Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sisil: Pacar Yang Tidak Adil

Lanjut dengan pov Sisil atau tanpa pov Sisil?

  • Pakai

    Votes: 251 78,2%
  • Tidak

    Votes: 70 21,8%

  • Total voters
    321
  • Poll closed .
PART 8A

Kini ganti giliranku yang akan melakukan KKN. Aku mendapatkan kelompok yang berjumlah 14 orang, 5 cowo dan 9 cewe. Aku tidak mampu mengikuti KKN saat Sisil kala itu itu dikarenakan waktu itu SKS ku tidak cukup untuk menempuh kegiatan KKN.

Singkatnya saat Hari-H KKN dilepaskan, aku ditahan oleh Sisil dengan alasan dia masih ingin bersamaku. Akhirnya aku membuat alasan kepada ketua kelompok bahwasanya aku sedang berada di Jawa Tengah karena ada acara keluarga. Ya akhirnya aku menghabiskan waktu berdua di dalam kota untuk bersama dengan Sisil menghabiskan waktu mengitari kota dan tentunya diakhiri dengan “mojok”. Kegiatan itu seolah menjadi rutinitas ku dengan Sisil.

“Hari kedua aku berangkat KKN ya.” ucapku memelas agar aku bisa mengikuti KKN.

“Hmm engga, gausa KKN ya kamu.” jawabnya tak kalah memelas.

“Ya tapi kan kalo ga KKN aku gak dapat nilai dan masa iya aku ngulang lagi.” jawabku dengan mantap. Tentu Sisil akan melepaskanku KKN, karena memelasnya barusan adalah bagian dari drama percintaan agar terlihat dramatis. Dan aku ikuti saja dramanya ini.

“Yauda hari ketiga ya aku KKN.”

“Hmm gausah dah ayang.”

“Aku juga pengen KKN.”

“Halah pengen kenalan sama cewe kan.”

“Mesti ngawor.”

“Ya kok ngebet KKN loh?”

“Yo mikir toh yang, masa aku ga KKN.”

“Iya iya sante gak usah pake ngegas.”

Percakapan itu aku lakukan saat sebelum mojok. Setelah mojok, kami pulang ke kos masing masing. Aku belum membuka grup KKN ku seharian ini. Aku penasaran apa saja kegiatannya. Ternyata hari itu kegiatan paginya adalah penerimaan mahasiswa KKN oleh pihak desa. Aku buka satu persatu foto yang ada di grup tersebut. Aku melihat ke arah cewe-cewenya. Ternyata ada beberapa yang cantik. Dari 9 cewe terdapat 8 yang cantik menurutku. Jika dikerucutkan lagi, terdapat 5 cewe yang cantik di atas rata-rata. Aku berpikir apakah KKN ku akan seru atau biasa saja. Seperti kata orang orang, KKN adalah masa tutorial berumah tangga. Jadi aku tidak sabar untuk segera bergabung dengan mereka.

Benar saja, hari kedua Sisil masih menahanku untuk berangkat KKN. Aku hanya bisa menghela nafas kecewa atas sikapnya yang menurutku kurang dewasa itu. Seharusnya dia memberi ku support, bukan malah memberikan pressure demikian. Aku tentu tertekan dengan keputusannya. Ya sudah, aku ikuti kemauannya. Tapi di hari ketiga tidak ada toleransi.

Hari ketiga, ketika pagi aku chat dengan Sisil membahas tentang KKN.

Y: Aku berangkat KKN hari ini ya. Udah ga ada tapi tapian.

S: Hmm iya iya sana dah kalo mau bucin sama orang lain.

Y: Aku ini niat KKN bukan niat cari jodoh. Mikir lah

S: Y

Aku tidak peduli apakah dia marah atau tidak. Yang terpenting aku harus segera berangkat pagi itu.

Lalu aku menyempatkan untuk ke kos Sisil untuk pamitan. Aku melihat wajahnya yang tidak ikhlas jika aku berangkat KKN.

“Aku berangkat ya.” ucapku meyakinkannya ulang.

“Iya gak usah macem macem.”

“Duhh iya iya.”

Akhirnya aku berangkat menuju ke lokasi KKN.

Jaraknya lumayan jauh, 45 menit dari kampusku jika ngebut. Jika pelan bisa 1 jam setengah. Saat di lokasi KKN, aku tentunya iri dengan mereka yang sudah saling akrab, sedangkan aku harus melakukan adaptasi dulu, lalu mulai membaur dengan mereka. Cepat atau lambat aku juga akan akrab dengan mereka. Tapi telat ini membuatku kecewa kepada diri sendiri karena tidak mampu tegas dalam pendirian, dan kecewa pada Sisil karena tidak mampu bersikap dewasa. Dan ada satu hal yang menjadi poin plus di mata mereka terhadapku. Sepele tapi sangat terasa. Karena aku membawa sebuah kipas. Dari kipas itulah yang akan menuntunku akan seperti apa aku selama KKN.

Aku baru tau jika cowo dan cewe akan tinggal di dalam satu posko KKN. Sontak aku terkejut karena hal ini. Meskipun aku bejat, tapi untuk tinggal satu atap dengan 9 cewe sama sekali tidak terbayangkan. Lalu..

“Yanuar, sini bobo sebelahku, aku sama kayak kamu ga bisa tidur kalo gak ada kipas.” ucap seorang cewe kepadaku.

“Oh iya iya.” Jawabku deg deg an karena akan tidur bersebelahan dengan cewe yang bukan siapa siapaku.

Lalu aku menempatkan diri untuk tidur di sebelah cewe itu. Nama dia ternyata adalah Safira. Untuk tidurnya, aku terkejut karena cowo dan cewe bebas tidur bersebelahan. Tapi ada beberapa yang aku lihat mereka jaga jarak dan enggan tidur dengan cowo. Dari 9 terdapat 3 cewe yang tidurnya mau bersebelahan dengan cowo, termasuk Safira ini.

“Kamu anak mana.” Tanya dia kepadaku berbasa basi di saat semua sudah merebahkan diri.

“Aku anak kota ***.”

“Oh aku ***, tetangga kota dong kita.”

“Hehe iyaa.”

“Kamu gapapa ta tidur samping cewe.”

“Hehe gapapa Saf.”

“Udah biasa ya.”

“Eh engga ya ngawur banget.”

Aku cepat akrab dengan Safira. Lalu teman Safira juga ikut nimbrung.

“Namaku Wina.”

“Eh iya aku Yanuar.”

“Haha udah tau kan tinggal nama Yanuar aja yang dari hari pertama ga ikut. Jadi gak usah kenalan aku juga tau kalo kamu Yanuar.”

“Hehe maaf ya.”

“Oh iya aku mau nyampaikan ke kamu kalo kamu punya jadwal piket hari jum’at”

“Oh iya makasih Wina.”

“Eh aku tidur sebelahmu ya.”

“Eh mm aa iya.” Jawabku gugup. Dia yang tadinya ada di sebelah Safira kini berpindah di sebelahku. Jadinya aku tidur diapit oleh dua perempuan sekaligus. Aku sebenarnya ingin tidur miring, entah ke kanan atau ke kiri. Tapi aku canggung untuk tidur menghadap ke arah cewe. Jadilah aku tidur menatap langit langit posko. Tapi rasa kurang nyaman dan nekat menghampiriku. Aku memberanikan tidur menghadap kiri, menghadap ke arah Safira. Dari kedua cewe di sebelahku, Safira lah yang mukanya lebih cantik dan menggemaskan. Karena badannya yang berisi tapi pendek maka terlihat seperti cebol. Tapi karena cantik, aku akhirnya memiringkan badan ke arahnya. Kita tidur tidak terhalang apa apa, hanya dua jengkal kira kira jarakku dengannya. Begitu dengan Wina, juga ada jarak dua jengkal.

Saat aku menghadap ke arah Safira, betapa terkejutnya aku ternyata dia memiliki payudara yang besar. Setara dengan Sisil. Aku dapat melihatnya dari samping meskipun dia masih menggunakan jilbab, karena jilbabnya tidak menutup dadanya dengan sempurna. Meskipun kondisi gelap tapi karena jaraknya yang dekat maka bentuk payudara itu sangat jelas terlihat. Aku lalu menghadap atas lagi, karena aku canggung jika harus menatap payudara safira terus.

Paginya aku melalui aktivitas KKN pada umumnya. Ternyata aku merasakan apa yang namanya kegiatan KKN. Bagiku KKN itu seru, banyak hal baru, bertemu manusia baru, dan hal baru lain yang belum pernah aku jumpai.

Malamnya posisi tidur ku ganti, tapi masih bersampingan dengan Safira, tapi tidak dengan Wina. Aku baru mengetahui Safira adalah orang yang sedikit bitchy. Dilihat dari cara bicaranya, dan cara berpakaiannya saat tidur. Di saat yang lain tidur menggunakan hijab, dia dan Wina tidur tanpa hijab. Untuk bajunya standar saja masih dengan lengan panjang dan celana panjang. Ya cuma dari hal jilbab saja yang terbuka atau tidak menggunakan jilbab. Saat akan tidur aku curhat dengan Safira perkara kampus, wisata, sampai percintaan. Di hari ketiga itu aku sudah akrab dengannya. Di hari hari berikutnya pun juga sama aku selalu tidur di sampingnya. Tapi tentu dengan jarak. Meskipun bersebelahan, tapi aku masih tau batasan.

Pernah suatu malam saat tidur, dia memakai baju yang sedikit longgar sehingga menampilkan belahan dadanya yang lumayan besar karena badannya yang berisi itu. Aku sempat memberinya candaan.
https://www.imagebam.com/view/MEQS457

“Eh keliatan tuh haha.”

“Eh iyaa anjir.” Jawabnya sambil menarik sedikit ke atas kerah kaosnya.

“Haha santai kali ngapain ditutup, kan ga aku pegang juga.”

“Woooo ya malu dodol.”

“Sans ae kali haha aku masih tau batasan.”

“Udah malah jadi bahas ga jelas gini.”

Aku kini berani tidur berhadapan karena kami saling curhat. Hanya ketika sesi curhatan selesai dan terlelap saja aku mulai menelentangkan badanku. Aku curhat tentang Sisil dan dia curhat tentang pacarnya. Tapi sampai suatu hal terjadi.

“Eh itu keliatan lagi.”

“Eh iya anjir.” Jawabnya sambil menarik ke atas lagi kerah kaosnya.

“Boleh megang ga sih.” tanyaku secara brutal.

“Ya ga boleh lah dodol, pacarku aja belum pernah megang.”

Aku kaget tentunya. Bitchy bitchy gini ya kali tidak pernah sekedar dipegang. Tapi aku mengingat jangan pernah menilai buku dari covernya saja. Mungkin dia bitchy tapi masih mengerti batasan pacaran sehat itu sampai mana. Aku juga speechles karena pengakuannya barusan. Aku jadi tidak ada pikiran untuk curi curi kesempatan memegang dadanya. Malam itu kami tutup dengan tidur terlelap tanpa kejadian apapun.

Sisil beberapa hari lagi akan pulang ke rumahnya. Dia menyempatkan mengunjungiku di posko KKN. Aku menemuinya dan ku ajak duduk di balai desa setempat.

“Kamu gak macem macem kan?” Tanya Sisil kepadaku seperti sedang melakukan introgasi.

“Ya engga niatku kan KKN.”

“Awas aja kamu.”

“Awas apasiiiiii.”

“Auuuuuuu.” Dia berteriak karena ku remas payudaranya yang terlihat menonjol walaupun dia tidak membusungkan dada. Memang dasarnya besar. Sebelum aku meremas barusan, tentunya aku tengok ke segala arah khawatir ada yang melihat. Ketika dirasa aman barulah aku melancarkan aksiku. Hanya sekitar 5 remasan di satu payudaranya.

“Kalo ada yang liat gimana?” Tanyanya.

“Aku liat aman kok.”

“Pantes tolah toleh mulu, kirain takut selingkuhanmu nyariin kamu.”

“Ngawor deh mestiii.”

“Punya selingkuhan kan kamu?”

“Gak, aku ini KKN gak ada niat selingkuh selingkuhan.”

“Halah bohong.”

“Mesti ngeyel, mending pulang aja kalo debat terus.”

“Oh ngusir? Mau keluar sama selingkuhan ya? Oke aku pulang.”

“Eh engga yang duhh. Yauda sini duduk aja. Aku ga mau debat maksudnya. Capek tau.”

“Capek selingkuh?”

“Pikiranmu ini yaaaa, nuduhin aku mulu.”

“Ya aku kangen sama kamu.”

“Ya tapi kan gausa nuduh juga nanti selingkuh beneran gimana?”

“Hmmmm tak putusin kamu.”

“Ngawor.”

“Kok ngawor? Berarti mau selingkuh yaaa?”

“Hadeehhhh salah terus aku. Udah udah kamu jangan mikir aneh aneh deh, mau pulang juga.”

“Iya iya maaf tapi aku kangen. Boleh peluk ga?”

“Boleh tapi bentar aja ya?”

“Heem.” Jawab Sisil mengangguk manja. Aku mengatakan bentar karena takut ada yang melihat kami. Berbeda dengan payudara, karena hanya tangannya saja yang bergerak. Sedangkan pelukan adalah seluruh tubuh bergerak dan menghimpit satu sama lain. Lalu aku memeluknya singkat, mungkin 5 detik sambil ku elus punggungnya yang ada kaitan BH nya di belakang. Aku tidak ada pikiran untuk mempermainkannya, khawatir keterusan.

“Yauda pulang, udah sore takut kemaleman.” Ucapku untuk menyuruhnya segera pulang karena sudah pukul 3 sore.

“Yauda aku pulang ya semangat KKN nya jangan macem macem ya. Aku percaya kamu.” Jawab Sisil.

“Iya hati hati, sini aku pakein helmnya.” Lalu aku memakaikan helm di kepalanya. Matanya memandang wajahku yang sedang memakaikan helm di kepalanya. Lalu tanpa aba aba dipeluknya lagi. Sedikit lebih lama dari yang tadi. Aku merasakan betapa hangatnya dan tulusnya pelukan ini. Lalu tidak lama dilepas pelukannya.

“Yauda aku pulang ya sayang.”

“Iya jangan ngebut kabarin kalo udah sampe.”

“Iya sayang i love you.”

“I love you too.”

Perlahan motornya melaju dan makin lama makin hilang dari pandangan. Sampai benar benar hilang dari pandangan barulah aku masuk ke posko lagi. Sesampainya di posko ada seseorang yang meledekku.

“Uhuyyy habis ketemu mbak pacar nih.”

“Hahaha mau pulang dia.”

“Oh tau gitu aku ganggu tadi.”

“Ya jangan dong haha.”

“Penyayang ya rupanya.”

“Iya dong Yanuar gitu loh hahaha.”

Ya tidak lain adalah Safira yang berbicara denganku barusan. Tapi Safira sepertinya tidak mengintip atau tidak melihat saat aku meremas atau berpelukan. Melainkan ketika aku ngobrol di balai desa.
https://www.imagebam.com/view/MEQS964

Ternyata pukul 6, Sisil baru sampai rumah.

S: Udah sampe nih yang. Aku mau bersih bersih kamar dulu terus mandi terus sholat terus makan ya, kamu jangan lupa makan juga.

Y: Iya sayangkuu

Malam itu setelah makan, kami rapat agenda besok yang akan kami lakukan. Para cowo duduk dengan cowo dan para cewe pun duduk dengan cewe. Jadilah aku tidak bisa bersebelahan dengan Safira. Tapi kami saling curi pandang dan bergurau melalui bahasa isyarat mulut tanpa suara. Tentunya bercanda ketika forum santai bukan saat serius.

Lalu ketika malam saat akan tidur, Safira mengenakan baju yang sama ketika hari itu. Yapp baju yang kerahnya sangat longgar sehingga kalau miring maka belahan dadanya akan tercetak jelas.

“Tuh keliatan lagi.”

“Biarin, toh kamu ga macam macam.”

“Heh jangan bangunkan singa lagi tidur.”

“Tapi kamu kan harusnya bisa kontrol diri dodol.”

“Ya tapi siapa yang ga tergoda tau.”

“Mesum. Pacarmu pasti kena mesummu juga ya?”

“Oh ya jelas.”

“Dih bangga haha.”

“Oh yayadong. Kamu juga mau kena mesumku.”

“Macem macem, aku pukul tanganmu.”

“Canda kali.”

Oh iya, obrolan tersebut tentunya dengan nada berbisik sehingga hanya kami berdualah yang mendengar, di samping Safira ada Wina, di sampingku ada temanku cowo. Lalu aku menggenggam tangan Safira.

“Kalo tidur tangannya pegangan gini asik kali ya.”

“Yeee ngaco banget dodol.” Tangannya berusaha melepaskan genggamanku. Aku juga dengan secara sadar melepaskan genggaman tanganku dengannya. Aku hanya bercanda barusan.

“Saf, hadap sini deh.”

“Kenapa?”

“Diliat liat kamu cantik.”

“Masaaaa.”

“Tapi kamu kenapa ga jilbaban kayak yang lain.”

“Gerah tau.”

Tingggg…

Ternyata WA pacarku. Jadilah malam itu aku mengobrol dengan Safira secara tatap muka dan dengan Sisil melalui WA. Tapi hanya setengah jam, Sisil pamit tidur dengan alasan mengantuk.

Obrolan ku dengan Safira masih berlanjut sampai hampir tengah malam. Aku melihat dirinya sudah semakin mengantuk.

“Tidur aja kalo ngantuk Saf.” Ucapku masih berbiisik

“Nanti aja bawel. Mukaku aja yang ngantuk aslinya engga.”

“Oh dasar.” Tanganku meremas dadanya secara spontan. Entah apa yang memberanikan diriku berbuat demikian.

“Eh anj anak ini diremes.” Dia meresponku dengan nada tinggi tapi dengan berbisik.

“Sorry Saf kelepasan hahah.”

“Anjir emang anak ini. Fix sih pacarnya juga kena remesan barusan.”

“Iya lah. hahaha.”

Aku tidak menyangka responnya hanya demikian. Tidak ada kecanggungan atau apapun di antara kami setelah hal itu. Kami malah makin asik mengobrol dan bercanda hingga rasa ngantuk menghampiri. Lalu aku tertidur dengan terlentang. Seperti biasa aku tidak berani menghadap samping meskipun barusan aku secara kurang ajar meremas dadanya. Tidak lupa aku mengingatkan Safira untuk menaikkan selimutnya sampai menutup dadanya agar tidak terlihat belahan dadanya ketika ada yang terbangun dan menyalakan lampu.

Paginya seperti biasa melakukan kegiatan sesuai rapat tadi malam. Oh iya aku berboncengan dengan salah satu anggotaku yang dia tidak membawa motor, namanya Eni. Meskipun satu motor jika ada kegiatan, tapi ketika sudah tidak berkegiatan, kami jarang ngobrol. Aku belum mengenal dekat dirinya seperti aku mengenal Safira.

Singkatnya malam hari, tidur masih dengan formasi yang sama, aku bersebelahan dengan Safira. Malam itu aku bertindak sedikit berbeda kepadanya.

“Saff gemes deh sama pipimu.”

“Eeeeeeeeeeeee he ya sakit lama lama war kalo dicubit.” Iya, aku mencubit pipinya yang chubby itu. Dia tidak marah sama sekali. Lalu aku mencubitnya lagi tapi dengan perilaku yang gemas. Dia membiarkan saja aku mencubit pipinya. Tapi hanya satu menit saja aku melepaskan cubitan. Ututu kasian pikirku.

Di suatu malam, aku merasakan gejolak sange yang tak terbendung. Hawa nafsuku seakan tidak mampu terkontrol. Aku tidur dengan mendekatkan diri ke arah Safira, sampai lenganku bertemu dengan lengannya. Safira pun tidak bergeser atau berpindah. Dia tampak nyaman-nyaman saja. Lalu aku memiringkan badan ke arahnya. Ku pandangi terus payudaranya yang besar itu. Safira yang sadar lalu bertanya kepadaku.

“He liat apa kamu war.”

“Itu mu.”

Tanpa diduga…

“He Yanuar loohh mesum liat liat susuku njir.” Ucapnya kepada Wina. Wina yang berada di samping Safira bangun dan mengatakan..

“Astaghfirullah Yanuar.” Dia mengatakan dengan ketawa. Safira pun sama. Candaan mesum atau perlakuan mesum ku dimaklumi oleh keduanya. Aku merasa cocok dengan mereka berdua. Dari pola pikir sama, lalu sama sama bitchy. Dan sama sama tidak baperan.

Bersambung…
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd