Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Shinta -- Sinoisibiske Story (SSS)

Faithia

Semprot Baru
UG-FR
Daftar
26 Jan 2013
Post
46
Like diterima
144
Terakhir diubah:
Wild Party

“Kamu mau udahan aja ya sama aku?” Itulah isi pesan terakhir Raihan yang sedang gue petimbangkan untuk gue bales. Gue menatap layar hape gue sampe akhirnya lampunya mati, tetapi kemudian gue nyalain lagi dan menatap layar sampe mati lagi. Gitu terus-terusan.

Udah sekitar seminggu gue nyuekin dua orang yang dekat dengan gue. Gue nyuekin Yoga yang terus mencoba meminta maaf dan juga minta bisa kembali seperti dulu lagi. Dude, we are way past casual friend. Dan satu lagi Raihan, gue juga termasuk nyuekin dan nggak bales segala usaha komunikasi dari dia. Walaupun sebenernya nggak terlalu banyak juga si usaha dia untuk menghubungi gue. Hisshhh.

Gue sendiri bingung dengan diri gue sendiri, gue sama sekali nggak mau mencoba menghadapi masalah gue. Gue malah terkesan kabur dari kenyataan dan memilih untuk menghabiskan waktu gue dirumah dengan main game, tidur, baca buku. Dan semua itu sendirian. Mbak Ratih beberapa kali menanyakan apakah gue baik-baik saja karena gue terlihat murung. Tentu aja gue bilang I'm okay dengan senyum terpaksa.

Bagaimana dengan pak Adit? Biasa aja. Dia sendiri nggak jadi berubah setelah kejadian pijet enak sebelumnya. Dan dia sendiri nggak pernah nawarin gue pijet lagi ataupun gue yang minta dipijet dia. Bener-bener seminggu ini gue nggak mood buat pamer badan seperti biasa. Gue cuma mau waktu berjalan lebih cepat dan masuk ke waktu kuliah.

Gue sekarang sedang mempertimbangkan untuk membalas chat dari Raihan. I think I need to give him some clarity, he deserves as much. Kemudian dengan sigap gue mulai menulis di keyboard hape gue. “Ke rumah aku yaa, aku pengen ngobrolin sesuatu.” Sent.

Sekarang gue kembali ke kegiatan gue sebelumnya yaitu membaca novel sherlock kesayangan gue. Tetapi nggak lama dari gue ngirim pesan ke Raihan, hape gue berbunyi lagi menunjukan ada pesan yang masuk. Gue membaca pesan dari Raihan yang bilang dia sedang bener-bener nggak bisa dateng karena sedang ada urusan. Gue emang bukan prioritasnya. Sigh.

“Ya udah besok bisa?” Tanya gue.

“Bisa, sampai ketemu besok ya.” Jawab Raihan.

Mood gue malah jadi makin ancur. Karena udah kayak gini tapi Raihan masih tetap nggak menempatkan gue sebagai yang pertama. Dia sama sekali nggak mencoba sedikit pun untuk berkorban buat gue. Gue semakin bingung, apa sebenernya gue buat dia. Gue merasa kalo gue nggak lebih dari sekedar teman deketnya dia. He's probably like that, but it means that I think he's not the one for me.

Saat gue lagi galau pusing nggak karuan dirumah, gue baru merasakan kalo gue laper karena gue nggak makan seharian. Damn, kayaknya gue harus keluar nih buat cari makanan. Gue pengen sekalian cari angin diluar daripada suntuk nggak jelas dirumah.

Pas banget gue lagi buka pintu rumah gue ngeliat Yoga dateng dengan motornya. Ya tuhan, apalagi sih ini, nggak bisa banget ya nunggu kapan gitu kalo mau dateng. Kayaknya gue emang udah nggak bisa lari lagi dari masalah ini. Gue harus selesain semuanya biar hidup gue tenang lagi. Hmmm, tapi gue belum tau ni orang harus gue apain, bodo ah.

“Hi Shinta, mau pergi yaa, boleh minta waktu nggak lebih dari 5 menitan?” Kata Yoga sambil membuka helmnya.

“Iya boleh.” Jawab gue sedikit tersenyum.

“Btw gue bawa coklat nih buat lo, lo suka ini kan?” Kata Yoga sembari memberikan satu pack coklat kesayangan gue. Ini jelas bikin gue makin luluh, gue lemah sama coklat juga, haha. Walaupun menurut gue kesalahan Yoga lebih berat di guenya daripada dia. Hehe.

“Thanks yaa, iya, ini kesukaan gue, hmmm, nih buat lo juga.” Kata gue sambil memberi satu bungkus buat Yoga.

“Haha, nggak usah, kan gue beliinnya buat lo.” Tolak Yoga.

Gue kemudian hanya sedikit memiringkan kepala gue tanpa menurunkan tangan gue yang masih memegang satu bungkus coklat kearah Yoga. Kemudian gue terus ngeliatin Yoga dengan tanpa ekspresi (kalo kata Yoga muka gue disitu lebih kayak mau ngebunuh daripada tanpa ekspresi) haha. Kemudian sebelah beberapa detik tanpa suara akhirnya Yoga mengambil coklat dari tangan gue.

“Ngobrolnya di teras rumah gue aja yuk, nggak enak disini.” Kata gue sambil berjalan kearah teras.

Yoga mengikuti gue dari belakang setelah memarkirkan motornya. Kemudian gue duduk di bangku yang ada sedangkan Yoga duduk di bangku yang bersebelahan dengan gue. Kita duduk dipisahkan dengan meja bundar kecil.

“Kayaknya lo udah tau juga gue kesini mau ngomong apa. Gue mau minta maaf karena gue udah berbuat tidak menyenangkan di Derawan.” Kata Yoga membuka pembicaraan.

“Lo nggak salah, jadi nggak ada yang perlu dimaafkan, kalo mau minta maaf sama Raihan.” Kata gue memotong.

“oh gitu, apa dia udah tau soal ini?” Tanya Yoga kembali.

“Nggak. Tapi kalo lo mau minta maaf bukan ke gue. Ke Raihan.” Jawab gue lagi. Gue nggak terlalu merasa kalo Yoga salah. Lebih banyak gue yang salah.

“Okay, I guess someday I will but not soon.” Jawab Yoga.

“Kemudian mungkin nggak kita jadi seperti dulu lagi, jujur gue nggak mau kehilangan lo sebagai apapun, walaupun lo cuma menganggap gue temen, gue …” kata Yoga yang langsung gue potong.

“Bisa, tapi beri gue ruang dulu. Gue lagi nggak pengen ngobrol ataupun ketemu lo dulu.” Jawab gue singkat tapi tegas terhadap Yoga.

“Okay, gue ngerti. Thanks ya udah ngasih gue kepastian, kalo gitu gue balik dulu, gue kayaknya mau ke ruko gue buat ngedit sambil nyoba moto produk, hehe, you are always welcome there.” kata Yoga sambil tetap tersenyum. Kemudian dia kembali memakai helmnya dan berjalan ke arah motornya lagi. Setelah melambaikan tangannya Yoga memaju motornya dan menghilang dari pandangan gue.

Gue sendiri sekarang sedikit lega karena ternyata nggak terlalu sulit untuk menyelesaikan masalah ini, gue hanya perlu menghadapi masalah gue daripada menghindar dan berharap kalo masalah gue ilang dengan sendirinya.

===================================================================================

Keesokan harinya pada siang menuju sore, si Raihan akhirnya bener-bener dateng dengan sedikit telat daripada yang dia janjiin. Bilangnya sih macet, cuma gue yakin dia semi-lupa sama janji dia ke gue karena sedang sibuk dengan apapun yang sedang dia lakukan.

Gue tadinya udah mau marah banget, cuma gara-gara dia dateng dengan segala senyum dan charmnya gue nggak jadi bisa marah.

Saat ini di rumah gue cuma ada gue karena mbak Ratih dan Pak Adit sedang keluar belanja bulanan untuk segala macem kebutuhan gue mulai dari sabun, sampo sampe segala macem cemilan kesukaan gue haha.

Jadi gue berdua sama Raihan duduk di sofa berduaan awkward karena gue yang tadinya mau marah jadi nggak jadi, sedangkan Raihan sendiri juga bingung dia harus ngapain karena ngiranya gue juga jadi marah.

“Jadi kamu mau ngobrol soal apa nih?” kata Raihan membuka obrolan.

Kemudian darisitu gue bisa mulai cerocos banyak tentang unek unek gue selama ini yang merasa gue nggak menjadi orang yang menjadi prioritas dia dan banyak lagi. (ini agak aneh sih, gue yang intinya selingkuh malah gue yang minta banyak dari pacar gue hehe.)

Nggak terlalu banyak kata-kata yang keluar dari Raihan pada saat gue menceramahi dia. Dia lebih banyak ngangguk aja dan ngeliat gue.

Setelah cukup lama kita ngobrol, kita kembali kayak pertama kali Raihan dateng, duduk awkward sambil pandang-pandangan. Disitu gue berinisiatif untuk mencium Raihan dengan memajukan muka gue mendekati muka dia.
Pada saat kita berciuman, gue ngerasa gue kayak mencium tembok karena sama sekali nggak ada ‘perlawanan’ dari Raihan, berbeda dengan saat dengan Yoga.

Entah kenapa tiba-tiba gue jadi keinget kejadian dengan Yoga dan gimana sensasi pada saat kita melakukannya berdua. Sensasi yang gue mau banget rasakan bersama Raihan, tetapi kayaknya sampe sekarang nggak bisa.

Tiba-tiba tanpa terkontrol air mata gue keluar pada saat kita masih berciuman dan kemudian gue menjauhkan ciuman gue dari Raihan. Muka Raihan cukup kaget karena melihat gue mengeluarkan air mata.

“Kamu kenapa?” tanya Raihan.

“Kayaknya kita emang nggak cocok deh.. Aku rasa ini saatnya kita putus karena aku ngerasa kalo cuma aku yang sayang dan berusaha disini.” kata gue dengan cepat. Gue juga nggak ngerti kenapa tiba-tiba gue ngomong gitu, tapi gue juga ngerasa kalo hubungan ini cuma satu arah.

Raut muka Raihan sedikit berubah dan terlihat sedikit raut marah di mukanya setelah beberapa saat mencerna kata-kata yang baru aja gue omongin.

“Nggak berusaha? Nggak sayang? Oke kalo kamu pikir begitu. Aku pulang.” begitulah kata-kata dari Raihan sambil berdiri dan kemudian meninggalkan gue sendiri yang masih nangis dan makin nangis setelah ditinggal sendiri.

Sama sekali nggak ada usaha dari Raihan untuk mempertahankan hubungan gue dan dia. Dan itu makin gue kesel sendiri walaupun akhirnya gue sadar kalo memang Raihan itu nggak cocok dengan gue.

Pada akhirnya setelah gue capek sendiri, gue kembali ke kamar gue dan tertidur sampe kebangun cuma pada saat gue laper.

=====================================================================================

Saat ini gue ada di bandara ngurah rai. Hahaha, kenapa tiba-tiba gue ada disini? Kenapa? Kenapaa? Karena gue butuh refreshing. Haha, dan untungnya gue termasuk anak dari orang tua yang berkecukupan, jadinya nggak ada masalah untuk gue pergi keluar kota dengan itungan dadakan.

Kemudian gue menyewa sebuah hotel semi-vila. Jadi ada front office, tapi yang kita sewa adalah sebuah mini villa yang berisikan ruangan besar yang isinya dapur kecil, ruang duduk-duduk, tempat tidur dan kamar mandi. Cuma kamar mandi yang dipisah dengan dinding, tapi untuk shower mostly dikelilingin kaca tanpa tirai. Yang kayak gini emang biasanya cuma untuk honey moon. Haha.

Gue juga udah sewa mobil dengan supirnya untuk gue bebas berjalan-jalan keliling bali bagian selatan. Gue nggak segila itu untuk jalan-jalan ke tempat non-mainstream. Untuk saat ini mendingan cari tempat aman aja, untuk lain kali bisa dicoba cari tempat yang berbeda kalo ada temennya.

Diluar dari “kamar” disini, ada sebuah pool kecil ukuran 4 - 5 meter x 2 meteran. Diujung salah satu sisi kolamnya ada kayak jaring atau hammock buat 2 orang tiduran diatas kolam. Lumayan banget sih ini untuk ukuran bali dengan harga yang menurut gue nggak terlalu mahal.

Sampe di villa gue malah lebih banyak leyeh-leyeh. Saat ini Bali menurut gue lagi panas banget, bikin gue jadi mager untuk jalan kemana-mana dan gue nggak terlalu suka untuk jalan di Bali naik mobil sewaan karena Bali udah cukup macet.

Rencananya gue cuma 5 hari disini, the whole weekdays, karena Bali cenderung lebih rame pada saat weekend, jadi cukup lama gue bisa menikmati Bali yang agak sepi di weekdays. Pada saat itu gue mikirnya abis dari Bali jadi refreshed lagi dan mood balik jadi bagus sebelum putus sama Raihan.

Gue lebih banyak nggak pake baju di dalam kamar gue. Karena pertama, disini panas. Yang kedua otak gue lagi korslet jadinya keinginan gue untuk eksib lagi gede. Mungkin ini juga yang bikin gue milih Bali sebagai tujuan gue mencoba refreshing.

Eksib pertama gue dilakukan saat gue mesen makanan di malam pertama. Gue udah rencanain ini dan bukan spontan kayak biasanya haha. Jadi mungkin udah pada bisa nebak, gue mesen makanan dari restaurant untuk dibawain ke kamar. Haha.

Kemudian gue yang udah bugil langsung berenang dengan disebelah kamar gue. Lumayan lah dapet beberapa lap karena kolamnya juga nggak gede.

Pas gue lagi istirahat dipinggir kolam, gue mendengar ada suara bell villa gue.

“Masuk aja pak, nggak dikunci kok.” kata gue dari dalam kolam.

Kemudian masuklah seorang cowo umur 18 - 25an mungkin dengan makanan gue. Dia ngebawa makanannya di tray kecil gitu karena emang cuma makanan satu piring tanpa minuman. Gue udah beli minumannya dan gue taro di kulkas biar hemat haha.

“Mau taro dimana mbak makanannya?” tanya dia saat ngeliat gue lagi berenang. Saat ini gue rasa dia belum sadar kalo gue bugil di kolam renang karena sudutnya nggak pas. Mungkin dia ngebayangin gue masih pake bikin yang strapless.

“Taro didalem aja pak.” kata gue masih berdiri dipinggir. Walaupun gue udah ngerencanain ini, tetep aja ada rasa deg-degan. Ahhh exciting times.

“Untuk pembayarannya gimana mbak.” tanya sang pelayan ke gue abis naro makanan gue di dalem kamar.

“Oh iya, boleh nanti aja digabung pas check out?” tanya gue. Gue sebenernya udah tau jawabannya karena pas nyampe gue juga udah pesen makanan dari restaurantnya.

“Apakah mbaknya ada deposit di depan?” tanya pelayannya lagi.

“Nggak ada bli, tadi aku nggak deposit apa-apa.” jawab gue.

“Kalau begitu tidak bisa mbak, harus bayar sekarang.” terang si pelayan.

“Oh gitu ya, kalo gitu saya ambil dulu ya di tasku.” kata gue santai.

Gue bisa ngeliat raut muka si pelayan kaget sampe mau melotot pada saat gue keluar dari kolam tanpa busana sama sekali. Bulir-bulir air jatuh dari rambut dan badan gue yang ngebuat suasananya jadi sedikit lebih erotis. Hihi. kalo direncanain emang eksib itu lebih greget.

Kayaknya sih si pelayan itu mau ngomong sesuatu tapi kayaknya sih omongannya cuma sampe tenggorokan. Walaupun dia bisa aja ngeliat ke tempat lain, tapi sepengelihatan gue ekor mata gue, dia ngikutin gerakan gue dari kolam sampe masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar gue langsung ambil dompet gue dari tas. Keadaan gue masih basah dan titik-titik air jadi ngebecekin lantai kamar gue. Sebenernya gue sebel banget sih kalo lantai kamar itu basah gara-gara orang yang abis mandi, cuma bodo ah, ini situasi khusus hihi.

Gue kembali keluar masih dengan tanpa busana dan hanya menenteng dompet panjang gue. Saat gue keluar, gue ngeliat si pelayan kembali kaget dan matanya kayak mau keluar karena nggak menyangka kalo gue masih bugil.

“Ini ya bli.” kata gue sambil menyerahkan uang.

“Ehh, oh, iyaa terima kasih yaa, umm iya.” kata si pelayan gugup.

Kemudian dia langsung jalan keluar dari villa tanpa berkata apa-apa lagi. Sebenernya sih uang gue ada kembaliannya, tapi ya udahlah ya, mungkin dia lupa, buat tip aja.

Nggak sampe 5 menit, pada saat gue lagi makan sambil bugil, gue mendengar ada suara bell lagi diikuti suara room service seperti beberapa saat yang lalu.

“Masuk aja, nggak dikunci” teriak gue dari dalam.

Abis itu gue ngeliat si pelayan masuk ke dalem area villa dan lagi-lagi kaget karena gue keluar dari ruangan masih dengan keadaan tanpa busana.

“Yaa, kenapa bli?” tanya gue berdiri dengan menyilangkan tangan gue di dada gue. Kali ini dia cuma bisa ngeliat bagian bawa tubuh gue.

“Ehh, ohh, maap mbak, ini kembaliannya ya.” kata dia masih dengan gugup, haha lucu amat sih. Mungkin dia baru.

“Lho, nggak apa-apa bli, ambil aja, anggep aja tip hehe.” jawab gue sambil tersenyum

“Ohh, gitu, ohh iya .. kalau begitu terima kasih sekali lagi yaa mbak, umm nama saya Riyad, kalo ada apa-apa kasih tau saya aja ya mbak, mungkin saya bisa bantu.” kata si pelayan memperkenalkan diri, lah, kenapa dia jadi ngasih tau nama, haha.

“Ok Riyad, terima kasih ya.” jawab gue.

Kemudian si Riyad balik badan dan keluar, sebelum dia keluar masih sempet-sempetnya dia ngeliat kedalem hanya untuk nganggukin kepala dia. Haha, belum puas ternyata dia. Btw, emang gimana caranya gue bisa minta dia bantu lagi ya haha.

Nggak terlalu banyak yang gue lakukan di hari pertama selain nonton TV kabel dari mulai siang sampe malem, palingan gue keluar sebentar karena emang biar nggak rugi-rugi amat udah nyewa mobil beserta supirnya. Haha.

=====================================================================================

Di hari kedua nggak lama setelah sarapan gue langsung jalan bersama supir gue pak Dedi ke Uluwatu. Perjalanannya cukup jauh dari villa gue di Kuta. maksudnya untuk ukuran Bali cukup jauh haha.

Hari ini gue pake beach cover up dress selutut warna putih dengan celana pendek warna hitam. Dress gue sendiri lumayan terbuka dibagian depannya, jadi sedikit perut dan celana gue terlihat dari depan. Selain itu gue nggak pake apa-apa lagi selain bikini bottom yang juga warna putih. Jadinya sama-sama puting gue selain nyeplak, juga terlihat sama orang. Oh iya, nggak lupa pake kacamata hitam kesayangan gue.

Selama di perjalanan nggak terlalu banyak yang terjadi selain gue main hape dan juga baca buku. Ini adalah salah satu kelebihan gue. Gue bisa baca buku pas lagi di mobil. Hahaha. Gue cuma ngerasa beberapa kali pak Dedi ngeliatin gue dari spion.

Sampe di Beach club ternyata udah siang, beach club yang gue pilih kayak mempunyai pantai sendiri dan ada dibawah tebing gitu. Ombaknya sendiri nggak terlalu gede dan yang paling penting disini nggak rame.

Gue langsung memesan makanan sambil mencari posisi deket pantai. Disini udah disediakan bean bag untuk 2 orang disetiap payung yang ada. Dan terlihat sebagian payung masih kosong. Gue akhirnya memilih salah satu bean bag yang berada di tengah

Gue bawa tas kecil yang isinya peralatan untuk ke pantai kayak sunblock, buku dompet dan kawan-kawannya. Gue bener-bener travel light sih haha saat ini. Kayaknya emang untuk kayak gini gue nggak butuh terlalu banyak barang.

Kemudian gue buka cover up dress gue dan juga celana pendek gue. Gue hanya menyisakan bikini bottom dan kacamata hitam gue. Kemudian gue duduk dan mulai membaca buku gue sambil santai di pantai haha.

Sekitar 1 setengah jam gue mulai bosen. Gue melihat kalo mataharinya udah nggak terlalu panas dan kebetulan emang lagi ada awan yang nutupin daerah pantai. Hmmm, kemudian gue mikir main air sebentar bisa kali ya.

Nggak terlalu banyak cewek yang topless disini, bule-bule yang topless biasanya tiduran tengkurap dan yang main air biasanya udah memakai bikini lengkap lagi. Haha, bodo ah, yang penting senang.

Dengan pd gue jalan menuju air dan mulai bermain dengan ombak. Gue baru sadar kalo ternyata di pantai udah mulai lebih ramai dari pas gue dateng sebelumnya. Kemudian gue ngeliat ada paddle board yang lagi kosong. Mari bermain air haha.

Sekitaran 15 menitan main, selain karena capek dan nggak ada yang bisa motoin, gue menyudahi kegiatan gue dan kembali menuju singasana gue. Disini gue ngerasa bakal lebih seru kalo gue kesini ada temennya dan nggak sendiri. Oh well, namanya juga dadakan haha.

Nggak lama setelah gue mengeringkan diri dengan handuk dari beach club disini. Gue ngerasa ada yang jalan menuju gue. Tau nggak sih perasaan kayak ada yang ngeliatin walaupun kadang cuma perasaan doang.

“Umm, Shinta bukan?” tanya seorang cowok sambil mencolek pundak gue. He? Kok ada yang kenal gue.

Gue penasaran dan berbalik untuk ngeliat siapa cowo yang ada disini yang mengenali gue. Setelah gue ngeliat dengan jelas, ternyata itu adalah Toni, temen gue dari hobi motret gue. Biasalah, dari sering hunting bareng walaupun ini orang temennya temen pertamanya, tapi kita jadi lumayan akrab.

“Eh Toni bukan? Weiii kok bisa ada disini?” tanya gue ke dia.

“Haha, bisa dong, naik pesawat haha. Gue ama sepupu gue sama temen-temennya, ceritanya sih bachelor party gitu, lo ama siapa?” tanya Toni balik.

Saat ini gue menyilangkan tangan gue didepan dada gue. Walaupun tadinya udah berani, begitu ada yang kenal langsung agak tengsin lagi, hahaha. Aneh emang, cuma yaa reflek badannya udah tersetting kayak gitu hihi.

“Gue sendirian aja Ton, lagi mumet banget gue dirumah haha. Lo kesini sambil foto-foto?” jawab gue dilanjut dengan sebuah pertanyaan.

“Nggak, gue lagi males moto, mau partyyy aja hahaha, lo kalo mau join boleh lho, disana tapi cuma batangan aja ya, namanya juga bachelor party, tapi agak garing juga jadinya haha, nanti malem kita mau nyari bar buat minum lucu gitu, gimana?” ajak Toni antusias.

“Haha, boleh sih, tapi lo sampe kapan by the way disini? Kalo emang masih lama, gue ikut besok aja deh, hari ini gue mau explore makanan dulu haha.” tolak gue. Ini bener, gue mau makan nasi pedes atau apa kek, lagi males ke Bar, mungkin besok baru semangat haha.

“Hmm, kita nggak lama sih, gue cuma sampe kamis malem, tapi besok masih ada acara lagi kok, jadi kalo lo baru bisa joinnya besok, bisa banget, tapi nanti gue kabarin lagi ya.” ucap Toni masih antusias.

“Ok kalo gitu hehe, mereka ada disini juga? Yang mana orang-orangnya?” tanya gue penasaran, gue soalnya bisa ngeliat kalo orang itu bakal asik atau nggak dari gerak-geriknya.

“Ada kok, itu tuh, ada Rifka sepupu gue yang mau nikah, terus ada budi yang gemuk, Arga, Arief sama Heru.” terang Toni sambil menjelaskan apa yang sedang mereka pake dan juga bentuk tubuh mereka.

Gue cuma bisa angguk-angguk, dan sepengelihatan gue saat memperhatikan mereka, kayaknya sih mereka orangnya asik. Jadi nggak ada masalah kalo besok mungkin tiba-tiba gue ada mood untuk ikutan mereka.

“Hmmm, ok deh, kayaknya pada seru deh. Tapi liat besok juga, kalo emang gua mood gue bakal ikutan, kalo nggak ya next time aja kita ketemu lagi pas lagi hunting yaa.” jelas gue ke Toni.

“Sip deh! Lo berani juga ya nggak pake atasan tadi berenang, haha. Gue balik kesana lagi yaa, nanti gue kabarin tempatnya besok, karena belum direncanakan saat ini haha.” kata Toni sambil berbalik. Sebelum berbalik nggak lupa dia ngajak tos.

Kemudian gue lanjutin acara berbaring sambil baca buku gue. Beberapa saat gue masih pake handuk untuk nutupin dada gue, tapi setelah beberapa saat gue pikir bodo amat deh, dan kembali membaca buku sambil topless. Haha.

Cukup lama gue membaca buku sebelum gue memutuskan untuk pulang karena mau siap-siap jalan di Kuta. mau explore makanan sambil liat-liat yang lucu-lucu di sepanjang jalan legian.

Kali ini gue nggak memakai celana pendek gue lagi. Karena menurut gue banyak juga yang cuma memakai bikini dengan cover up dress. Gue juga mau merasakan rasanya bisa dibilang cuma pake celana dalem doang di tempat ramai.

Nggak terlalu banyak yang menarik yang gue lakukan di sore itu. Gue membeli beberapa pernak-pernik Bali, yang paling banyak pajangan kayak dream catcher. Haha, cukup berhasil deh perjalanan shopping gue karena hasil yang gue bawa pulang lumayan banyak. Selain itu gue juga makan nasi pedas yang cukup mengisi perut gue selain beli Gellato sebagai dessert untuk menutup journey hari itu.

Sampe di Villa gue ketemu si Riyad lagi yang kayaknya abis nganterin makanan. Gue cuma tersenyum, begitu juga dengan dia yang tersenyum sambil sedikit menundukan badannya kayak orang jepang sambil bilang “malam mbak”.

Kemudian gue mandi dan nonton tv kabel yang disediakan oleh villa. Untungnya lagi banyak film yang bagus yang lagi disiarkan di TV kabel, jadinya nggak terlalu garing. Walaupun again gue akhirnya bosen. Gue kayaknya butuh ngobrol sama orang. Sebenernya gue ada pilihan untuk ikut sama Toni, cuma entah kenapa belum mood saat itu. Go with the flow aja deh hahaha.

Akhirnya gue mikir untuk beli cemilan dari resturant, dan kalo emang si Riyad lagi yang nganter, gue ajak ngobrol dulu aja. Kayaknya sih dia bukan cowo yang kurang ajar. Hmmm, tapi kayaknya enak deh telanjang lagi di depan dia. Hihi.

Setelah memesan cemilan di restaurant, gue kembali berenang dengan tanpa busana. Sebenernya gue udah bawa stock baju untuk bisa pake baju setiap saat, tapi karena gue masih korslet akhirnya gue lebih banyak telanjang daripada pake baju di 2 hari ini. Haha, biarin deh nggak bikin capek mbak Ratih.

Again nggak lama setelah gue pesen cemilan yang harganya lumayan itu gue mendengar bell dibunyikan menandakan ada yang minta ijin untuk masuk. Hmm, siapakah yang dateng? Apakah jangan-jangan malahan cewe yang nganterin makanan gue hihi.

“Masuk aja.” kata gue dari dalam.

“Maaf mbak, masih dikunci.” jawab seseorang dari luar. Kayaknya sih dari suaranya si Riyad lagi. Haha, kayaknya ini orang udah ngetag kalo ada makanan untuk kamar gue dia langsung ambil. Atau mungkin ini emang bagiannya dia. Anyway, shit, gue harus bukain pintu dulu dong.

“Oke, tunggu ya.” teriak gue dari dalam sambil naik keluar dari kolam.

Gue buka kunci pintu dan kemudian membukakan pintu untuk si pelayan. Ternyata emang si Riyad lagi yang datang dengan makanan di tangannya. Kali ini hanya senyuman yang dia berikan pada saat ngeliat sebagian badan gue yang lagi-lagi masih basah dan telanjang.

“Mau ditaro didalem lagi mbak?” tanyanya kali ini lebih tenang dari kemarin.

“Hmm, sini kasih ke saya aja ya, uangnya tapi ada di Meja ya.” jawab gue. Tadinya sih mau pura-pura bikin mupeng aja karena keliatannya gue masih bugil tetapi duit udah gue siapin sebelumnya, tapi ya udahalah ya. Haha.

Pada saat si Riyad pamit sehabis mengambil uang di meja, gue meminta dia untuk nemenin gue makan di kolam. Dan sampailah kita moment ini, dimana gue bugil duduk dipinggir sambil makan. Ditemani oleh cowo yang baru ke lihat wajahnya belum sampe 48 jam hahaha.

Untuk ukuran cowo menurut gue mata si Riyad masih behave dibandingan mata cowo kebanyakan. Kalo biasanya pake baju seksi aja matanya udah jelalatan ngeliat kemana-mana, kalo ini nggak terlalu parah, cuma sekali 2 kali gue liat dia ngelirik kearah toket dan pangkal paha gue.

Kita ngobrol cukup lama, walaupun nggak sampe setengah jam karena dia masih shift dan harus kembali kerja. Yang pasti gue tau kalo dia punya cerita cinta yang cukup unik. Dia dan sang istri nikah muda karena ketemu pada saat si Riyad masih jadi supir sewaan, sedangkan sang istri merupakan pembantu dari keluarga kaya yang beberapa kali menggunakan jasa si Riyad. Hahaha, jodoh emang nggak kemana.

Kenapa kita bisa jadi ngomongin jodoh? Karena gue curhat colongan tentang gue yang baru putus dan lagi mau refreshing. Dan cerita dia cukup bikin gue refreshed. Hahaha. Anyway, nggak terlalu banyak yang terjadi setelah si Riyad pergi. Gue bilas terus tidur sampe pagi.

=====================================================================================

Keesokan harinya gue pergi ke tempat yang buka pantai. Gue pergi ke ubud untuk muter-muter dan menikmati keindahan Bali yang bukan pantai. Gue mengunjungi beberapa tempat dan pura yang ada disana. Overall cukup menarik dan cukup bikin nyesel nggak bawa kamera dalam perjalanan ini. Huhu.

Saat ini outfit gue adalah casual loose pants dibawah lutut warna coklat dan juga kemeja warna putih. Kali ini gue masih pake bra karena gue berencana mengunjungi pura. Ini aja udah cukup nerawang karena kemejanya cukup tipis.

Siang menuju sore gue balik lagi ke villa untuk istirahat. Disini gue belum menentukan mau kemana malamnya. Ada beberapa pilihan yang menurut gue possible tapi masih memilah mana yang kayaknya paling enak untuk di kunjungi.

Pas banget lagi galau, si Toni bbm gue menanyakan apakah gue mau ikut ke salah satu bar / beach club yang ada di sepanjang seminyak. Gue langsung basa-basi nanya apakah nanti yang lain keberatan kalo gue join. Hihi, tetep sok jual mahal. Karena udah dijawab santai aja, gue langsung cabut dan jalan menuju tempat yang udah disebutkan oleh Toni.

Gue masih memakai kemeja yang gue pakai tadi siang, tetapi gue mengganti celananya dengan high waist loose shorts warna hijau muda. Nggak terlalu lebay tapi juga nggak terlalu casual untuk ketemu orang baru hihi. Jangan-jangan jodoh gue ada disana haha

Perjalanan dari villa gue ke sana cukup singkat. Sesampainya disana gue masuk kemudian menelepon Toni untuk minta dijemput. Males banget malem-malem nyari orang di keramaian haha.

Sesampainya di meja mereka gue memperkenalkan diri kepada 5 orang teman dan sepupu si Toni. gue nggak langsung apal semua namanya kecuali si Budi karena dia yang paling gemuk. Yang lucu juga adalah gaya mereka mirip semua, jadi pada pake kaos atau kemeja dipadu dengan celana pendek. Makin susah aja inget siapa yang siapa. Haha. yang pasti ada si Toni, Rifka yang mau nikah, Budi, Arief, Arga dan Heru.

Toni sendiri sebenernya lebih tua sekitar satu tahun dari gue. Sedangkan sepupunya lebih tua lagi dari Toni sekitaran 3 tahun lebih tua. Tetapi itungannya si Rifka ini nikahnya masih muda. Ya enaknya jadi orang kaya ya gitu, semuanya bisa langsung disiapkan kapan aja. Pas mau nikah ya tinggal nikah. Haha.

Kalo sepengelihatan gue setelah beberapa saat berada di antara mereka adalah si Budi itu yang paling heboh. Arga itu adalah ketua kelompok dari perjalanan ini karena keliatan dia yang nyusun acara ini. Heru kayaknya nggak suka cewe, walaupun cowo banget tapi entah kenapa auranya tuh aura gay banget haha, susah dijelasin. Sedangkan Arief nggak ada yang stand out. Si Rifka calon pengantin sendiri terlihat sebagai pribadi yang pemalu, tetapi mereka semua itungannya masih asik lah. Nggak salah gue ngikut hihi.

Belum sampe malem banget si Arga tiba-tiba mengajak untuk balik karena udah ada yang disiapkan oleh dia khusus untuk Rifka. Kayaknya sih si Rifka ini mau dikerjain dulu karena kalo dari ceritanya sih si calon pengantin ini belum diapa-apain sama geng ini. It’s going to be interesting pikir gue.

Gue sendiri tetep menggunakan pak Dedi untuk menuju penginapan dari mereka. Si Toni ikut sama gue supaya kalo pas lagi iring-iringan ketinggalan masih bisa ada yang ngasih tau. Disitu gue baru tau kalo emang bener si Rifka mau dikerjain. Selain ngomongin itu, kita juga udah rencanain next photo hunting bareng dan nggak sengaja dia nyebut nama Raihan. Disitu gue bilang kalo kita udah putus dan makanya gue disini sendirian refreshing. Huhuhu.

Sesampainya di penginapan mereka, Pak Dedi gue minta untuk ninggalin tempat tersebut karena gue takut kalo gue bakal sampe malem banget, gue minta dia standby kalo tiba-tiba gue minta dijemput, tapi daripada bete mendingan dia nunggu di tempat lain sekalian mungkin makan.

Penginapan mereka bisa dibilang sangat gede, ada sekitar 44 kamar disini dengan halaman yang gede banget. Disini juga ada kolam renang yang bisa dibilang 3 - 4 kali lebih besar daripada yang ada di villa gue, haha. Di salah satu halaman ada kayak pendopo berisikan tempat duduk-duduk.

Design bangunannya nggak terlalu banyak ruangan tertutup selain kamar. Ini menurut gue tempat yang enak banget untuk ngumpul-ngumpul ramean. Mungkin next time gue bisa nyewa tempat ini or at least tempat yang mirip kayak gini, hmmm menarik.

Sampe di salah satu ruang ngumpul, disitu udah ada berbagai minuman beralkohol dengan berbagai macam merek dan jenis. Disitu juga udah ada sebuah sound system gede yang disambungkan ke sebuah laptop. Haha jadi kayak mini Dj gitu. Si Arga dengan sigap langsung nyetel playlist dan kita langsung berasa di beach club kayak, haha.

Setelah lanjutin ngobrol sama seperti sebelumnya, si Arga membawakan minuman yang udah diracik oleh dia dalam gelas-gelas dan didistribusikan ke semua orang yang ada disitu tanpa terkecuali.

Gue ambil satu, normally it would be a bad idea, karena satu gue nggak terlalu kenal dengan si Arga jadi dia bisa masukin apapun ke minuman ini. Kedua, kalopun nggak ada-apa, kalo gue mabok nanti pulangnya gimana?. Haha, tapi ya udah lah, YOLO. Lagian si Arga nggak ngasih gue gelas yang spesifik, dia nyuruh gue ambil dari beberapa pilihan yang ada di nampan.

Disitu mulai keliatan kalo si Budi ini yang paling suka minum karena dia beberapa kali bolak balik ke meja tempat minuman disaat yang lain masih santai duduk-duduk sambil ngobrol. Satu hal yang gue perhatiin cukup aneh, semua orang yang disini nggak ada yang ngerokok. Jadi udara disini aman, hihi.

Partynya mulai seru pada saat tiba-tiba Arga membawa seorang cewe. Yang menurut gue kayak mbak-mbak gitu dari luar. haha, ini bakal seru banget sih. Kemudian si Arga ngobrol berdua dengan sang mbak-mbak agak sedikit menjauh.

Setelah beberapa saat, Arga balik ke arah kita dengan raut muka yang cukup serius.

“Okeh, jadi si cewe ini nggak mau stripping di panggung kalo nggak nambah bayarannya, yang menurut gue nggak worth it. Tapi dia masih bisa dipake sama Rifka, jadinya silahkan lo nikmatin dah itu.” jelas Arga panjang.

“Ha? Nggak mau ah. Males banget gue sama cewe yang nggak jelas. Mendingan lo aja tuh yang pake. Gue nggak mau, bukan tipe gue juga.” kata Rifka sedikit meninggi.

Kemudian terjadi sedikit perdebatan antara Rifka dan Arga. Pada akhirnya si Rifka keukeuh nggak mau make mbaknya karena nggak selera walaupun Arga udah maksa karena udah bayar. Bahkan si Rifka bilang bayar aja tapi nggak usah dipake nggak apa-apa, hahaha. Keren juga nih cowo bisa nggak mau, tapi emang kurang cakep sih si Arga milihnya.

Akhirnya si mbak-mbak disuruh pulang setelah tetap maksa dibayar oleh Arga karena udah ngabisin waktunya disitu, hahaha.

“Anjirit, maap yak, gue juga main percaya aja ama temen gue, toketnya gede sih, tapi muka sama badannya agak kurang, hahaha. Duh, nggak jadi ngentiaw deh lo hari ini hahaha.” kata Arga setelah mengantarkan si mbak keluar dari villa mereka.

“Iya kan, lo lagi tadi sempet maksa, hahahaha, males banget, lo nemu aja lagi dah yang begituan” lanjut Rifka.

Pada akhirnya mereka semua ketawa karena kebodohan si Arga dan lanjut ngatain si mbak. Haha, ternyata beginian yang diomongin cowo-cowo soal bagian badan cewe. Hahaha.

Abis itu mereka mulai minum-minum lagi, gue nggak ngambil lagi karena males self service haha. Yang lain pada ngambil sendiri. Disitu gue baru sadar kalo Arga nggak minum atau interest untuk minum.

“Kok lo nggak minum Ga?” tanya gue sambil mendekati dia yang sedang ngecek playlist lagu.

“Haha, gue emang yang paling sedikit minum. Jadi kalo chaos banget at least ada cowo yang masih sober. Lo kalo mau lagi nggak apa-apa lho, mau gue buatin lagi?” tanya dia sambil melirik gelas gue yang udah kosong.

“Hmm, boleh deh, yang kayak tadi aja.” jawab gue. Haha, kok malah doyan.

Budi kemudian mengusulkan untuk main Kartu dan yang kalah harus minum satu shot yang udah disiapkan. Selain itu yang kalah juga harus ngasih tau satu hal yang satu ruangan disini belum tahu. Haha, buat gue mah gampang kalo kalah, yang pasti mereka belum tahu banyak soal gue hihi.

Berhubung yang main lumayan banyak 6 orang, akhirnya kita main 41 karena yang paling mungkin ada yang kalah dan kartunya cukup.

Babak pertama gue kalah, dan gue bilang gue takut kecoak. Satu shot gue minum, dan saat itu gue udah lumayan tipsy walaupun belum terlalu enteng. Hihi. mereka bilang faktanya nggak seru, hihi. Biarin ah, main aman.

Babak kedua Toni kalah dan bilang kalo dia sebenernya paling suka hunting foto telanjang cewe dan kalo bisa ada cowonya. Tapi untuk saat ini dia belum bisa memenuhi fantasinya karena belum sempet dan belum nemu cewe yang mau difoto bareng cowo bugil. Dalam hati gue bilang “gue mau kok” hihi.

Babak Ketiga Budi kalah dan bilang kalo dia sempet benci ama dirinya sendiri karena sebelum bokapnya meninggal, dia sempet berantem dan kata-kata nggak enak keluar dari mulutnya yang sampai sekarang masih dia sesali. Uh shit, kok jadi serius.

Babak keempat si Heru kalah dan bilang kalo dia adalah tipe orang yang kurang percaya diri. Menurut gue sih dia lumayan, kenapa ya nggak percaya diri. Hmm.

Entah dibabak keberapa, setelah ketiga kalinya kalah, si Rifka minum dan ngaku kalo dia belum pernah ngeliat cewe telanjang secara langsung sama sekali dan dia adalah perjaka ting-ting. Hihi. yang disambut dengan tawa dari yang lain.

“Tadi padahal bisa lepas perjaka lho, lonya aja yang nggak mau hahahaha.” ledek Toni ke sepupunya.

“Justru itu gue nggak mau. Yang pertama tuh harus berkesan, yang kayak Shinta mungkin gue mau.” jawab Rifka keliatan udah mulai ngawur.

“Wooooooo maunya. Haha, tuh Shin kalo mau perjaka ting-ting sikat aja." Kata Arief dengan mukanya yang udah lumayan merah karena termasuk yang sering kalah.

“Haha, apaan dah.” jawab gue singkat tanpa menolak dan meng-iyakan. Hihi.

Game ini berlangsung terus sampe cukup lama, total mungkin sampe 20an babak. Kebanyakan yang kalah adalah Budi sama Arief. Gue sendiri kalah sekitar 3 kali jadi ada tambahan dua shot lagi yang harus gue minum pada saat permainan itu berlangsung.

Pada saat itu si Budi udah tumbang karena paling banyak kalah, dia cuma nyender aja diem di sofa yang ada. Sedangkan Arief nggak berhentinya curhat soal gimana dia nggak pernah dapet pacar dan susah banget dapet pacar yang kayak dia mau. Haha, ada yang tipe nyender ada yang nyerocos terus pas udah mabok. Arief sendiri sempet “nembak” gue pada saat tipsy yang jelas gue tolak hihi.

Nggak tau siapa yang memulai tiba-tiba Toni, Heru, ama Arief udah nyeret Rifka dan menceburkan sang calon pengantin ke kolam. Tetapi karena si Rifka nggak mau ngelepasin diri, akhirnya mereka berempat nyebur kedalem kolam. Kemudian mereka malah nyipratin dan minta gue ama Arga juga untuk nyebur.

Tiba-tiba Arga dari belakang meluk gue dan ngangkat gue sampai ke pinggir kolam. Tapi lucunya dia nanya dulu sambil berbisik apakah gue mau diceburin haha sambil tetap ngangkat gue. Dia ini ternyata tinggi karena kaki gue nggak napak.

“Hape gue amanin dulu.” jawab gue sambil ngasih hape gue yang dia taro agak jauh dari kolam dengan cara di slide. Awas aja itu hape gue kenapa-kenapa haha.

Kemudian kita berdua lompat ke dalem kolam yang langsung disambut meriah sama anak-anak yang udah duluan masuk ke dalem kolam. Hihi. Untungnya gue masih pake bra karena kemeja puth gue saat ini udah kayak nggak ada karena basah.

Terus gue mikir, hari ini gue pake celana dalem warna apa yaa, kayaknya sewarna deh. gue mikirnya mungkin gue bakal cuma pake bra dan celana dalem aja biar enak. Jadinya kayak bikini anyway hihi.
Hmmm, kayaknya gue udah mulai enteng nih. Hihi.

Nggak lama kita berenang kanan kiri sambil saling nyipratin ke siapapun yang paling deket. Tapi yang paling kena sih si Rifka dan yang kedua gue juga dibikin kuyup sampe ke dalem-dalem. gue udah nggak peduli gitu, ini yang gue butuhkan untuk ngelupain semua saat itu, huahhh.

Setelah berenang dadakan, kita semua naik keatas dan basah-basahan duduk di pinggir. Yang cowo udah pada buka bajunya masing-masing, bahkan si Heru udah ngelepas celananya dia, jadi dia cuma tinggal pake celana dalem yang kotak gitu bukan yang segitiga. Mereka semua pada ngeringin atau naro bajunya mereka asal-asalan.

Gue ngeliat si Arga ngerubah lagunya jadi lebih slow dan nggak se upbeat yang sebelumnya. Budi gue liat juga masih nyender dan kayaknya udah ketiduran di sofa yang emang dari tadi dia senderin. Sedangkan yang lain masih ngeracik minuman untuk mereka sendiri dan juga Rifka yang lagi terlentang di tempat duduk.

Gue sendiri masih duduk di pinggir kolam sambil mikir random banget gue tiba-tiba ada disini bersama orang-orang yang istilahnya nggak terlalu gue kenal. Tapi sebenernya yang kayak gini seru sih, asal nggak ikut ke orang-orang yang bener-bener baru kita kenal. Haha, nanti buat bachelorette party ama temen-temen gue bisa seseru apa yaa, hmmm.

Kemudian gue jalan menuju mereka yang sedang duduk-duduk di ruang ngumpul. Mereka semua udah punya minuman di tangannya mereka masing-masing kecuali si Arga yang megang air mineral botol dan bukan minuman beralkohol.

Arga ternyata udah menyiapkan satu gelas minuman untuk gue yang dia berikan saat gue akan duduk. Gue ambil minumannya sambil langsung gue minum. Ini kenapa minumannya makin lama makin enak ya hihihi.

Kemudian ngobrol lagi seperti kayak sebelum nyebur dan gue liat kalo gelas gue udah di isi lagi oleh siapapun yang ada disitu, jujur gue udah nggak terlalu perduli. Yang penting minuman gratis hihi. Tapi gue jual mahal dengan nggak langsung minum.

“Aturan ada yang stripping nih di atas meja, enak banget nih udah naik kayak gini, terus ngeliatin ada strip kayak di Jakarta hahaha” kata Arief tiba-tiba.

“Wah bener nih, Arga, lo nggak ada stock yang lebih bagus daripada yang tadi buat joget disini? Hahaha” canda Rifka kepada Arga

“Sini, gue aja deh yang lap dance, khusus buat yang mau nikah aja ya, yang lain cuma boleh liat ..” kata gue tiba-tiba. Jelas banget kalo gue itungannya under influence of alcohol.

“Wooooooo ini baru manteb! Let’s go!” teriak Arief dengan semangat disambut teriakan dari yang lain.

Kemudian gue menyingkirkan meja yang ada ditengah dan menarik satu buah kursi dari meja makan untuk Rifka duduk disitu. Jadi bentukannya adalah gue menari didepan kursi Rifka, sedangkan Arga ada di kiri gue bersama Toni, sedangkan Arief dan Heru ada disebelah kanan gue. Rifka sendiri cuma tinggal memakai celana pendek tanpa atasan.

“Oke oke, ganti lagunya yang lebih asik dong Ga.” kata gue semangat. YOLO!

Kemudian si Arga ganti lagunya jadi yang lebih upbead dari sebelumnya dan sedikit lebih misteriosy gitu. Anjrit, milih beatnya bisa banget nih si Arga. gue jadi makin semangat untuk joget dan juga strip di depan mereka. Kayaknya emang bisa nge-DJ deh ni orang hihi.

“Sebelum gue mulai, what happened here, stays here ya. Gue minta semua handphone lo lo pada gue sita dulu karena gue nggak mau ada dokumentasi apapun whatsoever. Deal?” tanya gue sambil menunjuk mereka satu persatu,

“Deallll!! Let’s go” kata Arief paling semangat dilanjutkan dengan anggukan yang lainnya.

Si Arga sebagai yang masih paling sober kemudian mengambil satu persatu handphone dari Arief, Toni, Rifka dan Heru terus ditaro di atas meja TV. Abis itu dia kembali ke posisi disebelah Toni dan langsung ngasih seperti bilang “off you go”. Nice!

Sesaat sehabis gue menarik nafas panjang, kemudian gue mulai dance routine gue dengan berjalan perlahan kearah Rifka sesuai dengan beat. Secara perlahan gue maju sambil menunduk dan saat ini muka gue cuma berbeda sekitaran 7 - 10 cm di depan mukanya Rifka.

“No touching unless I let you ya..” kata gue pelan sambil mengerlingkan mata gue yang disambut dengan anggukan pelan dari Rifka.

Yang gue lakukan selanjutnya adalah mengelilingi secara perlahan kursi dari Rifka sambil mengacak-ngacak rambutnya. Segala yang gue lakukan pasti sambil ditambah gerakan pantat gue kekanan dan kekiri sesuai beat. Jalannya jadi kayak model di catwalk cuma lebih pelan, nggak secepat mereka, hehe.

Selanjutnya gue menaruh tangan gue di kedua lutut dari Rifka sambil menggerakan pantat gue ke kanan dan ke kiri sambil melihat matanya dia dengan intense. Saat ini gue masih basah by the way, dan tangan gue saat ini gue bikin sedemikian rupa untuk ngebuat belahan toket gue makin terlihat.

Gue kemudian jalan menjauhi Rifka dengan membelakangi mereka sambil secara perlahan melepas kancing-kancing kemeja gue dari atas sampai ke bawah. Pada saat sudah terbuka semua, gue membalikan badan dan kembali berjalan kearah Rifka dengan kancing kemeja yang sudah terbuka. Saat ini bagian depan tubuh gue hanya ditutupi oleh bra biru tua yang memang gue pakai.

Sama seperti gerakan sebelumnya, gue menaruh tangan gue di lutut si Rifka, perbedaannya adalah saat ini gue kembali membelakangi rifka dan bergerak naik dan turun. Pada satu saat pantat gue benar-benar ada di depan mukanya Rifka.

Beberapa saat setelah melakukan routine tersebut sambil kembali muter-muter dan juga menggerakan pantat gue kekanan dan ke kiri, gue akhirnya membuka kemeja gue seluruhnya kemudian melakukan gerakan basic dari strip dancing dengan memutarkan baju gue di tangan gue. Setelah itu gue melemparkan kemeja gue ke muka si Rifka. Gerakan ini langsung memicu keriuhan karena para cowok yang ada di kanan dan kiri teriak semangat. Dan itu bikin gue semakin on fire! Wooooohooo!

Gue kembali berjalan kearah belakang Rifka dan memeluknya dari belakang, sekarang belakang kepalanya bisa merasakan toket gue yang masih dibungkus oleh sebuah bra yang untungnya cukup tebal. Kemudian dengan gerakan pelan gue meraba Rifka mulai dari pundak sampai dengan lengannya. Gue pun melakukan gerakan sedikit mencium bagian belakang leher Rifka yang membuat bulu kuduknya sedikit berdiri.

Selanjutnya gue kembali melakukan gerakan kearah depan. Gue sedikit memainkan rambut panjang gue dan mengacaknya sedikit. Sehabis itu gue melakukan gerakan sedikit squat kebawah dengan kaki dibuka. Gue menggerakan tangan gue mulai dari dada gue sampai dengan pangkal paha gue. Gerakan ini gue tujukan agar si Rifka bisa dengan santai mengikuti tangan gue dan melihat bagian tubuh gue yang gue mau dia fokus.

Gerakan selanjutnya adalah gue membelakangi dia dan menghentakan pantat gue kekanan dan kekiri secara perlahan. Gerakan ini berkali-kali gue lakukan sampai akhirnya gue hampir terduduk diantara paha Rifka. Gue belum bener-bener dipangku karena gue menggerakan paha Rikfa kekanan dan kekiri agar menciptakan ruangan untuk gue menggerakan pantat gue di depan selangkannya.

Selama gue melakukan “lap dance” untuk Rifka, cowo-cowo disini sama sekali nggak bisa diem dan terus menyemangati gue. Ini yang bikin gue semakin lupa kalau mereka adalah orang baru. Ini gila sih, tapi gue sukaa! Coba ada cewe satu lagi ya, bisa duet deh. hihi.

Abis itu gue kembali berjalan menjauh membelakangi Rifka. Dengan perlahan gue melepas kaitan dari celana gue yang sudah anyway basah. Saat gue merasa celana gue sudah mulai longgar, gue kembali berjalan ke arah Rifka. Pada saat gue sudah dekat dengan dia, gue kembali melakukan gerakan nungging sambil menggerakan pantat gue yang diikuti oleh gerakan gue menurunkan celana pendek gue. Dengan begini Rifka semakin bebas melihat pantat gue dan juga selangkangan gue yang masih ditutup oleh celana dalam.

Dengan tiba-tiba sehabis gue melepaskan celana pendek gue, gue menduduki Rifka dan mengarah kearah dia juga seperti gerakan memeluk. Saat ini gue biarkan muka dia berada di toket gue dan menekannya sambil memeluk kepala dari Rifka. Kening dan pipi dari Rifka saat ini udah bisa merasakan kelembutan toket gue. Oh my god, what have I done!?

Gerakan ini bertahan beberapa saat sambil beberapa kali gue mengarah ke depan dan juga mengarah ke belakang. Pada saat gue memunggungi Rifka, gue arahkan tangannya dia untuk memeluk perut gue sambil gue menaruh kepala gue di pundahnya. Tangganya Rifka hanya beberapa kali mengelus bagian perut gue sebelum gue pindahkan tanggannya dia kembali ke sisi kursi. Gue mau bilang secara implisit kalo gue masih in-control. Haha, ini yang ngontrol nggak tau otak atau alkohol si haha.

Pada saat melakukan ini gue bisa merasakan dengan jelas bahwa ada sesuatu yang keras yang mengganjal pantat gue saat gue dipangku oleh Rifka. Hihi, kayaknya ada yang udah on banget nih dengan gerakan amatir gue. Ini gue anggap sebagai pujian ke gerakan dan tubuh gue, hihi.

Gue inget kalo gue masih ada minuman yang belum gue abisin. Kemudian gue berjalan dengan pelan menuju meja yang udah gue singkirkan tadi dan mencari minuman gue. Pas abis nemu minuman gue, gue langsung menenggaknya walaupun nggak langsung sampai habis. Harus punya keberanian lebih nih soalnya buat melakukan apa yang akan gue lakukan selanjutnya hihi.

Saat gue kembali berada di depan Rifka, gue melakukan routine dance sexy sambil menggerakan tangan gue kearah seluruh tubuh gue. Abis itu gue membalikan badan gue dan melakukan gerakan melepaskan kaitan bra gue sambil tetap melakukan gerakan-gerakan seksi. Dan dengan satu gerakan cepat, bra gue sudah berada di kepalan tangan gue dan bukan lagi ada ditempat seharusnya dan kemudian melemparkannya kearah gue menendang celana pendek gue. Jadi saat ini hanya tinggal celana dalem gue yang menutupi tubuh gue. Dan ini juga kayaknya nggak bakal bertahan lama.

Kembali gue membalikan badan gue ke arah Rifka tetapi dengan menyilangkan tangan gue didepan dada gue agar mereka belum bisa melihat bagian tubuh gue yang udah nggak sabar mereka lihat. Dan saat itu juga para cowo itu berteriak kayak cowo lagi nonton bola dan tim kesukaannya mereka ngegolin, teriaknya kenceng banget sampe gue takut kalo ada orang-orang yang ada disekitaran villa keganggu. Tapi mungkin udah sering kali yaa, jadinya udah pada biasa aja orang-orang di sekitar.

Sampai di depan Rifka, dengan gerakan pelan, gue mulai melepaskan tangan gue dari dada gue. Sampai akhirnya toket gue udah bener-bener terekspose mata-mata dari para cowo disini karena tangan gue sudah membentang seperti akan memeluk seseorang. Ini bener-bener bukan yang gue pikirkan saat gue berpikir untuk liburan ke Bali, tapi tetep seru sih, haha.

Lagi-lagi teriakan yang cukup memekakan telinga terdengar dari para cowo, tapi kayaknya yang paling heboh cuma si Arif dan Arga. Rifka sendiri lebih banyak bengong saat dia menikmati gerakan lap dance gue.

Salah satu yang bikin gue salut adalah walaupun para cowo ini teriak-teriak dan juga lompat-lompat saat gue lap dance untuk Rifka, mereka tetap behave dan juga tertib di tempat mereka masing-masing dan nggak ngedeketin gue atau mencoba meraba dan memeluk gue atau amit-amit memperkosa gue. Karena saat ini gue udah hampir defenseless ditambah udah sangat tipsy. Gue bener-bener bermain dengan api lagi kali ini. Tapi lagi-lagi YOLO! Haha, fix gue udah mabok banget.

Gue melakukan gerakan sama seperti yang gue lakukan sebelumnya gue lakukan tetap kali ini hanya dengan mengenakan celana dalam doang. Salah satu gerakan yang paling gila gue lakukan adalah dengan mengarahkan puting gue kedepan mulut dari Rifka dan bahkan beberapa kali gue bisa merasakan puting gue menyentuh dari bibir dari Rifka. Saat beberapa kali puting gue menyentuh bibir Rifka gue merasakan sensasi gila yang membuat tubuh gue semakin panas. Saat ini gue udah nggak tau kalo tubuh gue basah karena keringetan atau masih basah dari kolam sebelumnya. Tangannya Rifka sendiri beberapa kali mengelus pantat gue saat gue melakukan gerakan ini.

Sekarang gue sedang berdiri sambil melakukan gerakan kecil yang seksi di depan Rifka. Dengan gerakan pelan gue menurunkan celana dalam gue sampai sedikit dari rambut pubis gue mulai terlihat. Kemudian dengan gerakan nakal gue menggerakan jari gue seperti bilang “no no” dan berjalan ke arah Rifka. Terus gue membalikan badan gue dan kembali menurunkan celana dalam gue sampai akhirnya seluruh pantat gue sudah terekspose.

Gue sedikit melakukan gerakan pinggul gue ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya menaikan celana dalam gue sampai ke atas ke tempat yang seharusnya. Sebelum gue menaikan celana dalam gue, nggak banyak suara yang dikeluarkan olen cowo-cowo itu karena mereka seperti menahan napas menunggu gue bener-bener menurunkan celana dalem gue.

“Yang ini dilepas cuma untuk mata yang mau nikah ya, hihi” kata gue sambil menunjuk ke arah celana dalam gue.

“Yaahhh.” itulah suara kekecewaan yang dikeluarkan oleh para cowo.

Gerakan gue selanjutnya adalah menarik tangan Rifka dan menuntunnya untuk menuju sebuah kamar. Tapi berhubung gue nggak tau kamar dia yang mana, gue sedikit mendekati mukanya sambil bertanya kamar dia yang mana.

Pada akhirnya malah Rifka yang memimpin jalan dan mengarahkan gue ke sebuah kamar yang ada lantai atas. Kamarnya sendiri cukup besar. Gue rasa kamar ini merupakan kamar utama. Yang menarik adalah kamarnya cukup rapih, mungkin mereka minta kamar ini dibersihkan pada saat mereka pergi tadi siang.

Gue mendorong perlahan Rifka pada saat dia sudah berdiri disamping kasur yang ada disitu. Basah-basah deh tuh kasur, bodo amat dah, bukan gue ini yang nanti tidur disini. Hihihi. Kemudian pada saat dia masih terduduk gue kembali melakukan gerakan seksi melanjutkan gerakan gue yang terhenti sebelumnya.

Dengan gerakan pelan gue kembali menurunkan celana dalam gue sampai sudah berada di mata kaki gue. Saat gue nungging, maka Rifka bener-bener udah bisa ngeliat vagina gue secara keseluruhan dari belakang. Entah kenapa gue malah ngerasa seksi banget saat itu. Gue juga ngerasa kalo vagina gue udah basah banget dari tadi.

Pada saat gue berbalik untuk memperlihatkan seluruh tubuh gue, gue bisa ngeliat raut amazed dari Rifka yang ada di depan gue. Again ini gue anggep sebagai compliment dari dia. At least gue nggak separah mbak-mbak tadi yang bikin ni orang nggak mau seks gratis. Apa mungkin karena tadi belum mabok? Hmmm.

Terus gue berlutut diantara paha dari Rifka dan menurunkan celana pendek dia sekalian dengan celana dalemnya. Saat celananya sampai dibawah, terlihatlah penis Rifka yang sudah berdiri tegak. Nggak segede punya Yoga atau pak Adit sih. Hihi. sebenernya ada dorongan keras untuk gue mengulum penis si Rifka, tapi kayaknya gue belum terlalu mabok untuk nggak jijik. Haha.

Nggak sampe beberapa detik setelah gue mengocok Rifka, dia membuat gerakan seperti kejang dan nggak lama menyemburkan peju dari penisnya. Sekarang tangan gue penuh dengan pejunya. Hahaha, mungkin karena perjaka kali ya makanya jadi cuma sebentar banget. Atau mungkin udah ditahan dari tadi, hihihi.
“Kamu jangan keluar dulu ya, malu gue kalo kamu keluar sekarang, jadinya pada tau deh gue keluar cepet, ya ya.” pinta Rifka dengan memelas. Haha, bagi cowo itu hal yang memalukan banget kali ya. Betewe romantis amat aku-kamu.

“Haha, oke deh, ini aku juga mau cuci tangan dulu ya, penuh punya kamu nih, nii” jawab gue sambil menjejalkan tangan gue ke muka Rifka. Rifka sendiri menghindar dari uluran tangan gue. Kenapa cowo pada jiji ama punyanya sendiri yak. Hihi.

Selesai cuci tangan gue kembali duduk disebelah Rifka yang masih tiduran dengan penis yang ditutup asal-asalan. Gue juga akhirnya ikutan tiduran, bedanya gue masih telanjang total.

“Thank you ya, Cinta ya, hmm atau Shinta ya, agak lupa gue, udah mabok juga sih haha.” kata Rifka. Hihi, udah sadar balik lagi ke gue-lo.

“Wah jahat banget udah di kocokin tapi lupa namaa,” canda gue ke Rifka.

“Eh, maaf lho, bukan gitu maksudnya inget kok gue, Cinta kan ya.” Jelas Rifka panik, hihi, salah lagi nyebutnya.

“Haha, bercanda lagi. Shinta nama gue ya.” sebut gue sambil mengulurkan tangan.

“Oh iya, Shinta, hehe, anyway thank you ya. Mungkin bisa dibilang gue selingkuh dengan melakukan ini, tapi dengan kayak gini gue kayaknya udah nggak penasaran lagi dan akhirnya bikin gue nggak ada kepikiran untuk bener-bener selingkuh, mungkin yaa. Hehe, soalnya gue ama cewek gue udah berhubungan lebih dari 6 tahun. Nggak pernah aneh-aneh si, tapi at least gue nggak bakal cuma pernah liat satu cewe telanjang tapi dua cewe hehe.” curhat si Rifka panjang.

“Lah, aturan bagus tau bisa bertahan sama satu cewe aja, itu keren, hehe. Tapi anyway mudah-mudahan emang ini bikin lo nggak bakal selingkuh. Haha. ati-ati abis nikah tiba-tiba banyak yang genit.” jelas gue.

Setelah sekitar 15 menitan ngobrol dan diakhiri dengan sibuk dengan pikiran masing-masing, gue akhirnya kembali memakai celana dalam gue dan pamit dari Rifka yang masih zoned out. Tetapi pada saat gue turun, si Rifka mengikuti gue dari belakang.

Sesampainya di bawah gue disambut oleh riuh sorakan dari para cowo yang masih nunggu dibawah. Gue liat si Budi tetep ketiduran di salah satu kursi. Gue yang masih topless menutup dada gue dengan tangan sambil mencari baju gue yang berserakan.

“Gimana nih gimana nih, masih perjaka nggak?” tanya Arga antusias.

“Coba tanya aja yang di belakang, hihi” jawab gue sambil mengambil celana dan kemeja gue. Bra gue nampaknya tidak terlihat dimana-mana. Hmm, perasaan tadi gue ngelemparnya ke arah celana gue. Ah ya udah lah ya, gue nanti nggak usah pake bra.
Anak cowo itu pada heboh karena Rifka nggak mau menjawab dan cuma bilang “ada deh” atau “rahasia” ke semua pertanyaan dari anak-anak. Hihi, kayaknya dia malu kalo technically masih perjaka karena cuma dikocokin sebentar sama gue. Haha.

Gue pun langsung pamit dan pulang setelah menunggu sekitar 20 menit setelah menghubungi pak Dedi. nggak terlalu banyak hal yang menarik yang terjadi selain gue ngeliat para cowo ngelanjutin sesi berenang mereka setelah kembali menceburkan Rifka karena mereka kesel si Rifka nggak mau cerita.

Di mobil gue cuma banyak menyender sambil mengingat kegilaan yang baru aja gue lakukan. By the way pak Dedi cukup kaget dengan keadaan gue yang setengah telanjang karena kemeja gue masih basah dan nerawang, tapi karena gue bilang nggak apa-apa dia cuma diem sepanjang jalan.

Sesampainya di hotel tidak banyak yang gue lakukan selain bilas, sikat gigi, dan langsung tidur dengan tanpa busana. Hmmm, kayaknya besok gue nggak bakal kemana-mana deh.
 
Hasiikk.. Cerita lama bersemi kembali.. Thx lanjutannya suhu..
 
Ijin baca dulu ya kak. :Peace:
 
Selamat datang kembali sis!!!
Ditunggu cerita cerita berikutnya yaaaa
 
Akhirnya kembali lanjut juga,
Ditunggu updatenya suhu semoga tidak macet lagi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd