Perkenalan Dengan Nisa Bagian Dua
Nisa Beiby
"Kamu bikin sange sih." balasku sambil melepas ciumannya.
"Itu namanya kamu lelaki normal." jelas Nisa.
"Nis, aku pengin..." kataku ragu-ragu.
"Pengin apa, Min, ngomong aja. Kamu terangsang lihat tubuhku ya, terus kamu pingin meniduriku kan? Sekarang kamu boleh melakukan apa saja terhadap aku, Min." jawab Nisa to the point.
"Serius, Nis? Tapi terus terang aku belum pernah lho," kataku.
"Sekarang lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Dengan senang hati aku akan memenuhi semua imajinasimu!" jelas Nisa.
Aku memeluk Nisa lebih erat lagi. Pelukanku kali ini tidak ragu-ragu seperti sebelumnya. Aku mencoba mencium lebih lembut dan terarah. "Min, kamu bohong sama aku ya? Kamu sudah sering meniduri pacar kamu, ya kan?" tuduh Nisa.
"Sungguh, Nis, aku belum pernah melakukannya!!!" jawabku bersemangat, “Kalau dengan pacar, paling hanya sebatas ciuman dan saling raba. Tidak lebih dari itu. Mungkin belum waktunya kali, Nis...”
“Kasihan deh lo...” ledek Nisa, “Nah sekarang kamu akan merasakan kenikmatan yang sering kamu tonton di video Bokep. Kenikmatan surga dunia, Min... Aku akan memberikan kenikmatan itu.” lanjut Nisa.
Kemudian tangan Nisa menelusup ke dalam celanaku. "Wow, Gila, gede banget, Min!” teriak Nisa ketika tangannya menyentuh kontolku. Dengan cepat dia melucuti pakaianku hingga tinggal celana pendek. Dan karena aku tidak memakai celana dalam, maka begitu celana pendeknya ditarik Nisa hingga ke ujung kaki, kontolku yang kata Nisa besar dan panjang langsung meloncat keluar.
“Wow, Min! Ternyata dugaanku tidak salah. Saat melihatmu waktu sehabis mandi tadi, aku sudah membayangkan bahwa kamu pasti memiliki kontol yang super, dan ternyata memang benar-benar luar biasa. Udah gede, panjang lagi..." jelas Nisa kagum.
Aku tidak memperdulikan apa yang diucapkan oleh Nisa. Apa yang dilakukan cewek ini malah semakin membuat nafsu birahiku menggelora. Kucoba mulai berani membuka pakaian Nisa, semuanya, sehingga tubuh Nisa benar-benar telanjang bulat sekarang.
Saat itulah tiba-tiba aku merasakan kenikmatan pada kontolku, ketika kulihat dengan lahapnya Nisa mengulum batangku. Bibir Nisa yang merah dan seksi berputar-putar saat menghisap. Aku merasa bagai ditarik-tarik tenaga gaib. Aku menggeliat menahan nikmat yang luar biasa.
"Uuh... nikmat, Nis... ouhh… ssh… ahh… enak sekali, ssh… ahh…" Karena aku belum punya pengalaman dioral oleh cewek, aku terus mengerang merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini.
Sementara Nisa terus menghisap dan melumat kontolku dengan lahapnya, membuat kontolku semakin mengeras dan berdenyut-denyut kencang.
”Nis, Aku ga tahan nih.”Lenguhku. Dia pun semakin lahap melumat, menghisap dan menjilat seluruh batang kontolku hingga beberapa detik kemudian pertahananku pun jebol.
Crot... croott... crooottt... dengan denyutan cepat disertai rasa nikmat yang luar biasa, kontolku memuncratkan semua isinya. Tanpa melepaskan kontolku, Nisa melahap seluruh cairan itu. Setelah tidak keluar lagi, baru Nisa melepaskan kulumannya.
“Hmm... sekarang aku baru percaya bahwa kamu emang belum pernah ngentot dengan cewek,” kata Nisa yang dengan tidak malu-malu mulai berkata vulgar. "Pejuh kamu gurih dan wangi, Min." lanjutnya sambil terus menjilati batang kontolku. Biji kontolku pun tidak luput dari jilatan dan hisapan mulutnya. Karena Nisa terus menjilatinya, perlahan batang kontolku pun terasa tegak kembali.
"Eh, bangun lagi tuh,” kata Nisa manja, ”Kita pindah ke kamarku aja yuk, biar lebih leluasa.” ajak Nisa sambil melepaskan jilatannya pada kontolku. Dia menarik kontolku untuk diajak menuju ke kamar.
Di dalam kamar, Nisa langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tanpa disuruh, aku langsung naik ke atas tubuh polos Nisa yang sedang dalam posisi mengangkang. Kupraktekkan jurus-jurus yang telah kupelajari dalam video bokep yang sering aku tonton, kutenggelamkan wajahku diantara kedua susu Nisa yang bulat, besar dan montok itu. Mulutku mulai mengenyot dan menjilati kedua susu Nisa secara bergantian sehingga lama-lama pentilnya makin tegak dan mengeras.
“Ohh... Min... terus, Min… sedot yang kuat susuku, Min...” rintih Nisa
Sementara tangan kananku memegang susu Nisa, tangan kiriku menempel pada bagian selangkangan Nisa, tepat di atas bukit kemaluannya. Disana, aku menemukan bagian yang lembut dan lembab, yang ditutupi oleh rimbunnya bulu-bulu jembut yang sangat tebal dan hitam. Ada cairan halus tersentuh oleh ujung jariku saat berusaha membelah bibir memek Nisa dan memasukkan salah satu jariku. Aku menghisap cairan tersebut, dirasakan olehnya rasa yang belum pernah dia rasakan. Bau dan rasa khas memek perempuan yang sedang terangsang. Bau tersebut semakin menambah nafsu birahiku.
Dengan penuh nafsu aku kembali menjilati kedua susu Nisa. Putingnya yang mungil kemerahan kukulum halus, sambil sesekali kujilati ujungnya hingga basah. Lagi-lagi Nisa memejamkan matanya. Di bawah, jari-jariku merasakan memek Nisa semakin banjir oleh cairan birahinya.
Perlahan, ciumanku merambat turun dari dada Nisa. Kini aku mulai menjilati daerah sekitar pusar Nisa, kemudian jilatanku semakin turun dan turun hingga mulutku tepat berada di depan lubang memek Nisa. Perlahan aku membuka kedua paha Nisa semakin melebar. Karena memek Nisa hanya berjarak sekitar 10 cm dari wajahku, maka bentuknya itu semakin jelas terlihat olehku. Aku memperhatikannya dengan seksama tanpa berkedip, terlihat sekali kalau aku sangat kagum dan menyukai benda itu.
"Ooo, ini toh yang namanya memek itu, begini toh bentuknya...!" kataku dalam hati. Tampak jelas sekarang bentuk bibir luar memek Nisa. Benda itu terlihat sedikit terbuka, memperlihatkan bagian dalamnya yang lengket dan memerah. Sementara di bagian pucuk atas tempat pertemuan dua bibir, bertengger dengan indahnya secuil daging kecil berwarna merah muda yang terlihat menonjol keluar. Aku menduga ini pasti yang namanya klitoris.
Beberapa lama aku terpana memperhatikan semua pemandangan dahsyat yang baru kali ini aku lihat dalam hidup secara nyata. Tiba-tiba, "Aduuhh..!" aku menjerit kecil ketika tangan Nisa mencubit pipinya.
"Min, kamu ngeliatin apa sih?" tanya Nisa manja. Mungkin dia tidak tahan dengan hembusan nafasku.
"Cuma mau dilihatin aja?" kembali Nisa bertanya saat aku masih terdiam, membuatku menjadi sedikit kikuk.
"Ehh... ohh... nggak, habis baru pertama kalinya aku melihat memek cewek secara nyata. Punyamu bagus!" aku menjawab sekenanya, karena tidak tahu apa yang harus kukatakan lagi.
"Ah, masa sih?" sahut Nisa, lalu seperti memancing gairah kelelakianku, ia mulai mengusap-usap itilnya sendiri dengan menggunakan jari. Benda mungil itu ia pelintir sedemikian rupa hingga bertambah kaku dan mencuat. Nampak olehku lorong vagina Nisa yang berwarna merah semakin banjir oleh cairan birahinya.
"Masa sih punyaku bagus? Kalau bagus, kok cuma diliatin aja?" Nisa menyambung perkataannya sambil jari-jari tangannya masih mengerjai itilnya, terdengar olehku suara Nisa yang semakin seksi.
Kemudian perlahan Nisa memegang kepalaku dan menariknya agar semakin mendekat ke arah lubang memeknya. Sambil menggoyang-goyangkan pantat, Nisa seakan menyodorkan memeknya agar dinikmati olehku. Sekarang jarak liang memeknya dengan wajahku hanya tinggal sejengkal. Aroma khas bau memek cewek merebak menusuk hidungku kuat-kuat, membuatku jadi ingin bersin. Padahal memek Nisa begitu harum dan lembut seperti bau daun pandan. Sesaat aku memejamkan mata menikmati aroma yang tercium lembut menembus hidungku.
"Ihh... nih orang, ngapain sih? Tadi cuma ngeliatin aja, sekarang cuma mencium baunya! Maunya apa sih?!" suara Nisa sontak membuyarkan lamunanku.
Akupun tersenyum melihat wajah Nisa yang sedikit cemberut. "Iya, Nisa sayang! Masa nggak boleh sih aku menikmati dulu harumnya memekmu? Baru pertama kali aku mencium bau yang seperti ini. Beneran lho, Nis. Memekmu haruummm banget!" aku mencoba merayu Nisa.
Akibat cairan birahi Nisa yang terus keluar dari dalam liang vaginanya, tampak olehku bibir memek Nisa semakin mengkilat, dan bulu-bulu jembutnya juga mulai terlihat basah. Cairan birahi itu semakin banyak keluar sejalan dengan semakin memuncaknya nafsu birahi Nisa. Saat aku hendak melanjutkan aksiku menjilati lubang memek Nisa, tiba-tiba Nisa menarik kepalanya agar aku naik kembali ke atas. Begitu wajah mereka telah sejajar, Nisa langsung melahap bibirku sebentar sebelum melepaskannya kembali tak lama kemudian.
“Oughh… Min, mainin memeknya nanti aja ya, masih banyak waktu! Sshh... aghh… masukin kontolmu, Min… oughh… aku nggak tahan lagi… cepat, Min… aku ingin merasakan kontolmu yang besar itu!” Nisa mengerang, menyuruhku agar segera memasukkan kontol ke dalam memeknya.
“Ayo, Sayang, memekku udah gatal pingin digaruk sama kontol kamu!” rengeknya tak sabar, Nisa memang sudah pengen dientot.
Nisa segera meraih batang kontolku dan mengarahkannya ke depan hingga posisinya sekarang berada tepat di atas belahan memeknya. Dadaku berdebar menanti saat-saat dimana aku akan melepas perjakaku (selain coli ya) untuk pertama kali dalam hidupku, bagaimana merasakan nikmatnya ngentot dengan seorang cewek.
Seperti tahu akan perasaanku, Nisa mencoba membuatku rileks, "Min, kok kamu tegang sih? Santai saja, aku maklum kalau kamu tegang begitu, aku dulu juga seperti kamu, gelisah dan tegang. Nikmati saja ya?" kata Nisa menenangkanku, “Sekarang kamu turunkan pantatmu pelan-pelan,” ucapnya.
Pelan-pelan kemudian kucoba menekan pantatku ke bawah. Sleeep... ujung kontolku mulai membelah celah yang lembab dan hangat di selangkangan Nisa. Tangan Nisa membimbing batang kontolku untuk mendapatkan posisi yang tepat agar tusukannya bisa pas. Begitupun dengan pinggulnya, Nisa sedikit menggoyangkannya agar posisi ujung kontolku tepat berada dalam jepitan bibir memeknya. Akupun memejamkan mata saat merasakan geli bercampur ngilu akibat gesekan kulit kontolku dengan dinding kemaluan Nisa.
Aku melenguh, ”Ughh... Nisa sayang,” sambil kuremas susu cewek ini.
“Tekan lagi, Min.” Nisa memberi komando.
Aku mengangguk, lalu Bleess…! aku menurunkan pinggulku kuat-kuat hingga terasa batang penisku perlahan menerobos masuk ke dalam celah memek Nisa yang sempit. Sedikit demi sedikit kontolku terus masuk lebih dalam lagi seiring dengan dorongan pantatku yang semakin kencang.
"Ouhh... Nis!" hanya itu rintihan yang keluar dari mulutku mewakili berjuta kenikmatan yang baru kali ini aku rasakan di umurku yang sudah 25 tahun. Terasa dinding memek Nisa begitu lembut dan hangat menyelimuti sekujur batang kontolku.
"Ouuff... gimana, sayang... hegh... enak? Ahh... ssh... aduh... gila! Kontol kamu... uuff... aduh... oughh... gila! Kontol kamu gede banget... lubang memekku terasa penuh sama batang kontolmu, edan! Uufff... aduh!" rintih Nisa berulang kali.
"Ahh... Nis! Benar ya, Nis... oushh... benar k-kata orang, ngentot itu... aduh... sshh... nikmat banget!" desahku tak mau kalah.
“Shh… aghh... Min, kontolmu besar… sssh… enak, Min... puaskan aku dengan kontolmu itu... sssh!” desis Nisa. Dia mulai merem melek keenakan ketika aku mulai mencoba untuk menaik-turunkan pantatku dengan pelan hingga saling menggesek mesra. Nisa tampak begitu menikmati genjotan kontolku yang keluar masuk dengan lancar di dalam lorong sempit liang vaginanya.
Melihat Nisa begitu bernafsu, aku mulai berani melumat bibir perempuan cantik itu. Aku menjilati leher, telinga dan payudara Nisa yang membusung indah sampai akhirnya mulutku tertambat di puting Nisa yang mungil dan menghisap-hisap lembut disana. Aksiku itu semakin membuat desahan Nisa membahana keras.
“Ouhh… sssh… ahh… Min, kontolmu enak sekali... sshh… aaah!” teriak Nisa keenakan.
“Hmm… eghhm… memekmu juga enak, Nis… oohh… sempit sekali… ahh!” aku melenguh tak kalah nikmat merasakan jepitan memek Nisa yang ketat.
Sambil melenguh, aku terus menghisap-hisap puting susu Nisa. Setiap kali menggerakkan kontolku, Aku merasakan memek Nisa seperti mencekiknya hingga kontolku jadi terasa seperti diperas dan dipijit-pijit ringan. Sungguh sangat nikmat sekali. Aku merasakan tubuhku mulai ngilu yang amat sangat.
“Oughh… Min, terus sodok memekku dengan kontolmu itu… aghh!” Nisa mengerang saat aku menyodokan kontolku di lubang senggamanya.
“Hhm… ahh… memekmu benar-benar sempit... enak… aku suka... ough!“ Evan juga melenguh keenakan merasakan jepitan memek Nisa di batang kontolku.
“Tekan lebih dalam, Min... yah, begitu... shhh… ough…” rintih Nisa meminta, yang kuturuti dengan menghentak lebih kuat hingga kontolku terbenam sampai ke dasarnya.
Aku sudah tidak ingat apa-apa lagi selain menikmati persetubuhanku yang semakin menggila. Aku semakin cepat mengeluar-masukkan kontolku di dalam lubang memek Nisa yang sempit, sementara Nisa dengan penuh semangat menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangi gerakanku yang semakin lama menjadi semakin cepat. Keringat sudah mengalir deras di tubuh polosku dan juga Nisa.
“Aghh… aku sudah tidak tahan lagi, Min… oughh… aku mau keluar… ouhh... enak sekali kontolmu, Min… aaghh… aku keluaaar… aaghhh...” Nisa mengerang kesetanan. Sssrrr… ssssrrrrr… ssssrrrrr… tubuhnya mengejang saat ia mencapai puncak kenikmatannya. Kurasakan memeknya berdenyut-denyut kencang saat mengeluarkan lahar kenikmatannya.
Aku merasakan betapa memek Nisa seperti meremas-remas batang kontolku. Akibatnya, akupun tak tahan juga. “Oughh… ahhh… sshh… aaah… Nisa sayang, aku juga mau… oughh...” Akupun melenguh dan menekan dalam-dalam kontolku ke lorong memek sempit Nisa, lalu croot… crooott... croooottt… spermaku meledak mengisi rahim basah Nisa.
”Auw!” Nisa sedikit merintih merasakan saat dinding rahimnya disembur oleh cairan hangat pejuhku.
Dia segera memeluk tubuhku erat-erat dan mencium bibirku dengan mesranya, sementara kakinya ia kaitkan di belakang pinggulku. Beberapa saat kemudian, begitu kontolku sudah berhenti meludah, barulah Nisa melepaskan kaitan kakinya. Di wajahnya tersungging senyum lebar penuh kepuasan.
"Baru kali ini aku merasa nikmat seperti ini, Min..." gumam Nisa. "Jangan dicabut dulu kontolmu, biar aja di dalam, nanti juga lepas sendiri!" pintanya sambil mendekap tubuhku, "Aku senang begini." tambahnya kemudian.
”Tapi Nis, gapapa nih aku keluarin di dalem tadi? soalnya terlanjur nyemprot duluan. kata orang sih bisa hamil tuh nanti.” ucapku sedikit khawatir.
”Ya nanti kalo hamil kan kamu yang tanggung jawab dong, Min. Ya ga?” ujar Nisa yang tidak terlihat khawatir tentang pertanyaanku. Kalau menurutku rejeki nomplok jika Nisa sampai hamil, secara keluarga nya kaya sehingga dapat mengangkat derajat keluargaku yang sederhana.