Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY - TAMAT Slamet kan aku

Bimabet
Ga nyangkaaa....nyesel ga baca cerbung ini Dari dulu..
Ini TS Udah setara legend2 cerbung euy..
Seperti Kata om Ulrich...bahasa sederhana membumi, ga lebay...
Lanjutkan Mas soleman...diunggu updatenya..
 
asyik kayaknya parenya ms slamet dan kerangnya mbak janah bakal reunian lagi neh...
 
njier d meja angkringan kelapa gading berlumur susu kental coklat cap binor...:ngiler:

#siap menanti adegan lumuran susunya met...:jempol:
 
AJIAN kontol geolnya kemana met kok anas yang dapat si sekar. . .lo dapat sisa mulu. Sekali2 belah duren donk!
 
Gimana ini, ud mw lulus, malah cewek Slamet satu2 pada di embat orang..

Jgn2 aji Kontol Geong-nya ud luntur tuh.. Kudu di isi ulang.
 
KENTU..KENTU..KENTU..



"Kata ibumu, kamu udah seminar skripsi le?"

"Iya om, baru disuruh nentuin waktu dan tempatnya."

"Weh, kok tumben kamu jadi agak pinter?" lanjut om Waluyo

"Ya sebenere aku itu pinter om, cuma pura-pura bodoh aja biar semua orang seneng."

"Oalah, kamu pengen cobain motorku gak?"

"Iya om kalau boleh."

"Ya udah sana cobain, mumpung aku belum pulang."

"Kuncinya mana om?"

"Gak usah pakai kunci, kamu naikin di depan rumah aja, yang penting kan udah pernah cobain naik R-15." imbuhnya.

Ya seperti itulah mulut dari om Waluyo, adik dari Ayahku. Kalau ngomong sesuka hati dia, biarpun kadang ada orang yang sakit hati karenanya, tetapi sebenarnya dia baik hati kok. Buktinya kadang-kadang aku pengen ngajak dia jalan-jalan ke sawah bentar. Kan lumayan tu bisa buat mencangkul mulutnya biar gak ngomong kurang ajar sama orang. Tapi berhubung ini Om ku, dan badannya lebih besar dari aku, makanya niat jelek ini harus diurungkan. Yang ada nanti bukan om ku yang dicangkul mulutnya, malah mulutku yang akan menjadi dower.

"Ngapain om nyuruh aku pulang?"

"Gak papa Met, cuma mau pamer motor aja."

Cocoteh, cuma mau pamer motor aja dia bilang. Apa iya perlu aku pamerin Dolmen juga biar om ku mau tukeran. Gak usah, kasian Dolmen, nanti kalau tukeran sama Om ku yang ada Jok si Dolmen cuma bisa merasakan pantat ibu-ibu aja. Beda kalau masih menjadi tunggangan super Slamet. Paling tidak sudah banyak pantat wanita semlohay yang menjadi sasaran kemesuman Dolmen.

"Itu aja om?"

"Iya."

Asem, tahu gitu aku gak usah pulang. Mending tadi terusin dulu nongkrong di tempat mbak Maya. Siapa tahu dia minta buat ditongkrongin. Tapi ya sudahlah, terlanjur di rumah juga. Lagian lumayan tadi susu coklatku malah dibayarin sama Anas.

"Ya udah Met, aku tak pulang dulu, jangan lupa pamitin sama bapak ibumu ya."

"Lho kok malah pulang?, gak nunggu dulu?" tanyaku

"Mau nunggu apa lagi Met?" tanyanya balik.

"Nunggu diusir dulu gitu." jawabku datar.

Setelah Omku pulang, aku memilih untuk mengurung diri di kamar. Ya glundang-glundung di atas kasur. Lagian mau ngapain lagi, coba saja disini juga ada Unyil, pasti enak bisa aku ajak ngobrol. Tapi tembokku cuma berwarna hitam gelap. Yang ada kalau aku ajak ngobrol nanti malah Wewe Gombel yang keluar mengajak aku bercinta. Ampun dah kalau sampai kaya gitu.

Drett..drett..drett..

"Kangen sayang." sebuah pesan dari no yang tidak aku kenal.

Weh ada yang kangen sama aku. Aku mah emang ngangenin orangnya, jadi gak perlu bingung kalau diteror kaya gitu. Orang keren kan pasti banyak yang ngangenin. Apa lagi, calon sarjana seperti aku ini.

Dari pada aku pusing-pusing lebih baik aku tidur aja deh, siapa tahu di dalam mimpi aku bisa ketemu 2 bidadari milik si Unyil. Kan lumayan bisa secelup dua celup sama kedua bidadari itu.

Tok..Tok..Tok..Tok..

Aku sedang bermimpi bertemu 2 bidadari, saat suara ketukan pintu membangunkan tidurku. Siapa sih yang datang pagi-pagi gini. Apa gak bisa datangnya ditunda 2 atau 3 jam lagi. Jadi aku masih bisa melanjutkan mimpiku tadi. Lagian kemana kedua orang tuaku. Tumben mereka tidak membukakan pintu saat ada orang yang bertamu ke rumahku.

Aku intip dari Jendela siapa manusia pengganggu tidurku itu. Tampak berdiri seorang wanita dengan wajah yang sudah tidak asing lagi untukku. Mbak Maya tersenyum saat melihat aku mengintipnya dari balik Jendela. Dia menenteng 1 plastik hitam ditangannya.

"Tumben maen ke rumahku mbak?." Protesku.

"Ya udah aku pulang aja kalau emang gak boleh kesini." Jawab mbak Maya.

"Eh, jangan sini-sini masuk, lagian maen ke rumah orang kok pagi-pagi bener sih."

"Pagi kepalamu itu Met, coba kamu jam itu."

Weh, ternyata sudah jam 11, yang berarti hari sudah tidak pagi lagi. Tetapi sudah lebih dari tengah hari. Kalau kaya gitu yang salah bukanlah mbak Maya yang datang terlalu pagi. Tetapi mimpiku bertemu dengan kedua Bidadari yang datang terlambat.

"Kamu pasti belum makan kan?" Kata mbak Maya sambil menyerahkan bungkusan plastik yang berisi 2 bungkus nasi kotak dan juga beberapa bungkus es krim.

Weh, aku gak nyangka mbak Maya adalah seorang Dukun, dia bisa tahu kalau aku belum makan. Tapi biarin aja, yang penting aku bisa makan. Lagian ibuku kaya e juga belum masak kok. Kan lumayan dapat makanan enak.

Aku ambil sendok dan mulai makan berdua. Menikmati nasi bungkus yang mbak Maya bawakan untuk aku. Aku gak tau motif apa yang membawa mbak Maya sampai ke rumah. Tapi sekarang dia sedang duduk di Sofa rumah dengan wajah yang yang sangat seram. Wajah seperti mau makan orang.

Sepertinya memang mbak Maya baru sebel banget sama aku. Dia dorong aku sampai terjatuh di Sofa ruang tamuku. Kami bergumul seperti anak kecil yang sedang yang sedang bergulat. Aku tindih dia agar tak bisa bergerak lagi. Kepalaku kini tepat berada di atas kepalanya. Mata kami saling beradu, tatapannya pun kini sudah mulai sayu.

Entah siapa yang memulai kini bibir kami sudah saling pagut. Lidahnya menari-nari di dalam rongga mulutku, dioringi suara air liur kami yang saling bertukar. Matanya kini terpejam menikmati setiap sentuhan bibir kami yang saling beradu.

Aku hentikan ciuman kami dan berpindah memeluknya dari belakang. Bibirku tepat berada dibelakang telinga kiri istri mas Parmin. Lidahku menyapu bersih daun telinga dan sesekali aku masukan kedalam rongga telinganya. Dia kembali terpejam menikmati apa yang aku berikan.

Tanganku kini tidak lagi memeluk tubuh mbak Maya, namun mulai meremas pelan benda kenyal yang ada di dadanya. Tidak besar, namun pas untuk dapat aku mainkan.

"Kamu cantik." pujiku disela permainan kami

"Aaaahhhh." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut mbak Maya.

Aku angkat kaos Biru yang mbak Maya gunakan, dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang akan aku lakukan. Tidak ada tolakan dari bagian tubuhnya yang lain saat tanganku sudah berhasil melepaskan kaos dan juga BH bermotif bunga yang dia pakai. Kini di depanku terpampang jelas payudara kencang yang mulus tanpa cacat serta memiliki warna puting merah muda sebesar kelapa gading itu. Di hiasi puting kanan menonjol ke depan dan puting kiri yang malu-malu bersembunyi kedalam payudaranya.

"Jangan diliatin Met, aku malu." perintah mbak Maya sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.

Aku hanya mengangguk mendengar perintah dari istri mas Parmin ini. Entah ilmu apa yang dia pakai, tetapi aku selalu saja menuruti apa yang dia katakan. Aku tidak lagi melihati dada milik mbak Maya. Namun kini berganti dengan menjilati puting kiri payudaranya. Sesekali aku hisap puting itu hingga menonjol kedepan. Sedangkan tangan kananku dengan nakalnya meremas-remas dada mbak Maya bagian kanan.

"Aaaahhhhh." lenguhnya

Sepertinya memang sudah tak ada tolakan lagi darinya. Tangannya kini mulai meraba dan mencari sesuatu yang ada diselakanganku. Pare berototku yang sudah berdiri dan mengeras seperti batu. Dia meremas-remas benda itu dari luar celanaku.

"Ehhhhhmmmm." giliran aku yang dibuatnya merintih kenikmatan. Dia hanya tersenyum mendengar kata itu keluar dari mulutku.

"Buka aja ya Met?" tawarnya

Aku hanya mengangguk tanda menyetujui tawaran darinya. Kini tak ada 1 benangpun yang menutupi tubuh kami. Kembali polos seperti bayi saat pertama kali lahir.

"Kamu diam dulu ya Met, biar aku yang kasih kenikmatan."

Kini dia berjongkok di depan selangkanganku. Di mainkannya kepala Penisku dengan lidahnya. Hingga masukan seluruh batangku ke dalam mulutnya. Terlihat kepalanya maju mundur seperti sedang menikmati alunan musik. Rambutnya dia sibakkan ke kiri lehernya agar tidak mengganggu dia bekerja. Sesekali lidahnya menyapu hingga lubang anusku. Terasa geli memang, namun nikmatnya benar-benar membuat aku melayang.

Kalau terus seperti ini pertahananku sebentar lagi pasti akan jebol. Aku meminta dia untuk menghentikan kulumannya. Kini aku menyuruhnya untuk merentangkan kakinya. Aku ambil es krim yang tadi dia bawa saat datang ke rumah. Memang sudah sedikit meleleh tapi masih keras dibagian tengah.

Aku gesekkan ujung es krim ke kedua puting mbak Maya yang sudah mengeras. Matanya terpejam setiap ujung es krim itu mengenai puting susu mbak Maya. Setelah itu aku masukkan es krim berbentuk lonjong itu ke dalam vagina mbak Maya yang sudah basah. Sesekali aku beri hentakan agar es krim itu bisa masuk semakin dalam.

"Aaaaaaaahhhhhh." kembali desahan keluar dari bibir mbak Maya.

Aku tarik keluar es krim itu dan mengarahkannya ke mulutnya. Dia menjilati es krim itu seperti saat memainkan penisku tadi. Sedangkan aku gantian berjongkok di depan selangkangannya dan menjilati benda sebesar kacang tanah yang ada di bagian atas bibir vagina mbak Maya. Sesekali aku hisap dan aku gigit kacang itu.

Kini lidahku berusaha untuk menerobos liang vagina milik mbak Maya, rasanya manis bercampur sedikit asin. Kalau saja ada sedkit cabe dan juga penyedap rasa pasti rasanya akan menjadi sangat sempurna.

"Aaaaaaahhhhh, kamu apain Met?"

Aku tarik lagi es krim yang berada di mulut mbak Maya. Kembali aku masukkan es krim itu ke dalam vaginanya. Iapun tersentak saat aku dorong lebih dalam es krim yang mulai meleleh.

"Meeeet, aku gak tahaaan."

Semakin aku kencangkan tempo keluar masuk es krim yang berada di lubang vagina mbak Maya. Dia menjerit menerima hujaman es krim rasa coklat itu.

"Aaaahhhh, aaahhh, ahhhh."

"Lebih kenceng Meeeet, aku saampaii." desah mbak Maya setengah menjerit

Tiba-tiba kepalanya mendongak ke atas di ikuti hembusan nafasnya yang tidak teratur. Sepertinya dia baru saja mencapai puncak kenikmatan. Dari lubang vaginanya keluar cairan kental bercampur dengan cairan coklat es krim yang meleleh.

Aku biarkan mbak Maya untuk beristirahat dan mengatur nafasnya. Setelah nafasnya kembali normal, aku tatap wajah mbak Maya meminta persetujuan. Dia mengerti apa yang aku inginkan. Sebuah anggukan membuktikan tanda dia setuju.

Tanpa aku perintah, mbak Maya membuka lebar kedua kakinya. Dan baru aku sadar kalau ternyata vaginanya tidak memiliki bulu. Ah mungkin dia potong gundul agar terlihat lebih sexy. Aku arahkan ujung penisku ke bibir vaginanya. Meskipun telah basah oleh cairan kenikmatan dan juga lelehan es krim, tetapi aku masih kesulitan untuk memasukkan penisku. Melihat aku yang susah payah melakukan penetrasi dia berinisiatif mengambil bantal dan menjadikannya sebagai ganjalan di pantatnya.

Bibir vagina mbak Maya terlihat lebih tembem dari yang tadi. Aku semakin bersemangat untuk mencoba lagi memasukan pare berotot keliang kenikmatannya. Sekarang, tanpa bersusah payah akhirnya penisku bisa masuk secara sempurna.

Aku menggoyang pantatku maju dan mundur secara perlahan. Berusaha menelusuri setiap inchi lubang yang penisku lewati.

"Aaaaahhhhh, enaaakk Met, batangmu keras banget." puji mbak Maya merasakan batang penisku yang telah mendobrak-abrik liang vaginanya.

Mendengar pujian mbak Maya, aku semakin bersemangat dalam memompa penisku. Terasa vaginanya seperti menghisap penisku agar masuk lebih dalam. Sehingga tempo goyanganku juga semakin aku percepat. Rasanya 10 x lebih nikmat dari pada saat aku melakukan onani.

"Aaaaa,aaaaaa,aaaaaaa." erang mbak Maya ketika aku mempercepat goyanganku.

Pinggul mbak Maya ikut bergoyang mengikuti irama goyangan pantatku. Kali ini Penisku tidak hanya terasa dihisap, namun juga serasa diremas oleh vaginanya. Sambil menikmati goyangan mbak Maya, tanganku tak henti-hentinya meremas dada kenyal miliknya.

"Terussss Met, aaahhhh, terussss Met." ceracau mbak Maya.

"Aaaaaaahhhhh, goyang lebih kenceng lagi Met."

Sesuai perintah mbak Maya aku semakin mempercepat tempo goyanganku. Bahkan lebih cepat dari kecepatan maksimal Dolmen di gigi 4. Terus aku goyang hingga penisku berkedut semakin kencang, tanda cairan nikmatku akan segera keluar. Aku goyangkan pantatku semakin kencang. Terus semakin kencang sampai ada sesuatu yang menyemprot dari ujung penisku. Rasanya kepalaku menjadi sangat ringan, beban pikiran yang aku rasa selama ini menjadi sangat plong.

Aku peluk mbak Maya, sambil menikmati kenikmatan yang baru saja aku dapatkan. Akhirnya aku berhasil menikmati kerang mentah milik istri tetanggaku ini. Sebenarnya sih gak boleh lho, tetapi sudah terlanjur deh, ya sudahlah nikmatin aja. Toh lain kali mungkin gak aku ulangi deh kalau gak terpaksa.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd