Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SERI PETUALANGAN SURADI

Dari abjad A == Z adakah yg gak suka peyempuan yg kinyis kinyis .... haduuuuh puyeng ane om .... walau cuma cerita pasti lah kenyataan itu pasti ada dan pasti dr A == Z pasti ada yg merasakan x hahaha
Jgn menghina jgn menghardik jgn pula mencela karena kalau kena muka sendiri baru ketawa sendiri
Salam hormat .... :semangat: :Peace:
 
WINDA... sambungan.


***
Pagi itu, hari ke-17, pada jam istirahat pertama, Winda menjajari langkah Suradi yang melangkah pelahan di koridor sekolah dekat toilet siswa.
"Om, Winda mau cerita. Penting. Di tunggu ya di tukang soto di depan sekolah. Jam 12."
"Ashiyap cantik. Tapi kenapa di situ tempatnya?"
"Pokoknya jam 12."

***​

Setengah jam Suradi duduk di tukang soto itu. Tapi Winda tidak muncul juga. Ketika Suradi menduga Winda tidak bisa datang, dia melihat Winda dan ibunya ke luar dari pintu gerbang sekolah. Mereka kelihatannya bertengkar. Ibunya memaksa Winda naik angkot tapi kelihatannya Winda menolak.

Ibunya kemudian naik angkot sendirian.

Winda celingukan sebentar, setelah menyebrang jalan dan memasuki warung soto ini, barulah Suradi tahu kalau Winda baru saja menangis.

Suradi mencermati wajah itu. Ehm. Ada yang melukai hatinya. Tapi apa? Siapa? Mengapa?
"Laper?" Tanya Suradi. Winda menggelengkan kepala sambil memeluk tas sekolahnya.
"Kamu bawa tas emang mau pulang? kan masih jam istirahat?"

Winda tidak menjawab, malah meneteskan air mata.
"Pergi yuk Om."
"Kemana?"
"Ke mana aja, Winda pengin nangis."

Suradi menarik nafas berat. Dia lalu menelpon Pak Tono dan memintanya membawakan mobil yang lagi nganggur ke tukang soto di depan sekolah.
"Yang lagi nganggur cuma espas, Bos. Si dukun sama pick up biru dipake. Bos mau ngambil besi ya?"
"Enggak, besi nanti dianter. Saya ada perlu."
"Siap, bos."

***​

Suradi bingung. Sepanjang jalan Winda menangis, tak bisa dihentikan. Dia juga bingung tak punya tujuan mau ke mana. Akhirnya Suradi berhenti di sebuah kafe. Dan memaksa abg itu untuk mau makan.

Setelah makan, wajahnya tampak lebih cerah. Mungkin benar apa kata pepatah, makanan yang enak bisa menghilangkan kesedihan.

Meski pun begitu, Winda masih lebih senang bungkam daripada cerita.
"Tadi katanya bilang mau cerita. Penting. Koq sekarang diam saja?"
"Om, bercinta yuk?"

Suradi menatap abg itu dengan teliti. Tidak. Winda tak sedang ingin bercinta.
"Kamu kenapa cantik? Cerita dong biar perasaannya jadi lega."
"Om sayang enggak sama Winda?"
"Itu pasti."
"Mau bercinta sama Winda tiap hari?"
"Mau."
"Terus kenapa sekarang diajak gak mau?"
"Kamu lagi sedih, sayang. Kamu lebih butuh dipeluk daripada ML." Kata Suradi. "Nah, sekarang kita pulang. Om anter sampai rumah."
"Winda enggak mau pulang."
"Loh?"
"Pokoknya enggak mau."
"Kamu bertengkar sama mamah ya? Kenapa?"

Winda menatap Suradi dengan tajam. Matanya nanar. Tiba-tiba dia menangis lagi. Suradi memeluknya.
"Om." Katanya sambil terisak.
"Ya, sayang."
"Ngentot yuk?"
"Kamu serius?"
Winda mengangguk.
"Tidak. Kamu harus pulang." Kata Suradi.
"Winda ga mau pulang!!!" Tiba-tiba saja Winda berteriak keras. Nadanya sangat marah. Dia berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan meja itu.
"Winda, tunggu sebentar!" Panggil Suradi. Tapi gadis itu seperti tidak mendengarkan. Dia terus melangkah meninggalkan kafe itu.

Suradi bingung. Dia cepat-cepat membayar tagihan dan menyusul gadis itu yang tengah berjalan di trotoar, menjauh dari kafe.
"Kamu mau pergi ke mana?"
"Ke mana saja asal enggak pulang."
"Sabar, cantik, sayang. Kita cari tempat lain yang lebih tenang... ke mobil yuk."
"Tapi Om harus janji enggak akan nganter Winda pulang."
"Om janji."
"Sumpah?"
"Om sumpah."

***​

Di dalam mobil, Winda menciumi Suradi berkali-kali. Tapi entah bagaimana, lelaki itu tidak merasakan apa-apa di balik ciuman itu.
"Kalau engga mau pulang, terus entar malem Winda mau tidur di mana?"
"Di mana aja, asal sama Om."
"Baik." Kata Suradi. "Sekarang kita cari pakaian dulu buat kamu..."
"Eh, i ya. Lupa. Masa kemana-mana pake seragam?"
"Kita ke supermarket ya..."
"Jangan Om, cari yang murah aja."
"Cari yang murah?"
"Ya, biar uangnya bisa dihemat."
"Belinya di mana?"
"Di kaki lima banyak."
"Terus tidurnya?"
"Di losmen murah aja, Om. Kita bisa bercinta semalaman sampai puas."
"Baik. Om ikut aja."
"Om, baik banget." Dia mencium pipi Suradi.

***​

Malam telah jatuh ketika mereka check in di losmen itu. Suradi mengenakan kaos "I Love Cianjur" dan celana bokser yang dibelikan Winda di pedagang kaki lima. Dia duduk di teras yang menghadap taman dalam keadaan tidak bisa berpikir, berteman kopi dan rokok.

Dia bingung. Apa sih yang sebenarnya terjadi pada Winda?

Winda sedang sibuk di kamar. Menggantung baju-baju di lemari, lalu mencuci kaos kaki, celana dalam dan BH, sambil mandi. Setelah selesai baru dia menemani Suradi duduk di teras itu. Dia memakai kaos dan celana bokser yang sama dengan Suradi. Rambutnya diikat ke belakang dengan karet gelang. Dia cantik.

Suradi sebenarnya tercengang oleh kebeliaan abg itu. Kontolnya sudah bangun berkali-kali tapi hatinya, entah mengapa, merasa resah. Winda memandanginya dengan tatapan menyelidik, tapi Suradi pura-pura tidak tahu.
"Aduh sakit, aduh sakit." Tiba-tiba saja Winda mengaduh. Dia kemudian masuk ke dalam kamar dan berbaring di kasur yang empuk. Suradi merasa cemas. Dia mengikuti Winda.
"Apanya yang sakit, sayang?" Kata Suradi.
"Ini, nenennya pengen diemut." Jawab Winda dengan senyum yang nakal. Dia membukakan kaosnya hingga kedua bukit kembarnya yang tanpa BH menyembul. Menantang.

Suradi jadi merasa gemas campur lega.
"Kamu ini ya... bikin kuatir orang aja."

Winda terkikik.
"Om emut Om."
"Ga mau."
"Emut!"
"Ga mau."
"Kalau ga mau, Winda yang akan ngemut." Katanya sambil merangkul Suradi dan memeluknya dengan kedua tangan di leher dan kedua kaki di pinggang. Mulutnya mengemut telinga Suradi sehingga lelaki itu kegelian.
"Ampun... ampun..." Kata Suradi sambil menjatuhkan diri di kasur. Winda menduduki perut Suradi yang rata dan kedua tangannya menekan pergelangan tangan Suradi ke kasur. Lalu menggoyang-goyangkan kedua buah susunya di mulut Suradi.
"Emut." Katanya.

Suradi pun mengemutnya.
"Enak kan?"
"Enyak...enyak."
"Satu lagi. Enak kan?"
"Enyak... enyaakkk..."
"Nah, udah."

Winda melepaskan cekalan tangannya pada lengan Suradi, tangannya bergerak untuk menarik kaosnya ke atas, melepaskannya melalui kepalanya. Kedua tangannya kemudian memegang kedua pelipis Suradi, seakan-akan memaksa lelaki 40 tahun itu untuk memelototi kedua payudaranya yang bulat dan mancung.

Suradi pasrah. Membiarkan gadis itu melakukan apa yang diinginkannya.

Winda menciumi wajah Suradi, mulai dari keningnya, matanya, hidungnya, pipinya... lalu mengemut bibirnya. Suradi membalasnya. Mereka saling berpagut lama sekali sampai akhirnya Winda melepaskan bibirnya dari bibir Suradi. Dia kemudian menarik kaos yang dipakai Suradi, dari arah pinggang ke atas melalui kepala dan ke dua tangannya, sehingga ketika lepas, kaos itu dalam keadaan terbalik.

Winda menciumi dada Suradi yang tak berbulu. Mengemuti puting lelaki itu hingga kegelian. Dia menciumi perutnya dan menemukan celana bokser lelaki itu sudah menggembung.
"Kontol Om udah ngaceng." Kata Winda dengan terkikik. Dia kemudian menarik celana bokser lelaki itu beserta celana dalamnya hingga melewati dengkul dan akhirnya lepas dari kedua kakinya.
"Winda... kamu... ough..." Suradi mengeluh ketika mulut mungil itu mengulum kontolnya dengan lembut. Mengocoknya pelahan dengan mulutnya, lalu menjilati batang kontol dan pelirnya dengan lidahnya.

Winda berdiri sejenak di atas kasur, melepaskan celana boksernya dan melemparkannya. Suradi hanya bisa diam dan memandanginya saja.

Winda kembali menduduki Suradi, kali ini tepat di atas pangkal pahanya. Menempelkan batang kontol itu pada belahan memeknya. Menggesek-geseknya hingga memeknya basah.

Suradi mengerang ketika Winda memasukkan batang kontolnya ke dalam liang memeknya. Membenamkannya hingga amblas semuanya.

"Winda sayang...ough..."

Suradi mengeluh dan mengerang ketika Winda menggerak-gerakkan pinggulnya ke berbagai arah. Tangan Suradi menggapai-gapai tanpa arah dicekam sensasi kenikmatan yang belum pernah dirasakannya selama ini.

Selama hampir 10 menit Winda "mengulek" kontol Suradi dengan memeknya sampai akhirnya Winda menemukan tanda-tanda bahwa dia akan kedatangan tamu kenikmatannya.

Winda lalu menurunkan badannya dan memeluk lelaki itu dan menciumi bibirnya. Dia mengentot lelaki itu dengan pelukan erat, dengan perut dan susunya menempel erat pada tubuh lelaki itu.

"Winhhh...ddhhaaa... Om... sudah gah hkhkhuuaaattt...." Kedua tangan Suradi hinggap di kedua buah pantat Winda, meremasnya dan menekannya hingga genjotan Winda tertahan.
"Ayo Om, kita ke luar sama-sama."

Aaahkhkhkhhh..... crot...crot...crot... srrr... srrr...crot...crot...

Winda merasakan cairan hangat itu menyembur di dalam memeknya. Dia tak melepaskan pelukannya dan menjatuhkan dagunya di atas pundak lelaki itu.

Winda merasa nikmat. Nyaman. Dan letih.

Zzzzzzz.... Winda pun terlelap dalam mimpi.

****​
(Bersambung)
 
Winda disuruh berhenti sekolah dan disuruh kawin. Emaknya, si wanti butuh belanja banyak perabotan. Kan tv nya udh lunas.. wkwk
Makan aja itu wanti kang surabi..!!

Makasih double updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd