Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sisil: Pacar Yang Tidak Adil

Lanjut dengan pov Sisil atau tanpa pov Sisil?

  • Pakai

    Votes: 251 78,2%
  • Tidak

    Votes: 70 21,8%

  • Total voters
    321
  • Poll closed .
SEGMEN DAG DIG DUG 4

Saat hari hari semakin sibuk dan banyaknya tugas laporan, aku juga merasakan jenuh dengan program praktik ini. Aku merasa kelompokku tidak seasik kelompok Yanuar. Dia sering menceritakan kepada ku bahwa kelompoknya sangat asik. Dia selalu memberiku pap saat dia melakukan rapat mingguan atau rapat ketika ada sebuah acara yang acaranya dihandle oleh kelompoknya. Selain itu dia sering sekali rujakan dengan teman temannya di salah satu rumah temannya yang dekat sekali dengan sekolah Yanuar praktik. Apalagi pemilik rumahnya cewe, cantik pula. Tidak jarang aku merasakan cemburu baik yang aku perlihatkan maupun yang aku pendam sendiri. Hmm sebel…

Di saat longgar seperti tidak adanya jadwal mengajar, aku isi waktu dengan bermain kartu uno. Temanku Meli anak orang yang kaya dan dimanjakan ortunya membawa kartu uno itu.

“Aku bawa uno main yuk” ajak Meli.

“yukk lah, ayo main Sil.” Farhan menjawab ajakan Meli dan mengajakku.

“ikut dong ikut dong.” yang lain pun turut ikut.

Aku duduk di samping Farhan dan Ihsan. Entahlah Farhan ini seakan lengket denganku. Selalu ada di sebelahku. Juga dia sering mengajakku bercanda padahal yang lain lebih asik daripada aku. Meli yang cantik dan supel pun tampak tidak menarik di matanya. Kecuali kalau ke kantin atau mengajar dia mengajak Galang. Aku takut Farhan di belakangku mengatakan yang tidak tidak kepada Galang soal aku yang selalu nebeng dan dadaku yang menempel ke punggungnya. Aku takut Galang mengecap aku cewe murahan dan paling parah Galang juga ingin ditempeli dengan dadaku.

Saat aku bermain uno, sering aku tidak fokus karena selain bermain uno aku juga scroll socmed sehingga ketika giliranku untuk mengeluarkan kartu, aku sering diteriaki dan diingatkan yang lain termasuk Farhan. Namun cara dia mengingatkanku berbeda. Dia menepuk pahaku sambil bilang “ayo Sil ditungguin giliranmu ini.” Awalnya hanya tepukan biasa, lama kelamaan ada gerakan tambahan seperti mengelus. Gerakannya sangat minimalis sehingga aku tidak terasa kalau dia sedang mengelus pahaku.

Lama kelamaan tangan itu hinggap di paha ku, tidak beralih tempat. Melihat aku yang tidak menyingkirkan ataupun memperingatkan, dia mengelus pahaku saat bukan gilirannya untuk mengeluarkan kartu. Tapi yang aku sadari, Galang melihat itu semua karena duduknya berseberangan dengan kami. Saat Galang tidak melihat ke arah ku, aku coba singkirkan tangan Farhan dari pahaku. Farhan mengerti dan menyingkirkan tangannya.

Suatu hari, teman-temanku memesan paket barang sesuai kebutuhan mereka. Ada yang beli make up, kaos, dan kemeja baru. Lalu aku melihat kemeja yang dipesan Meli terlihat lucu. Setelah Meli mencobanya di kamar mandi, aku meminjam kemejanya untuk aku coba. Berbeda dengan Meli, aku mencobanya di basecamp kelompok kami. Aku sangat malas sekali untuk jalan ke kamar mandi yang lumayan jauh.

“Abdi Ihsan kalian liat ke depan jangan noleh aku mau coba kemeja nya Meli.” suruhku pada mereka.

“iya iya gak liat, dosa tau liat itu.” Ucap Abdi yang memang alim.

“hehe bagus.”

“Sil kamar mandi aja gila apa kamu ganti disini.” Ucap Alma

“Duh mager banget jauh lagi.”

“Yauda ati ati Sil, kita bantu awasin.” ucap Meli.

Akhirnya aku melepaskan baju yang aku pakai menyisakan tanktop dan jilbab di bagian atas sementara bawah jelas utuh. Saat aku coba ternyata pas di badan dan terlihat lucu hihi.

“Pas tau Sil buat kamu aja kalo ya haha.” Ujar Meli.

“Ih engga orang punya kamu, ini aku cuma penasaran aja hehehe.” Jawabku sambil melepas kancingnya lagi.

Nasib kurang baik menimpaku. Setelah kemeja sudah terlepas, lalu aku melipatnya. Namun saat melipat itu, Farhan dan Galang datang dari mengajar secara tiba tiba dan tidak ada tanda tanda.

“Eh anjir Sisil gila apa pake tanktop doang disini.” Ucap Galang. Aku melirik ke arah Farhan dia menelan ludah diiringi senyum.

“jangan liat kearahku, aku masih ngelipet bajunya.” ucapku dengan nada panik.

“astaghfirullah.” ucap Abdi yang sempat menoleh ke arahku.

“Gila body guru agama ternyata, gak nyangka.” ucap Ihsan yang sepertinya kagum.

“Eh kalian jangan liat. Sil buruan.” ucap cewe cewe kepada para cowo. Tapi Farhan tetap melihatku. Dan baju itu akhirnya selesai aku lipat.

“Duh mana ya bajuku.” ucapku semakin panik.

“Duh itu Sil di pundakmu. Nunduk dulu Sil biar ga pada liat.” ucap Meli.

Aku akhirnya menunduk berlindung di balik meja sambil mengenakan bajuku lagi. Lalu aku berdiri lagi dan tersenyum cengar cengir bersikap seolah terjadi apa apa hehe.

Saat pulang Farhan bilang kepadaku.

“Sil mau dong liat kayak tadi lagi.”

“ngaco deh Han aneh aneh aja.”

“heheh rejeki tau. montok juga ya guru agama.”

“diem deh Han.”

“Hahaha.”

Hingga di kemudian hari, Farhan mulai berani bertindak lebih kepadaku. Saat itu setelah bermain uno, kami yang bermain uno merebahkan diri di karpet tempat kita bermain. Kami tidur bersamaan antara cewe dan cowo. Farhan dan aku menjadi pembatas antara cowo dan cewe. Aku mengusilinya seperti dengan menggelitiki badannya lalu telinganya juga dengan kemoceng. Farhan yang terganggu berbalik badan ke arahku.

“apasih Sil.”

“haha ga suka tau dipunggungin.”

“ya kamu punggungin balik aja aku hadap ke cewe.”

“mmm iya deh.”

“eh hadap sini aja deh aku ga munggungin kamu deh.”

“gitu dong Han.”

Lalu kami mengobrol kesana kemari bercanda random. Saat kami tidur berhadapan, aku selalu eye contact dengannya.

“kamu cantik Sil.” ucap Farhan secara tiba-tiba sambil mengelus pipiku. akupun tersipu malu dipuji olehnya. Aku hanya diam dan sesekali melirik ke arah lain menghilangkan rasa malu.

“tapi boong.” lanjutnya sambil mencubit hidungku dan tentunya dengan tertawa.

“auuuuuu.” jeritku saat dicubit hidungku dan aku merasa sebel karena perasaanku dipermainkan. Habis dipuji ternyata bercanda.Hmm

“maaf Sil hehe. Btw kalo tidur itu mu tambah besar keliatan besar ya.” ucap Farhan pelan sambil menunjuk ke payudaraku.

“masa sih jangan aneh aneh deh Han haha.” ku pukul tangan yang dibuat untuk menunjuk payudaraku.

“iya tuh besar banget nih aku coba ya.” ucap Farhan masih dengan nada pelan dan happ tangannya meraih payudaraku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sekali.

“aihhhh.” Aku kaget namun membiarkan tangannya di payudaraku. Aku terbawa dalam permainannya yang lembut. Jujur ada rasa nikmat dalam pegangannya pada payudaraku. Aku memejamkan mata karena ada rasa malu.

“enak ya Sil?” bisik Farhan yang tanpa aku sadar wajahnya sudah mendekat dan berada di sebelah telingaku. Gerakannya kemudian mendekat ke keningku dan mencium di bagian itu. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

“mmhhh.” aku sedikit mengeluarkan desahan karena permainan tangan Farhan.

“udah Han lepasin.” ucapku padanya.

Farhan masih saja meremas dadaku. akhirnya tanganku yang menyingkirkannya dari dadaku.

“Udah ya Han. Diliat anak anak nanti.”

“Aman kok Sil.” tangannya membelai pipiku dan kembali turun ke dadaku. Sepertinya Farhan suka dengan dadaku atau mungkin dia memang di luar sana sudah banyak payudara yang dipegangnya.

“Aku masukin tanganku ya.” Izin Farhan dan tentunya aku menggeleng tidak setuju dengan permintaan izinnya.

“Dari luar aja.”

“kamu kan punya pacar Sil kok mau dipegang ininya.” Saat bilang “ininya” Farhan agak menguatkan remasan pada dadaku. Seketika kaget dengan ucapannya seperti merasakan tali BH yang dicetaskan pada punggung secara tiba-tiba, aku langsung merasa bersalah pada Yanuar. Tapi permainan Farhan juga nikmat di dadaku. Aku dengan Yanuar juga jarang ketemu akibat praktik ini. Aku jarang dibelainya dan sekarang merasakan kehangatan baru ketika aku dibelai dan disentuh Farhan. Darahku berdesir dibuatnya.

“yauda lepasin gausa dipegang.” jawabku yang entah mengapa sedikit ngambek. Dan anehnya Farhan melepaskan tangannya tapi diiringi senyuman di wajahnya. Aku tidak mau maksudnya.

Setelahnya dia membalikkan badannya dan memunggungiku kembali. Perasaanku seolah dipermainkan. Sepertinya Farhan adalah orang yang pandai memainkan perasaan cewe, bisa menarik ulur dan membuat orang penasaran padanya. Aku menceritakan kejadian kepada Yanuar tidak seutuhnya. Aku membuat cerita seolah tidak ada hal lebih atau terkesan aku menikmatinya.

Semenjak kejadian itu, Farhan semakin dekat denganku. Bahkan ketika mengajar, aku lah yang diajaknya. Dia mengajakku untuk ikut dengan dalih “bantu dokumentasi buat laporan” padahal masih banyak anak lain dan biasanya sama Galang. Aku agak senang ketika diajak oleh Farhan untuk ikut dirinya mengajar.

Sampai suatu hari dia mengajakku ke kelas untuk pelajaran olahraga. Guru mata pelajaran tersebut tidak bisa masuk hari ini, jadi mahasiswa praktik diberi tugas menjaga dan mengajar kelas tersebut. Dan yang ditunjuk adalah Farhan, dan Farhan tentu mengajakku.

Hari itu pakaianku adalah baju berwarna hijau. Aku memakai baju hijau dengan dalaman tanktop lalu BH. Setelah itu kami berdua berjalan ke kelas berjalan semestinya guru yaitu penuh wibawa.

“Siang anak-anak hari ini pak Arif tidak bisa masuk, jadi Pak Farhan sama Bu Sisil yang akan mengajar olahraga hari ini” ucap Farhan selayaknya guru.

“asikkkk diajar guru cantik banget.” ucap siswa yang tampak antusias. Aku hanya tersenyum.

“Yauda silahkan ganti baju olahraga, Pak Farhan kasih waktu 10 menit cukup ya.” lanjut Farhan.

“cukuuppp paaakk.” ucap siswa berbarengan.

Akhirnya tinggalah aku berdua dengan Farhan menunggu siswa kembali dari ganti baju.

“Sil megang susu lagi ya.” ucap Farhan yang secara tiba-tiba itu.

“Takut.”

“Aman kok Sil.”

Aku gugup dan sebetulnya memang takut. Tanpa menunggu jawaban, Farhan pun sudah menaruh tangannya pada dadaku. Payudaraku dimainkan seperti saat rebahan waktu itu. Aku kembali menikmati permainan tangannya yang lembut sekali. Tidak pernah kasar sama sekali.

“Berdiri di tembok sana sambil kita liatin sekitar.” Ajak Farhan yang kini sudah di belakangku yang masih meremas dadaku. Kita berdua berjalan sambil salimg meremas. Meskipun nikmat, tetap saja aku diselimuti rasa takut ketahuan. Akhirnya sampailah kami di tembok sebelah pintu masuk.

Lalu aku disandarkan ke tembok dan payudaraku diremas olehnya. Aku memandang sayu kepadanya berharap akan terjadi hal lebih. Dan harapanku seolah dikabulkan. Tangan Farhan menyelinap masuk ke dalam baju dan tanktop ku. Aku terlena oleh permainan tangannya bahkan sepertinya dia pun juga. Saking terlenanya sampai ada seorang siswa yang sudah memakai baju olahraga masuk ke dalam kelas. Siswa itu memandangiku yang sudah dilanda nikmat.

“sini kamu jangan bilang siapa siapa ya.” Ucap Farhan pada siswa itu mengajak menggerayai ku. Aku tidak percaya Farhan setega itu padaku, membiarkan siswa menjamah tubuhku. Siswa tersebut mendekat ke arahku, dan tangan Farhan di payudara kiriku dilepaskan memberi kesempatan pada siswa itu menjamah dadaku. Siswa itu pelan mengarahkan tangannya sambil meneguk ludahnya sendiri melihat apa yang terjadi di hadapannya. Dan happp resmi payudaraku dipegang oleh siswaku. Aku masih tidak menyangka bahwa aku guru agama yang mengajarkan nilai nilai agama dan adab kepada manusia sekarang terhina karena payudaraku sedang dijamah siswa yang notabene harus patuh pada guru.

“mmhhh cukup Han. Aku malu.”

“udah Sil nikmatin aja gerakan tubuhmu bilang kamu mau dan sangat menikmati.” Ucap Farhan seenaknya. Tapi memang tidak dipungkiri seketika vaginaku basah karena harga diriku seolah hilang karena ini.

Dadaku yang kanan diremas Farhan dengan lembut sedangkan siswa tersebut di dada kiri dengan gerakan cukup kasar.

“sshhhh mhhh” desahku lirih menahan nikmat.

“bayangin Bu Meli eh dapetnya Bu Sisil, yauda lah nikmatin aja haha.” Ujar siswa itu yang sekarang sudah tidak gugup seperti tadi. Tapi aku terkejut ternyata ada yang membayangkan jorok tentang Meli.

“Loh kamu bayangin Bu Meli le?” Tanya Farhan.

“Iya pak. ga semontok Bu Sisil tapi gatau kenapa suka sama Bu Meli.”

“Wah kalo pak Farhan sih suka Bu Sisil. Wajahnya setara Bu Meli tapi susunya ini ngalahin semua guru di kelompok pak Farhan. Tapi ada gak le yang bayangin Bu Sisil atau semua pada bayangin Bu Meli?”

“Kebanyakan malah Bu Sisil emang pak. Tapi gak jauh banget perbandingannya tapi sebagian besar bayangin Bu Sisil. Apalagi pas pake kebaya waktu itu katanya pengen nepok bokongnya sama ngeremes nih susu yang lagi saya pegang.”

Aku tidak menyangka selama ini aku jadi objek khayalan siswaku. Ini baru satu kelas, bisa jadi ada kelas lain yang membayangkan sama. Darahku berdesir kencang membayangkan hal itu.

“Pak izin masuk ke bajunya Bu Sisil ya.” tambah siswa itu meminta izin kepada Farhan bukan kepadaku.

“Ya masuk aja le, izin ke orangnya dong.”

“Ah gak usah paling juga mau.”

Aku sedikit malu dan tersinggung dengan ucapan siswa itu. Aku semakin terlihat rendahan di hadapannya. Tapi membayangkan itu juga membuat aku horni sampai aku menggenggam tanganku menahan kenikmatan dan rasa horni yang mengalir.

“Sensasi megang susu guru agama itu beda, guru yang ngajarin tentang baik buruk, pahala dosa eh malah susunya diremes sama guru lain dan siswanya haha.” Ucap siswa yang makin kurang ajar dan tangannya sudah masuk ke bajuku dan sekarang sudah mencapai bh ku. Lalu dia dengan kurang ajar juga mengelus pipiku. Aku sedikit berontak namun dia tetap memaksa untuk membelai pipiku. Aku kadang suka diperlakukan tapi juga senang kasar.

“Ibu Sisil cantik banget kalo dari dekat.” Ucap siswa itu. Lalu tanpa diduga, tangan siswa itu sudah menyelinap ke dalam BH ku tanpa mengangkat BH ku ke atas. Kini payudara ku sudah terpegang seutuhnya oleh siswa itu.

“Le kamu masukin tanganmu ke susu Bu Sisil?”tanya Farhan

“Tanggung pak makanya sekalian saya masukin ke dalemnya.”

“Saya aja belum pernah eh keduluan kamu.”

“Yauda tinggal masukin pak.”

Akhirnya Farhan malah seperti diajari siswa kurang ajar itu. Kini tangan dari dua cowo itu sudah menyentuh kulit payudaraku seutuhnya. Payudaraku tidak terekspos karena memang baju ku masih tertutup, mereka memasukkan tangannya lewat bawah. Kedua cowo itu silih berganti memberi kenikmatan pada dadaku dan memilin putingnya.

“Udah hentikan kalian berduaahhh.” Ucapku dengan desahan.

“Bu Sisil desah pak hehe suruh nyepong aja gimana?” Ucap siswa kurang ajar itu.

“Waktu kita gak banyak le.”

“Yauda deh pak gini aja buka sedikit aja bajunya bisa kali pak.”

“Udah gini aja.”

“Gak seru Pak Farhan.”

“Cari aman aja.”

“Yauda pak.”

Aku horni mendengar percapakan mereka ditambah aku hendak disuruh menyepong penis mereka. Vaginaku semakin basah dan desahanku makin keluar tidak karuan.

“sshhhh”

“ahhhh” aku merasakan cubitan di payudara kiri yang tidak lain adalah ulah siswa itu.

“Hahahaha audhskzehauvddbs” Terdengar dari jauh suara siswa yang sepertinya siswa kelas ini yang balik dari kamar mandi.

“Le lepasin ada yang mau balik.” Ucap Farhan yang melepas tangannya lalu merapikan penampilannya. Sedangkan tangan siswa tadi masih ada di dalam bajuku. Malah kini dia sudah berada di depan ku dan memasukkan tangan lainnya ke dalam bajuku lalu berpindah ke belakangku. Kini dia yang bersandar di tembok dan aku bersandar di badannya. Aku merasakan penis dia mengganjaln di bawah sana. Aku semakin merasa terhina karena statusku adalah guru agama yang tak pantas dilecehkan. Dia meremas dadaku dan memainkan putingnya.

“aaa sudah dek hentikan.” ucapku berusaha menghentikan tindakannya. Aku melirik Farhan sudah duduk di meja guru sambil melihat ke arahku dan tersenyum.

“mmmhhh enak ya bu.” ucapnya sambil mencium leherku yang masih tertutup jilbab

“dek udaahhh cukup ada temenmu mau balik.”

“tanggung ahh.”

“deeekkkk udah ibuh lemesss.”

Aku hampir mencapai orgasme. Tapi kemudian suara siswa yang balik dari kamar mandi itu semakin mendekat. Lalu siswa kurang ajar melepas tangannya dan lari ke bangkunya meninggalkanku yang berjuang melawan nikmat dan rasa takut ketahuan. Dan beberapa detik saja siswa yang mendekat tadi sudah masuk kelas. Aku melihat ternyata mereka adalah siswi sebanyak 3 orang. Mereka melihatku dengan penampilan yang acak acakan. Meskipun bajuku terkancing tapi aku merasa penampilan ku berantakan. Aku bernapas ngos ngosan antara takut dan nikmat.

Ketiga siswi itu tidak berkomentar apapun, hanya melihat saja. Aku merasa tanggung karena sedikit lagi akan orgasme. Rasa orgame yang ditimbulkan dengan kehinaan. Diremas oleh siswaku sendiri dan dilecehkan secara verbal juga.

Aku lalu bergegas ke kamar mandi guru merapikan penampilan dan langsung ke lapangan menemani Farhan. Siswa kurang ajar tadi terus melihatku selama olahraga. Aku membuang muka agar terlihat berwibawa. Lalu aku lihat dia membisikkan sesuatu kepada temannya sambil melihatku, diiringi tawa dari keduanya. Tapi siswa yang dibisiki tidak melihat ke arahku. Aku khawatir dia menceritakan kejadian barusan padanya. Tapi karena siswa yang dibisiki tadi tidak menoleh ke arahku, maka aku simpulkan bahwa dia tidak membisiki kejadian barusan. Aku merasa siswa kurang ajar ini menggertakku agar aku terlihat panik.

Saat pulang aku menceritakan kepada Yanuar kejadian hari ini dan tentunya aku kurangi dari cerita aslinya agar tidak menimbulkan kemarahan Yanuar. Yanuar tampak menyesal karena secara tidak langsung ini ulahnya. Tapi aku jug merasa bersalah karena memberi keleluasaan pada Farhan untuk berbuat lebih jauh.

Bersambung…
 
Terakhir diubah:
Waduh trnyta sisil nakal, ad yg ga diceritain ni, jangan jangan bnyk yg ga diceritain heheheheh


Lanjutkan suhu semoga lancar updatenya

Joss gandoss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd