Update 2
Seminggu telah berlalu semenjak pembebasan desa Eberci. Walaupun pada awalnya warga Eberci merasa terampok karena kehilangan seluruh harta mereka, namun kini mereka lebih bahagia. Bahu membahu mereka bangun kembali infrastruktur desa tanpa merasa khawatir ataupun tertekan. Sebejat-bejatnya Deathless, mereka bukanlah penjajah.
Berjarak lima hari dari desa Eberci, adalah hutan Oberon. Sebuah areal hutan tropis terluas kedua di Siadon. Ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan berusia ribuan tahun, Oberon memiliki kekayaan alam dan keberagaman satwa yang tak pernah habis untuk dipelajari.
Sayangnya, hutan Oberon sangat berbahaya. Tidak banyak orang yang berani memasukinya. Tersesat dan mati adalah hal yang biasa terjadi di Oberon. Semakin dalam kita memasuki area hutan, semakin besar bahaya yang akan kita hadapi.
-----xXx-----
Garis-garis cahaya berusaha keras menelusup melewati sela-sela dahan pohon yang saling silang. Hari masih sore, tapi rindangnya pepohonan Oberon membuat kegelapan dengan cepat menyelimuti hutan.
Suara nafas terengah dibarengi langkah kaki yang berlari terdengar dari salah satu sudut Oberon.
Sesosok pemuda tampak berlari sekuat tenaga. Jatuh bangun melewati akar-akar raksasa serta semak-semak yang membumbung tinggi.
Wuuush... Zreb...
Sebuah sulur tanaman bergerak menusuk tanah. Meluncur menyerang hingga hampir mengenai tubuh pemuda tersebut. Untung saja pemuda itu cukup lincah untuk menghindari serangan sulur raksasa berujung tajam.
Wuuush...
Wuuush...
Wuuush...
Selesai satu serangan, tiga buah sulur kembali menyerang sang pemuda secara bersamaan.
Srang!
Walaupun pemuda ini berbadan besar dan berotot, namun pemuda ini gesit dan terampil. Sebuah ayunan pedang dilancarkan hingga menebas ketiga sulur tersebut secara bersamaan.
Wuuush...
Wuuush...
Wuuush...
Wuuush...
Wuuush...
Seakan mengimbangi kemampuan sang pemuda, sulur-sulur hidup terus menyerang tanpa henti. Bertubi-tubi. Membuat sang pemuda terkesiap dan pucat pasi.
Srang!
Srang!
Zreb...
Krosak!
Walaupun pemuda ini terbilang sangat tangguh. Namun tetap saja dia kewalahan menghadapi serangan bertubi yang dilancarkan oleh bunga raksasa berkaki, bergigi tajam, dan juga pemakan manusia.
"Akh...! Sial!", umpat sang pemuda yang terus berlari sambil mempertahankan diri.
-----xXx-----
Api menari-nari di atas tumpukan kayu bakar yang meletup-letup melepaskan ratusan partikel bara.
Tak jauh dari api unggun, Hare sang kuda merah menghembuskan nafasnya. Uap putih mengepul dari hidung Hare. Menghangatkan segenggam udara hutan Oberon yang dingin. Ayu duduk bersandar pada sebatang pohon besar. Matanya terpejam.
Seonggok daging besar berputar perlahan di atas api yang berkobar. Daging naga adalah menu favorit Deathless. Bahkan, tidak berlebihan bila dikategorikan sebagai menu terfavorit di Siadon. Sayangnya, harga yang terlalu mahal membuat daging naga hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang saja.
Zico dengan telaten memutar tombak panjang di tangannya. Otot-otot besar Zico membuatnya tidak merasa kesulitan saat melakukan hal tersebut. Padahal, daging naga yang tertancap di ujung tombak beratnya mungkin mencapai ratusan kilogram.
Daging naga yang menjadi menu makan malam ini sebenarnya bukan daging naga-naga amat. Ini adalah daging manusia. Daging dragon shifter yang mereka bunuh di Eberci.
Tapi bagi Deathless, apakah itu manusia jadi-jadian, siluman, ataupun naga beneran, selama berwujud naga dan memiliki rasa selayaknya naga, maka seperti apapun wujud aslinya, tidak menjadi masalah.
Di sebelah Zico, Memad tengah asyik menghitung tumpukan kartu di tangannya yang merupakan harta bayaran desa Eberci yang disederhanakan bentuknya menggunakan salah satu gadget ciptaan Memad.
Memad berhasil membuat sebuah alat yang dapat merekayasa molekul benda dan juga dimensinya. Sehingga, beraneka ragam benda berukuran besar dapat Memad susutkan menjadi kartu yang hanya seukuran dompetnya.
Memad sendiri adalah cora yang gemar menciptakan berbagai alat canggih dengan kekuatannya. Di samping gadget tersebut, kendaraan terbang yang biasa digunakan Memad adalah salah satu kreasi terbesar Memad saat ini.
"Waaah... Hik Hik Hik... Ternyata ngebantu desa kecil itu nggak rugi-rugi amat. Hik Hik Hik...", Memad terkekeh puas.
"Sssst...", Zico meminta Memad diam. Zico merasakan kehadiran seseorang di dekat mereka.
"Minggir sedikit Mad...", Zico mengarahkan salah satu tangannya ke arah Memad.
Glaaaar!
Memad terkejut dan langsung menunduk hingga kartu di tangan Memad jatuh berserakan. Tangan Zico tiba-tiba berubah menjadi tangan raksasa berbulu hitam dan lebat.
Tangan raksasa itu meluncur cepat. Memukul puluhan pohon di sebelah kiri Zico sehingga pohon-pohon besar di sana langsung porak poranda, tumbang dan berserakan.
"Zico...! Bangsat lu! Elu mau bunuh gue yak?!.", maki Memad sambil memunguti kartu-kartu yang berhamburan.
Syuuut!
Tangan iblis hasil kreasi Zico kembali lagi ke bentuknya semula.
"Siapa di sana?!", tanya Zico.
"Hanya seorang anak muda yang tak berguna.", Memad menjawab pertanyaan Zico. Tak lama kemudian, sebuah droid bulat melayang dari dalam pepohonan. Droid milik Memad. Droid tersebut menyeret seorang pemuda lusuh dan penuh luka.
Ayu sempat membuka matanya sebentar. Melihat apakah yang sebenarnya sedang terjadi. Lalu kembali dipejamkan tanda tidak peduli.
Brug!
Pemuda itu dijatuhkan bagaikan barang oleh Droid bulat milik Memad.
Zap!
Droid itu lalu menghilang tanpa bekas.
"Siapa namamu anak muda?", tanya Zico pada pemuda berusia belasan tahun di hadapannya.
"A... Alex...", jawab pemuda sambil mengarahkan pandangannya pada sosok Ayu yang terpejam.
"Apakah kamu dari Eberci?", tebak Memad. Alex jawab dengan anggukan pelan. Mata Alex masih setia memandang sosok Ayu.
"Hik Hik Hik... Sudah kuduga...", ujar Memad.
"Kenapa kau ikuti kami?", tanya Memad kembali.
Alex tidak menjawab. Matanya semakin fokus tertuju pada Ayu yang terlelap.
Zzzzeeeppp!
Jari Memad mengeluarkan aliran listrik. Menyengat Alex yang masih mematung di tempatnya.
"Jawab kalau ada orang nanya!", dengus Memad sedikit kesal.
Zico kembali konsentrasi memutar-mutar daging panggangnya. Sementara Ayu tetap terlelap.
"Saya tanya sekali lagi... Mengapa kamu mengikuti kami hingga sejauh ini. Oberon bukan tempat yang ramah buat bocah bau kencur seperti dirimu.",
Alex mendadak merinding saat ingat bagaimana nyawanya hampir hilang oleh sebuah tanaman karnivora pemakan manusia.
Sejenak, Alex ingin kembali ke Eberci untuk hidup tenang jauh dari bahaya. Namun dia sudah bertekad. Dia sudah berhasil hingga sejauh ini. Deathless Kini tengah berada di hadapannya. Alex tidak boleh mundur lagi.
"Aku ingin bergabung dengan Deathless! Tolonglah! Ajak aku untuk berpetualang bersama kalian!", teriak Alex lantang.
Memad langsung terpingkal saat mendengar jawaban Alex. "Aku paling suka kalo ada anak muda yang datang, terus ngomong kayak gini!", celotehan Memad disambut senyuman lebar Zico.
Tekad Alex ditertawakan. Alex direndahkan.
"Apakah menurutmu alasan kami hanya beranggotakan tiga orang adalah karena tidak ada yang datang melamar untuk menjadi anggota baru kami? Lugu sekali kau bocah!", ejek Memad pada Alex.
"BERTARUNGLAH DENGANKU!", Alex bangkit menghunuskan pedangnya pada Memad.
Tawa Memad langsung berhenti. Alex sendiri tersentak dengan tindakan bodohnya. Dalam hati Alex mengutuk dirinya sendiri. Menantang legenda hidup seperti Memad adalah tindakan terbodoh yang pernah Alex lakukan.
Keberanian Alex mengundang ketertarikan Ayu. Ayu memperhatikan sosok pemuda yang sedang menghunuskan pedangnya pada Memad.
Ayu sedikit tersentak saat dia melihat pemuda itu dengan lebih jelas. Ayu lalu tersenyum lebar.
"Memad. Layani keinginannya!", perintah Ayu pada Memad.
Giliran Zico yang terkejut. Zico pandangi nonanya dalam-dalam. Sudah lama. Sudah sangat lama nonanya tidak menunjukkan ekspresi 'tertarik' seperti yang dia tunjukkan sekarang ini.
"Baiklah anak muda. Bila itu adalah perintah Nona Ayu, berarti aku harus melayanimu.", jawab Memad sambil mencubit ujung pedang Alex.
Zzzzeeeppp!
Aliran listrik menyengat badan Alex. Alex sempat bereaksi dengan melompat menjauh. Memad bangkit berdiri dari duduknya. Zico tendang pelan kaki Memad sambil menunjukkan isyarat, "Jauh sana! Aku lagi masak. Bentar lagi mateng nih!".
-----xXx-----
Berjarak seratus langkah dari api unggun, Memad dan Alex berhadapan. Alex dengan serius menggenggam kedua pedangnya erat-erat, sementara di hadapan Alex, Memad berdiri santai sambil ngupil. NGUPIL!
Drap drap drap drap
Alex berlari mendekatkan jaraknya dengan Memad.
Zzzrrriiing...
Alex mengayunkan pedangnya, namun Memad seketika itu menghilang.
Duag! Brug!
Memad tiba-tiba muncul di belakang Alex. Memad tendang kaki Alex hingga membuat Alex tersungkur. Melihat lawannya terkapar, Memad arahkan jari telunjuknya pada Alex.
Zzzzeeeppp... Sraaaak...
Alex tersengat listrik bervoltase tinggi yang meluncur dari telunjuk Memad. Untung saja itu hanya sebentar. Alex masih sempat melompat menjauh dari Memad.
Sreeek... Duash! Drap drap drap drap...
Dengan cepat Alex mengubah manuver hindaran menjadi serangan. Alex kembali berlari mendekati Memad.
Duash!
Alex melompat tinggi ke angkasa. Kini Alex mencoba untuk menyerang Memad dari atas kepalanya.
Trang!
Pedang Alex hanya mampu melukai tanah kosong. Memad kembali menghilang dari tempat berdirinya.
"Sial! Terlalu cepat!", gumam Alex dalam hatinya. Entah memang gerakannya cepat ataukah teleportasi, yang pasti dua serangan Alex kini mentah tanpa menghasilkan apapun.
Grep!
Sebuah tangan menggenggam bagian belakang kepala Alex.
Boom!
Memad membenamkan wajah Alex ke permukaan tanah.
Zzzzeeeppp... Sraaaak...
Sengatan listrik kembali Alex rasakan. Dan lagi-lagi Alex berhasil meloloskan diri dari rasa sakit yang berkepanjangan.
"Sepertinya aku melihat sesuatu! Aku harus pastikan dulu! SEKALI LAGI!', pekik Alex dalam hatinya.
Drap drap drap drap
"Hyaaaat...!", Alex coba untuk menusukkan pedangnya ke arah Memad.
Zzzrrriiing...
Kembali Alex hanya menyerang angin. yang kosong.
"Percuma!", ujar Memad yang muncul di belakang Alex.
Bug!
Sebuah pukulan keras mengarah pada tulang rusuk kanan bawah Alex.
Krak!
Alex merasakan tulang rusuknya mengalami keretakan. Alex terhuyung limbung. Pingsan.
Zzzzeeeppp...
Sengatan listrik Memad membuat Alex yang nyaris pingsan tersentak sadarkan diri. Alex lalu berguling-guling menjauhi lawannya.
"Menyerahlah anak muda... Kau tidak mungkin mengalahkanku.", saran Memad yang merasa prihatin dengan kondisi lawannya. Alex jawab saran tersebut dengan senyuman.
"NGGAK AKAN!", teriak Alex sambil melesat melakukan serangan frontal yang sama dengan serangan-serangan sebelumnya.
"Seranganmu mentah. Bahkan kau belum menyadari hal sesederhana itu.", bisik Memad merasa prihatin. Memad kembali menghilang dan muncul di belakang Alex.
Zzzziiiing...
Memad tersentak melihat pedang Alex terhunus mengarah ke perut Memad. Serangan frontal sebelumnya hanyalah tipuan. Alex sudah membaca pola hindaran Memad sehingga dia langsung mengarahkan serangan pedangnya ke belakang.
"Kena kau!", dalam hati Alex merasa bahwa kemenangan sudah hadir di depan matanya.
Blar!
Memad yang terkejut tanpa sengaja mengeluarkan sengatan listrik dengan voltase yang sangat besar. Pedang Alex melayang di udara. Alex terhuyung. Matanya memutih menahan sakit. Tangan kanannya meledak hingga tak bersisa.
"AKU NGGAK AKAN NYERAH!", mata Alex membelalak.
Syaaat...
Entah energi apa yang menghinggapi Alex hingga dia sanggup melompat sambil memutar tubuhnya dalam kecepatan tinggi.
Greb!
Sambil berputar, tangan kiri Alex menyambar pedangnya yang tengah melayang di udara.
Zico tanpa sengaja berdiri karena tertarik dengan pertarungan yang berjalan di luar dugaannya.
Deg deg... Deg deg...
Pedang Alex mengarah tepat pada kepala Memad.
Deg deg... Deg deg...
Tinggal beberapa centi lagi sebelum kepala Memad benar-benar terlepas dari badannya.
Blar!
Memad yang panik kembali menghancurkan tangan kiri Alex. Tenaga putaran yang Alex lakukan, ditambah ledakan pada tangannya, membuat tubuh Alex berputar spiral hingga puluhan kali.
Brug!
Cret!
Memad merasakan sebuah cubitan kecil di kakinya. Alex berhasil menusukkan pisau rahasia yang terselip di sepatunya sesaat sebelum jatuh dan lemas tak berdaya.
"Bocah ini...", Memad tersenyum lebar. Memad si gila terkagum dengan tekad yang dimiliki oleh Alex si bocah ingusan.
Ayu berjalan mendekati Alex yang terlentang tak berdaya. Ayu lihat kondisi Alex sejenak. Mengenaskan! Sangat mengenaskan. Namun Ayu sama sekali tak bergidik. Ayu sama sekali tak terkejut. Kondisi Alex adalah sangat wajar bila mengingat yang menjadi lawannya barusan adalah Memad.
Alex menangis. Bukan karena sakit yang dia rasakan. Melainkan karena tubuhnya yang telah menyerah di tengah tekadnya yang masih membara.
"Memad, apakah kamu tidak merasa lelah membawakan barang-barang kita setiap hari? Sudah sangat lama loh kamu melakukan hal ini?", tanya Ayu pada Memad.
Memad langsung mengerti. Dia tersenyum dan menjawab, "Ya! Aku mulai lelah dan bosan menjadi tukang pikul di tim ini."
"Aku juga sudah bosan memasak untuk tim ini. Sepertinya kita berdua sudah perlu asisten Nona!", teriak Zico yang sedang memotong-motong daging yang sudah matang.
"Baiklah kalau itu menurut kalian. Alex... Kau kami terima menjadi asisten kami. Tugas kamu adalah mengangkut barang-barang kami dan juga memasak untuk kami.", ujar Ayu.
Alex tersenyum lemah. Alex bahagia. Walaupun telah kehilangan kedua tangannya, namun dia telah mendapatkan apa yang dia idamkan seumur hidupnya. Bersama dengan senyum yang merekah, semua yang Alex lihat menjadi putih. Lalu menjadi gelap.
-----xXx-----
Pagi harinya Alex terbangun. Badannya terasa segar, lukanya sembuh total, dan kedua tangan Alex telah ditumbuhkan kembali. Entah metode pengobatan apa yang dilakukan Deathless pada dirinya. Yang pasti, kini Alex merasa segar dan bugar. Seakan nggak terjadi apa-apa.
"Makanlah tukang tidur!", perintah Zico pada Alex. Sepiring sop sum-sum tulang naga yang lezat tak terkira tengah tersaji di hadapan Alex.
"Kau harus sehat! Ada banyak barang yang harus kau panggul!", sahut Memad sambil menunjuk sebuah ransel super besar dan juga tumpukan barang-barang yang diikat pada sebuah gerobak.
Alex menyantap sarapannya dengan bahagia. "Ternyata semua ini bukan mimpi! Bukan mimpi!", jerit bahagia memenuhi relung hati Alex.
-----xXx-----
Hare berjalan perlahan diapit dua abdi setia sang Dewi. Zico di sebelah kanan dan Memad di sebelah kiri. Di atas Hare duduklah Ayu dengan gestur anggun mempesona.
"Cepat Lex!", teriak Zico pada juniornya yang masih tertinggal di lokasi kemah mereka.
"Baik!", jawab Alex sambil memadamkan api unggun dengan menggunakan tanah. Alex lalu menginjak-nginjaknya hingga padam sempurna.
Tergopoh Alex berlari mengejar Ayu dan dua seniornya. Di punggungnya terikat ransel dengan beban ratusan kilogram. Dan di pinggangnya terikat tali yang menarik gerobak dengan bobot hingga belasan ton.
Di sinilah Alex. Anggota baru Deathless yang sempurna berbahagia. Berhasil meraih cita-cita masa kecilnya. Menjadi petualang. Menjadi seorang quest hunter.
Alex tidak sekedar bahagia, namun bahagia hingga berlipat ganda. Karena tidak hanya menjadi quest hunter, kini dia juga adalah anggota Deathless. Quest hunter idolanya.
[Next Update]