Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa yang Tahan (TAMAT)

Post 3

Hari itu kebetulan hari minggu. Papa dari kemaren pulang ke rumah, jadinya aku gak bisa lagi manja-manjaan sama mama. Tapi bagiku tak masalah, memang harusnya mama melayani papa sepenuhnya saat mereka di rumah bersama.

Sekitar pukul 5 pagi aku terbangun karena menahan rasa ingin kencing. Akupun segera berlari ke kamar mandi untuk menunaikan urusan yang tak bisa diwakilkan itu. setelah selesai aku kemudian berjalan balik menuju ke kamarku. Namun begitu aku melewati kamar mama aku mendengar suara-suara seperti dalam film bokep. Ada suara lenguhan nikmat dan suara kecipak liang vagina tertusuk penis. Ah, mama sama papa mungkin saat ini sedang bersetubuh pikirku. Tanpa aku pedulikan lagi langsung saja aku kembali masuk ke dalam kamarku.

Sebenarnya hari minggu adalah hari kebebasanku. Aku bisa bangun tidur agak siang tanpa ada teriakan dari mama yang memaksaku untuk mandi dan berangkat sekolah. Setelah jam 5 tadi aku terbangun, sialnya sampai satu jam kemudian aku masih belum bisa tidur lagi. Kuputuskan saja untuk keluar kamar dan berolah raga di depan rumah yang ringan-ringan saja.

Begitu aku keluar dari dalam kamarku langsung saja aku menemui satu kejadian yang aku rasa janggal terjadi. Kakak perempuanku baru saja keluar dari dalam kamarnya papa.

“Lhoh kak.. ngapain dari kamar papa?” tanyaku penasaran.

“Eh, dek.. itu, anu...emm.. disuruh kerokin papa.. katanya masuk angin” balas kak Vira yang pagi itu kulihat memakai tanktop dan celana pendek ketat seperti biasanya. Bahkan kali ini aku lihat tonjolan puting susunya tercetak jelas, aku yakin pagi itu kak Vira gak memakai daleman apapun.

“Masak sih kak..? kan tadi..” kalimatku terhenti karena pikiranku masih mencari logika.

“Yaudah, kakak mau mandi dulu ya dek...” ujar kak Vira yang langsung meninggalkanku.

Aneh, kalau benar kak Vira disuruh papa kerokin badannya, trus mama kemana? Trus kalau masuk ke kamar papa kok kakakku itu berani sekali cuma pake pakaian seperti itu. Jangan-jangan yang tadi pagi ngentot di kamar mama-papa itu? ah.. masak sih?

Aku yang semula ingin keluar rumah untuk olah raga langsung putar haluan malah pergi ke belakang rumah. Aku ingin sekali melihat apa yang terjadi dengan kak Vira. Kebetulan di belakang rumah ada lobang angin-angin yang tembus ke kamar mandi. Jadi kalau kita berdiri di atas kursi pasti akan bisa melihat ke dalam kamar mandi. Dengan gerak cepat aku langsung memposisikan diriku supaya bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar mandi.

Perlahan kak Alvira kulihat mulai membuka tanktop dan celana pendek ketat yang dipakainya tadi. “Ugh”, sentakku dalam hati karena terkejut melihat betapa indahnya tubuh kakakku tanpa pakaian yang menutupinya.

“Seksi parah kak Vira ternyata” gumamku mengagumi kemolekan tubuhnya.

Dua buah payudara yang tidak terlalu besar namun membuat sange milik kak Vira itu pun terlihat dengan jelas. Sangat pas sekali ukuranya dengan genggaman tanganku, membuat aku ingin meremasnya dengan kedua tanganku ini. Karena aku sangat penasaran bagaimana bentuk dari memek kakakku, nafasku mulai tidak teratur dibuatnya. Kebetulan yang tepat, perlahan kak Vira memutar badannya hingga menghadap ke arahku dan akhirnya vagina kakakku yang menggairahkan itupun terlihat dengan jelas. Terlihat rapat dengan ditumbuhi rambut tipis di sekelilingnya.

“Anjrit, bikin gua horni aja lu kak..” gumamku dalam hati. Batang penisku ikut tegak mengacung di balik celana basket yang aku pakai.

Detak jantungku semakin kencang dan darahku berdesir semakin cepat. Aku sesaat menolehkan pandanganku dari lubang angin-angin itu dan mulai memejamkan mata untuk membayangkan melakukan sex dengan kakakku. Kalau begini terus, siapa yang tahan?

“Huhhh... badannya kak Vira... memeknya.... susunya... Ngghh” ucapku dalam hati sambil terus memusatkan pandangan mataku pada pemandangan di dalam kamar mandi.

Sesaat namun jelas aku mendapati sebuah kejanggalan pada tubuh kakakku. Ada beberapa tanda merah ada di bulatan susunya. Sepertinya itu tanda cupangan dari mulut laki-laki, aku yakin.

“Aaahhh....” suara desahan dari mulut kak Vira menyadarkan pikiranku.

“Gilaaa...!!!” teriakku dalam hati. Nafasku kembali menjadi tidak teratur, jantungku berdetak sangat kencang dan keringat dingin bercucuran dari kepalaku.

Selagi dia mengguyur tubuhnya dengan air, aku lihat salah satu tanganya perlahan mulai membersihkan area vaginanya dengan sabun. Jarinya masuk ke selangkangan kakinya dan akhirnya menyentuh lipatan daging empuk yang ditumbuhi rambut tipis itu.

“Colmek..!! kak Vira sedang Colmek..” teriakku dalam hati sambil terus memusatkan pandanganku pada apa yang dilakukan kakak perempuanku itu.

Semuanya tampak normal, sampai dia mulai memijit-mijit vaginanya dengan tangan kirinya di bawah riuhnya shower yang menghujani badannya dengan air hangat. Sesaat kemudian dia menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya untuk mengusap bagian clitors dan belahan vaginanya itu. Jari telunjuk dari tangan kanannya kemudian dicelupkan ke mulutnya sendiri sembari ia bermain dengan vagina miliknya.

“Ngghh... Ssshhh” desahnya. Dia kemudian menyenderkan dirinya ke dinding kamar mandi.

Kakakku benar benar colmek di dalam sana. Dia sedang masturbasi! Moment yang sama sekali tidak pernah aku lihat dalam hidupku, kakakku sendiri yang sehari-hari berpenampilan baik dan menebarkan kesan keanggunan dalam dirinya ternyata juga sering... colmek.

“Ahhh... eemmmmmhhh...” kak Vira kembali mendesah saat jari telunjukknya masuk ke dalam liang vaginanya. Astaga, kak Vira sudah gak perawan lagi ternyata!!

Jari telunjuk yang masuk ke dalam liang vaginanya itu dia masukkan sedalam mungkin. Setelah dia diamkan sesaat jari itu dia keluarkan dengan membentuk lengkungan. Seolah-olah dia ingin mengorek sesuatu dan memaksanya keluar dari dalam liang senggamanya.

“Aduhh.. banyak banget sih... huhhh...” ungkapnya. Entah apa yang dimaksud olehnya tapi aku melihat cairan putih kental mirip sperma laki-laki pada ujung jari yang baru saja mengorek liang senggamanya tadi.

Nafasku semakin tidak teratur. Detak jantungku semakin tak karuan. Ingin rasanya aku mengocok penisku saat itu juga gegara melihat pemandangan eksotis dari tubuh bugil kakak perempuanku. Sementara di dalam sana nampaknya kakakku sudah hampir mencapai klimaks. Dia mengusap dan memijit area vagiannya dengan cepat sementara salah satu tanganya sekarang mulai meremas payudaranya sendiri.

“Ngghhh... Sshhh.. Ahh.. Ahhhhh....!!!!” teriaknya tak terkendali.

Ternyata dia mendapat orgasme. Otot-ototnya tubuhnya terlihat tegang, detak jantungnya yang berdebar sangat kencang dan nafasnya mulai memburu. Namun kak Vira tak menghentikan perbuatannya. Pemandangan selanjutnya membuat jantungku berdebar semakin kencang. Dia kemudian mengambil botol shampo yang berada di dekatnya. Perlahan dia menggesek gesekan ujung botol shampo itu ke lubang senggamanya. Sambil terus bermain dengan payudaranya, ia mendesah tidak karuan.

“Ngghhh Shhh... aahhh...” desahnya.

Nampaknya orgasme sekali tidaklah cukup. Dia mengincar kenikmatan selanjutnya. Ujung botol shampo yang dipegangnya mulai masuk ke dalam celah vaginanya, namun begitu dia keluarkan lagi. Kembali di masukkan dan dikeluarkan lagi. Sampai beberapa saat lamanya.

“Viraaa... Viraa... cepat gantian.. papa kebelet nih..” tiba-tiba suara teriakan papa menghentikan acara colmek kak Alvira. Raut wajahnya kulihat jadi jutek banget.

“Iyaa paa... sebentar..!!”

Akhirnya kusudahi juga perbuatan mengintip kakak perempuanku mandi. Ada beberapa kesimpulan yang bisa aku dapatkan. Sekarang aku jadi tahu kalau kak Vira ternyata memang sudah tak perawan lagi. Meski dari dulu aku sudah meragukan keperawanannya karena sering sekali gonta-ganti pacar.

Kedua, di bulatan susu kak Vira ada bekas cupangan dan itu sepertinya masih baru karena berwarna merah segar. Pertanyaannya adalah siapa yang melakukannya?

Ketiga, dia mengorek keluar cairan yang kuyakini adalah sperma laki-laki dari dalam vaginanya, siapa juga yang melakukannya? Pertanyaan-pertanyaan ini harus segera terjawab, kalau tidak nanti bisa gila aku memikirkannya.

***

Pukul 9 pagi kami berkumpul di meja makan. Seperti biasa kalau hari minggu dan papa ada di rumah kami sekeluarga pasti makan bersama. Meski dengan lauk seadanya sekalipun tetaplah kebersamaan yang utama. Saat itu mama duduk di depanku, sedangkan papa duduk di seberang kak Vira. Keadaan masih biasa saja, sama seperti hari-hari yang lainnya.

“Mah.. abis ini aku mau ke mall dulu, ada barang yang mau Vira beli” ucap kak Vira yang minta ijin untuk keluar rumah.

“Iya, pergi aja...” balas mama.

“Kalo ke mall mending bareng papa aja Vir, kebetulan papa ada janji ketemu sama teman papa.. ga jauh kok dari mall tempatnya” ujar papa kemudian.

“Nah, boleh tuh... daripada kamu naik motor mending bareng sama papa aja” mama menyetujui perkataan papa.

“Umm.. yaudah deh pa.. nanti Vira bareng papa aja..”

Setelah itu kamipun makan seperti biasa. Masakan mama sebagai hidangan utama dan buah-buahan sebagai penutupnya. Selesai makan kak Vira dan papa kemudian berangka menuju mall seperti yang mereka bicarakan tadi. Kembali di rumah hanya ada aku dan mama saja.

Aku masih duduk di teras belakang rumah sambil telanjang dada karena gerah sehabis makan tadi. Sambil pula memikirkan kejadian yang menyangkut kak Vira tadi pagi. Belum lagi ternyata jam 5 tadi pagi mama sudah keluar rumah pergi ke tempat bu Atik untuk senam aerobik. Lalu yang ngentot sama papa tadi pagi siapa? Apa mungkin kak Vira yang kebetulan kupergoki keluar dari kamar papa. Aku jadi curiga kalau kakak perempuanku dan papaku sendiri ada main di belakang kita. Semoga saja dugaanku salah.

“Eh, Di.. ngapain duduk sendirian di sini?” tiba-tiba mama datang menghampiriku. Kali ini mama memakai daster pendek dengan motif bunga.

“Cari angin mam.. di dalam gerah, abis makan tadi..” balasku sambil melirik ke arah mamaku yang cantik itu.

“Ohh.. kirain ada masalah apa gitu... tumben kamu menyendiri”

“Enggak kok.. biasa aja..eh mama tadi ga ikut papa sama kak Vira pergi?” balasku.

“Ah, males aja... biar mereka juga ada waktu berdua..” ucap mama santai, namun aku jadi kepikiran dengan kata-kata ‘waktu berdua’ itu.

“Hehehe.. yaudah ntar mama pergi sama Aldi aja yah?” godaku.

“Bolehh.. tumben-tumbenan kamu ngajakin mama pergi, biasanya malu kalo ketahuan jalan bareng mamanya”

“Gak lah... sekarang Aldi malah bangga bisa jalan berdua sama mama”

“Hihihi.. gom-bal.. eh kamu udah mandi belum?”

“Belum.. napa mah? Mau ngajak mandi bareng?”

“Kamu mau? Ayuk deh kalo kamu mau...” balas mama tersenyum cantik.

“Heh!? Beneran mah?? Lets go lah..”

Kondisi rumah yang sepi membuat kami leluasa untuk melakukan apa saja. Kebetulan mama mengajakku mandi bersama, akupun menyetujuinya. Baru kali ini setelah aku dewasa bisa kembali mandi berdua bareng mama. Saat-saat yang sangat aku nantikan.

Aku sudah masuk ke dalam kamar mandi, kemudian mama menyusul masuk tak berselang lama. Aku yang tinggal memakai celana pendek boxer langsung telanjang begitu celana pendek itu aku lepaskan.

“Udah siap kamu Di?”

“Udah dong ma...”

“Hihihi.. beneran? Kita nanti mandi berdua lho Di.. telanjang, saling menyabuni dan.. bersentuhan mesra..” ucap mama pelan sambil tersenyum.

“Ahh mama.. ayo dong dimulai..” ucapku tak sabar, terbukti dengan batang penisku yang langsung tegang mengacung begitu mendengar perkataan mama tadi.

“Iya deh.. udah gak sabaran aja tuh burung...” ucap mama sambil mencolek ujung penisku yang mengeras.

Mama kemudian mengangkat daster yang dipakainya hingga terbukalah sebagian besar tubuhnya yang putih mulus itu. hanya sebuah celana dalam warna hitam saja yang masih melekat di tubuhnya. Warna celana dalam itu sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang cerah. Namun paduan itu semakin membuat penampilan mama nampak menggairahkan.

“Dilepas juga dong ma..” kataku menunjuk celana dalam yang dipakai mama.

“Eh..iya deh mama lepas...”

Ujung jempol milik mama kiri dan kanan mulai menyusup ke dalam celah antara karet celana dalam dan kulit pinggul mamaku. Sambil tersenyum padaku mama mulai menurunkan celana dalam itu pelan-pelan. Akhirnya nampaklah celah vagina mama yang ditumbuhi rambut kemaluan yang lebat itu. Jantungku semakin berdetak kencang dan penisku semakin berdenyut-denyut minta dipuaskan.

“Mantab banget punya mama tuh...” pujiku.

“Hihihi.. pasti kamu penggemar jembut yang lebat gini ya Di?” tangan mama yang kiri mengelus permukaan vaginanya sendiri.

“Hehe.. iya dong ma.. lebih sensual gitu..” jawabku jujur.

“Bagusan mana sama yang di film bokepmu itu Di?”

“Bagusan punya mama dong, asli gitu...”

Kami tak ngobrol lagi. Mama kemudian menyalakan kran air hangat yang mengucur dari shower. Kami berdua yang ada dibawahnya kini basah semua. Setelah beberapa saat lamanya, mama kemudian mengambil sabun cair yang ada di kotak alat mandi lalu membalurkannya di sekujur tubuhku.

“Anak mama satu ini memang manja banget... udah gede padahal, hihihi..” ucap mama sambil mengocok pelan penisku yang memang mulai membesar total.

“Ahhh.. iya ma.. udah gede kan!?” balasku yang mulai merasa nikmat karena kocokan tangan lembut mama pada penisku. Apalagi dengan adanya sabun membuat gerakan tangannya jadi licin.

Mama kemudian membiarkan batang penisku mengacung dan berkedut-kedut ke arahnya. Dia kemudian membelakangiku lalu memberikan sabun ke tanganku.

“Ayo dong Di.. gantian..”

Aku langsung tanggap pada keinginan mama. Tanganku yang sudah kulumuri sabun langsung aku gosokkan pada punggung dan pinggang mama. Terus aku gosok sampai busanya melimpah. Aku maju mendekati mama yang di depanku sampai tubuh kami berdua menempel tanpa penghalang.

“Uhhh.. pinter kamu Di...” puji mama saat tangan ku menggapai buah dadanya dari belakang. Dengan licinnya sabun membuat gerakan tanganku sangat lincah.

“Enak ya ma diginiin??” tanyaku iseng, tanganku terus meremas payudara mama.

“Heemmm.. iya Di, enak banget, tapi burung kamu kok nekan pantat mama terus gitu !?”

“Burung apaan sih ma..?”

“Bukan burung sih.. kalo gede gitu namanya kontol..” jawab mama dengan bahasa yang vulgar lagi.

Aku yang sudah terlanjur horni mulai mengarahkan ujung penisku pada celah pantat mama. Kurendahkan sedikit posisi tubuhku supaya kemaluanku pas melewati pangkal pahanya. Rupanya mama mengerti apa yang aku mau. Dia kemudian membuka sedikit celah selangkangannya untuk memberi penisku jalan.

“Makin nakal kamu... mau dimasukin memeknya mama ya?”

“Enggak kok mam.. biar gak nabrak aja, hehe..”

“Halahh.. pinter alasan aja kamu, ga boleh dimasukin ya sayang..” ingat mamaku.

Meskipun mama sudah melarang tapi aku tetap saja bandel berusaha menggerakkan penisku maju-mundur diantara celah pangkal pahanya. Tanganku terus meremas susunya mama dan memelintir putingnya. Aku sudah tak kuasa membendung birahiku. Aku sudah tak peduli kalau di depanku itu adalah ibuku sendiri karena yang kulihat hanyalah seorang perempuan yang bisa memuaskan hasrat seksualku.

“Aaahhh.. uuhhh... sssshhhh...” mulut mama terus mendesah seiring dengan gerakan tanganku meremas dan memelintir puting susunya. Sepertinya dia sudah mulai menikmati permainan ini.

“Mam.. boleh gak dimasukin dikiiiiitttt aja..??”

“Hihih, napa sih Di? Kamu penasaran banget yah..?”

“Ayo dong ma... sedikiiitt aja..” pintaku memelas.

“Ummm... yaudah.. kepalanya aja yah.. Jangan lebih”

Mama kemudian mulai berbaring di atas lantai kamar mandi. Dia harus memastikan aku betul-betul memegang kata-kataku untuk memasukkan penisku dalam celah senggamanya hanya sebatas kepalanya saja. Itupun aku sudah sangat senang.

“jangan grogi gitu Di.. anggap saja kamu lagi coli.. biar tenang pikiranmu” ujar mama berusaha memberi tips padaku.

“Iya ma.. ini, aahhh...” kutusukkan penisku pada celah vagina mama dan benar-benar kutahan supaya yang masuk hanya sebatas kepalanya saja.

“Nah, udah kan Di? sekarang lepasin”

“Bentar dulu dong mam.. nanggung nih, Aldi gerakin dikiiit aja yah!?” tawarku kemudian.

“Hihihii.. dasar anak cabul.. masak mamanya sendiri mau dientot!? Yaudah.. tapi ingat, hanya sebatas kepalanya doang..” jawab mama.

Tanpa banyak bicara aku langsung menggerakkan pinggulku maju dan mundur pelan-pelan. Aku memastikan memang yang masuk hanya sebatas kepala penisku saja, tak lebih. Aku masih memegang janjiku pada mama dan tak mau mengecewakannya.

“Ahhh.. enak banget mam.. aahh.. padahal cuma kepalanya aja nih..” ujarku sambil terus menggoyangkan pinggulku maju-mundur.

“Yahhh.. masak yang ambil keperjakaanmu malah mama kamu sendiri? Ntar apa kata dunia Di? Hihihi....” kata mama sembari tersenyum cantik menatap wajahku. Tanpa sadar pinggulnya sekarang mulai ikut bergoyang juga.

“Gapapa mam.. malah itu suatu kehormatan buat Aldi, bisa ngerasain memek mamanya sendiri, yaahh meski cuma kepalanya aja yang masuk” balasku pura-pura kecewa. Tapi aku tahu akibat goyangan kami berdua sekarang ini bukan cuma kepala penisku saja yang masuk, sudah sampai setengahnya kalau gak salah.

“Ntar kalo papa kamu tau gimana Di?”

“Yahh.. mo gimana lagi, Aldi bakal minta maaf karena udah ngentot memek istrinya, hahaha...” candaku.

“Hihihi, nakal kamu yah... trus gimana kamu minta maafnya?”

“Gini.... Pa, maafin Aldi udah berani ngentotin memeknya mama, abisnya digodain terus sama mama... tapi memang enak sih pa.. nagih banget rasanya, hehehe..”

“Eehhh.. siapa coba yang godain kamu? Kamunya aja yang cabul... hihihi..”

Tanpa kami duga, ternyata yang keluar masuk celah vagina mama bukan lagi kepala penisku saja, tapi sudah seluruhnya. Mama tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya dia membiarkan saja tanpa berbuat apa-apa. Hanya goyangan pinggulnya saja yang semakin liar menyambut goyangan pinggulku.

“Aahh...aahhh.. iya Di.. terusin.. entotin mama Di...aahh. entotin mama kandung kamu... aahhhh...” racau mama sambil tangannya kini meremas kedua payudaranya sendiri.

“Aahhh... iya ma.. memek mama memang mantab..ahhh.. bisa cepet ngecrot aku kalo gini rasanya..aaahh..”

“Udah keluarin aja Di... aahhh..”

“Tunggu maa.. lagi enak nih..”

Plak... plakk...plakk.....

Suara tumbukan antar pangkal penisku dengan pangkal pahanya semakin riuh terdengar memenuhi ruang kamar mandi. Aku sudah benar-benar tak peduli kalau yang sedang aku setubuhi adalah mamaku sendiri, orang yang melahirkan aku ke dunia ini. Birahiku sudah jadi raja di akal kewarasanku dan rasa nikmat itu bagai candu yang memabukkan sekaligus membuat ketagihan.

“Aaaahhh... mama keluar Diiiii....aaahhhh...” jerit mama sambil tubuhnya mengejang liar. Baru kali itu aku benar-benar melihat seorang wanita tengah orgasme secara langsung. Memang tak beda dengan yang aku lihat di film bokep ternyata.

“Terusin Di.. aahh... masih enak ini.. uuhhhhhh...”

Aku terus menusuk liang senggama mama dengan batang penisku. Tusukanku semakin dalam dan menghentak. Seakan ingin menggedor mulut rahim mamaku. Tubuh mama yang masih terbaring di atas lantai kini terlonjak-lonjak seirama dengan hentakan pinggulku.

“Ahhh.. keluarin di mana ma?” tanyaku sebelum spermaku keluar.

“Di dalam aja Dii...”

Kuperepat tusukan penisku dan akhirnya...

Crott... Crottt... Crooootttt.... kutembakkan spermaku dalam liang senggama mamaku sendiri untuk pertama kalinya.

Setelah selesai bersetubuh, aku dan mama lalu membilas tubuh kami masing-masing. Tak ada penyesalan yang kulihat di wajah mama, malah nampak ceria dan semakin centil saja padaku. Akupun ikut gembira, apalagi setelah aku sadar kalau mamaku telah bersedia berkorban untuk anak laki-lakinya sendiri. Kami kemudian mengeringkan tubuh dan keluar dari kamar mandi bersama.

“Di.. ingat, jangan sampai kak Vira atau papa tahu kejadian ini, mama percaya padamu..”

“Siyaapp boss... tak ada secuilpun kata yang bocor dari mulut Aldi” balasku dengan mengangkat tangan dalam posisi hormat.

“Hhihi.. ada-ada aja kamu ini”

***

Setelah kejadian ngentot dengan mama tadi pagi, semuanya nampak biasa-biasa saja. Mama juga tak ada perubahan pada sikapnya. Kak Alvira dan papa baru pulang ke rumah sekitar jam 5 sore. Entah mereka pergi kemana aku tak tahu. Kak Vira juga setelah makan malam langsung masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya dia terlihat capek banget.

Sekitar jam 9 malam, semua sudah masuk ke dalam kamar. Papa dan mama juga sudah tak lagi di luar menonton Tv. Aku dengan langkah perlahan masuk ke dalam kamar kak Vira yang lampunya kulihat masih menyala.

“Kak...” sapaku begitu aku masuk ke dalam kamar kakak perempuanku. Aku dan dia tak pernah mengetuk pintu, karena pintunya tak pernah terkunci.

“Apa dek..!?” balak kakakku tanpa melihat kedatanganku. Saat itu kak Vira tengah berbaring di atas tempat tidurnya dengan separuh badan tertutup selimut. Hanya tubuh atasnya yang memakai bra model bikini saja yang terlihat.

“kakak darimana sih seharian sama papa?”

“Emmm.. ke hotel.. ehh.. jalan-jalan ke tempat teman papa maksudnya” balas kak Vira. Kuperhatikan tatapan matanya sayu, seakan tubuhnya lemas dan capek banget. Namun begitu dia masih terus membuka layar Hp miliknya.

Aku sempat melihat dada kak Vira dari dekat. Aku menemukan jumlah tanda merah yang ada di dadanya jadi bertambah. Lebih banyak dari tadi pagi dan tempatnya lain. Berarti selama dia pergi dengan papa ada sesuatu yang terjadi dengannya.

“Yaudah kalo gitu.. kakak istirahat aja.. atau kalau kakak mau biar aku pijitin badan kakak, gimana?”

“Emmm.. ga usah dek...”

“Oke kak.. met bobo ya..” ku kecup pipinya dan aku kemudian melangkah pergi.

“Eh, dek...”

“Iya kak!?” kuhentikan langkahku tepat sebelum melewati pintu.

“Boleh deh kamu pijitin.. badan kakak capek banget nih..” ujarnya melihatku.

“yesss... siyaapp atuh kakk...”

***

Bersambung lagi ya Gaes.. ^_^
Perlahaaannnn...ajiiib
 
Bimabet
Ok, saatnya menunggu bagian via.. wkkwkw
Saran om.. kalo boleh kasih mulus trasi ya om.. biar enak ngebayanginnya.. wkwkkwkekekekek makasihh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd