“Waaaaaaaaa! Shinta udah topless guys!! Liat deh sini udah nggak ada tali bhnya, wohoooo! Wah, jangan-jangan Maudy juga udah lagi” and again someone here made my heart jump! Kenapa harus ngagetin sik, dan ini si Firman lebay banget deh, kesel jadinya.
Gue cuma ngelirik kebelakang dan julurin lidah gue kearah Firman dan lanjutin snorkeling gue dan grepean gue ke ubur-ubur. Kayaknya sih sebenernya nggak terlalu bagus kalo misalnya ubur-uburnya digrepe terus, hihi, tapi gimana dong, gemes.
Dan si Firman yang gue kira mau ngecek Maudy juga ternyata malah snorkeling disekitar gue dan bukan ubur-uburnya yang jadi fokusnya dia, jelas aja toket gue yang jadi fokus utamanya dia. Halah, semangat banget sih ini anak, bentuknya sama kok! Gedenya aja beda. Kayaknya sih punya Dira yang paling gede hihi.
Selama mungkin 5 menitan gue ada yang ngintilin, “ihhh, Firman, ngapain sih! Udah kayak buntut gue aja lo ngikutin mulu.” bentak gue arah Firman yang masih muter-muter disekitar gue.
“Yah Shin, dibuka dong, kalo gini mah sama aja boong.” jawab Firman setelah keluar dari air.
“Lah, perjanjiannya kan topless, ini udah topless, udah ah, huss huss, gue mau snorkeling lagi nih!” jawab gue ngeles. Lah emang bener toh, kan udah topless, cuma kan masih ada tangan gue, hihi.
“Sekali aja pliss, abis itu gue cabut deh, ya ya ya?” pinta Firman memelas. Bodo ah!
Tanpa menjawab gue langsung melengos aja lanjutin snorkeling gue. Ubur-ubur sini ama kakak! Hihi. gue sendiri ngeliat Firman kayaknya udah switch target ke Maudy, hihi, kalo misalnya masih ngikutin bisa gue getok sekalian kali ya. Haha.
Setelah puas snorkeling dan bermain-main dengan ubur-ubur sendirian, gue akhirnya kembali menuju peradaban. Gue ngeliat Tara masih nempel sama Dira, dan gue sendiri nggak ngeliat ada penolakan dari Dira. Sedangkan Yoga foto-foto dari atas dock. Firman lagi bercanda sama Maudy. Loh, Dimas mana? Kok malah berduaan sama si Firman. si Dimas setelah gue cari ternyata ada ditempat yang cukup jauh dari tempat kita. Hmm, nggak takut ngambek tuh si Maudy? Ditinggal gitu aja si Dimas. Ah bodo ah, hihi.
Setelah sampai diatas gue langsung ngambil sarung Bali gue dan memakainya dilampirkan diatas bahu gue, yang penting toket gue tertutupi. Hmm, hari ini gue belum foto-foto sama sekali gara-gara harus topless. Haih, nggak apa-apa lah yang penting experience nya hihi. Karena penasaran akhirnya gue coba aja foto dari atas, karena cukup keliatan ubur-uburnya. Tapi begitu dari kamera yang terlihat cuman kayak plastik sampah yang ngambang, huhu.
Gue nggak nyerah tapinya, gue coba tetap dari atas dock ngambil gambar kedalam air. Dan hasilnya lebih mendingan, tapi masih tetap kurang, karena gue akhirnya jadi mau juga difoto dari dalam air. Hmm, what to do. Hmm bisa sih, tapi gayanya terbatas. Nggak usah deh kalo gitu. Tapi pengen, haih. Kayaknya harus manggil Yoga nih.
“Yogaaa, sini dong.” Panggil gue.
“Hmm, kenapa? Mau difoto juga ya? Ya udah sini, gue punya konsep kok, yuk turun.” Kata Yoga setelah dekat dengan gue sambil menjulurkan tangannya untuk membantu gue berdiri. Ihh, kok udah tau sik, emang ni anak paling bisa diandalkan deh, hihi.
Dengan memegang tangan Yoga gue kemudian berdiri dan menaruh kembali sarung Bali gue diatas drybag gue. Setelah itu kita berdua masuk kembali kedalam danau untuk foto gue. Hihi.
Jadi konsep fotonya adalah gue bakal membelakangi kamera dan berpose seperti akan mencium ubur-uburnya. Nah, triknya supaya gue nggak terlalu terlihat seperti topless adalah dengan hanya mengambil bagian bahu gue aja instead of semua bagian belakang gue. Dan cukup setelah beberapa kali take, hasilnya langsung memuaskan, as always, memang bisa diandalkan ni anak hihi. Siapa ya yang dia suka, kan gue bisa bantu, siapa sih yang nggak mau? Hihi.
Pada saat gue naik gue mencari Dimas kembali, “Yog, si Dimas kemana? Kok ilang” tanya gue Yoga sambil naik.
“Lah, iya juga, gue nggak nyadar. Mana ya? Gue cari sebentar deh kearah sana. Si Maudy kenapa malah nggak nyariin deh haha.” Kata Yoga sambil kembali kearah Danau.
“Ok Yog, hati-hati ya, siapa tau ada buaya atau anakonda. Hihi.” Kata gue menakuti Yoga.
Yoga terlihat ragu kemudian tetap masuk kedalam danau, yaah, gue jadi nggak enak, dia takut beneran, ehh, tapi ada buaya nggak ya atau binatang buas lainnya, mudah-mudahan nggak ada deh. Huhu, malah gue yang jadi takut. Ini namanya senjata makan tuan. Tapi setelah gue perhatikan sekarang malah Tara lagi sama Dira dan Maudy lagi samq Firman, gue jadi nyamuk dong huhu.
Gue kemudian mainin hape gue, siapa tau ada message dari Raihan. Hihi. Dan gue dikecewakan karena tidak ada notifikasi apapun di hape gue apalagi message dari Raihan, huff, sibuk banget sik si abang. Ya udah lah ya, gue juga lagi liburan ninggalin dia. Hmmm.
Pada saat gue lagi bengong dan menikmati suasana disana gue melihat Maudy dan Firman mulai naik keatas, dan yang paling mengagetkan adalan Maudy sama sekali tidak menutupi ketelanjangan bagian tubuh atasnya. Pantesan anteng dari tadi si Firman.
Kayak slow motion gue ngeliatin Maudy yang perlahan naik dan hanya menyisakan celana bikini putihnya. Toketnya yang menurut gue bentuknya sempurna dengan puting coklat tua diperlihatkan ke dunia. Bulir-bulir air yang ngalir justru semakin membuat kulitnya shining dan semakin seksi lagi. Ahhh, gue mau foto Maudy. Pemandangan ini dihancurkan dengan adanya si kutil Firman cengecesan dibelakang Maudy. haih.
Gue ngeliat Tara lumayan bengong ngeliat pemandangan dari Maudy, tapi cuma sebentar doang, dengan jaim dia kembali memfokuskan dirinya ke Dira. Sedangkan Dira sendiri cuma senyum-senyum. Yang aneh adalah tidak ada pandangan merendahkan dari Dira, padahal kan ni anak kalo sehari-hari cukup tertutup. Hihi, probably this is who she really is. Yang pasti Tara sama Dira masih kering. Haha.
Kemudian Maudy duduk di sebelah gue, “haha, puas banget gue snorkeling diantara para ubur-ubur, geli-geli gimana gitu hihihi.” kata Maudy sambil menyampirkan sebuah handuk untuk menutupi sebagian dadanya.
“Kayak Maudy dong Shin, bener-bener topless, nggak ditutup tutupin.” kata Firman sambil mengacungkan jempolnya, well, I don’t care, this is not a race or something and I definitely am not seeking his approval. Huh! Tapi kesel.
“Biarin ah, kan yang penting nggak ingkar janji, eh, lo kapan-kapan jadi model gue ya Dy, cantik banget lo, dan badannya juga bagus, ya ya?” kata gue sambil mengarahkan foto kearah Maudy tanpa menampakkan ketelanjangannya.
“Haha, boleh, nanti kapan-kapan lo atur aja. Eh pacar gue mana ya?” tanya Maudy. Lah, baru sadar pacarnya dari tadi nggak ada. Haha.
“Eh eh, kalo lo foto-foto gue ikut yaa. Mau belajar juga, atau liat-liat aja dulu.” ujar Firman.
“Nggak boleh! Weeek, tadi sih Yoga nyariin sampai kebalik sana, kayaknya dia keasikan deh sampai nggak sadar kalo udah kejauhan. Eh tuh mereka udah keliatan lagi berenang ke sini.” kata gue sambil menunjuk kearah 2 siluet yang berenang kearah sini. Haha, untung deh nggak ada buaya atau anakonda, hihi.
Nggak lama mereka berdua sampai juga ke dock. Kemudian gue melihat ada sedikit raut kaget dari Yoga pada saat ngeliat Maudy cuma pakai handuk yang dilampirkan dipundaknya tapi tetap tidak bisa menutupi ketelanjangan dia. But then again manusia ini memang tidak bisa ditebak, dia melengos dan duduk di deket gue dan kemudian jitak kepala gue dengan pelan. Lah?
“Lo tuh ya, bikin gue parno aja tadi pas nyari dia tau, gue jadi deg-degan takut ada buaya, uler atau hiu atau apa gitu, hadehh, asli, gue lebih ngos-ngosan karena deg-degan daripada berenangnya.” kata Yoga masih ngos-ngosan.
“Haha, iya maaf deh, tapi gue juga tadi jadi takut sendiri tau, haha, takutnya bener-bener ada buaya atau uler.” kata gue sambil membalas getokan kepalanya, tapi cuma pelan doang.
Yang digetok cuma ngeliat gue sambil senyum kecil doang, oh geez, is my fucking heart just jump again. No no no. “tadi tuh bocah lo temukan dimana?” tanya gue.
“Ada disebelah sana, dia penasaran mau cari ubur-ubur yang gede, soalnya katanya emang ada yang gede ditengah sana, tapi capek sendiri akhirnya, dan parno juga gara-gara takut ada buaya, haha, lucu ya kita semua punya ketakutan yang sama. But I think that’s just human, we are afraid of something that we don’t know for sure. We are afraid of the unknown.” kata Yoga mencoba bijak dengan bahasa inggris. Ni anak kenapa sik? Tapi bener juga si. Haha.
Pada saat gue ngeliat kearah Dimas, gue melihat ada sedikit ketidaksukaan Dimas terhadap keadaan yang sekarang dia hadapi, pacarnya setengah telanjang diantara orang-orang ini. Gue sendiri juga melihat ada tension yang berbeda antara mereka berdua kayak ada jarak walaupun mereka berdua nampaknya masih bisa memainkan peran mereka di publik sebagai pasangan. Well, bukan urusan gue.
Setelah berberes kita kemudian menuju tempat kapal kita berlabuh dan siap-siap menuju tempat kita yang kedua yaitu tempat penangkaran penyu. Tidak ada yang menarik terjadi disini selain kita ngerjain anak-anak penyu yang selalu bisa tau dimana arah pantai walaupun udah berkali-kali kita puter-puter hihi.
Gue sendiri masih hanya menggunakan sarung bali gue, gue cuma memastikan bahwa puting gue tidak nyeplak karena badan gue tadi sempat basah. Sedangkan yang paling berani adalah si Maudy, orang yang sempet panik tadi cuma memakai kemeja putihnya. Beberapa kali pada saat angin bertiup kita bisa ngeliat ketelanjangan dia dibalik kemeja yang dia pakai.
Dira masih tetap kering, hanya basah dibeberapa tempat pada saat kita sedikit bermain air di pantai. Namun masih nggak seseksi kemaren karena Dira masih belum menanggalkan kaosnya dan hanya memakai bikininya.
Tujuan perjalanan kita selanjutnya adalah sebuah laguna yang ada disalah satu pulau. Laguna disini ada diantara tebing dan hutan jadinya terlihat seperti kolam renang private yang gede banget. Tapi airnya disini sangat bersih dan jernih. Bagus banget. Awesome.
Pak Rahmat sendiri hanya mengantarkan kita sampai ke tepi pantai, ia menyuruh kita untuk masuk melalui gue yang sedikit gelap dan penuh dengan batu. Tapi dibalik gue tersebut emang tersenyembunyi sebuah surga kecil yang sangat indah. Didalam sebuah laguna kecil disitu yang cukup cetek, ada ikan-ikan hias yang kecil, kita bisa nyentuh atau megang kalau memang bisa karena mereka biasanya langsung berhamburan. It was really beautiful.
Kita semua langsung foto-foto disini dan juga berenang. Karena pemandangannya emang indah banget. Gue ngeliat Dira langsung nyebur dan berenang-renang. Guepun berinisiatif untuk mendekati Dira karena gue mau foto dia.
Pada saat gue sudah dekat, gue melihat sesuatu yang aneh. Ternyata ada alasan mengapa Dira nggak melepas kaosnya dari tadi. Karena ternyata dibalik kaosnya, Dira udah nggak memakai apa-apa lagi. Darimana gue bisa tau? Karena ada ceplakan puting dibagian dadanya yang besar. I don’t know who she is anymore, is she really Dira, the one that I know?
“Dir, lo nggak pake bikini atasan lagi ya? Keliatan banget tuh.” tanya gue takjub. Dan siapa tau dia nggak nyadar. Kecil sih kemungkinannya, karena pada saat lo nggak pake bra itu kerasa banget. Hihi.
“Iya nggak, hehe, tapi nggak terlalu keliatan ah, eh keliatan banget ya?” tanya dia yang sekarang kebingungan melihat ke dadanya yang besar.
“Gimana bisa nggak keliatan sih Dira cantik, itu lo kan besar banget.” tanya gue, ya kali deh nggak keliatan.
“Nggak, punyaku nggak segede itu juga kali, sama aja kok kayak kalian.” jawab Dira malah keliatan malu itunya gede. Lah, kenapa dia malah protes? Haha.
“Nggak kali, gedean elo kemana-mana, nihhh tuh, eh lo mau gue foto nggak? Bagus banget nih.” tanya gue sehabis meremas gemas toket Dira yang besar tapi masih kencang, hihihi, pasti pada iri deh kalo ada yang ngeliat, dan ternyata emang ada yang ngeliat. Si kutil.
“Woooh, gue juga mau ngerasain dong megang punya lo Dir. lo juga nggak pake BH ya? Gile menang banyak banget deh kita-kita.” lagi-lagi tiba-tiba Firman udah ada dibelakang gue dengan tampang mesum / excitednya.
Dira yang terlihat kurang nyaman kemudian menyilangkan tangannya didepan dadanya. Kemudian menarik gue untuk menjauh. “Yuk kesana foto-fotonya, kamu sana dulu dong Man, aku mau foto-foto sama Shinta sambil curhat khusus cewek. Hush hush.” ujar Dira mengusir Firman, gue sendiri ketawa jail kearah Firman yang mukanya mupeng berat tapi tetap menjauh.
Kemudian gue mulai foto-foto dengan objek Dira dan laguna. Gambar yang gue ambil benar-benar menarik karena disini Dira sudah sama sekali tidak terlihat innocent tapi jauh lebih ke seksi. Gue sendiri berkali-kali membenarkan kaosnya Dira supaya tidak terlalu nyeplak sampai akhirnya Dira bilang nggak apa-apa seksi, hihi, you go girl!
Saat ini kaos Dira sudah bagaikan kulit kedua Dira. karena bahannya yang tidak terlalu tebal, jadinya mengikutin bentuk tubuh dari Dira. and well, Dira punya badan yang juga bagus. Intinya yang kesini semuanya badannya bagus dan nampaknya sedikit eksibisionis. Hihi. Firman said it well, cowo yang kesini menang banyak semua. Dengan pose rambut basah dan tangan ditaro dibelakang kepala, pose Dira terlihat sekali men-enhance dadanya.
Sesekali Dira cerita juga bagaimana Tara nampaknya ngedeketin dia, dan dia sendiri belum tau mau respon apa. Hihi, itu mah keliatan kali, nggak usah dia cerita juga gue udah tau. Tara sendiri nampaknya saat ini lagi berdua dengan Firman agak menjauh untuk berjelajah. Hihi, pantesan si Dira nggak di tempel.
Yoga cuma duduk-duduk aja di kolam kecil dan bermain-main dengan ikan seperti berada di jacuzzi. Sedangkan Maudy dan Dimas berada di pojokan seperti sedang ngobrol serius. Haha, kayaknya mereka emang berantem deh. Pasti gara-gara Dimas cemburu tadi Firman sama Maudy kayak deket banget hehe.
Cukup lama gue foto-foto bersama Dira. sekarang giliran gue yang di foto. Kemudian gue lepas sarung Bali gue dan mulai mengarahkan Dira untuk foto gue. Karena cewek mengaku ini nggak terlalu bisa foto, makanya gue sudah terlebih dahulu setting kameranya tapi tetap membiarkan dia untuk coba mengatur framingnya.
Kemudian gue berpose beberapa kali dengan menyilangkan tangan gue didepan dada gue. Pose samping dan belakang pun gue coba. Dan setelah gue liat beberapa hasil framing dari Dira, gue merasa gue nggak perlu lagi mengarahkan framing seperti apa yang gue mau karena hasilnya udah bagus. Hihi.
“Ayo Shin kamu menghadap kesana terus tangannya jangan didepan dada kamu, biarin aja bebas atau disamping gitu, pasti bagus.” kata Dira yang sekarang udah bisa mengarahkan pose gue. Hihihi, cepet banget belajarnya.
Mengikuti saran dari Dira, gue kemudian membebaskan toket gue dari dekapan gue dan menggunakan tangan gue untuk mendukung pose seksi gue. Nggak lama gue berhasil pose disini karena tiba-tiba aja si Firman udah ada didepan gue.
“Woooooo, gila Shin, toket lo bagus banget, kenceng dan bulet, nggak kalah deh dari Maudy, tapi punya lo lebih putih, anjrit, cantik banget.” kata Firman yang muncul dari dalam air. Pantesan aja gue nggak ngeliat si kutil ini mendekati gue.
“Ihh, apaan sih, ganggu aja, hush hush sana! Fotonya jadi jelek.” kata gue kembali menutup toket gue karena si kutil bener-bener didepan gue cuma keliatan sedikit idung kebawah tapi tetap kebayang muka mesumnya. Haihh.
“Haha, okok, gue minggiran deh nih. Anggep aja gue nggak ada.” kata Firman sambil bergeser menjauh tapi masih tetap dekat walaupun sekarang dia udah nggak mengganggu framing foto gue. Tapi tetap aja diam masih bisa melihat gue dengan jelas kalo misalnya gue kembali melepaskan tangan gue dari dada gue. Haih, kok yang beginian ada yak, nggak malu amat. Huh.
Tapi sekarang momentnya lagi pas banget dan tadi hasilnya bagus, huhu, well, damn, tadi si Maudy juga udah menggila, gue juga bodo amat deh. Akhirnya gue kembali berpose setelah melihat kearah Dira yang tatapannya seperti bilang “mau lanjut atau nggak?”. Setelah beberapa pose akhirnya tangan gue, gue lepaskan dari dada gue. Gue melihat dengan ekor mata gue kalo si Firman menaikan kedua tanggannya seperti selebrasi kemenangan. Norak deh, grr.
Gue melanjutkan foto-foto dengan Dira dengan mengabaikan Firman yang ngeliatin gue dengan mesum. Asal dia belum ngeluarin fotonya maka gue nggak akan permasalahin. Pokoknya dia cuma bisa mengabadikan momen ini di kepalanya aja. Mudah-mudahan aja dia nggak punya photographic memory haha.
“Maudy, sini juga dong, biar foto berdua sama Shinta, pasti bagus!” Teriak Firman kearah Maudy yang sebenernya lagi ngobrol serius sama Dimas. Ini anak emang nggak ada adatnya. Orang lagi keliatan ngobrol gitu malah diajak gabung, haih.
Yang diajak sendiri terlihat bingung, tapi kemudian kayaknya Maudy menggunakan Firman buat kabur dari percakapan serius mereka. Dimas sendiri terlihat frustasi terhadap Maudy, dan mukanya keliatan banget BT. Maudy jalan kearah kita masih dengan menggunakan kemejanya. Sedangkan Dimas terlihat malas untuk bergabung dan memilih untuk jalan keluar dari Laguna ini. Ishhh, lagi liburan malah berantem.
“Wah, jadi kopi susu dong kalo gue foto sama Shinta, hihi” kata Maudy tiba-tiba datang dan langsung memeluk gue dari belakang dan meremas toket gue. Isshhh!
“Jirr! Mupeng, mau juga dong!” Teriak Firman masih diposisinya. Gue sendiri cuma mengacungkan kepalan tangan gue kearah Firman.
Kitapun melanjutkan sesi foto kita. Kali ini Yoga juga udah ikut ambil bagian. Tetapi bedanya adalah Yoga meminta ijin kita berdua dulu sebelum ikut ambil foto, yang tentu saja kita berdua ijinkan, kalo gue mah udah biasa difoto sama Yoga, amanlah pokoknya, hihi. Tara dan Firman cuma jadi penonton aja.
Yang pasti si Maudy ini seneng banget ngegrepe dan meluk gue. Haihh, untung cantik lo Dy, haha. Berbagai pose kita lakukan yang pasti mostly gayanya adalah kita sedang berpelukan kencang. Kayaknya sih Maudy juga gemes sama gue, hihi. Perbedaan kulit kita yang mencolok justru memperindah komposisi foto kita. Karena seperti saling melengkapi.
Karena serunya foto-foto kita, nggak terlalu kerasa panas dan waktu yang berlalu. Pada saat kita sedang melihat hasil foto, Maudy akhirnya juga melepaskan kemeja yang ia pakai. Jadilah kita berdua foto dengan keadaan yang sama yaitu tanpa penutup dada. Pas lagi pelukan, kerasa banget sekarang gesekan puting Maudy dengan tubuh gue, dan begitupun sebaliknya.
There's a funny feeling happened inside while this is all happening. Kayak deg-dengan, dan dorongan untuk pengen terus disentuh. Kasarnya kayak gatel gitu kali ya. Shit, gue juga nggak ngerti cara jelasinnya, but I think
I'm horny. Haha. Gilaa gara-gara setengah telanjang di alam bebas dan pelukan sama cewe masa gue bisa horny. Yang pasti napas gue agak berat sekarang, migod!!
Hal yang paling gila adalah pada saat kita lagi pelukan, mata gue dan mata Maudy bertemu, kemudian dengan senyuman kecil dia memajukan kepalanya dan mencium bibir gue. Ciuman pertama gue sama cewe masa! Sedih abis. Raihan! Kenapa lo nggak pernah nyium gue! Huhu. oke, sekarang gue setengah bugil pelukan dan ciuman sama cewe.
“Anjiinngggggggggg!! Taiiiiii!! Parah abis ini mah! Mupeng abis!” teriak Firman saat ngeliat kita berdua sedang berciuman. Again, lebay.
Yoga masih tetap fokus kepada foto-fotonya, sedangkan Dira malah bengong kayaknya masih nggak percaya gue ciuman sama cewe lain dengan hanya memakai celana dalam difoto oleh seorang cowo dan ditonton oleh dua cowo lainnya. Crazy as hell.
Gue cukup ngos-ngosan setelah ciuman sama Maudy, sebenernya gue malah mau ngelanjutin ciumannya, tapi karena Maudy nggak ngelanjutin, gue juga nggak nyosor. Akhirnya kita lanjutin sesi foto kita lagi dengan berpelukan agar dada kita masing-masing kita terlihat, sedangkan setelah gue lihat hasilnya, ternyata si Yoga juga emang nggak terlalu menunjukan ketelanjangan kita. Ada sih beberapa yang lumayan kelihatan. Hehe.
“gantian dong, sekarang gue mau foto, Dira, sini lo yang sekarang jadi partnernya Maudy, gue mau foto lo berdua.” kata gue seraya berjalan kearah Dira yang masih sedikit stunned with our stunt. Hihi.
“Gue juga nggak mau lo foto Shin?” tanya Firman sambil cengengesan.
“Ah lo mah nanti aja, nggak seksi, kecuali lo mau telanjang disini nanti gue fotoin. Haha.” tantang gue ke Firman. Yang ditantangin cuma ngengesan lagi dan tetap dia untuk menonton kira-kira apa kejutan yang cewe-cewe akan tampilkan disini.
Dira sendiri keliatannya nggak terlalu masalah difoto sama Maudy, cuma mungkin masih agak kaku aja abis kaget ngeliat kelakuan kita berdua. Tetapi setelah beberapa saat, ekspresi dan pose yang dihasilkan oleh mereka berdua bagus dan seksi lagi. Gue sendiri masih topless saat foto-foto. Cukup lucu situasi dimana yang difoto setengah telanjang sedangkan yang difoto (Dira) masih sedikit lebih banyak pakaiannya. Walaupun pakaiannya Dira sangat nerawang akibat basah terkena air.
“Dira, buka juga dong atasannya, lagipula baju kamu nerawang gitu, yuk sini aku bukain.” tawar Maudy ke Dira.
“Ah nggak ah, malu tau, nggak usah deh.” Jawab Dira mencoba menolak dengan halus.
“Ishhh, kamu cantik tau, hihi, ayo dong, masa aku sendirian, yang lain bujuk juga dong?” kata Maudy. Lah, gue mah males bujuk orang buka baju, kalo nggak nyaman mah nggak usah.
“Ayo dong Dira cantik, pasti nanti fotonya lebih bagus.” teriak Firman ke Dira.
Gue melihat betapa excitednya si Firman dengan kemungkinan bisa ngeliat Dira topless. Well, she got the biggest one. It must be attracting people. Tara sendiri cuma diem aja jadi penonton. Gue rasa dia rela nggak rela ngeliat Dira ditelanjangin, disatu sisi penasaran tetapi disatu sisi nggak rela, hihi. Yoga? Tetap terus mengambil foto walaupun sekarang mereka sedang tidak berpose, termasuk satu foto gue sedang juga mengarahkan foto ke mereka.
“Jangan dipaksa sih, kalo nggak nyaman mah nggak usah Dir. tapi kamu emang cantik sih, hihi.” kata gue nggak mendukung tapi juga nggak bilang ada salahnya kalo dia mau topless, hihi.
“Ayo Dira, Dira, Dira!” teriak Firman dari tempatnya.
“Kalo kamu buka atasan kamu nanti aku juga buka bawahan aku, gimana?” tawar Maudy ke Dira. Aneh sih menurut gue tawarannya, emang Dira tertarik untuk ngeliat Maudy bugil. Haha.
“Ayo Diraaaaaa!!!” teriak Firman makin mengila dengan ditambahnya kemungkinan bahkan melihat Maudy full bugil.
Dengan malu-malu kemudian Dira melepaskan kaos ketatnya yang basah. Dan juga karena masih basah, Dira terlihat sedikit kesulitan melepaskan kaosnya melewati kepala. Dan karena ini juga berarti para lelaki ini mendapatkan waktu tambahan untuk melihat dada Dira yang sekarang juga tanpa penutup apapun. Besar, putih, tetapi tetap kencang. Bisa dibilang disini Maudy yang toketnya paling kecil, tetapi semuanya kencang dan masih dalam bentuk yang indah.
Sekarang kita bertiga udah topless. Dira sekarang sedikit menutup toketnya dengan tangannya. Gue masih dengan kamera gue sehingga tidak bisa juga menutup ketelanjangan bagian atas tubuh gue, dan tentunya Maudy yang juga topless. Tetapi kemudian dengan sebuah senyuman, Maudy mulai menurunkan celana bikininya. Dan sekarang dia bugil, Firman dan Tara bisa melihat bagian belakang telanjang dari Maudy sedangkan Yoga bisa melihat tubuh telanjang Maudy dari depan. Yang menarik adalah Maudy is totally shaved. Bagian paling pentingnya itu sama sekali tidak ada rambutnya, smooth.
Sarung bali gue, kemeja dan celana bikini Maudy, dan juga kaos Dira gue kumpulkan dan gue taruh salah satu bagian yang tidak tergenang air. Kita kemudian melanjutkan sesi foto kita dengan dua model kita yaitu Dira yang sekarang malu-malu topless dan Maudy yang seksi tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh indahnya.
Gue melihat Firman dan ni anak sekarang seperti speechless, karena gue rasa dia sama sekali nggak percaya kalo Maudy bugil dan Dira sekarang topless didepan mereka. Sedangkan gue juga udah nggak menutupi bagian atas tubuh gue lagi. Gue tau Firman tetep beberapa kali ngeliat ke gue pada saat gue sedang mengambil gambar Dira dan Maudy.
Sekarang Maudy berubah arah dan menghadap ke Firman dan Tara. sekarang kedua orang itu bisa ngeliat seluruh bagian depan tubuh Maudy. Firman nganga lebar banget, laler bisa kali masuk, Tara tetap sok cool dengan menampilkan muka datar.
Kita mengambil gambar mereka berdua cukup lama dan dengan berbagai pose. Yang paling oke adalah jadi Dira memeluk Maudy dari belakang menutupi bagian-bagian penting Maudy, sedangkan tangan Maudy melingkari leher Dira. It’s beautiful! Hihi. senang sekali gue akhirnya bisa moto bugil, bukan guenya yang difoto bugil.
“Firman, sini, lo coba berdiri diantara mereka berdua, gue mau foto lo kayak juragan minyak haha.” kata gue sambil memanggil Firman. Yang dipanggil malah bengong sampai akhirnya teriak hore sambil lompat-lompat. Ya ya ya, haha.
“Lo tapi nggak boleh macem-macem ye, kecuali mereka bolehin!” kata gue mengingatkan Firman. Yang dingetin cuma manggut-manggut, pada saat deket matanya bener-bener ngejelajah kemana-mana.
Kemudian kita foto dengan pose Firman didepan, sedangkan kedua cewe berada dibelakang. Gue rasa Firman bisa merasakan tempelan dada dari Maudy di bahunya karena dia nempel banget sedangkan Dira masih menahan dadanya dengan tangan.
Pose selanjutnya gue mau Firman berada di antara pantat Maudy dan Dira sambil mengacungkan jempolnya dengan muka sumeringah. Tapi pose ini kurang bagus karena Dira masih memakai celana bikininya.
“Kurang bagus haha, Dira masih pake celana bikininya soalnya, ganti pose! Hihi, seru banget nih sesi fotonya.” kata gue semangat karena foto seksi itu ternyata emang menyenangkan. Apalagi cowo jadi cowo ya, udah bisa ngeliat cewek seksi abis itu dapet gambar yang keren juga lagi hihi.
“Ayo Dir ikutan dilepas juga yuk celananya.” kata Maudy mengajak Dira.
“Nggak mau ah, malu tau, aku juga belum dicukur itunya nggak kayak kamu.” kata Dira mengelak. Aneh sih elakannya. Kayak malu-malu kucing gitu hihi.
“Ya nggak apa-apa, kan tetap cantik kok Dir, iya nggak Man?” tanya Maudy ke Firman.
“Iya bener kok! Kalo misalnya nggak pake apa-apa lagi pasti lebih oke!” seru Firman dengan semangat. Ya iyalah, itu mah maunya elo aja. Kemudian Dira ngeliat ke gue seperti bilang “what to do”. Gue cuma menaikan bahu kabur dari masalah ini hihi.
“Udah udah, kita ganti pose aja deh.” kata gue kepada mereka. Raut wajah mereka tampak kecewa, tetapi yang aneh adalah si Maudy juga terlihat kecewa, lah, aneh amat ini anak, hihihi.
“Ok, gue mau, tapi Shinta juga harus nurunin celana bikininya. Kalo nggak gue nggak mau.” tiba-tiba Dira memberi usul. Lah, pinter amat ini anak shifting blamenya. Hadeh.
“Nggak mau! Haha, gue lagi mau foto aja.” kata gue dengan cepat.
“Lah, emang foto aja, tapi tetap buka celananya gimana?” jawab Dira. hmmm, gimana ya? Nggak mau!
“Nggak mau! Haha.” kata gue tetap, sekarang gue yang diliat dengan pandangan kecewa. Sialan emang Dira. bisa aja nih! Huhu.
“Ayo Shinta semangat! Ini kenapa pada malu-malu semua sik? Orang pada cantik-cantik semua gini. Gue mah nggak bakal capek nyemangatin kalian, hehe” teriak Firman, lah, emang siapa yang harus/mau disemangatin? Ni anak nggak jelas deh.
“Hihi, Firman semangat banget sih, akunya juga kena aura semangatnya, ya udah aku juga buka deh kayak Maudy.” kata Dira tiba-tiba sambil melepaskan penutup terakhir tubuhnya. Oh my, this is going to be interesting. Hihi.
Sekarang ada 2 cewe yang notabenenya cantik diatas rata-rata telanjang disebuah laguna yang hanya sedalam sedikit diatas lutut. Tubuh telanjang mereka yang basah bisa dinikmati dengan bebas oleh para lelaki yang ada disini karena mereka berdua sama sekali tidak canggung atau menutupi ketelanjangan mereka. Gue masih amazed sama Dira, she really is coming out from closet.
Dengan sigap Yoga kembali mengambil gambar mereka. Gue sendiri yang notabenenya cewe malah sempet bengong dan kemudian akhirnya mulai sadar kembali dengan mengambil foto mereka yang sedang berpose.
Pose yang pertama kali yang kita lakukan setelah mereka berdua bugil adalah kembali melakukan pose yang sebelumnya kita lakukan. Dira dan Maudy membelakangi kamera sedangkan Firman berjongkok sehingga kepalanya sejajar dengan kedua pantat indah Dira dan Maudy. Firman sendiri berpose dengan muka sumeringah. Hihi. Kemudian Yoga menyuruh Firman merangkul dengkul dari Dira dan Maudy.
Tentu saja dengan semangat Firman merangkul dengkul Dira dan Maudy. Tapi tangan Firman disini masih santai karena hanya bermain dan mengelus bagian betis dari kedua cewe tersebut. Disini menurut gue fotonya cukup bagus karena selain Dira dan Maudy mempunyai tubuh yang indah, raut wajah Firman yang natural kesenengan membuat fotonya menjadi lebih hidup, hihi. Gue melirik Tara yang masih juga jaim, haha, kira-kira dia nyesel nggak ya jaim-jaim cool gitu. Hahaha.
Pose selanjutnya nggak kalah heboh, ini sesuai arahan dari Yoga. Jadi Firman menggendong Dira didepan seperti biasa. Jadi tangannya Firman bertumpu pada belakang lutut dari Dira dan juga punggung Dira. Tangganya Firman sendiri bener-bener dijaga kayaknya agar tidak menyetuh toket bagian samping dari Dira, hihi, anak pinter yah nggak colongan.
Bagaimana dengan Maudy? Maudy nemplok di belakang dengan mengaitkan tangannya dileher Firman. Firman sendiri bisa menahan Maudy karena dia memosisikan badannya agak sedikit membungkuk sehingga Maudy bisa tetap berada diatas. Disini Firman bisa merasakan hampir seluruh tubuh bagian depan Maudy. Hihi. Walaupun kepayahan Firman tetap bisa bertahan beberapa saat, haha, enak juga sik makanya kuat.
Akhirnya saat kita sudah hampir selesai, Firman tidak kuasa menahan badan Dira dan Maudy. Mereka bertiga jatuh kedepan dalam air yang nggak terlalu dalam, cetek malahan itungannya. Hihi, Dira tertiban Firman dan Maudy, gue bisa ngeliat sekilas kalo muka Firman jatuh tepat di toket Dira. Hahahaha, soft landing dia
Dira yang ketiban Firman mengaduh kesakitan. Haha, untung bawahnya air, kalo nggak bisa lebih parah pasti, sakit depan dan belakang, hihi. Pada saat semia sudah bangun dan kembali berdiri si Firman minta maaf sambil nanya dimana yang sakit. Tentu saja dia nggak dapet jawaban dari Dira, tapi cuma toyoran dari Dira karena gemes. Si Tara sendiri udah ada disebelah Dira dan bantuin bangunin dari awal. Gue bingung, ini anak cepet banget udah ada disebelah Dira.
“Haha, sakit ya Dir, enak banget si Firman, haha.” Kata gue sambil ketawa ngeliat Dira lagi ngusap-ngusap dada yang tadi disundul sama Firman, hihi.
“Kamu tuh ya, malah ngetawain bukannya bantuin, huhu, sakit tau ini.” Kata Dira sambil menunjuk kebagian dadanya. Hahaha, nggak keliatan apa-apa sik selain toketnya yang gede, nggak ada bekas apa-apa, haha.
“Aduh, maaf ya Dir, tadi gue udah nggak seimbang banget soalnya, hehe, makasih juga udah dikasih landing ditempat yang enak, hehe” kata Firman dengan muka mesum yang langsung dihadiahi toyoran dari Tara dan Dira. Hahaha, ngapain si Tara ikutan.
“Lah, kenapa gue juga ditoyor sama lo Tar?” Ujar Firman sambil mengusap kepalanya.
“Ini gue nggak ada yang meratiin banget nih, huh” teriak Maudy dengan muka sok sebel, haha, lupa, yang jatuh 3 orang.
“Hahahaha, lo niban Firman juga Dy, haha.” Kata gue menekankan kalo dia niban bukan ditiban kayak Dira.
“Tetep sakit tau, apalagi gue nabrak kepalanya Firman” jelas Maudy. Haha, iya juga, Firman mah enak niban toket. Haha.
Kemudian kita melanjutkan sesi foto kita setelah selesai ketawa-ketawa. Kali ini kita nggak mau aneh-aneh lagi karena Dira sama Maudy nggak mau gendong-gendongan lagi. Trauma katanya, hahaha, asik ye disundul. Sesi selanjutnya cuma lebih banyak Firman memeluk Dira dan Maudy, tapi disini Maudy menginjinkan Firman menaruh tangannya di pantatnya, sedangkan Dira dipeluk di bagian pinggul.
“Hahaha, asik banget lo Man, muka sumeringah lo nggak bisa boong.” Teriak gue kearah Firman.
“Iya dong! Nggak nyesel deh dadakan ikutan trip ini.” Ujar Firman sambil membuat lambang peace dengan tangan kanannya dan meremas pantat maudy dengan tangan kirinya.
“Aduh, gemes banget ye kayaknya, kaget gue.” Ujar Maudy, buset, pantatnya abis diremes nggak keliatan marah sama sekali, hahaha, asli bitchy banget ini anak, hahaha.
Kitapun melanjutkan beberapa pose lagi. Nggak terlalu banyak karena kita udah mulai merasa capek dan juga nggak terlalu banyak yang bisa dieksplore lagi. Pose terakhir adalah dimana Firman kembali menang banyak. Jadi Maudy dan Dira sama-sama memeluk Firman, gue yakin dia bisa merasakan toket keduanya. Kemudian dicium oleh mereka berdua pipinya. Haha, menarik banget. Gue sendiri merasa puas dengan sesi foto disini dan nggak sabar untuk nyoba ngedit-ngedit foto yang telah gue ambil.
Setelah selesai sesi foto ini, kita semua memakai pakaian kita masing-masing lagi walaupun Firman usul nggak usah, haha. Gue masih dengan sarung bali gue. Dira kembali memakai kaos ketat yang udah nggak terlalu nerawang laginya, dan Maudy memakai kaos dan celana bikininya.
Keluar dari laguna tersebut kita ngeliat Dimas tertidur disalah satu kapal. Kemudian kita semua akhirnya pulang dengan kapal masing-masing dengan komposisi yang sedikit berbeda, Tara sekarang berada di kapal kita juga. Tapi dia sendiri lebih banyak ngobrol sama Dira karena gue lebih fokus ngeliat foto-foto tadi haha, senang.
Disana di kapal sebelah, Firman duduk didepan dan senyum-senyum sendiri sepanjang perjalanana. Haha, ini anak kayaknya berada di alam mimpi. Sedangkan Dimas dan Maudy terlihat seperti orang yang tidak saling kenal. Bisa ya lagi liburan terus berantem, haha, sayang banget.
Sampai di cottage gue langsung menuju kamar untuk bilas, haha, gue sempet ngeliat kalo misalnya terlihat dikit lagi bakal sunset, haha, I will have another good photo. Mudah-mudahan yak, hihi. Kemudian gue bilas di kamar mandi setelah melepaskan bikini gue. Kita tadi kayaknya janjianya maleman ketemu buat makan malem, jadi masi banyak waktu buat istirahat, yayy.
Keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk gue ngeliat udah Maudy lagi nangis dipelukan Dira, lah kenapa amat ini mereka, haduh, gue paling males deh sama drama. Gue kabur apa ya? Hmmm.
Ternyata Maudy ditampar sama Dimas karena Dimas ngerasa perbuatan Maudy nggak pantes dan merendahkan dia sebagai cowonya. Ini dimulai dari Firman yang lemes cerita kalo misalnya si Maudy telanjang di laguna bersama Dira ke Dimas. Hadeh itu anak, kayaknya nanti harus diperingatin lagi. Harus banget ya cerita-cerita, kesel. Cowo kok mulutnya ember. Tapi Dimas tetap nggak berhak nampar sik. Huh, cowo banci kalo berani main tangan ke cewe. Kecuali cewenya membahayakan nyawa cowo. Kzl kuadrat.
Gue pun keluar dengan kamera gue karena nggak mau menggangu sesi curhat mereka dan gue juga cenderung menghindari drama haha. Sekalian kabur gue mau coba foto sunset, gue sendiri masih hanya menggunakan handuk menuju kamar Yoga yang posisinya paling bagus menghadap kearah sunset hehe.
Pada saat gue ketok kamarnya ternyata Yoga lagi ngeliat hasil tadi. Dia sendiri hanya menggunakan celana pendek. Badannya dia emang bagus sik, hihi. Kemudian gue cerita soal Maudy dan soal gue ambil foto sunset, dia cuma manggut-manggut dan mempersilahkan gue untuk mengambil gambar dari kamarnya. Pada saat gue sedang foto-foto, ternyata Yoga juga mengambil gambar gue sedang memoto, haha. Hasilnya beberapa lumayan.
“Udah, sini gue foto aja, tapi jangan pake handuk, aneh tahu, masih pake bikini kan?” Tanya Yoga sambil tetap mengambil foto gue.
Gue nggak menjawab pertanyaan Yoga dan cuma menaruh Kamera gue di meja. Kemudian entah kenapa, dengan santai gue lepaskan handuk gue. Handuk gue ini adalah penutup terakhir badan gue karena gue sudah melepaskan bikini gue. Tanpa berusaha menutupi tubuh telanjang gue, gue berpose didepan Yoga membelakangi sunset. Bodo ah, dia juga sebenernya udah sempet liat semuanya.
Yoga yang sempat terdiam melanjutkan kegiatan mengambil gambarnya. Akhirnya gue telanjang didepan Yoga, hihi. Dan dari beberapa menitan gue berpose sampai sunsetnya habis, hasil gambar yang dihasilkan Yoga banyak yang bagus. Siluet gue telanjang dengan background sunset, dan gue nggak keliatan telanjang tapi juga nggak keliatan pake baju, super awesome!
Selesai sesi foto, gue mendekati Yoga diujung kasur yang sedang serius melihat kameranya. Gue juga duduk disebelah Yoga masih dengan telanjang melihat hasil sesi foto dadakan kita.
“Yog, jadi siapa sih yang lo suka? Masih penasaran gue.” Tanya gue ke Yoga diselah-selah diskusi kita tentang foto sunset gue.
“haha, penasaran banget si Shin, haha.” Jawab Yoga masih tetap tidak menjawab.
“Ishhh, Yoga, kasih tau dong. Penasaran ni!” Rayu gue ke Yoga. Usaha terus broh!
“Haha, iya, gue kasih tau, tapi lo jangan marah ya? Yang gue suka udah punya cowo soalnya. Gue sih udah kenal dari sebelum dia pacaran, tapi kayaknya gue nggak pernah dianggep.” Jelas Yoga dengan muka serius. Lah, kenapa gue harus marah kalo dia suka ama yang udah punya cowo? Hmmm, tapi bego juga sik, mendingan cari yang lain, hihi. But then again, Love will never be logical. Haha.
“Oke, terus-terus?” Tanya gue dengan seksama dan muka serius.
“Ya gue udah kenal lama, cuma kayaknya dia nggak nyadar kalo gue udah ada rasa sama dia dari lama. Anaknya asik, supel, cantik, nggak ribet, kalo menurut gue mah udah perfect.” Gue masih manggut-manggut. Hmm, siapa ya, gue kenal juga nggak ya?
“Gue kenal?” Tanya gue.
“Shinta, Shinta, Shinta. Haha, yang gue suka itu elo kali, maaf ya gue suka sama elo dari lama, tapi gue nyadar kalo pandangan lo cuman ke Raihan semata. Makanya gue juga nggak maju-maju. Ehh, gue nggak mengharapkan apa-apa kok dari confession gue, tetap jadi temen gue kayak biasa ya?” Kata Yoga pelan dengan senyuman ademnya.
Anjrit, gue banget nih, aduh, gimana dong nih, tapi gue cuma bisa diem dan gue liatin mata Yoga untuk cari tau apa dia cuma bercanda atau gimana gitu, tetapi yang gue temukan cuma senyuman Yoga yang entah kenapa sekarang keliatan adem, shit! Kenapa baru sekarang sih. Mamaaaaa!
Awkward silence beberapa saat karena kita berdua bingung harus gimana. Tetapi kemudian gak tau gimana, badan gue terdorong maju dan kemudian gue mencium bibir Yoga. Pertama karena kayaknya Yoga masih kaget, dia tidak membalas ciuman gue. Tapi lambat laun ciuman kita berdua semakin panas dan mulai menggunakan lidah diciuman kita. Gue udah nggak bisa mikir sama sekali sebenernya.
Kemudian gue melepaskan ciuman kita. Gue liat ada sedikit kekecewaan dimuka Yoga tetapi masih tetap dihiasi dengan senyuman manisnya dia melihat gue dan kemudian membelai pipi dan rambut gue. Saat ini gue bugil, deg-degan, ngos-ngosan di kamar bersama cowo yang baru aja ngasih tau kalo dia suka sama gue. Siapa juga yang bisa mikir jernih! Huhu.
Gue melihat tangan Yoga gemeteran saat membelai gue dan kameranya masih ada ditangan yang satu lagi kayak udah mau jatuh, hihi, sayang ah kameranya. Dengan pelan gue ambil kameranya kemudian menaruhnya dekat kamera gue. Yoga sendiri sampai saat ini masih terdiam mencerna apa yang sebenernya saat ini terjadi.
“Kunci pintunya Yog, nggak enak nanti anak-anak main masuk aja.” Suruh gue ke Yoga dengan suara udah nggak jelas, serak parau or whatever. Gue sendiri nggak tau kenapa gue nggak cabut dari kamar ini tapi malah minta Yoga untuk mengunci kamar. Aduh, nyari masalah banget sih ini, tapi then again kali ini gue juga merasa nggak bisa berpikir jernih, I just live in this moment, nggak mau mikirin kedepannya bakal ribet gimana, huhu.
Setelah Yoga balik dari mengunci pintu, dia duduk dipinggir kasur dekat. Sedangkan gue duduk menyamping ditengah kasur disisi yang berlawanan dengan Yoga. Dengan satu gerakan tangan gue memanggil Yoga untuk mendekati gue. Dengan sedikit ragu Yoga mendekati gue dan sekarang kita sudah dalam jarak intim kembali. Gue belai wajahnya, gue rapihkan rambutnya sambil terus menatap matanya. Gue ama Raihan aja nggak pernah seintim ini!! Kesel!!
Dan lagi-lagi badan gue seperti bergerak sendiri. Gue kembali mencium Yoga. Kali ini ciuman kita langsung dengan cepat menjadi panas dan penuh nafsu. Gue bisa merasakan lidahnya dan lidah gue saling bertemu. Tangan gue sendiri bertumpu kepada leher dari Yoga. Dan dengan gerakan pelan dan lembut Yoga menjatuhkan gue ke kasur. Saat ini gue harus memberitahukan lagi kalo gue lagi bugil, berciuman dengan cowo yang bukan pacar gue, di kamar cottage. My god, what have I done?
Sekarang giliran Yoga yang melepaskan ciumannya, kemudian dia mengusap rambut dan mencium kening gue. Gue cuma bisa diem dan bingung harus berbuat apa, gue sekarang cuma bisa pasrah aja. Selanjutnya Yoga menurunkan pandangannya turun ke arah toket gue yang masih naik turun akibat nafas ngos-ngosan gue.
“Boleh?” Tanya Yoga dengan gerakan isyarat ingin menyentuh toket gue. Nggak boleh! Nggak boleh! Tapi yang dilakukan oleh badan gue adalah menganggukan kepala gue sambil mengigit bibir bagian bawah gue sendiri. Get a grip on yourself Shinta!
Gue nggak bisa ngasih tau gimana rasanya pas akhirnya tangan Yoga meremas toket gue. Walaupun ini bukan yang pertama, tapi yang pasti rasanya beda dengan pada saat toket gue disentuh oleh pak Adit. This is totally different. Gue cuma bisa merem dan menikmati perlakuan Yoga terhadap gue saat ini, tanpa sadar beberapa kali gue merintih keenakan. Damn you Yoga!
Dan Yoga tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Nggak lama gue merasakan dada gue sedikit basah. Ternyata Yoga mengulum puting gue. My god, yes banget deh sensasinya, gue sampai beberapa kali harus melengkungkan badan gue karena emang badan gue bereaksi seperti itu dengan sendirinya.
Gue udah nggak banyak bisa mengontrol badan gue saat ini. Kebanyakan hanya menikmati moment saat ini. Kemudian Yoga kembali keatas dan mencium bibir gue. Kita kembali berciuman namun tangan Yoga kali tidak tinggal diam dan menjelajahi dada terutama toket gue. Tangan gue sendiri masih “sopan” dengan hanya menjelajahi dada dan punggung Yoga.
Gue bisa merasakan kalau semakin lama badan gue malah semakin meminta untuk disentuh. Sama sekali tidak puas walaupun sudah disentuh diberbagai tempat oleh Yoga. Sampai akhirnya tangan Yoga bisa gue rasakan semakin turun mulai dari perut dan akhirnya sampai ke tujuan utamanya, vagina gue. Tapi entah kenapa yang gue lakukan adalah malah merapatkan kaki gue sehingga Yoga justru kesulitan untuk menjelajahi vagina gue.
Lama kelamaan tetapi akhirnya badan gue menyerah dan sedikit melebarkan kaki gue sehingga Yoga bisa semakin leluasa memainkan vagina gue. Gue bisa merasakan vagina gue semakin basah dengan perlakuan Yoga. Saat ini gue masih tetap berciuman dengan Yoga, tetapi kali ini tangan gue mencoba menjelajahi bagian bawah tubuh Yoga. Hihi.
Akhirnya gue berhasil menggenggam penis dari Yoga. Hii, ngeri geli gimana gitu. Tapi karena penasaran gue tetap pencet-pencet penis Yoga. Gue bukan menggenggam ya, remes-remes mencet gitu, haha, amatir banget deh, gue juga nggak tau si Yoga menikmatinya atau nggak, hihi. Tapi kayaknya sih iya karena dia sama sekali tidak protes. Gue pun berusaha menurunkan celana Yoga, dan dengan sedikit bantuan Yoga, akhirnya kita akhirnya sama-sama bugil.
“Ga, gue cuma minta lo jangan masukin punya lo ke gue ya, gue pasrah mau lo apain, tapi gue cuma minta please jangan dimasukin.” Kata gue setelah melepaskan ciuman kita. Gue tetap nggak mau kehilangan perawan gue, Huhu. Ini aneh si sebenernya, gue mau diobok-obok tapi jangan sampe masuk aja, huff.
Yoga melihat gue hanya tersenyum dan mengangguk. Dia kembali mencium gue di bibir sesaat, kemudian pindah ke leher, lalu turun ke kedua puting gue, berlanjut ke perut dan berakhir ke vagina gue. Dengan lihai Yoga memainkan lidahnya di vagina gue. Oh my, rasanya enak banget.
Cukup lama Yoga bermain di vagina gue. Anjrit, ini anak kok udah pro banget kayaknya, hahaha. Semakin lama semakin enak rasanya, tangannya pun masih aktif meraba toket gue. Beberapa kali gue bahkan menaikan pantat gue karena ngilu dan geli dan enak yang akibat rangsangan Yoga di vagina gue. Dan nggak lama gue merasakan seluruh tubuh gue seperti kebakar, seluruh sendi gue dan pembuluh darah gue panas mengarah kearah vagina gue.
“Aaaaaaaaahhhhh, Yogaaaaaaa” teriak gue sesaat sebelum gue seperti pipis dan akhirnya badan gue lemas tak berdaya diatas kasur. Badan gue kerasa enteng banget, sendi-sendi gue terasa lepas dari badan gue. Sekarang gue mau diapain Yoga juga nggak bakal bisa ngelawan, huhu.
Kemudian Yoga kembali naik keatas dan mencium gue. Ihhh, itu kan dari bawah, jorook, tapi nggak apa-apa deh, punya gue sendiri ini, hihihi. Gue nggak terlalu bisa mengimbangi Yoga lagi kali ini karena ciumannya lebih liar dari yang sebelumnya. Awesome!
Yoga ngeliat gue lagi sesaat setelah selesai mencium gue. Dan tatapannya itu dalem banget, gue kayak kebawa kedalem pikirannya. Sekarang gue lebih merasa ditelanjangi daripada sebelumnya walaupun gue emang udah telanjang hihihi, dan abis orgasme enak banget.
“Kamu belum puas ya?” tanya gue ke Yoga, hmm, kayaknya bukan puas deh bahasanya, anjritt apa ya? Hmmm, masa crot? Hmmm.
“Puas? Haha, maksudnya sampe keluar kali ya? Orgasme kan maksudnya?” jelas Yoga. gue sendiri cuma mengangguk pelan karena malu! Masa puas sih bahasanya, asli norak. “Hahaha, iya belum, nggak apa-apa kok, cowo mah gampang nanti tinggal pake baby oil. Haha.” jelas Yoga sambil menjatuhkan badannya disebelah gue.
“Bener nggak mau dibantu?” tanya gue sambil mengambil posisi tidur didada Yoga. Kemudian gue kembali menggenggam penis Yoga yang masih berdiri dengan tegak, gue geser kanan kiri sambil sedikit naik turun. Entah karena gue gemes atau gimana, gue remes kenceng banget penis Yoga sampai yang punya sedikit teriak kesakitan.
“Aduh, aduh, sakit Shin, udah jangan diapa-apain lagi, nanti yang ada rusak lagi punya gue haha.” bisik Yoga sambil tertawa, gue sendiri cuma bisa cemberut tapi juga bingung karena gue emang nggak punya pengalaman apapun tentang ini, kayaknya harus diperdalam nanti biar nggak awkward lagi, hihi. Tapi masa gue aja sih yang keluar, dia nggak, kasiannn.
“Nggak mau, masa gue doang yang enak, lonya nggak, ajarin gue gimana enaknya biar lonya juga enak.” kata gue masih tetap menggenggam penis Yoga.
“Haha, batu banget sih ini anak, ya udah, gue kebetulan bawa baby oil, nggak sengaja gue bawa kalo aja butuh buat pemotretan. Sini sebentar gue ambil.” jawab Yoga masih bugil jalan ke tasnya mencari baby oil. Mimpi apa ya gue bisa jadi kayak gini. Hmmm.
Yoga memberikan gue baby oil dan mengeluarkan beberapa isinya untuk dikeluarkan di tangan gue. Kemudian dia mengarahkan gue untuk melumurinya di penisnya. Dia kemudian mengajarkan gue untuk melakukan gerakan naik-turun seperti mengocok botol.
Sambil mengocok penis Yoga, gue kembali mencium Yoga supaya dia kembali terangsang. Yogapun dengan sigap menerima ciuman gue dan juga kembali bergeriliya di dada gue. Dengan kombinasi remasan pelan dan keras Yoga memainkan toket gue.
Dan akhirnya setelah beberapa saat Yoga menegang dan menyemprotkan cairan putih kearah paha gue karena saat itu penisnya sedang mengarah ke paha gue. Untung paha yang deket lutut, kalo nggak kan nggak lucu kalo sampai hamil karena nggak sengaja keluar sampai ke deket vagina gue haha.
“Huah, huah, enak banget asli, haha, maaf ya kena ke lo Shin” kata Yoga ngos-ngosan.
“Huuu, ya udah, gue balik ke kamar lagi ya, udah jam segini, nggak kerasa hihi, kata gue sambil mencari pakaian gue.” kata gue ke Yoga, hmmm, pakaian gue mana ya? Oh iya, gue cuma pake handuk tadi, baiklah.
Gue langsung memakai handuk gue lagi dan keluar dari kamar Yoga tanpa pamit dan buru-buru. Yoga sendiri kayaknya masih zoned out tentang apa yang sebenernya baru aja terjadi. Gue sendiri telah mengelap paha gue dengan tisu, jadi aman.
Sampai di kamar gue, si Maudy dan Dira lagi pelukan. Dira masih berusaha menenangkan Maudy yang sedang bengong, kayaknya sih abis nangis cukup lama, matanya cukup sembap dan bengkak. Selama gue tadi tempur sama Yoga, ini anak nangis. Jadi nggak enak gue. Hihi.
Akhirnya Maudy tidak makan malem dengan kita. Gue nggak mau terlalu mencampuri urusan Dimas dan Maudy sehingga pada saat makan malem gue nggak terlalu banyak ngobrolin tentang dimana Maudy dan hanya makan sendiri bengong karena jujur gue juga nggak terlalu pengen ngobrol sama Yoga walaupun gue pengen ngobrol sama Yoga, ya gitu deh, huhu.
Gue juga mengambil makanan buat mereka berdua setelah gue selesai makan. Gue bilang kalo Dira dan Maudy lagi sakit cewe. Jadi mereka nggak makan bareng kita. Gue juga sempet ngobrol sama Firman tentang dia nggak boleh lemes tentang hari ini dan untungnya gue juga punya sesuatu yang buat dia takut sehingga dia dengan serius bilang kalo nggak bakal cerita tentang perjalanan ini ke siapa-siapa.
Akhirnya malem ini kita tidur bertiga dengan kasur yang disatuin karena Maudy nggak mau tidur sama Dimas sedangkan gue pengen nggak pengen tidur sama Yoga. tidur beneran ya! Bukan tidur-tiduran. Atau melek bareng, atau apapun itu, hihi.
Besoknya kita pulang dengan sangat awkward karena sepanjang perjalanan kita lebih banyak diem. Kebalik banget pas kita berangkat. Ini aneh, biasanya kalo kita trip bareng pas pergi itu masih kaku dan pas pulang kayak seru banget dan nggak mau pulang, ini kebalikannya. Too much happened.
Gue sendiri juga jadi awkward sama Yoga, gue nggak tau kenapa, gue sendiri ngerasa emang gue menjauhi Yoga. Tapi sebenernya gue nggak pengen ngejauhin Yoga, tapi gue lagi nggak pengen deket-deket dia juga, tapi gue pengen ngorbrol sama dia, aahhhhhhh!
Kita pulang kerumah masing-masing dengan beban dan pikiran masing-masing. Gue ngeliat cuma Maudy dan Dira yang sedikit lebih dekat dari sebelumnya. Gue pulang sendiri, Dira dijemput sama Dodi dan mengajak Maudy untuk bareng. Sebenernya gue juga diajak, cuma gue lagi pengen sendiri aja.
Raihan, maafin aku ya. That is all I can think on my way home.