Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sri

AKI UJANG

Guru Besar Semprot
Daftar
25 Aug 2011
Post
2.312
Like diterima
261
Lokasi
UG BANDUNG
Bimabet
Kisah ini terjadi tahun tujuh tahun yang lalu, ketika itu kantorku menggelar kegiatan touring ke Pantai Selatan. Setiap pengemudi motor yang tidak membawa penumpang dari rumah, berkewajiban membawa peserta lain yang tidak memiliki motor. Kebetulan aku sendirian sehingga aku kebagian harus membawa penumpang.
Ternyata penumpang yang aku bawa adalah salah seorang pegawai perempuan yang bertugas di kantor kecamatan, namanya Sri. Aku memang tidak kenal akrab dengannya, sekedar wawuh munding ( istilah Sundanya ).
Orangnya tergolong biasa-biasa saja, tubuhnya juga tidak “mengundang” karena nyaris tergolong kutilang dara ( kurus tinggi langsing dada rata ).

Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah rombongan motoris amatiran ini, jumlahnya tidak banyak hanya 60 motor.
Sri yang menjadi penumpangku ketika masih berada di jalan kota, dia duduk manis di belakang tidak banyak bicara, agak membuat jarak apalagi aku sendiri tetap menempatkan daypack di punggungku, otomatis dia tidak bisa nempel. Namun ketika memasuki daerah Citatah yang jalannya mulai banyak tikungan tajam, akhirnya tangannya sudah mulai memegang bahuku. Aku yang gak nyaman, rasanya kaya jadi sopir ojek saja. Akhirnya aku mengalah, ku tepikan motor lalu aku bilang, “Bu Sri, mending tas ibu dimasukkan saja ke daypack saya, jadi tidak kagok”. “He eh, saya jadi takut, Akang ngebut dan jalannya kan banyak belokan” jawabnya.
“Bu, kalau naik motor berdua mah yang dibelakang kudu pegangan ke yang depan, mepet, dengan begitu pada saat menikung akan lebih mantap” kataku dan dia mengangguk-angguk setuju. “Mohon ijin aja deh sama si Akang di rumah, daripada Ibu terjatuh, saya bisa digantung” kataku berseloroh. Dia senyum-senyum saja. Kebetulan bawaan dia tidak banyak, setelah diatur akhirnya masuklah tasnya ke daypackku lalu ku gendong di dadaku dan nah .... sekarang badannya nempel deh. Dadanya yang tidak terlalu mancung membuatku seperti membonceng laki-laki saja tapi kedua tangannya sudah melingkar di perutku. Lumayan dah .....

Setelah berhenti sejenak itu di Citatah, komunikasi kami jadi lancar dan aku banyak membuat dia tertawa bahkan dia juga suka mencubit paha atau perutku bila candaku kelewatan. Kelihatan dia senang ku candai tapi candaku tidak nyerempet” ke arah yang porno karena aku tahu dia masih punya suami.
Tepat jam 12, kami tiba di Sukabumi dan seluruh rombongan diberi waktu 1 jam untuk beristirahat. Sri menemui teman-teman sekantornya sementara aku memilih cari warung nasi yang agak murah dan makan sendirian.
Ketika aku sedang menikmati santapanku, bahuku ada yang menjawil dan ketika ku tengok ternyata Sri.
“Makan koq sendirian ... gak ngajak-ngajak” sambil menarik kursi dan duduk di sampingku.
“Kan Ibu kumpul sama teman-teman Kecamatan jadi saya makan saja sendiri” jawabku, “Ibu mau makan apa ?” tanyaku.
“Sama deh sama Akang” jawabnya.
Ku pesankan makanan yang sama denganku lalu aku berhenti dulu makan menunggu pesanan datang dan setelah makanan datang, kami makan berdua.
“Kang, jangan panggil saya Ibu atuh ... panggil saja Sri yaa” katanya.
“Mangga, kalau itu maumu” jawabku.
Acara makan kami terasa enak juga, ternyata Sri teman yang enak buat ngobrol. Setelah makan, kami merokok dan kadang dia numpang menghisap rokokku. Ku suruh dia mengambil dari bungkus rokok dia menolak. Takut kelihatan sama teman-teman alasannya jadi dia curi-curi menghisap dariku.

Tepat pukul 13, rombongan kembali bergerak lagi dan kali ini aku sudah merasa Sri sudah jadi bagian dariku. Dia duduk lebih rapat, dia peluk perutku dan sesekali dagunya dia sandarkan ke bahuku kalau dia berbicara.
4 jam perjalanan, kami tiba di Surade, disini rombongan berhenti sebentar untuk isi bensin lalu perjalanan kembali. Pukul 17 kami tiba di Ujung Genteng.
Kepala Dinas kemudian membawa rombongan ke penginapan lalu membagi ruangan. Aku kebagian tidur sekamar dengan salah seorang Guru laki-laki dan cottage yang kutempati posisinya paling ujung, agak terpisah dari jajaran cottage lainnya.

Setelah acara makan malam, teman se kamarku bilang bahwa malam ini dia mau mengunjungi keluarganya di desa yang jaraknya 3 kilometeran dari sini dan dia minta aku untuk tidak melaporkan kepada siapa-siapa kalau malam ini dia tidak pulang.
Aku sanggupi permintaannya sehingga malam itu aku hanya sendirian di kamarku. Karena Cuma sendiri, aku hanya memakai kaos oblong dan celana dalam saja.
Aku buka soft drink bawaanku, lalu kunyalakan tv dan aku nonton film yang disajikan. Tak terasa karena lelah, aku terkantuk-kantuk di kursi hingga tiba-tiba aku dengar pintu di ketuk .... aku terjaga dan sibuk mencari sarung di kamarku dan setelah terpakai tergesa-gesa aku buka pintu kamar ....
“Sri ? Ada apa .... ? tanyaku kaget. Dia dorong aku lalu menutup pintu .... dan menguncinya.
“Aahh ... kesal disana, teman-teman sudah pada tidur semua, Sri gak bisa tidur. Pak Dudi sudah tidur, Kang ?” dia bertanya.
“Pak Dudi pergi ke rumah saudaranya dan malam ini dia tidak tidur di sini .....” jawabku sambil kembali duduk.
“Jadi Akang dari tadi sendirian ?” tanyanya.
“Iya”, jawabku. “Sri boleh gak tidur disini ?” tanyanya membuat aku yang belum hilang kaget jadi bertambah lagi kagetnya.
“Kan tadi dah di bilang sama Pak Dinas, peserta putri dengan putri dan putra dengan putra. Gak boleh campur .....” jawabku.
“Iya, kalau tidak kelihatan ya gak apa kan ?” jawabnya sambil menatapku.
“Iya sih .... tapi .....” aku ragu untuk mengiyakan dia tidur se kamar denganku tapi tatapan matanya ... seperti memohon aku untuk setuju.
“Tadi waktu kamu kemari, ada yang lihat ndak Sri ?” tanyaku untuk meyakinkan keamanan.
“Gak ada, semua sudah tibra (nyenyak) “ jawabnya.
Aku masih harus meyakinkan, lalu aku keluar dari kamarku, berjalan-jalan untuk membaca situasi “keamanan” dan memang betul, semua sudah berangkat ke alam mimpi karena pasti perjalanan hari ini membuat lelah.
Setelah aku yakin situasi aman, aku kembali ke cottageku.
“Gimana, Kang .... aman kan ?” tanyanya.
“Iya, aman ... tapi tetap harus hati-hati” jawabku sambil menutup pintu dan menguncinya sekaligus.
Aku dudukdi kursi panjang dan Sri pun duduk di sebelahku. Dia dengan santai menngambil minuman soft drink punyaku meneguknya dengan nikmat lalu mengeluarkan rokoknya. Kami kembali ngobrol dan dari obrolan itu baru aku tahu bahwa Sri sudah setahun lebih pisah ranjang dengan suaminya karena dia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan salah seorang temannya.
Aku jadi pendengar setia ceritanya dan sesekali kuingatkan agar dia mengurangi volume suaranya. Karena obrolannya jadi bisik-bisik tetangga otomatis duduk kami jadi mendekat ( tidak tahu siapa yang bergeser ) tau-tau saja Sri sudah bersandar di bahuku dan tangannya memeluk pinggangku. Aku agak kaget tapi kemudian ku tenangkan pikiranku dan ku belai saja kepalanya.
“Ya sabar saja atuh .... usahakan bisa baikan lagi” jawabku ketika dia meminta nasehatku.
“Sri gak mau .... Sri sakit hati ....” jawabnya tanpa melepas pelukannya.
“Lha ... terus kenapa Sri berani ceritakan itu sama aku ?” aku bertanya.
“Akang baik sama Sri” jawabnya sambil menatapku lekat.
“Dari mana kamu tau kalau aku baik ?” aku balik bertanya
“Meski kita gak sekantor tapi aku tau Akang dari Bu Nina” jawabnya.
Ah, Bu Nina teman sekantor/seruangan denganku, ternyata teman Sri. Comel juga dia .........
“Sekarang kamu apa gak takut, masuk ke kamarku, berdua-dua dengan aku ?” aku bertanya
“Gak, Sri gak takut ... “ dia jawab cepat.
“Bener gak takut ...” godaku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya.
“Sumpah, Sri gak takut” jawabnya sambil menatapku lalu memejamkan matanya karena jarak wajahku sudah tinggal beberapa senti lagi dari wajahnya. Kepalang, pikiranku .... perlahan ku tempelkan bibirku ke bibirnya, ku kecup ringan lalu kepalaku mundur untuk mengetahui reaksinya. Dia masih terpejam menikmati kecupan kilatku dan ketika dia membuka matanya menatapku dengan sayu, aku sudah tidak ragu lagi .... kembali ku cium dia dan kali ini lidahku menyerbu rongga mulutnya. Dia sambut ciumanku dan dia menekan bagian belakang kepalaku agar lebih merapat. Ku lumat bibirnya, ku mainkan lidahku dan dia sambut dengan penuh gairah. Tanganku yang awalnya berada di punggungnya perlahan pindah ke dadanya .... kuremas perlahan, dia tidak menolak bahkan menyorongkan untuk lebih memudahkan aku bergerak.
Sri melenguh nikmat saat dadanya ku remas dan tangannya malah balik meremas pungguku sehingga dengan perlahan ku buka kancing bajunya satu demi satu hingga terlepas semua. Sri menggerakkan badannya sehingga bajunya dengan mudah terlepas. Sekarang dia Cuma memakai bh dan celana panjang.
Ku serbu lehernya dengan jilatan lidahku dan ku buka kaitan bhnya sehingga dadanya terbuka lebar. Saat bibirku sudah bermain di dadanya dan menggeluti putingnya, Sri bagai kesurupan .... dia tarik kaos oblongku hingga aku bertelanjang dada. Kami berpelukan erat, bibirku bergerak terus bermain di dadanya dan bibirnya sendiri menjilati leher belakangku.

Perlahan kurasakan Sri membuka gulungan sarungku lalu setelah terlepas, tangannya menyusup ke celana dalamku sehingga batang kemaluanku yang sudah mulai menegang terpegang olehnya. Dia remas batang kemaluanku sehingga aku merasa perlu untuk membalas keliaran tangannya. Ku lepas ciumanku lalu ku berdirikan dia. Ku turunkan saja celana leging dan celana dalamnya sekaligus hingga akhirnya terbukalah semua. Bulu kemaluannya yang tidak lebat menghias selangkangannya dan Sri pun kemudian menurunkan celana dalamku sehingga batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri dapat menghirup udara bebas.
Sri segera menurunkan badannya dan memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Aku langsung merasa seperti tersengat listrik karena jilatan dan hisapan Sri begitu nikmat sampai-sampai tubuhku melengkung. Kembali aku duduk dan ku biarkan Sri menghisap batangku sementara perlahan-lahan tanganku bergerak ke selangkangannya.
Ku temukan belahan yang mulai lembab dan kumainkan saja jariku di daging kecil yang terselip di belahan itu.
“Oooouuuuhhhh .... Kaaaannnng ...... oooohhhhhh” ku dengar Sri melenguh sambil terus memainkan batang kemaluanku. Ku lanjutkan dengan memainkan jariku di lubangnya dan ku masukkan perlahan-lahan jemariku sehingga Sri semakin menggelinjang kenikmatan.
“Kaaaannnng .... terussss ...... oooohhhhh .....” rintihnya lalu ku dorong tubuh telanjangnya lalu ku kangkangkan pahanya. Sekarang ku serbu saja kemaluannya, ku hirup bau kemaluannya lalu ku mainkan lidahku menjilati clitnya sambil ku remas-remas pahanya. Sri meracau kenikmatan dan tangannya kadang menjambak rambutku, meremas bahuku ...... Tubuh kami sudah mulai berkeringat karena nafsu kami sudah mulai memasuki jalur menuju puncak.
“Kaaanggggg, .... sekarang ..... Sri gak kuaaatttt ..... Kaaaannggggg ...” racaunya.
Ku bopong tubuhnya ke kamar dan ku baringkan lalu perlahan ku panyungi tubuhnya dengan tubuhku. Dia bimbing batang kemaluanku ke depan lubang kemaluannya yang pasti sudah basah oleh cairan nikmatnya dan oleh liurku. Setelah batangku menempel di mulut lubang kemaluannya, kudorong perlahan dan kami resapi lesakan ini ....
“Kkkaaaannnngggg .....” rintih Sri ketika batang kemaluanku amblas di lubang kemaluannya, mentok sampai menyentuh liang rahimnya. Ku diamkan sejenak batang kemaluanku untuk menikmati denyutan kemaluannya yang masih terasa sempit lalu perlahan aku mulai menaikan pinggulku, ku tekan lagi berkali-kali ..... ku resapi persetubuhan ini karena sudah lama aku tidak melakukannya sehingga aku juga ingin menikmatinya dengan segenap rasa.
Gerakan pinggulku yang perlahan membuat Sri merasa nyaman ..... matanya kadang menatrapku, kadang terpejam dan tangannya memeluk punggungku yang sudah basah oleh keringat. Ku kulum bibirnya, ku remas dadanya dan kadang ku remas bongkahan pantatnya. Sri sendiri kadang menggigit dadaku, leherku dan tangannya bergerak liar di punggunggku.

Ku lepas batang kemaluanku lalu aku mengambil posisi duduk dengan kaki sedikit menekuk lalu Sri bangun, duduk di selangkanganku dan .... blesssss, batang kemaluanku memasuki lubangnya. Sekarang Sri mulai menaik turunkan pinggulnya dan aku tekan punggungnya sambil ku hisap buah dadanya kiri kanan. Sri sendiri menjambak rambutku, meremas punggungku sambil trerus merintih.
Lelah dengan posisi ini, ku suruh dia nungging dan ku benamkan batangku dari belakang, sambil ku mainkan jariku di sekitar lubang anusnya ..... Sri menggelinjang hebat karena rasa geli yang menerpanya dan ku ayunkan pinggulku sambil sesekali ku remas pantatnya.

Kurasakan puncak akan tergapai, gerakan pinggul
Sri juga sudah mulai tidak terkendali sehingga ku putuskan untuk menelentangkan tubuhnya, ku lebarkan pahanya lalu segera ku benamkan batang kemaluanku.
Ku ayun pinggulku dengan ritme yang cepat, ku kulum bahkan ku gigit bibirnya dan tanganku meremas dadanya.
“Kaaannnnggg ...... terussss ..... oooohhhhh ...... Sri mau ....ssssssaaaammm .......” ucapannya terputus, ku rasakan lubang kemaluannya berkedut meremas batangku, rupanya dia sudah mendapatkan puncaknya dan aku sendiri sudah tak perduli .... ku ayunkan pinggulku dengan cepat, menikam lubang kemaluan Sri dan ketika aku merasa sudah akan meledak, ku rengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku, ku hujamkan dalam-dalam batang kemaluanku sampai mentok dan akhirnya ku lepaskan cairan kenikmatanku membanjiri lubang kemaluannya.
“Srrrriiiiiii ..........” suaraku serak saat batang kemaluanku memuntahkan cairan kenikmatan. Ada 3-4 kali batangku memuntahkan cairan itu dan dalam saat itu aku gigit dadanya.
Sri pun menyambut hujamanku dengan menaikkan pinggulnya sehingga lengkaplah kenikmatan yang ku raih bersamanya.

Setelah badai kenikmatan reda, ku kecup bibirnya, dahinya ...... dan aku agak terkejut melihat ada butiran bening di sudut matanya.
“Kenapa kamu nangis Sri” tanyaku tanpa melepas batang kemaluanku dari lubangnya.
“Sri bahagia ..... Akang .....” Sri justru memelukku, ku dengar isaknya meski tidak keras. Akhirnya ku angkat pinggulku hendak melepas batangku tapi Sri justru menahannya dengan membelitkan kakinya.
“Biar Kang ... biar dia lepas sendiri” katanya.
“Lalu kenapa kamu menangis, Yang ?” tanyaku sambil mengusap air matanya yang mengalir di ujung matanya.
“Sri bahagia sekali. Baru sekarang Sri merasakan kelembutan lelaki yang meniduri Sri” katanya. “Akang cium Sri setelah Akang melepas kenikmatan lalu tidak segera meninggalkan Sri untuk tidur .... ooohhh Kang, Sri bahagia banget malam ini ..... Sri bahagia ...... Makasih Kang, kenapa bukan Akang yang jadi suami
Sri yaa” katanya sambil menatapku. Batangku yang mulai mengecil lalu terlepas dengan sendirinya membuatku lalu berbaring di sisinya. Ku peluk dia, ku kecup bibirnya.
Pertanyaannya tidak ku jawab, ku belai saja punggung telanjangnya yang basah sambil ku belai tubuhnya.
Sri sangat meresapi moment ini rupanya hingga nafasnya yang tadi memburu perlahan normal kembali. Kami sama sekali tidak bersuara dalam menikmati puncak yang sudah tergapai tadi dan Sri akhirnya tertidur dalam pelukanku. Ku kecup keningnya lalu perlahan aku lepaskan pelukannya. Ku tutupi tubuhnya dengan sprei yang sudah acak-acakan lalu aku dengan bertelanjang bulat pergi ke ruang tamu untuk mengambil rokok dan soft drinkku.

Saat aku kembali ke kamar, Sri masih terlelap begitu nyenyaknya. Aku duduk di sebelahnya, ku nikmati rokok dan soft drink sambil mengusap-usap punggungnya. Hari yang indah .........
 
Waduh waduh....dlanjutkan ga dgn kejadian temen sekamarny pulang...
Ap yg trjd tuh?
:D
 
mantap cerita nya bro...ada lanjutan lagi gak??kayak cerita y ngak abis ja??
 
Pelan tapi pasti cerpannya menarik
 
Mantap ceritanya, sederhana tp mengena. Di lanjut akang....
 
cuman seronde kok, bukannya biasanya 2-3 ronde Ki

Semoga Aki bisa kembangkan yaa Nez, namanya juga pengarang amatir .... hehe. Makasih dah kasih koment
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Judulnya sederhana
Namun penuh makna
Membuatku tertarik untuk membacanya
:beer::beer::beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd