Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SERTIFIKASI BIRAHI

Awang... hemmm sepertinya saya pernah baca Awang episode yg dulu... tp judulnya saya lupa... 😃
cerita barusan seru dan menegangkan... tetap semangat suhu... Nunggu lanjutannya aja... 👌
 
Selamat malam teman-teman.

Terima kasih sekali atas atensi yang luar biasa di cerita kali ini.

Maaf jika menunggu terlalu lama. Seperti biasa, pekerjaan seringkali tak bisa ditunda.

Mumpung akhir pekan, sedikit luang dan bisa melanjutkan cerita sedikit. Mudah-mudahan bisa menemani akhir pekan teman-teman sekalian. Oh ya, saya sebenarnya ingin menambahkan gambar tapi sedang kesulitan menemukan yang pas. Khusunya untuk Laura. Mungkin ada yang bisa membantu?

Demikian pengantar kali ini. Selamat membaca. Selamat berakhir pekan.

Salam semprot!!!
 
EPISODE 3
BABAK KEDUA


"Nggak usah bingung gitu, Wang. Aku paham, kok" jawaban yang diplomatis dari seorang perempuan yang memergokiku baru keluar dari kamar Laura

Perempuan ini masih memakai piyama, aku tak tahu Ia dari mana. Aku juga hanya memakai kaos dan celana pendek, pakaianku dari semalam saat bertemu dengan Laura di bar.

"Baru pertama atau sudah beberapa kali?" Ia kembali memancingku

"Apanya nih, Mbak?" Aku pura-pura tak tahu

"Kamu ini pura-pura. Keluar dari kamar itu sekali ini atau tiap hari?" pertanyaannya makin menohok

"Baru sekali kok," aku terkekeh, tak enak juga terus menghindar

"Namanya manusia, punya kebutuhan. Apalagi si Laura, pengantin baru" Ia berusaha bijak, "Kamu dapat rezeki nomplok dong ya?" Ia menggodaku

"Perlu konfirmasi ke Laura sih siapa yang dapat rezeki nomplok," aku menjawab sambil berlalu

"Jangan rame-rame ya, Mbak. Nggak enak sama yang lain," kubisiki Ia sebelum pergi

"Harus ada tutup mulutnya dong," Ia kembali menggodaku

"Beresss" aku berlalu, bergegas sebelum ada orang lain yang tahu

Kalian ingin tahu siapa yang memergokiku tadi? Bukan. Ia bukan Mbak Aisyah. Aku sudah mengira akan banyak yang menebak itu. Karena memang Mbak Aisyah dan Laura berada di lantai yang sama.

Namanya Karina. Ia salah satu panitia yang bertugas mengurus segala kebutuhan para peserta di sini. Ia memang bagian pelatihan di perusahaan induk. Kami sempat beberapa kali berbincang. Perempuan asli Bali ini juga supel, mudah akrab dengan orang lain. Apalagi Ia bertugas menangani kami, yang tentunya banyak kebutuhan dan maunya. Aku hanya tau kalau dia sudah punya anak dua, usianya tak sempat kutanya, nanti coba kalau ada kesempatan lebih intim.

Mbak Karina tinggal di Jakarta, suaminya juga. Ia tak balik ke Jakarta karena bergantian piket di akhir pekan dengan kawan lain. Ada 4 orang yang bertugas selama pelatihan ini. Dan 2 orang mendapat bagian piket setiap akhir pekan. Mbak Karina ditemani Agung, rekannya dari Bandung. Agung jelas pulang ke rumah.

Pikiranku masih kacau karena kepergok tadi. Aku yakin Mbak Karina paham, tapi aku tak yakin Ia akan diam. Aku masih berpikiran negatif bahwa kejadian tadi akan menjadi konsumsi publik, meski terbatas. Aku sih cuek, hanya kasian kepada Laura. Bagaimana pun, image Laura selama seminggu ini cukup baik.

"Thanks for awesome night" pesan masuk dari Laura

Ia benar-benar terkesan dengan persetubuhan kami semalam. Aku tak sempat tanya bagaimana hubungan dengan suaminya di ranjang. Terlalu privasi pikirku. Aku hanya ingin fokus pada permainan kami. Takutnya ketika aku bertanya demikian akan membuyarkan gairahnya. Aku yakin ini akan berlanjut.

"Sorry aku balik kamar ya. Nggak enak kalau ada orang lihat nanti" kubalas pesannya

"I know. Aman kan?" Ia bertanya memastikan

"Terkendali" kubalas secara diplomatis

Ia menutup percakapan dengan emoji. Tak kubalas. Aku masih kepikiran Mbak Karina.

Aku terjaga dari tidur siang yang cukup panjang. Setelah sarapan, nampaknya aku kelelahan karena tenaga habis terkuras untuk melayani Laura. Sudah pukul 13.30, makan siang masih belum habis. Aku memutuskan turun ke restoran.

Sedang menikmati makan siang, seorang perempuan meminta izin untuk duduk semeja. Aku kikuk. Ternyata Mbak Karina yang duduk di sebelahku. Mau apa perempuan ini. Aku masih belum siap untuk membahas kejadian tadi pagi.

"Kayaknya tadi Laura keluar sama Aisyah dan beberapa orang, Wang" apa maksudnya bilang begitu

Aku memasang tampang heran tanpa mengeluarkan jawaban. Ia balas dengan senyuman.

"Buat memastikan kamu dari mana," Ia kembali menggodaku

"Bangun tidur, Mbak. Kelelahan habis kerja malam," nampaknya Perempuan ini harus diladeni dengan sedikit agresif, siapa tahu jadi rezeki berikutnya

Ia tersedak. Mungkin tak menyangka aku akan jawab seperti itu.

"Sampai berapa kali sih emang?" Setelah minum, Ia masih melanjutkan

"Lumayan sih, empat kali. Si Laura mungkin lebih," Aku sedikit berbisik, takut juga kalau didengar orang lain

"Wow. Sampai kering dong?" Ia menggoda

"Kayaknya masih bisa satu atau dua kali lagi sih," aku makin berani saja

"Perlu dikonfirmasi ke Laura kayaknya," Ia sedikit menyerang

"Harus. Biar valid," aku tak kalah berani

Ia berdiri untuk mengambil makanan penutup. Aku tak menyangka bisa meladeni Mbak Karina dengan percakapan seperti itu. Nampaknya alam bawah sadarku yang bekerja.

Sesi makan siang berakhir. Aku kembali ke kamar. Besok sudah Senin dan kembali pada rutinitas pelatihan yang menguras tenaga dan otak. Aku tak ada niatan untuk jalan-jalan, 6 hari di kelas sudah cukup melelahkan, ditambah permainan tadi malam.

Tok. Tok. Tok

Ada yang mengetuk pintu. Aku tak sedang memesan layanan kamar. Juga tak sedang janjian dengan siapapun.

"Eh Mbak. Ada yang bisa dibantu?" aku kaget dengan sesosok perempuan di depan kamarku

Ternyata Mbak Karina. Ia nyelonong masuk begitu saja. Bahkan aku belum mempersilakan dia masuk.

"Dasar cowok, selalu berantakan ya," baru beberapa detik Ia sudah memprotes kondisi kamarku

"Mbak Karina kok tahu kamarku?" aku bertanya polos

"Kamu lupa aku panitia?" Shit. Benar juga ya

Aku paham ke mana arah pertemuan ini. Mudah-mudahan tenagaku sudah kembali. Jadi, kesombongan yang kutampilkan di depan Mbak Karina tadi bisa kubuktikan.

Mbak Karina duduk di sofa dekat jendela. Aku menghampirinya, mengambil kursi dan duduk di depannya.

"Kamu masih perlu basa-basi?" Ia bertanya menantang

Panas juga aku ditantang begitu. Tapi aku memilih tenang. Tantangannya hanya kubalas dengan senyuman.

Aku beranjak, mendekati tubuhnya. Ia memakai terusan tanpa lengan. Sedikit tentang Mbak Karina, kulitnya kuning seperti perempuan Bali kebanyakan. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dariku, juga sedikit berisi. Payudaranya cenderung besar, pengaruh dari tubuhnya mungkin. Kalau kata orang, Ia terlihat semok. Rambut panjangnya menambah kesan itu. Apalagi dengan kondisi berdua di dalam kamar begini, wajahnya kian membuat birahi tinggi.

"Aku cuma pengen bukti. Sampai di mana kemampuan anak ini," Ia meremas penisku, sialan

Aku suka agresivitasnya. Sudah lama aku tak menghadapi perempuan seperti ini. Tadi malam, aku lebih banyak memimpin permainan. Harus ada sensasi beda kali ini.

Kami sudah tenggelam dalam percumbuan penuh birahi. Permainan Lidah Mbak Karina jelas lebih unggul dibanding Laura. Ia setara Dokter Ara, sepertinya. Apalagi selama kami berciuman, Ia mainkan penisku penuh semangat. Siapa tak birahi kalau begini caranya.

Perempuan tipe begini harus dipuaskan terlebih dahulu, itu yang kupelajari selama ini. Kuputuskan untuk melepaskan cumbuannya, Ia protes. Tak lama, masih dengan posisi rebah di sofa, kuturukan pakaiannya, juga bra mungil yang tak mampu menampung payudaranya. Memang besar, dan sekal. Kuserang bukit kembar itu tanpa ampun. Tangan segera bergerak ke bawah. Memulai apa yang seharusnya dimulai.

"Edaaan. Lincah juga ya kamu," Ia tersenyum nakal

Aku tak peduli. Pikiranku hanya fokus memuaskan perempuan binal ini. Payudaranya sudah basah, vaginanya juga.

"Hassshhhh kamu lihai sayaang," Ia mulai meracau

Mulutku sudah turus di vaginanya. Saatnya bekerja. Saatnya memuaskan birahi perempuan Bali ini. Aku jadi ingat Tiwi kalau begini. Lama juga kami tak bercinta.

"Aduuuuh lidahmu assshhhh puterin puterin gila lo Waaang," Ia meracau sambil memandu

Karakter perempuan dewasa, mengarahkan titik kepuasannya. Ini salah satu alasan mengapa aku suka bercinta dengan perempuan yang lebih yang lebih tua atau bersuami. Pengalamannya membuat mereka tahu bagaimana harus dipuaskan.

"Lo belajar di mana sih ooohhhhh geli bangeeet" logat Jakartanya mulai keluar

Aku masih fokus. Ia harus orgasme dulu, baru kita bicara selanjutnya. Impresi ini yang sedang kukejar.

"Awaang ohhh Awaaang kasih dua Waang. Gatel banget memek guaaa" terus terus dan terus kicauannya keluar dan makin kasar

Baru kali ini aku bercinta dengan perempuan seberisik dan sekasar ini. Ketika aku diajak pesta seks oleh Okta beberapa waktu lalu juga tak seberisik ini. Bahkan aku bercinta dengan beberapa perempuan setengah baya yang tak kalah liarnya.

"Ini mah gua bisa keluar duluaan ohhh lebih cepeet aaawww," Ia makin tak terkendali

Gerakanku makin cepat dan kasar. Dua jari keluar masuk vagina dan lidahku memainkan klitorisnya. Kian cepat, seperti pelari yang hendak mencapai finish.

"SIALAN LO WAAAAMG GUA DAPEEET ANJIIING"

Ia orgasme. Dan squirt. Oh. Secepat ini. Perempuan ini memang binal. Dan menggairahkan. Satu-Kosong. Tapi wajahku basah kuyup. Mbak Karina masih ngos-ngosan. Aku tak ingin memberinya jeda. Si Johny harus ambil bagian.

Sleb.

"AWAAAANG LO GILAA APAA MAIN MASUK-MASUKIN AJAAA" Ia protes dan memasang tampang marah

Siapa peduli. Kebinalannya harus dimaksimalkan. Ia pantas mendapatkan ini. Rasakan. Aku tak main-main. Dia harus ketagihan Si Johny.

"Lo gilaa tapi enaaak ohhhh terussiiiin awas jangan berhentiiii gua hajar luuuu" Ia nyerocos keenakan

Aku masih belum mengeluarkan kata-kata satu pun. Aku ingin memberinga pelajaran. Dia sendiri yang datang tanpa diundang, Ia harus pulang dengan kepuasan.

"GUA DAPEEET LAGI WAAAANG" Ia berteriak, benar-benar teriak

Orgasme. Dan squirt lagi. Dan kumasukkan lagi penisku. Beberapa tusukan, squirt lagi. Masukkan lagi, tusuk lagi, squirt lagi. Lima kali kucoba gerakan itu berulang-ulang. Aku kasih melihat Ia begitu keenakan.

"OOOHHH OHHHH OOOOHHHHH" Ia terengah-engah

Aku memberinya jeda. Tubuhku basah, beserta kaos yang masih kukenakan. Beberapa bagian sofa dan lantai juga kena imbas. Ia nampak tak mau kalah, didorongnya tubuhku jatuh ke ranjang. Ia melancarkan misi balas dendam.

"Lo harus ngerasain kemampuan memek gua," aku tersenyum, siap menerima serangannya

Dengan sigap, Ia memasukkan penisku ke vaginanya. Dia mengambil alih kendali. Meliuk-liuk diatasku. Mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki. Kuakui, aku keenakan. Bokongnya yang besar menambah tingkat jepitan vaginanya. Sialan.

"Gimana? Enak kaan? Rasain nih" aku terkejut

Vaginanya mengeluarkan gerakan menyedot penisku. Kemampuan yang hanya kutemukan pada Dokter Ara, kenikmatan yang membuatku selalu ingin kembali padanya. Aku kelabakan.

"Lo pikir lo doang yang bisa bikin enak,l Ia tersenyum penuh kemenangan

Jangan senang dulu. Aku jelas tak mau kalah begitu saja. Kutarik tubuhnya menempel tubuhku, aku mengerjai payudaranya dengan mulutku. Kugerakkan Si Johny dengan teknik tusukan dan putaran. Aku menemukan teknik ini beberapa bulan lalu, dan baru kupraktekkan saat main bertiga dengan Dokter Ara dan Mbak Yuni.

"Aduuuuh aduuuuh apaan ini ohhhh" Ia kembali meracau

Tak mau kalah juga, Ia keluarkan tekniknya sebisa mungkin. Kami fokus sama-sama menyerang. Ia dengan gerakan sedotan dan goyangan, aku dengan tusukan dan putaran. Kami bertempur, berusaha memengkan persetubuhan ini.

"Waaaang gua ga tahaaaaan" Ia datang lagi

Aku juga hampir sampai. Gerakan ini ternyata benar-benar memabukkan, apalagi dengan teknik serangan dari Mbak Karina. Lawan kali ini benar-benar tangguh.

"MBAAAAK OHHHHH MBAAAKK"

"AWAAAANG ANJING KONTOL LO BISA GINI"

"KAMU GILAA MBAK OOOHHHH"

"SIRAAM MEMEK GUA WAAANG SIRAAAM"

"AAAAHHHHHOHHHHHAAHHH"

Kami berteriak. Aku orgasme. Meledak. Ia tak kalah hebat. Sepertinya beruntun. Juga squirt yang tertahan karena tak, ingin melepaskan penisku dari vaginanya.

Ini salah satu yang terbaik. Aku benar-benar mendapatkan lawan tangguh. Kami masih ngos-ngosan. Tubuh kami lengket. Sadar tubuhnya lebih besar, Mbak Karina menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Kami berpandangan, Ia tersenyum, kubalas dengan manis, lalu kami berciuman.

Aku terbangun dengan tubuh yang berat. Nampaknya aku lelap setelah pertempuran tadi. Mbak Karina sudah tak ada di sebelahku. Biarlah. Ia mungkin kembali ke kamarnya. Aku hanya menemukan pesan terima kasih di ponselku darinya. Dan sedikit ancaman harus mengulangi. Jelas kuterima, dan tak perlu kusampaikan alasannya.

Ada pesan lain di ponselku.

"Kalau teriak jangan keras-keras, kedengeran sampai kamarku lo"

Shit. Aku lupa di sebelahku adalah kamar peserta lain. Aku tak ingat apakah menyebut nama Mbak Karina selama bercinta tadi. Mudah-mudahan ujungnya enak, bukan malah bikin runyam
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantap,,, bisa jdi semua dpt pelatihan dri awang, hahaahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd