Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SERI PETUALANGAN SURADI

Wah mantap ne cerita nya hu...aku baca nya estapet...sambil setia nunggu kelanjutannya..
Di lancroot kn suhu sampai tamat
Bravo suhu @Sumandono
 
keren banget ceritanya, walau banyak kisah di cerita UGI yang dibuat terburu2.

makasih suhu kisahnya.:beer:
 
4

Dewi mengambil remote, dia menyalakan TV LCD kecil dan proyektor yang ditempel di langit-langit. Kemudian terdengar sebuah lagu lembut pop tahun 90, beberapa detik kemudian layar menayangkan ilustrasi lagu tersebut.

Dewi, Siska dan Lani memesan makanan yang bersifat sayuran dan dimasak tanpa minyak. Sedangkan Suradi tak bisa menolak daging kambing muda yang sudah terlanjur dipesankan Dewi. Ketiga STW yang masih jelita itu secara pelahan mengubek-ubek, kalau tak boleh dikatakan menginterograsi, kedalaman pribadi Suradi. Tentang pekerjaannya, istri dan anaknya, minatnya dan lain-lain.

Suradi secara diam-diam paham maksud mereka.

Lani terkejut ketika Suradi menceritakan proyeknya di Kertajati, yang dia dapat dari Melinda Liem.
"Beneran Sur, elo kenal kak Linda, kenalan dimana?" Tanya Lani.
"Enggak sengaja sih, waktu di Singkawang. Aku diajak teman untuk ikut keroyokan proyek membangun sebuah hotel... keok sih, tapi ga pa pa lah, namanya usaha... Ketemu di resto, kami menempati single table yang letaknya ga berjauhan... dia menyangka aku orang lokal, atau setidak-tidaknya orang jawa yang sudah tinggal lama di situ... dia menanyakan suatu alamat... aku bilang aku dari Cimahi baru dua hari di Singkawang... dia tertawa."
"Terus?" Tanya Lani. Siska dan Dewi menunggu jawaban Suradi.
"Dia mendekat dan mengajak pindah ke Couple Table, katanya, aku belum pernah ngobrol sama orang Cimahi... aku sengaja godain dia... Jangan menyesal nanti ya... orang Cimahi bisa sangat ngangenin."

Huuuu.
Suradi tersenyum.
"Kami bertukar kartu nama, ngobrol sana-sini, terus dia bayarin bill."
"Terus?"
"Sudah. Aku pergi ke Pontianak, terus pulang ke Bandung."
"Hm. Kamu menyembunyikan sesuatu Sur." Kata Dewi. "Dia itu killer..."
"Maksudnya?" Tanya Suradi, sedikit heran.
"Sejak awal berarti dia sudah suka sama elo." Kata Lani. "Elo enggak akan dibiarin lepas... eh, beneran elo langsung ke Ponti?"
"I ya lah, soalnya si Kardi udah datang terus maksa-maksa ngajak pergi..."

Lani tiba-tiba tertawa.
"Kenapa emang?" Tanya Suradi.
"Kalau elo sempet liat roman mukanya, pasti dah dia kelihatan kecewa." Katanya.
"Si killer itu engga boleh liat cowok mateng, apalagi yang berpengalaman, matanya tajam banget." Kata Siska.
"Wah... wah... sanjungan macam apa ini!?" Kata Suradi.
"Kali-kali elo ceritain Wi waktu ditendang dari perusahaan si Hendrik... eh, sorri, dia kan bekas laki lo." Kata Siska.
"Males aku cerita ke kelean, entar ngiler lagi. Wew ah."

Dikeroroyok tiga STW bukan perkara mudah. Suradi hanya bisa mesam-mesem.

"Nah, Sur, elo harus jujur ya... jujur... siapa yang pesenin lo makanan ini?" Tanya Siska dengan tudingan kemenangan.
"Mbak Dewi? Emang kenapa?"
"Nah, lo. Wi ngaku aja!" Kata Lani.
"Apaan sih kelean ini, kita cuma temen... bener kan Sur?" Kata Dewi.
"Ya i ya lah temen." Kata Suradi.
"Masa temen ngipas-ngipasin asap biar berapi... hayo Wi, ngaku." Kata Siska.
"Kelean ini emang udah pada gila ya... gangguin kesenangan orang aja... kita cuman bernostalgik aja, bener kan Sur?"
"Bener."
"Tuh, kelean denger..."

Siska dan Lani tertawa penuh arti dan wajah Dewi terlihat masam.
"Nyesel aku ngundang kelean ke sini... pada ngiri."

Telpon berdering, dari Pak Amat. "Maaf." Kata Suradi.
"Pak, besinya molor nih... minta dipercepat pengirimannya."
"Kemarin emang janjinya sore, Pak." Kata Suradi.
"Tadi kita telpon katanya besok."
"Ah, masa sih? Ya udah saya telpon Sam aja sekarang."

Suradi memijit tombol.
"Sam, apa bener pengiriman besinya besok?"
"I ya bos, soalnya in stok sudah habis. Maaf bos."
Suradi menarik nafas berat.
"Batalin aja, gue punya." Kata Lani dengan setengah berbisik. "Stok gue banyak."

Suradi menatap Lani. Tajam.
"Soalnya malam ini besinya harus dipasang, Sam. Aku kan pesennya kemarin?"
"Maaf lah bos, seribu maaf."

"Batalin, pesen ke gue." Bisik Lani.

"Ya, udah Sam. Kalau begitu stop dulu. Anak-anak aku liburkan."
"Oke bos."

"Elo udah batalin?" Tanya Lani.
"Udah."
"Nah, sekarang elo telpon Kokoh gue dah. Nih pake HP gue."

Suradi terlibat pembicaraan di telpon dengan Kokohnya Lani. Ben. Adu tawar harga dan lain sebagainya.
"Pembayarannya cash apa transfer?" Tanya Suradi.
"Transfer aja, kalau sekarang masuk uang 25%, barang langsung dikirim." Kata Ben.
"Oke. Aku kirim sekarang ya, sisanya nunggu 2 atau 3 hari, paling lambat seminggu."
"Oke, makasih Pak." Kata Ben.
 
5

"Mungkin aku terlalu berharap banyak, ya, Sur?" Tanya Dewi ketika Siska dan Lani sudah pergi.
"Tidak, mBak. Aku juga kepengin sih sebetulnya, entahlah, mungkin aku lagi enggak mood."
"Aku enggak seneng kamu panggil aku, mbak. Dari dulu kamu menganggap aku lebih tua."
"Tidak, mbak... eh, Wi, kamu tidak lebih tua dari yang dulu pernah aku ingat." Kata Suradi.
"15 tahun Sur, wah, lama sekali itu. Tapi rasanya baru kemarin." Tiba-tiba Dewi mendekati Suradi dan menyenderkan kepalanya. "Kadang aku merasa cape menunggu seseorang."
"Emang kamu belum pernah dapat pengganti Hendrik?"
"Pernah. Tapi kadang mereka sering menuntut terlalu banyak, aku jadi males."
"Anakmu berapa sekarang, Wi?"
"Dua. Dua-duanya ikut papanya. Kamu?"
"Satu."
"Istrimu kerja juga?"
"Ya."
"Kehidupan keluargamu, gimana?"
"Akhir-akhir ini agak kurang sih... dia jadi sering curiga."
"Padahal?"

Suradi tertawa lembut.
"Yah. begitulah. Aku sering tergoda."

Dewi menatap Suradi.
"Menurutmu, apakah aku cukup seksi untuk menggodamu?"
"mBak, eh, Wi, kalau aku sekarang lagi oke, kamu sudah dari tadi aku naikin."
"Cobain yuk sekarang... aku pengen nih."
"Entahlah Wi..."
"Kamu diem aja, aku yang aktif."

Mereka saling berpandangan. Kenangan masa lalu ketika mereka masih muda pun berloncatan... mereka selalu melakukannya di setiap ada kesempatan. Waktu itu, Dewi masih sebagai sekretaris eksekutif sekaligus istri direktur utama dan Suradi masih sebagai mandor. Mereka bercinta pertama kali di gudang belakang. Dewi yang masih belum puas bercinta dengan Hendrik di ruang Dirut, masuk ke Gudang untuk onani tapi justru menemukan mandor itu sedang duduk menyandar dinding sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangan sambil memejamkan mata.
"Aduh mbak dewi..."

Dewi tersenyum senang melihatnya. Dia mengejutkan Suradi muda dengan menjawab panggilannya.
"Kamu manggil aku, Sur?"

Tentu saja Suradi muda terperanjat setengah mati. Dia hanya bisa melotot. Antara malu dan takut bercampur jadi satu.
"MBak bantuin ya ngocoknya." Kata Dewi sambil langsung mengemut kontol Suradi.

Waktu itu Suradi sama sekali tidak menduganya. Dia menganggap saat itu sedang bermimpi. Bahkan ketika kontolnya sudah masuk ke dalam liang memek Dewi dan menggenjotnya hingga munratkan pejuh, dia masih merasa bermimpi.

Mereka bercinta di Gudang itu sampai merasa benar-benar saling dipuaskan satu sama lain.

Sejak itu Dewi jadi ketagihan dan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Sampai akhirnya affair itu ketahuan oleh Hendrik. Ketika mereka sedang melakukannya di belakang meja Dirut, Hendrik datang dan menjadi gila.

Suradi dipecat. Dewi juga sama dipecat bahkan diceraikan.
 
Hahaha... Yang ditunggu suradi garap 3 stw, yg muncul pesan besi.. Hadeh, itu energi kambing muda lari kemana ya... Ayo part 5 sampe part garap 3 stw ditunggu.. Thanks updatenya
 
Wkwkwk bener.. udah mulai ngaceng eh malah ujungnya bahas besi.. šŸ¤£
Tapi belanja besi itu semacem akses dr lani buat suradi ke jenjang sepanjutnya yah om? šŸ˜
 
Bimabet
"Suradi dipecat. Dewi juga sama dipecat bahkan diceraikan." ... itu namana apes bin sial , tp sekarang jadi bebas mo ngecroot lancar jaya klo tidak ...

tankiyu dobel na
sehat selalu ....

biasa to be conticroot
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd