Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG she's my kind of girl

Justthedouche

Semprot Baru
Daftar
13 May 2017
Post
27
Like diterima
19
Bimabet
teamnote2.jpg

Lyana jaman SMA

teamnote1.png

Lyana ketika wisuda

teamnote3.jpg

Lyana sekarang

"Aaaah, kamu apain sih ini Han?" desah Lyana. Seperti baru pertama kali merasakan kenikmatan seperti ini.
"Enak ngga Na?" tanyaku, sembari terus menggerakkan jariku di vaginanya.
"Enak" jawab Lyana sambil terpejam.
"Kalau sakit bilang ya" ucapku.

Kutatap wajah wanita di depanku ini. Wajahnya seperti kebingungan, antara menikmati, dan bingung dengan apa yang terjadi. Maklum baru pertama kalinya, setidaknya itulah yang aku tangkap. Perlahan dia mulai membuka matanya, menatap nanar ke arahku. Aku tahu pandangan itu, pandangan penuh nafsu. Diapun menggerakkan kepalanya ke arah wajahku, menempelkan bibirnya ke bibirku, dan aku mulai merasakan gerakan lidahnya mencoba meraih lidahku. Kami pun berciuman dengan panasnya, sambil tanganku terus bergerak di vaginanya. Kali ini tidak cuma tanganku yang bergerak, paha Lyana pun mulai bergerak menjepit tanganku, semakin lama makin erat, seakan ingin tanganku berada disana selamanya.

Aku mulai melepas ciuman di bibirnya, kemudian tersenyum kepadanya. Dia seperti tidak rela dan langsung berusaha menciumku lagi. Aku mengelak sambil kembali tersenyum. Kemudian aku arahkan wajahku ke dadanya, ku kecup sekitar payudaranya sambil perlahan ku arahkan ciumanku menuju ke pentilnya.

"Aaaah" desah Lyana.

Kulanjutkan ciumanku sambil ku jilat pentilnya, kadang sambil aku gigit pelan. Tangan kiriku yang sudah daritadi meremas payudara satunya juga mulai memainkan bagian pentil sambil sekali-sekali mencubit pelan. Gerakan Lyana pun makin tak terkontrol, pahanya makin erat menjepitku. Namun sepertinya dia berusaha menahan desahannya, entah kenapa, sepertinya karena pertama kalinya dia melakukan ini denganku, atau malah pertama kalinya dengan laki-laki, entahlah, saat ini pikiranku terlalu dipenuhi birahi untuk memikirkannya.

Setelah cukup lama aku memainkan payudaranya, aku mulai mengarahkan ciumanku ke arah bagian bawah tubuhnya. Tanganku yang mulai terasa pegal setelah memainkan kemaluannya cukup lama aku lepaskan. Ciumanku mulai bergerak di sekitar pahanya. celana dalam yg masih dia pakai aku biarkan saja, agar dia tidak merasa aku memaksanya. Perlahan aku mulai mencium vaginanya. Sepertinya dia jarang atau belum pernah memotong rambut kemaluannya. Tidak terlalu panjang sebenarnya, namun cukup berantakan. Mungkin karena belum pernah ada laki-laki yang bermain di daerah kemaluannya. Dari pengalamanku, mantanku dulu selalu rajin merapikan rambut kemaluannya sejak sudah dijamah laki-laki.

Tubuhnya bergetar saat aku menciumi vaginanya. Bahkan, kepalaku dijepinya dengan pahanya. Aku terus menciuminya perlahan-lahan sambil sekali-sekali menjilatnya. Aku memberi sedikit waktu agar dia terbiasa sebelum aku bergerak lebih jauh lagi. Setelah beberapa saat, aku merasa sudah saatnya bergerak lebih jauh di vagina perawan ini. Baru saja aku ulurkan lidahku masuk ke lubang kenikmatannya, tiba-tiba tubuh Lyana bergetar hebat, pahanya menjepit kepalaku kencang sekali. Dan terdengar desahan pajang yang agak ditahan. Ternyata Lyana sudah mencapai orgasmenya.

Akupun kembali rebahan di sebelahnya, kutatap wajahnya yang masih terpejam menikmati orgasmenya. Aku tidak mau memaksanya langsung malanjutkan. Akhirnya dia mulai membuka matanya dan melihatku. Kemudian memiringkan badannya ke arahku, sehingga kini dia bersandar di dadaku. Kami pun terdiam beberapa lama. Biasanya pada saat-saat seperti ini aku akan mengajak berbicara hal lain untuk menghindari suasana canggung. Namun entah kenapa tiba-tiba kalimat yang keluar dari mulutku malah "Lo udah pernah kaya gini belom sebelumnya?"

Aku sudah membayangkan skenario terburuk, dimana dia malas untuk membicarakan hal seperti ini, dan akan kesal kepadaku. Untungnya dia langsung menjawab dengan nada bersahabat. "Belom, cuma kissing sama pegang dada doang sih di mobil"

"Gue pacaran cuma sebentar doang kan kemaren, setengah tahunan, lagian juga di Jakarta kalo pacaran cuma makan, nonton gitu kan. Untung sih, cob kalo pas di Bandung dulu gue pacaran, mungkin bakal jauh lebih macem-macem, soalnya disana kebanyakan ngekos kan" lanjut Lyana.

"Oh iya juga sih." jawabku. "wah beneran polos nih anak, mantannya juga" gumamku dalam hati. Kalau aku sih pasti sudah check in di hotel terus.

"Eh lo dulu kuliah beneran kaga ada cowo ama sekali?" tanyaku.

"Ngga haha, ada sih beberapa yang deketin, cuma ya kurang cocok aja guenya." jawab Lyana.

"Asik deh banyak yang deketin, beda ya cewe di kampus teknik, banyak mangsanya haha" Sahutku seadanya.

"Ngga banyak juga yaaa, dikit kok dikiit, jelek gini. Banyak soalnya yang cantik disana mah" sahut Lyana membela diri.

"Dih, merendah kan, cantik tau" jawabku sambil membelai rambutnya.

Lyana menengadah ke arahku, sambil tersenyum canggung. Aku pun membalas tatapanny sambil tersenyum canggung juga. Kemudian aku kecup dahinya. Entah kenapa kali ini aku tidak bisa menahan lagi nafsuku. Aku bangkit dan mulai mencium bibir Lyana sambil merebahkan tubuhnya sehingga sekarang posisiku ada di atas, menindih tubuhnya. Kamipun berciuman cukup panas. Sambil berciuman, tanganku bergerak aktif di payudaranya. Lyana tidak berkata apapun, namun desahannya terdengar makin aktif, sepertinya dia tidak menahannya lagi. Pelan-pelan, aku raih tangannya, kemudian aku arahkan ke penisku. Aku bantu tangannya mengocok penisku. Sepertinya dia agak kaget, namun tetap mengikuti instruksiku tanpa protes. Setelah berada di posisi itu selama beberapa menit, aku merebahkan tubuhku sambil aku tarik tubuhnya, sehingga dia berada di atasku. Aku arahkan penisku supaya berada tepat di vagina dia yang masih tertutup celana dalam.

Aku tidak berencana untuk memasukkan penisku, hanya menggesekannya saja di vagina dia. Kamipun bergumul dengan hebatnya. aku mengarahkan penisku agar bisa menyentuh vagina Lyana yang masih memakai celana dalam. Saat akhirnya penis dan vaginaku bersentuhan, gerakan Lyana semakin tidak teratur, ciumannya pun semakin panas. Cukup lama kami dalam posisi itu, sampai Lyana pun akhirnya bergetar hebat kemudian ambruk di dadaku sambil memejamkan mata. Dia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua.

Aku yang masih tanggung hanya diam melihatnya. Kemudian dia melihatku sambil berkata "masih gede tuh". Aku hanya mengangguk. Kemudian aku memberanikan diri untuk bertanya "Na, mau bantuin ngga?". Lyana hanya mengangguk. Aku pun kembali menciumnya. Setelah berciuman beberapa lama, aku memegang rambutnya sambil setengah menjambak, kemudian mengarahkan ke penisku tanpa berkata apa-apa. Lyana hanya menurut saja. Aku arahkan mulutnya ke penisku, diapun langsung memasukkan ke mulutnya. Karena dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya, dia hanya diam saja. Akhirnya aku gerakkan kepalanya naik turun penisku. Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku merasakan spermaku sudah ingin keluar. Sebelumnya aku lepaskan mulut Lyana, karena aku merasa tidak enak bila keluar di mulutnya. Nikmat sekali rasanya, apalagi aku sudah lama tidak merasakan mulut wanita.

Lyana hanya menatapku. Aku melihat ada perasaan puas di wajahnya. Mungkin dia senang bisa membuatku orgasme. Aku pun segera membersihkan sisa-sisa spermaku karena takut Lyana jijik. Setelah itu Lyana merebahkan diri di sampingku, terlihat kelelahan. Aku kecup pipinya, dia hanya tersenyum sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian dia pun tertidur. Aku memandang wajahnya, masih tidak percaya bisa melakukan hal ini bersama Lyana, walaupun tidak sampai melakukan hubungan seksual.

Wanita yang sedang tidur di depanku ini bernama Lyana Harum Paramitha. Tidak terlalu cantik sebenarnya, mungkin karena dia tidak memperhatikan penampilan. Saat ini dia bekerja Engineer di salah satu perusahaan BUMN terbaik. Gampang saja dia mendapat pekerjaan itu, maklum lulusan salah satu kampus terbaik di negeri ini. Dan tentunya orangnya pintar dan wawasannya luas sekali. Tapi entah kenapa jarang aku tau ada laki-laki yang dekat dengannya. Dari yang aku ketahui, dia pacaran hanya dua kali, ketika SMP dan setelah kerja, itupun hanya beberapa bulan. Mungkin karena dia tipe orang yang introvert sehingga agak sulit untuk dekat dengan dia.

Aku mengenalnya sejak SMA. Kami sama-sama sekolah di SMA favorit di bilangan Jakarta Selatan. Saat SMA hampir setiap hari kami chatting via YM, berbicara banyak hal, entah film, buku, atau musik. Kita memiliki selera yang hampir sama. Namun saat itu aku menganggap Lyana sebagai teman saja, karena aku sedang menyukai wanita yang bernama Fira yang akhirnya menjadi pacarku selama 4 tahun. Jadi aku tidak bertindak lebih jauh, hanya sekedar berbicara via YM saja. Sampai akhirnya ketika kuliah kitapun berpisah, aku diterima di kampus negeri favorit di Jogja jurusan teknik sipil. Sedangkan Lyana diterima di kampus teknik negeri impiannya di Bandung, jurusan tervaforit pula.

Aku merasa Lyana menyukaiku sejak SMA, walaupun tidak yakin juga. Tetapi seingatku dia selalu mengalihkan pembicaraan setiap aku curhat tentang Fira. Dan dia sangat mengurangi intensitas online YM setelah aku jadian dengan Fira. Menjelang kuliah, hubunganku dengan Lyana sudah sangat berkurang, apalagi aku baru saja jadian dengan Fira. Hingga akhirnya kami sama sekali tidak pernah saling kontak, kecuali beberapa pembicaraan tidak terlalu penting di twit**ter dan beberapa ucapan selamat ulang tahun di facebook.

Sebenarnya saat sedang berpacaran dengan Fira, aku sering memperhatikan kicauan Lyana di sosial media. Saat itu aku merasa kangen ngobrol dengan dia. Karena aku merasa ngobrol dengan Lyana dulu saat SMA lebih nyambung dibanding dengan Fira, apalagi setelah berpacaran lama dan merasa bosan. Tapi aku malas menghubungi Lyana. Karena Fira orangnya cemburuan sekali, aku malas membuat masalah saat berpacaran dengan dia.

Aku sudah lupa dengan Lyana sampai ketika 2 bulan lalu, aku ingin mencari informasi di twit**ter yang sudah lama tidak aku buka. Saat sedang scrolling timeline tidak sengaja aku melihat tweet dari Lyana. Aku pun penasaran, karena sudah jarang sekali teman-temanku yang aktif di twit**ter. Saat kubuka profilnya, ternyata dia masih cukup sering ngetweet, walaupun jaraknya beberapa hari sekali. Iseng saja aku retweet tweet terbarunya. Ternyata setelah itu perasaanku mulai gundah, apakah dia akan merespon, atau tidak. Bolak-balik aku mengecek twit**terku disela-sela kerja, sebelum tidur, setelah bangun.
Akhirnya setelah sehari Lyana merespon juga. Dia juga kaget aku masih buka twit**ter. Akhirnya aku minta kontaknya melalui personal message. Dari tweetnya aku lihat dia sedang patah hati, walaupun dia hanya menulisnya secara tersirat, tapi aku dapat menebak. Dan ternyata benar.

Kamipun mulai sering ngobrol lagi, walaupun awalnya agak canggung karena sudah lama tidak berhubungan. Tapi sayangnya, aku tidak mudah untuk bertemu. Karena aku sedang ditugaskan di proyek pembangunan jalan di Jawa Tengah, sedangkan Lyana bekerja di ibukota. Sampai seminggu lalu, dia curhat tentang pekerjaannya yang melelahkan. Akupun iseng mengajaknya untuk main ke Jogja, kebetulan aku punya rumah disana, jadi aku sering ke Jogja kalau weekend, apalagi minggu ini long weekend. Diluar dugaan diapun tertarik, bahkan langsung melihat-lihat harga tiket. Tiket Pada saat weekend apalagi ke daerah wisata seperti Jogja mahal pastinya. Akupun menawarkan untuk tinggal di rumahku saja, sehingga dia cukup keluar uang untuk tiket, akomodasi aku yang tanggung. Walaupun agak menolak awalnya, tapi akhirnya dia mau juga, padahal aku tidak terlalu memaksa.

Seminggu kemudian, disinilah kami. Lyana tidur disampingku, hanya mengenakan celana dalam dan kemeja tidur. Aku tidak menduga akan terjadi seperti ini. Awalnya akibat hujan deras yang melanda Jogja, membuat rencana ke pantai terpaksa di batalkan. Jadilah kami hanya di rumah, menonton film seharian, kebetulan aku punya koleksi film yang ingin kutunjukkan ke Lyana. Makanpun kami malas keluar, akhirnya pesan ojek online. Awalnya posisi kami saat menonton pun duduk agak berjauhan. Namun setelah agak malam, udara makin dingin akibat hujan dan AC. Lyana terlihat semakin kedinginan. Akupun menawarkan selimut "Na, mau selimut?"

"Boleh han" jawab Lyana. Aku segera mengambil selimut di lemari.

"Nih" ucapku sambil melemparkan selimut ke Lyana. Lyana segera memakai selimutnya.

"Lo ngga dingin?" tanya Lyana.

"Biasa aja sih" jawabku yang memang tidak terbiasa memakai selimut. Satu jam kemudian aku pun merasa lumayan kedinginan juga. Lyana melihatku dan manawarkan membagi selimut, karena ukurannya memang cukup lebar "Han, sini sih bareng, gede banget ini selimutnya buat gue sendiri"

"yaudah deh" jawabku. Akupun memasukkan kakiku ke dalam selimut, dan Lyana juga mendekatkan badannya ke arahku. Kami pun melanjutkan menonton film.

"Han, Thanks yak, gue butuh banget nih kaya gini, lagi jenuh banget di kantor" ucap Lyana tiba-tiba saat aku memilih film untuk ditonton selanjutnya.

"Seloow. Eh tapi sayang banget nih ujan gini, jadi kaga berasa liburannya, di rumah doang." jawabku

"gapapa kali, tetep aja suasananya beda, kayanya gue jenuhnya sama kehidupan di Jakartanya deh haha, buktinya ini gue cuma gini doang aja tetep seneng banget rasanya, mood gue balik lagi" kata Lyana. Akupun hanya tersenyum sambil mengarahkan tanganku ke arah pundaknya dengan masuk menepuk-nepuk, karena aku bingung memilih kata. Namun ternyata Lyana mengira aku ingin merangkulnya, dia langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku sebenarnya kaget, namun senang juga. "Lumayan lah, one step closer" gumamku dalam hati. Maklum laki-laki, pikiran kotor sudah mulai memasuki otakku, walaupun aku tidak berencana berbuat apa-apa sebenarnya.

Tidak sampai 30 menit kemudian kami sudah bercumbu di sofa tempat kami menonton sebelumnya. Aku lupa bagaimana awalnya bisa terjadi, sepertinya aku hanya iseng mengomentari rambutnya yang wangi, kemudian iseng mencium rambutnya. Kemudian dia menyandarkan kepalanya di pahaku karena pegal dengan posisi sebelumnya. Saat itulah aku tidak tahan lagi, aku cium pipinya berkali-kali sambil dia menonton film sampai akhirnya dia memindahkan pandangannya dari tv ke arah wajahku, dan aku pun mencium bibirnya. Aku tak menyangka dia mau, karena saat aku pertama melihatnya setelah sekian lama kemarin, Lyana menggunakan jilbab, sepertinya dia mulai berjilbab saat lulus kuliah. Jujur aku lebih suka saat tidak berjilbab, karena rambutnya cukup bagus. Namun ternyata ketika di rumahku, dia tidak memakai jilbabnya lagi, sepertinya dia bukan yang terlalu ketat menaati peraturan agama. Saat itulah aku berfikir, aku mempunyai peluang untuk dapat bercinta dengannya weekend ini.
 
Terakhir diubah:
Mohon saran kritiknya suhu sekalian.

Maaf ya kalo banyak kurang, maklum newbie di dunia perlendiran dan penulisan.

:):):)
 
Nitip sendal dulu.... semoga cerita nya tidak macet.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part II : POV Lyana

Samar-samar suara pengajian sebelum subuh menghentikan lamunanku. "Sudah subuh rupanya" ucapku dalam hati. 30 menit sejak aku terbangun karena dingin dan kebelet ke kamar kecil. Setelah memakai celana, aku kembali ke tempat tidur, berencana untuk tidur lagi. Cukup lama aku mencoba memejamkan mata, namun rasa kantukku sudah menguap entah kemana, tergantikan oleh berbagai macam pikiran. Aku melihat ke arah Raihan yang masih tertidur pulas. Aku menyesal tidak berkata jujur padanya. Entah kenapa aku terlalu takut dia jijik denganku bila aku cerita yang sebenarnya.

Aku masih senang sekali dia menghubungiku 2 bulan yang lalu. Saat itu benar-benar kejutan dalam hidupku. Momen yang pas juga karena beberapa bulan sebelumnya aku baru saja putus dengan mantanku Dimas. Dulu aku bukan orang yang berfikir untuk segera punya pasangan dan menikah. Namun ternyata aku terbawa juga oleh lingkungan. Melihat teman-temanku seangkatan sudah menikah, atau tunangan, atau setidaknya hubungannya sudah sangat serius, aku pun mulai merasa tertekan. Terkadang aku takut bila sampai umur 30 tahun aku belum menikah juga, aku tidak akan lagi menemukan pasangan hidup. Ini lah salah satu efek dari budaya masyarakat Indonesia. Dan aku pun termasuk yang jadi korban yang terkena doktrin.

