Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY SEXFLU 2030

Dari semua episode yang sudah dipublikasikan, episode mana yang jadi favoritmu?


  • Total voters
    143

Story 7: Gowes (Part 3)​


“Din, Din.”

“Oy oy?” sahut Dino.

“Sini deh bentar,” kata Randi.

“Ngapain? Lo kan lagi ngewe?”

“Bantuin gue.”

“Amit-amit!”
Pada akhirnya, Dino tetap mendekat ke arah Randi. Mereka berdua mengamati lubang vagina Ayu, menyentuh permukaannya, melebarkan lubangnya, menarik-narik ujungnya.

“Kayanya bener ini lubangnya. Nah, kalo ini namanya itil,” kata Dino.

“Lah, lo juga nggak yakin? Bukannya lo udah pengalaman?” tanya Randi.

“Gue belum pernah, sih.”

“Tapi nonton bokep kan lo sering,” ujar Randi.

“Iya, sih. Tapi gue kan penggemar bokep Jepang, lebih sering liat mozaik. Lagian, ngeliat di film sama liat aslinya tuh beda,” jelas Dino sambil jari tengahnya keluar masuk lubang vagina Ayu, mencoba menjelajahi setiap celahnya.

“Oh, gue kira lo fuckboy,” timpal Randi sambil tertawa, sementara telunjuknya menggesek-gesek klitoris Ayu.

“Jangan berlagak pilon. Lo kan udah beberapa kali punya mantan. Masa nggak pernah begituan?” tanya Dino lagi, jarinya semakin cepat mengocok vagina Ayu.

“Lah, gue lagi. Gue kan kader Rohis. Kalo pacaran nggak pernah berduaan. Lagian itu namanya ta’aruf, bukan pacaran,” ucap Randi.

“Oh iya, ya. Lupa gue,” ujar Dino. “Ya udah, lo coba lagi deh. Berdasarkan pengalaman gue beberapa kali liat video bokep di Semprot.com, seharusnya sih bener lubangnya yang ini.”

“Oke, gue coba lagi. Minggir bentar.”

Dino mengeluarkan jarinya dari vagina Ayu, kemudian kembali mundur selangkah, memberi ruang kepada Randi.

Perlahan-lahan, Randi kembali memasukkan batang penisnya ke dalam vagina Ayu. Kali ini, ia tampak lebih percaya diri. Setelah beberapa kali menggesek, akhirnya ujung penisnya menemukan sebuah celah yang terasa basah dan hangat. Ia mendorong pinggulnya ke depan, kali ini agak keras, hingga ujung kepala penisnya mulai masuk ke dalam celah sempit itu.

Ayu menjerit keras. Melihat ekspresi wajah Ayu, Randi yakin bahwa ia telah melakukan hal yang benar. Ia pun mendorong pinggulnya lagi hingga batang penisnya ikut masuk ke dalam celah sempit itu, semakin lama semakin dalam. Ketika akhirnya seluruh batangnya masuk ke dalam lubang Ayu, ia merasa batangnya seperti dijepit-jepit oleh suatu bibir yang basah dan kenyal.

“Gila, nikmat banget. Ini bener, kan, Yu?” tanya Randi sambil menatap wajah Ayu yang matanya masih setengah terpejam.

Ayu tak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangguk beberapa kali sambil terus mendesah. Dadanya naik turun. Keringatnya bercucuran.

Randi mulai menggerakkan pinggulnya, maju-mundur. Batang penisnya keluar masuk di dalam vagina Ayu, semakin lama semakin cepat. Tak bisa ditahan, Randi pun ikut mendesah. Ia tidak menyangka bahwa seks ternyata senikmat ini, apalagi bila dilakukan dengan perempuan cantik yang ia sukai sejak lama.

Namun baru sekitar lima menit kemudian, tiba-tiba saja mulut Randi menganga, matanya terbelalak. Ia menghentikan genjotannya, lalu segera mencabut penisnya keluar dari vagina Ayu. Dalam hitungan detik saja, tiba-tiba spermanya menembak keluar dengan kencang, membasahi perut ramping dan belahan dada Ayu.

Randi terduduk di atas rumput. Napasnya terengah-engah. Matanya terlihat sayu seperti sedang terjebak dalam ekstasi luar biasa, sementara batang penisnya berangsur-angsur kembali melunak.

“Udah, Ran?” tanya Dino yang sejak tadi mengamati dari pinggir.

“Udah… hah… hah….,” ujar Randi sambil berusaha mengatur napasnya.

“Kayanya nggak sampe lima menit, deh,” ucap Dino sambil terkekeh.

“Hah.. hah… maklum, namanya juga pertama kali.”



Meski kondisi Randi sudah terlihat lelah, tetapi kondisi Ayu masih belum berubah. Napasnya masih naik turun, cairan vaginanya masih terus membanjiri selangkangan. Siksaan birahinya masih belum terpuaskan dan nyawanya masih dalam bahaya.

Kali ini giliran Dino yang mencoba melakukan pertolongan. Melihat aksi Randi sebelumnya yang tidak banyak membuahkan hasil, Dino pun sedikit jumawa dengan menganggap bahwa tubuhnya lebih perkasa daripada Randi.

“Yu, maaf, lo bisa nungging nggak? Mungkin kalau posisinya diubah bisa lebih efektif,” kata Dino.

Mendengar permintaan tersebut, Ayu mencoba mengubah posisi tubuhnya. Ia membalikkan badan, kemudian mengangkat pantatnya yang bulat sempurna itu. Melihat bokong yang indah itu, mau tak mau Dino langsung menamparnya dengan telapak tangan.

“Awwh!” jerit Ayu.

“Sori, Yu. Gemes banget gue abisnya,” ujar Dino.

“Plisssh… Din… tolongin gue….” kata Ayu, sementara mulutnya menghadap rerumputan di atas tanah.

“Iya, gue coba semaksimal mungkin.”

Dino menurunkan celananya sendiri, kemudian mengeluarkan penisnya yang sudah tegak sempurna. Ia merasa percaya diri karena ukurannya memang lebih panjang daripada milik Randi tadi. Tanpa keraguan, ia pun mencoba memasukkan batang penisnya ke dalam lubang Ayu. Awalnya, ia sempat heran kenapa lubang itu terasa sempit dan ketat sekali. Namun ia tak ingin terlihat ragu, maka dengan sekuat tenaga ia pun mendorong pinggulnya.

Namun, ketika batang itu masuk, tiba-tiba saja Ayu menjerit kencang.

“Aaaaaaah! Sakiiiit! Sakiiit!”

Mendengar jeritan itu, Dino pun panik bukan main. Ia mencoba menarik penisnya lagi, tapi batang penisnya itu seperti dicekik dan tak bisa lepas.

“Sori, Yu. Sori! Gue nggak sengaja. Sakit, ya?” tanya Dino.

“Itu lubang pantat gue, beg0oo! Aaaawhhh!” protes Ayu.

“Terus… terus gimana dong?” tanya Dino kebingungan. “Ini namanya anal, kan? Ya kan, Ran?”

Randi yang sedang beristirahat di pinggir hanya mengangguk lemah. Ia tidak tahu, ia tidak peduli.

“Gue cabut ya, Yu. Maaf, maaf, gue nggak tau,” kata Dino.

Dino mencoba menarik penisnya keluar dengan susah payah. Pantas saja lubang itu terasa sangat sempit dan tidak sebasah yang ia bayangkan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa pada saat itu Dino merasakan kenikmatan luar biasa pada batang penisnya. Dino tak bisa meneruskan. Ia tidak ingin kenikmatannya berada di atas penderitaan Ayu.

Ia pun mencabut penisnya dari lubang anus Ayu. Namun pada saat mencabut itulah ia merasakan batang penisnya seperti diurut dengan nikmat dari batang hingga ke ujungmya. Ia tak dapat menahan diri lagi. Ketika ujung penisnya keluar dari pantat Ayu, tiba-tiba saja ia mengalami ejakulasi. Cairan spermanya meluncur keluar dan mendarat di punggung Ayu.

Dino terduduk di atas rumput. Napasnya terengah-engah, sama seperti Randi tadi. Perlahan-lahan, batang penisnya kembali lemas.

“Bangkeeee!” umpat Dino. Ia memukul-mukul tanah, merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

Sementara itu, Ayu pun tengkurap tak berdaya sambil pantatnya bergerak-gerak ke atas, ke kanan, dan ke kiri, seolah mencari batang penis yang mampu menolongnya dari siksaan Sexflu ini.

Tangan Dino terkepal di atas tanah. Ia merasa tak berguna. Sekarang apa lagi yang bisa mereka lakukan? Mereka sudah mencoba menolong Ayu secara bergantian, tapi tak ada satu pun yang berhasil. Memang, pada saat ada penyuluhan B3 Sexflu di Kelurahan tempo hari, mereka membolos. Wajar jika sekarang mereka tidak benar-benar mengetahui cara melakukan pertolongan yang benar.

Mereka pikir, seks itu gampang.

Dino memperhatikan Ayu yang masih mendesah-desah dan menggelepar-gelepar di atas rumput. Ada raut sedih di wajahnya. Apakah mereka akan tak berdaya membiarkan Ayu mati di sini, di hadapan mata mereka sendiri? Kalau saja mereka tak berdebat soal “perasaan” dan soal “siapa yang lebih berhak untuk mulai duluan”, mungkin mereka bisa lebih lama membantu Ayu.

“Tenang,” kata Randi. “Gue udah nelpon Hotline Sexflu 6969 tadi.”

“Lo udah nelepon? Kapan?”

“Sejak lo baru mulai tadi. Gue bisa nebak kalau lo juga nggak akan bertahan lama,” kata Randi sambil tersenyum kecut.

“Tai, lo, Ran. Tapi bener juga lo. Mudah-mudahan TPGD nggak lama lagi datang,” ucap Dino dengan tatapan nanar.

Mereka menunggu dan terus menunggu. Kondisi Ayu semakin kritis. Melihat perempuan itu sudah banyak kehilangan cairan, Dino berinisiatif untuk memberikannya minum melalui air mineral yang mereka bawa. Namun tak banyak air yang bisa ditelan Ayu, sebagian besarnya malah ia muntahkan kembali.

“Tolongin gue…. guys… aaahhh…. memek gue…. mmmhh… pliss… siapa pun… tolong… ahhh.”

Desahan Ayu kini tak lagi terasa erotis, tetapi terasa menyayat hati. Kalau tak kuat-kuat menyembunyikan perasaan, mungkin mereka akan meneteskan air mata seperti anak kecil cengeng.

Semua ini tak seperti yang mereka bayangkan. Andai kata TPGD tak juga datang dan penis mereka sudah mulai kembali pulih, mereka pasti akan kembali mencoba menyetubuhi Ayu sekali lagi. Kali ini ia tidak peduli lubang mana atau gaya apa, yang penting mencoba.

Tak lama kemudian, tiba-tiba saja mereka dibuat terperangah oleh suara deru angin yang terdengar nyaring dari langit. Mereka melihat ke langit, ke balik ranting-ranting pepohonan. Di atas sana, sebuah helikopter terbang mendekat.

“Helikopter apa tuh?”

“Polisi? SAR? Bukan! Itu TPGD!” jerit Randi sambil menunjuk tulisan TPGD berwarna merah di permukaan helikopter tersebut.

1000w_q75.jpg


Helikopter itu tidak mendarat, mungkin karena medan di tempat itu tidak memungkinkan untuk melakukan pendaratan. Benda gagah itu hanya melayang sesaat dalam jarak dekat, kemudian sebuah tali diturunkan dari pintu helikopter.

Dari pangkal tali itu, turunlah beberapa orang pria berpakaian serba putih. Mereka dengan sigap dan cekatan menuruni tali itu hingga mendarat di atas tanah. Saat itu, Randi menghitung bahwa ada tiga orang pria berseragam TPGD yang mendatangi mereka.

“Kami dari Tim Penetrasi Gawat Darurat. Apa yang bisa kami bantu?” tanya seorang pria yang wajahnya tertutup masker medis dan face shield.

Tanpa ragu, Dino dan Randi segera menunjuk ke arah Ayu yang sedang menggeliat dan menggelinjang di atas tanah.

Melihat itu, seorang anggota TPGD segera bergerak cepat. Mereka, dengan agak kasar, segera mendorong Dino dan Randi agar menjauh. Satu di antara mereka memberikan masker kepada Dino dan Randi dan menyemprotkan disinfektan ke tubuh mereka. Satu orang lagi memasang sebuah pita berwarna pink dengan tulisan “TPGD Line — Do Not Cross” di sekeliling Ayu.

Sementara itu, satu anggota TPGD yang lain segera mendekat ke arah Ayu sambil membuka lubang di bagian selangkangan seragamnya. Tampaknya, seragam TPGD memang didesain khusus agar mudah mengeluarkan penis kapan saja di mana saja dalam kondisi darurat, tapi tetap memberikan perlindungan dari virus.

Dino dan Randi harus pasrah berjarak dua meter dari garis TPGD itu. Mereka menyaksikan bagaimana anggota TPGD itu mengeluarkan batang penisnya yang panjang dan besar. Ia mengoleskan sebuah krim, dan tiba-tiba saja batang penis itu menjadi tegang seperti pentungan polisi anti huru-hara. Penis TPGD itu kini siap menyetubuhi Ayu, wanita impian mereka, di hadapan mereka sendiri, sekaligus memberikan pelajaran berharga untuk kedua lelaki lemah itu.

“Perhatikan bagaimana profesional bekerja,” gumam Randi.

Dino mengangguk.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
hahaha keren update nya
ane mau ikutan daftar jadi relawan TPGD daftar dimana ya? :D
 
Ane juga bingung Hu, cerita ini genrenya fantasi atau komedi sebenernya.
Kl ane gak peduli ini cerita genre apa...
Tp two thumbs up utk cara penulisan yg cuek, imajinasi liar, gokil, seru utk jadi bacaan hiburan disaat gabut tp pengen ngaceng tipis - tipis.... :adek:

Lancrotannya tetep gw tunggu Suhuuu......
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd