dan Gaby. Aku pun membopoh Michelle yg sudah mulai bisa berjalan sampai ke mobil.

"hehe aku kira langsung sembuh kalau abis gituan" kata Michelle padaku.
"ya kali Chelle haha" kami berdua tertawa bersama.
"Kak… aku tinggal sama kakak ya?" kata Michelle padaku tiba-tiba.
"hah?!" aku kembali terkejut akibat permintaan anehnya.
"haha aku cuma pengen kakak enakin kyak tadi aja sih. Jadi kepikiran tinggal sama kak Yusa." Michelle meledekku.
"jangan lah, nanti Gaby ngamuk…" balasku padanya, "lagian tetanggaku kan Feni sama Diani."
"haha oh iya, yaudah berarti aku ada alasan main ke apartemen kakak" balasnya lagi.
"main mah main aja" Balasku.
"yes I'll come, nanti kakak masakin juga ya." balasnya dengan wajah penuh harap.
"absolutely, tuan rumah harus menjamu tamunya" balasku tersenyum.
"jamuan dimeja dari kak Yusa, jamuan di kamar dari aku" kata Michelle sambil mengedipkan sebelah matanya.

Dari jauh kami dapat melihat Gaby, Feni dan Diani yg telah menunggu dengan wajah lelah. Kami berdua meminta maaf dan memberikan alasan mengapa lama dan sulit di hubungi, Michelle lah yg membuatkan alasan dan aku hanya mengangguk mengiyakan. Mereka bertiga percaya kepada kami dan memasuki mobil. Sepanjang perjalanan mereka semua tertidur, kuantar mereka satu persatu pulang. Seperti biasa aku mengantarkan Gaby pulang paling terakhir.

"sayang udah sampe" aku membangunkannya.
"ah udah sampe?" balasnya setengah tertidur.
"haha capek banget ya? Mau di gendong sampe atas?" tawarku padanya.
"gak usah, nanti bekas gendong Michelle ilang karena aku." balasnya sambil tersenyum, yg aku tau itu adalah senyum menyindir.
"kan aku cuma bantuin dia sayang…" Balasku.
"hahaha becanda aku. Makasih ya udah nemenin aku liburan walaupun gak mau, makasih juga udah bantuin Michelle. Kamu baik banget sih… bikin sayang terus!" ia tersenyum padaku, senyum termanis se galaxy andromeda.
"harusnya aku yg makasih karena aku sama Michelle…" balasku dalam hati.
"haha biasa aja kok. Yaudah gih, selamat istirahat ya sayang" aku mengusap rambutnya sebelum ia turun dari mobilku.
"hati hati ya kamu, langsung istirahat juga. Bye!" ia keluar dari mobilku.
"bye!" balasku sambil melongok melihat dia keluar.

Cup!

Sebuah ciuman mendarat di bibirku. Ciuman itu berlangsung sebentar. Aku dapat melihat wajah Gaby memerah dan berlalu pergi memasuki apartemennya, aku hanya terpaku melihat kepergiannya dari dalam mobilku. Terkejut bercampur rasa tak percaya berkecamuk didalam dadaku. Gaby menciumku, ciuman pertama kami. Aku tak tau apakah ini ciuman pertamanya, namun meskipun ini bukan ciuman pertamaku. Rasa deg-degan dan perasaan canggung kembali terasa seperti kala pertama berciuman. Aku masih tak percaya dengan yg barusan terjadi, aku sangat yakin saat ini wajahku memerah seperti kepiting. Aku memacu kendaraanku menuju apartemen dengan wajah sumringah senang.

Happy Holiday!

-Side Story end-
 
Ngga apa-apa nanti saya yg Ekse Gaby
Jauh jauh!!
gak masalah gak ada ekse nya hu... drama nya udah dapet banget 😍
Sudah update hehe
Tapi ada kak Yusa disuapin ci Eril ga hu?
Ckck
Masih memantau. :baca:
Update
meski gak ada adegan sexual intercourse, tetep hot banget nih, kerasa ngalir. Cuma nih ada satu hal yang ganjal dari saiya tuan.


bahasa sundanya rancu pisan, hihi. mungkin niatnya mau ngetranslate "ngelepas aja yang jago, masangnya lucu" kalo gitu jadinya ya?
eh maaf bukan maksud menggurui tuan :shakehand
saiya siap bantu kalo tuan butuh translate ke bahasa sunda ok.
Sudah diperbaiki ya, maaf.
Belum terlihat ya updatenya. :baca:
Sudah update
 
"aaahhh…" aku melenguh ketika penisku berhasil menerobos selaput dara vagina Michelle.
"AAHHH KATANYA ENAAK… KOK SAKIT…" Michelle meronta kesakitan bersama dengan darah segar yg mengalir dari vaginanya.
For some reason jadi kepengen yusa digigit jombi biar sangenya gak menjadi-jadi hahaha
 
Pantas ada nama lele di tag, trnyata memang jadi korban yusa juga. Tinggal yupi dan gaby yg ada di tag tapi blm menjadi korban yusa.
 
jadi setelah sekitar 20 episode misteri tag michelle akhirnya terungkap
dan untuk season 2 michelle bakal sering mampir nih? wkwkwk
siapa tau gitu kan, dah tau juga kalo tetanggaan sama diani julie feni
 
For some reason jadi kepengen yusa digigit jombi biar sangenya gak menjadi-jadi hahaha
Saya yg nulis aja pengen mukulin Yusa...
Ngawe di tempat umum, parah emang Yusange
Yusa belajar dari benji
Didi dilepas, Lele langsung nancep :kacau:

Yusange bener bener :marah:
Gak dilepas, ada teknik dalam dunia masak yg namanya "aging". Dimana makanan dibumbui lalu disimpan dalam waktu beberapa lama dengan metode tertentu (biasanya di keringkan atau di garami) agar lebih enak dan meresap bumbunya. Ya gitu lah Diani hehehehehe
Pantas ada nama lele di tag, trnyata memang jadi korban yusa juga. Tinggal yupi dan gaby yg ada di tag tapi blm menjadi korban yusa.
Gaby apus ah... Yupi sudah dihapus, cindy pun sudah, karena terpentok satu dan lain hal jadi tagsnya di rubah :(
Yusange, si sangean tapi takut kalau diajak main ke dufan :dance:
Yusa adalah definisi dari pria cupu yg baik hati dan ramah.
 
Buset buset yusange udah makin ga bener aja ngewe gak kenal tempat.
Alias mantap misyel side story favorit nih hehe
Memacu adrenalin, semakin ena hehe
ada cindy juga....jangan jangan mbul lagi :v
Gak, sudah dihilangkan dari tags haha. Karena sudah ada cerita as elegant as aurora, jadi gak enak ngebentrokin karakter mbul di cerita itu dengan karakter cindy di cerita saya sendiri haha.
jadi setelah sekitar 20 episode misteri tag michelle akhirnya terungkap
dan untuk season 2 michelle bakal sering mampir nih? wkwkwk
siapa tau gitu kan, dah tau juga kalo tetanggaan sama diani julie feni
Jangan sering sering deh, nanti Yusa mati muda kecapean hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd