Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sex Magisk (1st Update)

PicaRockz

Semprot Baru
Daftar
4 Oct 2017
Post
29
Like diterima
145
Bimabet
DISCLAIMER : Cerita ini murni fiktif belaka, 100% dari imajinasi TS. Adapun nama karakter dan mulustrasi berasal dari beberapa public figure, tetapi nama nya akan coba di samarkan. So then, enjoy the story! :kretek:




Irfan menghisap dalam-dalam rokoknya. Sedetik, dua detik, di hembuskan perlahan. Bersama dengan itu, berkurang juga penatnya. Namun, saat ia kembali menghisap, perasaan tidak nyaman kembali muncul. Begitu seterusnya terulang, hingga habis satu batang. Tapi penat itu juga tak ikut hilang. Ya, bagaimana Irfan tidak pusing. Hari sudah gelap, waktu jelas tambah larut, tapi uang di kantong hanya dua lembar sepuluh ribuan.

Hari ini bisa di bilang bukan hari mujurnya. Sebagai tukang ojek pangkalan alias opang, memang wajar dapat penghasilan pas pasan. Tapi se pas apapun sebelumnya, tidak pernah se pas hari ini. Dari pagi, kemudian pulang makan siang, hingga malam tiba ia cuma dapat satu anteran. Itu pun jaraknya lumayan jauh. Harusnya ia bisa dapat tiga puluh ribu, tapi karena yang dia antar sudah renta, dan Kakek itu cuma ada dua puluh ribu, ya sudah ia terima saja. Kakek itu memberikan uangnya dan di jabat tangan Irfan sambil mengucapkan terima kasih, lalu pergilah Kakek itu. Irfan hanya menghela nafas sambil bergumam."Lumayan lah penglaris," pikirnya.


"Ahh kalau tau begini, apanya yang penglaris! Mending tadi sore aku ikut ke rumah Miun," umpatnya, sambil menghisap rokoknya. Malam ini dia sendirian. Miun, teman sesama opangnya di pangkalan itu pulang dulu sebelum gelap, katanya ada hajatan tetangga. Sebetulnya Irfan di ajak, tapi di tolak karena pikirnya, siapatau berbuat baik pada orang tua membawa berkah. Tapi, entah kemana berkahnya sekarang.

Sambil duduk di kursi panjang, ia perhatikan jalanan. Makin lama makin sepi. Walau ini bukan jalan utama ataupun jalan antar kota yang selalu ramai, jalan makin sepi artinya hari makin malam. Hanya satu dua kendaraan lewat dalam 5 menit. Warkop di dekat pangkalannya juga sedari tadi tutup. Memang pangkalannya berada di perbatasan perkampung besar dan perkebunan tebu, jadi tidak heran bisa sangat sepi. Sambil melihat HPnya, terlihat jam di 11:05. "Sudah larut, ku pulang saja lah. Mungkin besok lebih mujur, " gumamnya sambil menguap. Kantuk memaksanya pulang lebih dini. Biasanya dia baru pulang jam 1 malam. Ia hendak berdiri mematikan saklar lampu pangkalan, sekaligus menuju motornya.

Namun saat dia berdiri, tiba tiba dari jauh ada pancaran sinar putih, menyorot tepat di depan motornya. Ia menoleh ke kanan, mencari asal cahaya itu. Sebuah mobil sedan silver datang menepi, dan berhenti agak jauh dari pangkalan ojeknya. Irfan terpana, "Buset, ini mobil bagus coy. Mobil para artis kali yah." lalu berdecak kagum. Tidak heran dia kaget. Sebuah mobil mewah merk Jerman yang menepi, dan tak pernah ia lihat sekali pun berseliweran di jalan sini. Tiba tiba, pandangan Irfan dari yang terpana berubah jadi melotot. Dari sisi pengemudi, ada sesosok wanita yang keluar dari mobil itu. Wanita cantik, dan berkulit putih. Putihnya nyaris mengalahkan putihnya cahaya lampu mobil. Siluet tubuhnya benar benar seksi, samar-samar terlihat dari jauh. Wanita itu memandang Irfan, menatapnya sejenak, lalu berjalan perlahan ke arahnya.

Irfan terpatung, masih tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Semakin wanita itu mendekat, semakin jelas detail tubuhnya saat tertimpa cahaya. Wajahnya sungguh cantik, mirip artis televisi, atau malah bintang film. Pinggang dan pantatnya sangat berlekuk, walau terbalut celana panjang ketat. Kulitnya putih sekali, mirip warna susu. Rambutnya pendek, di tutupi oleh topi. Dagu, bibir, pipi, hidung, dan matanya, terlihat amat sensual, benar benar menggoda iman. Tapi yang membuat mata Irfan melotot dan nyaris keluar bukan wajahnya, atau lekuk tubuhnya. Adalah kedua gunung di dadanya yang tertutup bra hitam dan kaos putih, mencetak jelas sepasang aset yang membuat para pria terbelalak dan para wanita iri hati. Sepasang payudara masif berukuran 38C menyeruak, tertahan oleh kaos putih yang tampaknya kekecilan.



"Misi bang, mau tanya. Ini dimana yah?" tanya wanita itu.


"Bang? Halo?"
"Ehh anu, iya mbak." Irfan tersadar dari lamunannya. Maklum, tak pernah ia melihat wanita seperti ini, paling hanya di TV. "Ini di daerah ****** mbak," sahutnya, tapi masih tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.
Wanita itu mengernyitkan dahi. "Haa! Dimanaaa? Astaga, gue nyasar kemana sih iniii," gerutunya sambil membuka HPnya, mencoba mencari kontak temannya, di telpon, dan ternyata HPnya tidak dapat sinyal.
"Aduhhh, kok ga ada sinyal sihh. Gue dimana sih ini? Kok bisa nyasar. Nyesel deh, kenapa tadi pergi gak pake taksi online aja." Ia terus menggerutu, sekaligus panik. Tapi lupa, ada sesosok pria yang masih saja memandanginya tidak percaya. Irfan menggosok matanya. "Ini beneran cewek kan yah? apa jangan-jangan dia kunti atau apa? Ah tapi masa iya kunti nyetir mobil?" batinnya berkecamuk, masih sulit menerima informasi yang tak pernah di dapat sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, setelah Irfan bisa paham bahwa wanita ini adalah benar-benar wanita bukan kuntilanak atau makhluk jelmaan lainnya, ia mendekati wanita itu, yang masih menggerutu dan sibuk dengan HPnya. Irfan memberanikan diri berbicara.
"Ma-maaf mbak, kalau mbaknya mau, saya antar ke kantor polisi gimana? Biar mbak tau harus ngapain. Ini udah malam juga, lebih aman mbak disana. Kantor polisinya dekat sini kok. Kebetulan searah jalan saya pulang. Nanti saya bawa motor, tinggal mbak ikutin saya dari belakang."
Wanita ini pun dari wajah paniknya berubah sumringah. "Bener mas? Aduh makasih banyak yaah mau bantuin sayaaa. Saya bener bener gatau ini harus ngapain lagiiii," balasnya sambil tersenyum, dan mengangguk anggukan badannya, menyebabkan gunung kembarnya bergoyang naik turun. Irfan hanya bisa menelan ludah, lalu tersenyum melihat itu terjadi. "Oh iya mba, nama saya Irfan. Mbak nya?" sembari menyodorkan tangannya. Wanita itu lalu menjabat tangan Irfan, siap menyebut namanya.

Namun, hal aneh terjadi. Tepat saat mereka berjabat tangan, mereka terdiam. Pandangan mereka kosong. Hilang senyuman mereka tadi yang saling berbalas. Mereka terpatung, seakan akan waktu berhenti. Lalu munculah cahaya hijau redup dan samar di dalam telapak tangan mereka. Jika di lihat sekilas tidak akan terlihat. Itu bahkan lebih redup dari lampu resistor. 3 detik kemudian, cahaya itupun hilang. Seketika kembalilah kesadaran mereka.


"Na.... Nadya," jawab wanita itu lirih. Saat namanya di sebutkan, diwaktu bersamaan tubuh Nadya berdesir. Ada perasaan hangat yang dirasakan, tapi nikmat. Ia kaget, mundur selangkah, dan muncul ekpresi bingung di wajahnya. Apa yang ia rasakan? Mengapa badannya terasah aneh? Mengapa nafasnya menjadi semakin dalam? Ia memandang tubuhnya, dari kaki, lalu naik ke telapak tangannya, kemudian menatap Irfan, penuh tanya. Kontras dengan Nadya, Irfan pun tersenyum. Namun senyumnya tidak setulus tadi, melainkan senyum penuh nafsu. Tatapannya berubah, dari yang kaget lalu berseri seri menjadi tatapan predator kelaparan yang melihat hewan buruan. Tapi bukan yang predator brutal, melainkan mata hewan cerdas, yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi.

Tanpa kata-kata sedikitpun, Irfan menarik tangan Nadya ke arah mobilnya. Masih dengan senyum mengembang, ia membuka pintu mobil penumpang kiri depan, lalu dengan gestur tangan ia menyuruh Nadya masuk. Nadya menurut, seperti seekor sapi di cucuk hidungnya. Nadya, yang tadi muncul ekpresi bingung, kini wajahnya malah terlihat seperti menahan sesuatu, menahan libidonya yang mulai memuncak. Irfan lalu menuntun motornya, ia sembunyikan di belakang pos pangkalan ojeknya, sehingga tidak terlihat dari depan pangkalan. Lalu bergegaslah Irfan masuk ke mobil.

Di dalam, Irfan menyalakan mobil, lalu suhh AC di ubah ke yang paling dingin. Nadya, yang dalam keadaan lagi horny maksimal, saat terkena hembusan AC, tubuhnya bergetar. Nafasnya pun memburu. Tanpa sadar, tangan kanannya meremas payudara kanannya, dan tangan kirinya masuk ke dalam celana dalamnya yang sudah mulai basah. Tangannya mulai memainkan klitorisnya, sembari matanya terpejam menikmati tiap gelombang birahi natural wanita.
"Sssshhhhhh..... mmmmmmm.... aaaaahhh...." desahnya pelan, tapi sangat dalam. Irfan yang melihat pemandangan itu, tersenyum lebar penuh nafsu. Kemudian ia mulai tancap gas, membelokkan setir, dan menyetir mobil seperti sudah terbiasa menyetirnya. Padahal, Irfan sebelumnya tidak tahu menyetir mobil sama sekali.

Irfan menjalankan mobil Nadya, dengan kecepatan tinggi, menuju sebuah tempat yang bahkan ia tidak pernah datangi sebelumnya, tapi saat itu ia tau dimana tempat itu berada. Sementara itu, Nadya benar-benar semakin melayang. Setiap remasan di payudaranya, plintiran di putingnya, juga rabaan di klitoris dan bibir vaginanya, benar benar membuat nafsunya bertambah.
"Ohhhhhwwww.... Yeessss..... Ahhhh..... Nikmat banget.. Fuuccckkk.... Aaahhhhhhhh...." Nadya meracau, menikmati tiap hal yang di lakukannya.
Irfan? Dia tetap tersenyum, menahan agar tak melakukan apapun. Walau dada berdegub kencang, penisnya sudah berdiri tegak sempurna, tetapi ia tak melakukan apapun. "Tunggu Nadya, sabar yah. Sebentar lagi kita akan mendapat kenikmatan luar biasa," ucapnya, sembari tangannya meremas setir. Nadya tak menggubris, karena birahinya menutupi kesadarannya. Dan di punggung tangan kanan Irfan, muncul semua simbol. Sebuah simbol yang tidak pernah muncul sekian ratus tahun lamanya.



Pertanyaannya, apa yang sebenarnya terjadi?


Part 2 : Exa Quaestus
 
Terakhir diubah:
Weh keren nih numpang dagang dimari
 
Kayanya bagus nih ... Monggo... Silahkan dilanjutkan Om... Nubi siap siap nyimak ah...
 
Kyak umemaro gitu ya bos, hehe tpi asik nih crita yg patut ane pantengin terusss! Lanjutkan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd