WINDA... Sambungan.
***
Suradi terbangun oleh mimpi aneh yang tak bisa diingatnya. Dia menatap langit-langit kamar losmen selama beberapa detik sampai merasa benar-benar terjaga. Hembusan lembut angin pada pundaknya, berasal dari nafas Winda yang teratur di dalam lelap.
Gadis kecil itu terlelap dalam peluknya. Kontol Suradi yang mengecil, terjepit di dalam lubang memek yang merapat oleh dua jenis lendir kenikmatan yang mengering. Suradi tersenyum nyengir.
Pelahan dan hati-hati, Suradi menggulingkan gadis kecil itu ke sisinya. Menatap sejenak ketelanjangan belianya yang indah dan mempesonakan seluruh kelelakiannya. Lalu menyelimutinya.
Dia mengenakan kembali pakaiannya dan duduk di kursi. Menopang dagu pada dua tangannya dan memandangi wajah gadis itu yang sedang terlelap.
"Mamah jahat... mamah jahat..." Gadis itu mengigau. Beberapa kali dia menggelinjang-gelinjang gelisah. Lehernya tampak berkeringat. Kemudian diam. Nafasnya tampak teratur kembali.
Suradi diam dan memandanginya. "Dia tidak mendengkur." Bisik Suradi. Ingin sekali Suradi bangkit dan mencium kening serta hidung gadis kecil itu, tapi takut membangunkannya.
Tiba-tiba, dalam lelap tidurnya gadis itu menangis sesenggukan. "Huk... huk... aa... kamu jahat... huk... huk... jahat..."
Airmata menetes pada ujung-ujung matanya, mengalir dan merambati kedua pipinya. Dia gelisah sejenak. Lalu diam dan nafasnya teratur kembali.
Suradi merasa sangat trenyuh.
Dia bangkit dari duduknya. Berjalan hilir mudik di dalam kamar sambil berpikir keras, menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada Winda. Tapi tak menemukan jawaban pasti. Dia melangkah ke lemari pakaian, memeriksa kemeja dan pantalonnya yang digantung di situ. Memeriksa dompetnya dengan cermat tapi tidak tertarik memeriksa HPnya.
Matanya menangkap tas sekolah yang tergolek di bagian paling bawah lemari, Suradi mengambilnya dan memeriksa isinya: buku-buku, cepuk wadah ballpoint dan dompet plastik murahan warna pink. Dia mengambil dompet itu dan membukanya. Ada sebuah foto selfie yang sudah dirobek setengahnya. Hm, bagian yang dirobek itu mungkin foto pacarnya. Sisa yang tidak dirobek adalah foto wajahnya yang lagi unyu-unyu.
Yang pertama dilihat secara teliti tentu saja KTPnya. Nama lengkapnya Windari Setyanugraha. Ulang tahunnya sudah lewat. Usianya 18 tahun lebih.
Di dalam dompetnya dia memiliki sejumlah uang yang sangat sedikit. Tetapi yang aneh, cara menyimpan uangnya di dompet dengan cara Suradi, sama. Dia memisahkan pecahan uang yang berbeda dalam lapisan dompet yang berbeda. Uang logam recehan disimpan di tempat yang lain.
"Dia orang yang teliti." Pikir Suradi. Setelah termenung sejenak, Suradi kemudian mengisi lapisan dompet yang kosong dengan 20 lembar uang pecahan 100 ribu. Memasukkan kembali dompet itu ke dalam tas. Melihat-lihat sekilas buku catatannya dan Suradi mengagumi tulisan tangannya yang bagus.
Suradi meninggalkan lemari itu dan duduk di bibir ranjang. Memandang sejenak wajah yang damai itu. Air matanya sudah kering.
Pelahan Suradi masuk ke dalam selimut dan membaringkan diri dengan membantalkan kedua lengan. Memejamkan mata. Tiba-tiba gadis itu bergerak, kepalanya masuk ke bawah ketiak dan tangannya memeluk dada Suradi. Nafasnya harum, tenang dan teratur. Payudaranya lembut menekan dadanya.
Suradi menarik nafas panjang.
Zzzzzzzz.....
***
(Bersambung)