Aku menyukai Raihan sejak SMA. Waktu itu dia adalah pengurus osis yang cukup dikenal dan luas pergaulannya. Tetapi dia bisa menahan diri dari pergaulan hedonis anak SMA. Sedangkan aku hanyalah anak biasa yang mungkin tidak sampai setengah dari angkatan yang menyadari keberadaanku diangkatan mereka. Aku tahu dia dulu dia hanya menganggapku sebagai teman. Aku pun tidak masalah, karena aku tidak terlalu ingin berpacaran ketika SMA, namun setiap dia mulai bercerita tentang Fira, entah kenapa rasa cemburuku muncul dengan hebatnya. Hingga akhirnya mereka berpacaran, akupun mulai menjauh dari Raihan. Tapi aku tetap mengaguminya, kadang perasaan ingin ngobrol banyak muncul, jarang aku temukan teman laki-laki yang selain enak diajak ngobrol juga punya wawasan luas serta memiliki idealisme. Tetapi harus kutahan karena dia sudah punya Fira, dan aku tidak ingin mengganggu hubungan mereka.

Saat kuliah tiap mendengarkan lagu-lagu the beatles atau the beegees aku selalu teringat Raihan. Begitu juga ketika menonton film-film seperti Into The Wild, atau film yang disutradarai Christopher Nolan, sutradara favoritnya. Iya dia adalah film geek, dan berhasil menularkannya padaku. Ketika kuliah hobiku adalah menonton film, itu semua gara-gara dia. Kadang setelah selesai nonton suatu film, aku ingin menghubunginya dan mengobrol tentang film tersebut, namun entah kenapa tidak kulakukan. Sampai ketika aku mulai dekat dengan Daru, kakak angkatanku di kampus, perlahan aku mulai lupa dengan Raihan. Oiya, Daru, Andaru Danudirja, dialah orang yang menghancurkan hidupku, dan dia jugalah rahasia yang aku tidak berani ceritakan kepada Raihan.

"Udah bangun Na?" kata Raihan sambil menguap.

"Udah kok, baru aja" kataku berbohong, sambil tersenyum melihatnya menguap, entah kenapa lucu sekali ekspresi wajahnya ketika menguap.

"Kamu subuhan ngga?" tanyanya.

"mmm, males mandi hehe" jawabku sambil tertawa.

"hahaha, sama, yaudahlah ya, dirapel aja nanti" balas Raihan sambil tertawa.

"yeee, dasar seenaknya, aku sih udah kemaren" jawabku mencoba ikut bercanda. Raihan tertawa agak dipaksakan mendengar aku mencoba melucu.

"Eh, hari ini mau ngapain nih jadinya? Ujan ga ya kira-kira?" tanya Raihan.

"Hmmm, aku mager sih sebenernya, tapi masa 3 hari di Jogja ga kemana-mana. Kasih saran doong. Kamu kan lama tinggal disini" Jawabku.

"Aku sih biasanya kalo ada tamu gini aku ajak ke daerah yang banyak ijo-ijonya kaya imogiri, disana ada hutan pinus, kebun buah gitu, jarang kan di Jakarta liat taneman" kata Raihan menyarankan.

"Oooh hutan pinus yang sering ada di foto-foto orang di instagram ya? mau deh aku kesitu" jawabku.

"Nah iya betul, emang hits sih itu tempat sekarang. Yaudah siap-siap gih, makin pagi makin bagus. Bakalan rame kalo siang soalnya, apalagi ini long weekend" kata Raihan.

"Okee, kamu duluan apa aku duluan nih?" tanyaku.

"Bareng aja" jawab Raihan, membuatku bingung mau membalas apa.

"Hahaha, aku mandi di kamar mandi kamar orang tuaku maksudnya, kamu di mandi di kamar mandi depan. Biar ga kelamaan hahaha" Lanjut Raihan lagi. Akupun segera mengambil alat-alat mandiku sambil melemparkan pandangan aneh ke Raihan menandakan bercandaannya tidak lucu. Raihan pun tertawa melihatku.

Ternyata manusia memang benar-benar butuh bercengkrama dengan alam seperti yang Soe Hok Gie bilang. Perjalananku hari ini benar-benar refreshing hati dan pikiran. Perjalanan kami diawali dengan sarapan soto ayam yang tempatnya di pelosok desa, kata Raihan, ini favorit ayahnya. Rasanya memang bukan yang istimewa sekali, tapi justru dari kesederhanaannya membuatku jatuh cinta dengan soto ayam itu. Setelah itu kami langsung menuju Imogiri. Raihan memilihkan rute melewati pedesaan yang sepi dan banyak pepohonan, mataku benar-benar dimanjakan, setelah biasanya hanya melihat hutan beton melulu.

Di Imogiri kami ke kebun buah yang belum tumbuh buahnya, namun pemandangannya luar biasa. Aku sungguh iri dengan masyarakat yang tinggal disana, bisa merasakan keindahaan ciptaan Tuhan semau mereka. Kemudian kami melanjutkan ke Hutan Pinus. Tidak terlalu lama disana, cuma foto-foto sebentar saja, sambil duduk-duduk menikmati udara yang masih bersih. Setelah itu kami mampir di restoran yang sekaligus merupakan peternakan, letaknya juga masih di daerah Imogiri, masih sangat asri dan alami sekali.

"Eh, masih belum terlalu siang nih ternyata, mau kemana lagi?" Tanya Raihan.

"Kalo ke pantai jauh ya?" tanyaku.

"Ya lumayan sih, 2 jam lah dari sini maksimal. Mau?" balas Raihan.

"Aku sih mau, lha kamu capek ngga nyetir terus?" tanyaku lagi.

"Gapapa sih aku mah, kan stroong" jawab Raihan.

"Bener lho yaa, awas ntar tiba-tiba ngeluh pagel-pegel" balasku.

"Ya kamu tanggung jawab laah, pijitin" kata Raihan.

"Yeee maunya. Yaudah deh yuk, udah abis nih minumannya, keburu sore juga" ajakku.

"Okee" kata Raihan.

Kamipun berangkat menuju ke Pantai. Pemandangan di jalan menuju Pantai pun tidak kalah bagusnya. Bukit-bukit kapur Wonosari menjulang di selingi pepohonan. Kata Raihan, tanah di Wonosari kebanyakan memang dari kapur, maka dari itu, jika kemarau panjang penduduk suka kekuarangan air, karena tanah kapur tidak bisa menyimpan air. Ah sedihnya kalau seperti itu. Semoga pemerintah segera menemukan solusinya.

Ternyata perjalanan kami hanya memakan waktu 1 jam lebih sedikit. Aku sungguh takjub melihat Pantai di Wonosari ini, karena memang jarang sekali aku berwisata ke tempat seperti ini. Aku dan Raihan langsung bermain air, untungnya aku membawa baju ganti, jadi ya tidak masalah basah-basahan. Setelah bermain kamipun berjalan ke atas tebing yang pemandangannya bagus sekali. Rasanya tidak ingin lagi kembali ke Jakarta kalau sudah di tempat seperti ini. Setelah turun dari tebing kami pun bermain air lagi. Raihan malah menenggelamkan seluruh tubuhnya ke air, sehingga bajunya basah semua. Ternyata dia juga sudah mempersiapkan baju ganti. Katanya dia memang sudah merencanakan ke pantai sekalian kalau ada waktu, jadi dia membawa baju ganti. Wah senangnya aku, tau dia merencanakan semuanya dengan detail gini.

Tak terasa kami berada di pantai sampai hampir senja. Setelah bilas dan berganti pakaian kami pun segera bersiap untuk pulang. Setelah keluar dari area parkiran Pantai ternyata ada kemacetan kecil menuju jalan utama. Kukira kemacetan hanya di Jakarta saja. Ternyata macet ini gara-gara padatnya pengunjung yang mau pulang, dan jalan yang tidak bagus. Aku baru ingat memang sih, tadi saat menuju kesini memang jalannya jelek. Tapi entah kenapa, aku tetap senang sekali hari ini, jalan-jalan keliling Jogja, apalagi sama Raihan, mungkin itulah sebab utamanya. Raihan memperhatikanku daritadi yang tidak berhenti tersenyum.

"Heh, sehat kan mbak? senyam senyum aja dari tadi" kata Raihan.

"Hahaha ini senyum bahagia tauu, udah lama aku ga jalan-jalan gini, seneng banget." Jawabku.

"Ikut seneng deh kalo kamu seneng" jawab Raihan sambil tersenyum. Entah kenapa aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari dia.

"Makasih ya Han, udah di anter-anterin gini. Kamu jadi tour guide plus supir hari ini." ucapku.

"Iyaa, sama-sama Lyana cantik" jawab Raihan. Aku semakin senang mendengarnya, entah kenapa, padahal biasanya kalo cowo bilang aku cantik hanya aku anggap bercanda.

Mobil masih bergelak perlahan, antriannya cukup panjang rupanya, maklum long weekend, banyak turis. Aku dan Raihan saling menatap, cukup lama. Dan tiba-tiba dia mengarahkan bibirnya ke bibirku. Kamipun berciuman sambil Raihan menjalankan mobil pelan-pelan bila antrian bergerak, entah bagaimana dia melakukannya. Ciumannya makin lama makin panas, aku pun membalasnya tak kalah panas. Tiba-tiba aku merasakan tangan Raihan sudah berada di payudaraku, dan mulai meremas pelan-pelan. Aku pun semakin tidak bisa menyembunyikan gairahku. Aku raih tangan Raihan, kemudian aku gerakkan tangannya agar meremas payudaraku keras-keras. Sepertinya dia agak kaget. Aku sudah tidak peduli lagi, saat ini aku hanya ingin merasakan penisnya di vaginaku. Tanganku pun mulai bergerak dari merangkul lehernya kemudian menuju dadanya, kemudian perlahan ke arah pahanya. Sebenarnya aku ingin segera menyentuh penisnya, namun aku agak ragu. Akhirnya Aku pun sudah tak tahan lagi, aku sentuh penisnya dengan tanganku. Raihan agak kaget pada awalnya, namun kemudian dia malah semakin keras meremas payudaraku.

Tiba-tiba terdengar klakson dari mobil belakang. Ternyata mobil depan kami suda maju cukup jauh. Sepertinya Raihan mulai kesulitan membagi konsentrasi. Raihan pun menjalankan mobil, sambil tetap memainkan payudaraku, kali ini bahkan sudah masuk ke dalam bajuku. Tanganku juga masih tetap mengocok penisnya. Setelah antrian macet berhenti lagi, Raihan kembali menciumku sambil membuka celananya. Aku yang memang sudah berniat membuka celana Raihan pun langsung ikut membantu. Akhirnya penisnya yang sudah sangat keras itu terlihat. Tangankupun mulai mengocoknya. Tak lama kemudian mobil memasuki jalan utama, yang berarti Raihan harus berkonsentrasi menyetir karena tidak macet lagi. Raihan pun melepaskan ciumanya sambil sekali lagi meremas payudaraku cukup kencang.

Benar-benar tanggung, birahi ku benar-benar butuh pelampiasan sekarang. Raihan harus konsentrasi menyetir, karena jalanan gelap dan berkelok. Sementara itu tanganku masih mengocok penis Raihan. Aku yang tak tahan lagi mulai mempercepat kocokan tanganku. Kemudian aku memberanikan diri bertanya pada Raihan "aku isep ya?" Raihan melihat ke arahku, kemudian cepat mengangguk, sepertinya sudah tidak tahan. Akupun mulai membungkuk ke arah penis Raihan. Penis keras seperti ini benar-benar membuatku terangsang. Aku mulai memasukannya ke mulutku, kugerakkan kepala atas bawah agak lama, kemudian mulai kumainkan lidahku memutari kepala penis tersebut. Raihan pun sepertinya sudah sangat terangsang. Dijambaknya jilbabku kencang sambil menggerak-gerakkan kepalaku. Kemudian dia mulai menarik jilbabku, ternyata dia ingin melepasnya. Aku pun melepas jilbab itu, rambutku yang lepek karena seharian main di luar terikat tidak terlalu rapi.

Kemudian Raihan menarik bagian rambutku yang terikat dan mengarahkannya ke penisnya. Tarikannya kali ini agak kasar. Namun entah kenapa aku malah semakin bernafsu. Akupun melanjutkan mengulum penisnya. Raihan juga sesekali menjambak rambutku sambil menggerakkan kepalaku naik turun. Kadang ditekannya pula sehingga penisnya masuk dalam sekali ke mulutku, itupun tidak langsung dilepas, malah ditahan cukup lama. Kalau sudah begitu aku mainkan lidahku dipenisnya. Dia pun mulai bergerak tidak karuan kalau sudah seperti itu.

Tiba-tiba saat aku sedang asik memainkan lidahku mobil berhenti. Aku pun mengangkat kepalaku, bingung. Aku melihat ke luar, sepertinya mobil berada di pinggir jalan yang cukup sepi.

"Aku gakuat lagi nih" kata Raihan. Tidak sampai 5 detik kemudian dia pun langsung menciumku dengan ganasnya sambil tangannya mulai bergentayangan di payudaraku. Sementara itu tangan kirinya bergerak ke belakang kepalaku bergantian memegang ikatan rambutku dan mengelus leherku. Tidak lama kemudian Raihan melepaskan ciumannya. Dia melepas celananya, kemudian bajunya, dan setelah itu memundurkan kursi sampai maksimal.

"Kamu buka juga dong" kata Raihan. Aku langsung menurut tanpa menjawab. Setelah lepas semua, tinggal bra dan celana dalamku. Raihan menarikku agar duduk di atasnya. Kami pun melanjutkan berciuman. Tangan Raihan mulai bergerak ke vaginaku. Aku pun tidak tahan lagi kalau sudah merasakan rangsangan seperti ini. Apalagi sudah sejak tadi aku menahan birahiku. Begitu tangan Raihan menyentuh vaginaku, aku mulai menggoyangkan tubuhku tak karuan, yang sebenarnya adalah isyarat agar Raihan memainkan tanganya di vaginaku dengan lebih cepat. Raihan pun sepertinya mengerti, namun dia malah mengerjaiku, ditarik lagi tangannya, dan malah mengelus paha di sekitar vaginaku.

Karena sudah sangat terangsang dan entah bisikan darimana, tiba-tiba aku menggenggam penis Raihan dan dengan cepat mengarahkan ke vaginaku. Raihan pun bingung, namun cepat merespon. Perlahan dia membantuku memasukkan penisnya. Akhirnya penis Raihan pun masuk sepenuhnya, tidak perlu waktu lama. Aku mendiamkan sejenak penis itu di vaginaku, menikmatinya. Kemudian pelan-pelan mulai bergerak naik turun. Raihan sepertinya mengerti kalau aku sudah sangat terangsang dan membiarkanku memegang kontrol. Aku menggerakkan badanku sambil memeluk leher Raihan dan menciumnya dengan ganas. Dan tak sadar aku pun mulai meracau "aaah, enaaak kontol kamu"

"Terus sayang, memek kamu juga enak banget nih" balas Raihan. Aku pun semakin mulai mengubah gerakanku menjadi memutar, kemudian kembali naik turun. Dan tanpa butuh waktu lama, aku pun hampir merasakan orgasmeku "aku mau keluaaar, goyangin" Raihan yang daritadi membiarkanku memegang kontrol mulai menggerakkan badannya naik turun. Penisnya pun terasa menusuk-nusuk ujung vaginaku. Aku pun tak tahan lagi "aku keluaaar" dan selanjutnya ambruk ke pelukan Raihan.

Raihan membiarkanku menikmati orgasmeku, sambil tangannya memeluk tubuhku, nyaman sekali rasanya. Saat aku masih kelelahan, tiba-tiba Raihan menciumi leherku. Aku tau dia memberi kode kalau dia belum tuntas. Aku segera membuka mataku, menegakkan tubuhku yang masih ada di atas penisnya, kemudian mulai menciumi wajahnya perlahan sampai ke bibirnya.

"Aku goyangin lagi ya" kata Raihan. Aku mengangguk. Raihan pun mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, perlahan, makin lama makin kencang. Tak berapa lama kemudian, nafsuku mulai muncul lagi. Aku mulai mengimbangi gerakannya, naik-turun, berputar.

"Terus sayang" ucapku

"Enak ya kontol aku?" tanya Raihan.

"Enak banget, kayaknya aku bakal ketagihan" jawabku, aku mulai menunjukkan sifat asliku saat bercinta.

"Nungging dong, tangan kamu nyender ke jendela kursi kamu aja, dibuka jendelanya" ucapnya sambil tersenyum nakal. Aku mengangguk sambil menciumnya. Kemudian langsung melepas penisnya dari vaginaku untuk berpindah posisi. Rasanya aku tidak ingin melepaskan penisnya walau sebentar saja.

Raihan menyalakan mesin untuk membuka jendela, kemudian membuka jendela sampai seluruhnya terbuka. Aku pun mengeluarkan kepalaku sambil menungging, tanganku aku sandarkan di jendela. Raihan pun menungging di belakangku sambil memasukkan penisnya. Perlahan dia mulai menggenjotku dari belakang. Rasanya nikmat sekali, apalagi ketika tangannya mulai meremas payudaraku dengan kasar, sambil kadang mencubit pelan pentilku. Genjotan Raihan pun makin lama semakin cepat, membuatku tak tahan lagi "aku mau keluar lagi sayang, enak banget kaya gini"

"Sebentar sayang, aku mau keluar juga bareng" balas Raihan.

"Ayo sayang sodok terus, yang kenceng, kontol kamu enak banget" jawabku. Diikuti dengan genjotan Raihan yang makin cepat dan kasar.

"Aku keluarin dimana nih?" tanya Raihan.

"Aaaaah aku keluaar" jawabku.

"Aku jugaa" kata Raihan sambil langsung mengeluarkan penisnya dan tak beberapa detik kemudian aku merasakan punggungku basah terciprat sesuatu. Sepertinya Raihan tetap mengeluarkannya di luar walaupun aku tidak sempat menjawab.

Kami berdua pun ambruk, tak lupa Raihan membersihkan sperma yang ada di punggungku sebelum aku menyandarkan diri ke kursi. Setelah beristirahat sejenak, kami pun memakai baju. Sebenarnya aku lelah sekali ingin langsung tidur tanpa memakai baju. Aku pun hanya memakai baju dan celana saja tanpa celana dalam dan jilbabku. "Ah, mau pulang ini" pikirku. Tapi ternyata Raihan terlalu lelah untuk menyetir, dia ingin beristirahat dulu. Aku sebenarnya agak seram berhenti di pinggir jalan sepi gini. Tapi apa daya, daripada memaksakan diri menyetir, sama berbahayanya mungkin. Kami pun memutuskan beristirahat sebentar. Namun tak lama kemudian kami berdua tertidur sampai hampir 3 jam. Aku yang bangun pun langsung membangunkan Raihan ternyata dia sudah merasa segar untuk menyetir kembali. Akhirnya, ditengah kegelapan malam, kami pun melanjutkan perjalanan pulang.
 
Mantap ada cerita baru lagi nih, sepertinya cerita ntr kah Raihan dipecundangi Lyana nih.. ....Cause in my mind, she's my kind of girl. ..Cause in her mind, I'm just her kind of boy. She' will be my slave. ijin nyimak dulu hu semoga cerita ini sampe Tamat.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd